FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laporan Kasus :
BRONKIEKTASIS DENGAN
SEPSIS DAN GAGAL NAPAS
Andi Nurul Fadillah
111 2020 1003
- Bronkiektasis menyebabkan infeksi paru dan penurunan fungsi paru yang mengakibatkan
morbiditas kronis, penurunan kualitas hidup, dan kematian dini. Infeksi Pseudomonas, indeks
massa tubuh (IMT) yang rendah, jenis kelamin laki-laki, lanjut usia, dan penyakit paru obstruksi
kronik (PPOK) diidentifikasi sebagai faktor risiko kematian pada beberapa penelitian
01
.1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 59 tahun
Pekerjaan :-
Anamnesis
- Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang perempuan, Ny. A, usia 59 tahun, datang ke IGD RSUP Persahabatan Jakarta
pada tanggal 26 Oktober 2015 dengan keluhan utama tidak bisa buang air kecil sejak 1 hari
sebelum masuk RS. Pasien juga mengeluh sesak yang hilang timbul sejak 1 bulan sebelum
masuk RS, batuk dengan dahak warna kekuningan sejak 1 minggu sebelum masuk RS,
demam, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun. Keringat malam tidak ada. Pasien
pernah mendapatkan pengobatan TB sekitar 20 tahun yang lalu. Riwayat sakit kencing manis,
darah tinggi, dan sakit jantung tidak ada.
Pemeriksaan Fisik
Status Vital
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36° C
Pemeriksaan Fisik
Kepala & Leher
Mata : Anemis -/-, Ikterus -/- Pulmo
Leher : Pemb/ KGB (-) Inspeksi : Simetris ki/ka
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Rh +/+, Wh +/+
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tampak
Auskultasi : BJ i/II murni, reguler
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak distensi
Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Teraba hangat dan tidak terdapat edema
Pemeriksaan Penunjang
Pem. Darah
- Hb : 14,7 g/dL
- WBC : 18.270/mm3
- PLT : 211.000/mm3
- GDS : 82 mg/dl
- Na : 131 mmol/L
- K : 3,3 mmol/L
- Cl : 90 mmol/L
- BUN : 40 mg/dL
- SK : 0,5 mg/dl
Urinalisis
- Warna : Kuning jernih
- Berat Jenis : 1,005
- pH : 6,0
- Leukosit : 3-4/lpb
- Eritrosit : 0-1.lpb
- Sel epitel : Positif, tidak ada bakteri
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax (26-10-2015)
Kesan :
hipoklorida
Follow Up
Terapi Tambahan :
❖ Levofloxacin 1x 750 mg iv
❖ Fisioterapi
Follow Up
ml dalam sehari.
Follow Up
- Hari ketiga di ICU hemodinamik stabil
mengalami takiaritmia
Follow Up
- Ventilator dipasang lagi dengan CPAP PS 8,
mg/6jam.
DISKUSI
Diskusi
- Pasien Ny. A saat masuk IGD, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang,
didiagnosis dengan bronkiektasis terinfeksi, bekas TB dd TB kasus kambuh, dan anuria.
- Pasien ini didiagnosis bronkiektasis terinfeksi (eksaserbasi) karena terdapat peningkatan sesak, peningkatan
batuk dengan dahak warna kekuningan sejak 1 minggu sebelum masuk RS, demam, rhonki dan mengi yang
difus, serta dari foto toraks didapatkan ring shadow
- Terapi yang diberikan adalah oksigenasi dengan nasal kanul, cairan infus, antibiotik cephalosprin generasi
ketiga, mukolitik, dan bronkodilator inhalasi.
Diskusi
- Anuria pada pasien ini dapat disebabkan dehidrasi karena pasien sudah beberapa hari sebelumnya makan
dan minum sedikit, dan setelah diberikan cairan infus 1500 ml keluar urin 500 ml.
- Pada hari kelima rawat inap pasien menjadi sepsis berat dengan penurunan kesadaran, demam, denyut
jantung >90x/menit, takipnea, hipotensi, dan produksi urin <0,5 ml/kgBB/jam.
- Pada pemeriksaan darah didapatkan leukositosis semakin meningkat (dari 18.270/mm3 menjadi 23.270/mm3).
- Pasien juga mengalami gagal napas dengan asidosis respiratorik tidak terkompensasi dengan retensi CO2
dan hipoksemia
Diskusi
- Untuk menurunkan retensi CO2 dan meningkatkan oksigen dalam darah, pemberian oksigen ditingkatkan
dengan non rebreathing mask 10 lpm, dilakukan bronchial toilet, diberikan injeksi kortikosteroid, injeksi
bronkodilator, dan drip MgSO4, namun gagal.
- Pasien mengalami apneu, dilakukan resusitasi jantung paru, adrenalin, dan resusitasi cairan. Pasien dilakukan
intubasi dan disambung ventilator dengan mode assist control
Diskusi
- Terapi antibiotik cephalosporin diganti dengan carbapenem, sehingga antibiotik yang diberikan adalah
kombinasi carbapenem dan fluoroquinolon.
- Pada pasien dilakukan dilakukan resusitasi cairan dengan kristaloid dan diberikan norepinephrine sebagai
vasopresor
- Setelah 4 jam di ICU, hemodinamik stabil. Setelah 1 hari di ICU, mode ventilator dicoba diganti dengan CPAP
PS 10, FiO2 40%, namun pasien kembali sesak napas
Diskusi
- Pada hari kelima di ICU, pasien dicoba lepas dari ventilator dan dipasang T-piece karena PEEP ≤5, batuk
adekuat, dan tanpa vasopressor, namun pasien mengalami takiaritmia (denyut jantung >140x/menit). Ventilator
dipasang lagi .
- Lima jam kemudian pasien dicoba lagi lepas dari ventilator dan dipasang T-piece. Selama pemantauan pasien
stabil (frekuensi napas <35x/menit, SpO2 >90%, denyut jantung <140x/menit, tekanan darah sistolik ><180
dan >90 mmHg, tidak gelisah) dan akhirnya ETT dilepas.
03
.1
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Bronkiektasis
Bronkiektasis secara klasik digambarkan sebagai
salah satu penyakit obstruksi bersama dengan
PPOK dan asma, namun dengan sudut pandang
patologi yang berbeda. Bronkiektasis adalah
diagnosis radiologis atau patologis yang ditandai
dengan dilatasi bronkus yang abnormal dan
ireversibel akibat inflamasi bronkus kronis.
Bronkus yang mengalami dilatasi adalah bronkus
dengan diameter > 2 mm.
PATOFISIOLOGI
- Model lingkaran setan Cole digunakan untuk menjelaskan evolusi bronkiektasis
PENYEBAB
DIAGNOSIS
Anamnesis
- Batuk kronik disertai produksi sputum mukopurulen,
mukoid, dan kental.
Gambaran HRCT bronkiektasis: A) Bronkus normal; B) Bronkietasis silindrik (panah); C) Bronkiektasis varikose dengan gambaran string of pearls (panah); D) Bronkiektasis kistik (panah).
Diagnosis
- Langkah pertama dalam mengevaluasi bronkiektasis adalah menyingkirkan diagnosis fibrosis
- Sputum harus dikultur untuk pemeriksaan bakteri dan pemeriksaan bakteri tahan asam dengan
- Pemeriksaan faal paru dapat normal atau menunjukkan restriksi, obstruksi, atau kombinasi
keduanya, berguna untuk menilai berat ringannya obstruksi saluran napas dan sebagai
eksaserbasi.
Penatalaksanaan Eksaserbasi Bronkiektasis
dengan Sepsis dan Gagal Napas
- Sesuai pedoman Surviving Sepsis Campaign (SSC), hipoperfusi pada sepsis diatasi dengan
- Pada eksaserbasi bronkiektasis, sementara menunggu hasil kultur sputum, antibiotik diberikan
- Jika data kultur sebelumnya tidak ada, dapat diberikan fluoroquinolone anti Pseudomonas
seperti ciprofloxacin
Penatalaksanaan Eksaserbasi Bronkiektasis
dengan Sepsis dan Gagal Napas
- SSC merekomendasikan pemberian antibiotik empirik kombinasi pada pasien dengan sepsis
berat dengan gagal napas dan syok septik, yaitu beta-lactam spektrum luas dan aminoglikosida
atau fluoroquinolon untuk bakteremia P. aeruginosa, atau kombinasi beta-lactam dan macrolide
- Pada gagal napas akut, PaO2 <60mmHg, atau SaO2 ><90% merupakan indikasi untuk terapi
oksigen. Terdapat berbagai jenis alat untuk pemberian oksigen. Tujuan pemberian oksigen
- Pada pasien dengan PPOK dan gagal napas tipe II kronis yang sudah kehilangan hypercapnic
drive dan bergantung pada hypoxic drive untuk stimulasi ventilasi, konsentrasi oksigen harus
dibatasi sampai 24-28% dengan masker oksigen tipe Venturi jika memungkinkan.
04
.1
TINJAUAN KASUS
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
- Keluhan utama tidak bisa buang air kecil - Batuk kronik disertai produksi sputum
- Pasien juga mengeluh sesak yang hilang mukopurulen, mukoid, dan kental.
timbul
- Batuk dengan dahak warna kekuningan - Gejala lain antara lain rhinosinusitis,
- Demam (+), nafsu makan menurun, dan rasa lelah, batuk darah, dispnea, nyeri
berat badan menurun dada pleuritik, mengi yang susah
- Keringat malam tidak ada. terkontrol.
- Pada Pemeriksaan Fisik paru :
Auskultasi : Rh +/+, Wh +/+ - Pada eksaserbasi bronkiektasis
didapatkan peningkatan sputum
(volume, kekentalan, dan purulensi),
peningkatan batuk, sesak napas,
batuk darah, dan penurunan faal paru.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KASUS TEORI
- Pemeriksaan Darah : - Pemeriksaan Darah dapat ditemukan
Hb : 14,7 g/dL kadar hemoglobin rendah akibat anemia
WBC : 18.270/mm3 dari hipoksia kronik, peningkatan sel
PLT : 211.000/mm3 darah putih sebagai indikasi infeksi akut,
BUN : 40 mg/dL dan penilaian CRP untuk pasien
SK : 0,5 mg/dl eksaserbasi akut yang dicurigai mendrita
infeksi sistemik.
- Pemeriksaan Analisis Gas Darah :
pCO2 : 48,1 - Pemeriksaan Radiologi dengan HRCT :
pO2 : 88,9 gambaran Tram Track, densitas berbentuk
Ring
- Jantung kesan membesar, aorta kalsifikasi,
tampak cincin-cincin ektasis (ring shadow) - Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan
di lapangan paru bawah kanan dan kiri, FEV1 atau peningkatan TLC atau RV
dengan kesimpulan TB paru lesi luas
dengan bronkiektasis - Pemeriksaan Kadar ion clorida, kadar
immunoglobulin dan alfa 1 antitripsin
PENATALAKSANAAN
KASUS TEORI
- O2 2 lpm via nasal kanul - Identifikasi dan mengobati penyebab
utama
- IVFD NaCl 0,9 % 1500 ml/24 jam
- Antibiotik
- Ceftazidim 1 gr/8jam/ IV
- Kortikosteroid dosis tinggi
- Ambroxol Syrup 3xcth
- Higienitas Bronkopulmoner
- Inhalasi Ventolin 4x/ hari
- Penatalaksanaan Bedah
TERIMA
KASIH