Anda di halaman 1dari 30

JUDUL

BAGIAN IKM-IKK LAPORAN


FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2023
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA   

HAZARD BIOLOGI

Di Susun Oleh :
Muhammad Syukur 11120202155
Muhammad Nirwan Rusdy 11120211015
A.Ahmad Fitrah Ramadhan Nur 11120202148
Dinda Permatasari 11120192124
Nurul Azizah Afdilla 11120202091

Pembimbing
dr. H Abbas Zavey Nurdin, Sp. OK., MKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STASE KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini, yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama :

 Muhammad Syukur 11120202155


 Muhammad Nirwan Rusdy 11120211015
 A.Ahmad Fitrah Ramadhan Nur 11120202148
 Dinda Permatasari 11120192124
 Nurul Azizah Afdilla 11120202091

Tugas : Hazard

Telah menyelesaikan tugas “Hazard” dan telah disetujui di hadapan

Dokter Pendidik Klinik dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian IKM

– IKK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Januari

2023

Dokter Pendidik Klinik

dr. H Abbas Zavey Nurdin, Sp. OK., MKK

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT., karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga

tugas ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga

selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad Sallallahu ‘Alaihi

Wasallam beserta para keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang

yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.

Tugas “Hazard” ini di susun sebagai persyaratan untuk memenuhi

kelengkapan bagian. Penyusun mengucapkan terima kasih atas semua

bantuan yang telah diberikan, selama penyusunan tugas ini Secara

khusus rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada dr. H Abbas

Zavey Nurdin, Sp. OK., MKK. Sebagai dokter pendidik klinik yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan masukan dalam

penyusunan tugas ini.

Terakhir kamisebagai penyusun berharap, semoga tugas ini dapat

memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca dan penulis.

Makassar, Januari 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................5

HAZARD BIOLOGI.......................................................................................5

A. Identifikasi..........................................................................................5

BAB II.........................................................................................................23

PENCEGAHAN..........................................................................................23

BAB III........................................................................................................25

PENGENDALIAN.......................................................................................25

4
BAB I
IDENTIFKASI
Hazard biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor

makluk hidup. Biasanya hazard biologi ini terdapat di lingkungan-

lingkungan yang tidak bersih, kotor, dll. Bahaya biologis yang biasa

disingkat dengan istilah biohazard adalah semua agen biologis dan

produk-produknya yang dapat menimbulkan potensi risiko terhadap

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Biohazard dapat mempengaruhi

manusia baik secara langsung yaitu menimbulkan sakit atau tidak

langsung yakni dengan mengganggu lingkungan. Agen biologis infeksius

menyebabkan 5 tipe infeksi, yaitu infeksi bakterial, viral, rickettsia dan

dalam jumlah sedikit adalah infeksi jamur dan parasit.

1. Pemeriksaan Jentik, Pupa, Nyamuk, Kecoa dan lalat

A. Pemeriksaan Jentik, Nyamuk

1. Alat dan Bahan

 Senter

 Botol Vial

 Abate

 Objek Glass

 Cover glass (optional)

 Cawan Petri

 Pipet Tetes

5
 Kutek Bening

 Label

 Air Hangat

 Jentik Nyamuk

 Mikroskop Cahaya

Gambar Alat dan Bahan

2. Prosedur Kerja

 Siapkan alat dan bahan

 Menentukan lokasi pengambilan sampel jentik nyamuk dan

Mengisi Form identifikasi untuk perhitungan Container

Indeks (CI) Breteau Indeks (BI), House Indek(HI) atau Pupa

Indeks (PI)

6
 Mencari kontainer yang menjadi tempat perkembangbiakan

jentik nyamuk

 Menerangi genangan air yang ada pada kontainer dengan

senter

 Jika terdapat jentik nyamuk, ambil jentik nyamuk dengan

menggunakan pipet tetes

 Pindahkan sampel ke botol vial dan tutup dengan rapat

 Beri label pada botol vial dengan mencantumkan nama

lokasi, hari/tanggal, dan jam pengambilan sampel

 Menaburkan bubuk Abate pada kontainer yang memiliki

jentik di dalamnya

 Mengisi form penilaian survey jentik nyamuk

 Bawa sampel yang telah didapatkan ke laboratorium untuk

diidentifikasi

7
3. Identifikasi Hazard Biologi

A. Telur, Jentik, Larva

Perbedaan Jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus

Aedes aegypti Aedes albopictus


- Pada abdomen ke-8 - Sisik sikat (comb scale)
terdapat satu baris sisik tidak berduri lateral
sikat (comb scale) yang
- Gigi pekten (pectin
pada sisi lateralnya
teeth) dengan dua
terdapat duri-duri
cabang
- Terdapat gigi pekten
(pectin teeth) pada siphon
- Sikat ventral memiliki 4
dengan satu cabang
pasang rambut
- Sikat ventral memiliki 5
- Hidup dan berkembang
pasang rambut
di kebun dan semak-
- Hidup domestik pada
semak
kontainer di dalam dan di
sekitar rumah

8
Gambar Jentik Aedes aegypti

Gambar Jentik Aedes


albopictus

Cara identifikasi :

 Pindahkan sampel jentik ke cawan petri

 Matikan sampel jentik dengan memberikan beberapa

tetes air hangat

 Gunakan pipet tetes untuk memindahkan sampel ke

slide glass

 Keringkan slide glass menggunakan tissue, lakukan

perlahan agar tidak merusak struktur jentik.

 Beri kuteks bening pada sampel jentik

 Tutup sampel jentik dengan cover glass (optional)

 Letakkan slide glass berisikan sampel jentik pada

mikroskop dengan pembesaran 4x

 Tuliskan hasil identifikasi pada formulir identifikasi

jentik nyamuk

Penentuan Risiko Kesehatan

9
Menggunakan Container Indeks (CI) Breteau Indeks (BI),

House Indek(HI) atau Pupa Indekjs (PI)

Hasil kemudian dinilai dengan memperhatikan Density Figure dibawah

Risiko Penularan berdasarkan Density Figure:

• Nilai < 1 : Risiko rendah

• Nilai 1-5 : Risiko sedang

• Nilai > 5 : Risiko tinggi

10
B. Nyamuk

Nyamuk Dewasa Betina ( Aedes Aegypte Dewasa Betina)


N
O

1 Palpi Lebih pendek dari proboscis

2 Antena Pilose

3 Sisik Sayap Panjang dan ujung runcing

4 Warna hitam dengan belang belang putih pada abdomen dan kaki

Cara Identifikasi :

11
 Menangkap nyamuk dengan membarikan umpan badan atau

menangkap pada tempat hinggap dengan menggunakan

botol/gelas

 Perhatikan cara menggigit nyamuk

 Matikan nyamuk dengan membiarkan dalam gelas selama

2x24 jam atau dengan menggunakan cloroform atau

melakukan semprotan nyamuk

 Ambil nyamuk dengan hati hati dan tempatkan pada object

glass

 Identifikasi nyamuk berdasarkan tipe

 Identifikasi jenis nyamuk jantan atau betina

C. Kecoa

N Periplaneta americana

1. Tubuhnya besar dengan ukuran 3-4 cm

2. Bewarna cokelat tua kemerah merahan

3. Antenanya panjang

1. Penangkapan

 Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

12
 Pengamatan dalam rumah dengan melibatkan tanda-tanda

adanya kecoa (kamar mandi, wastafel, Gedung, tempat

sampah, dapur, dll)

 Menangkap kecoa dengan menggunakan kertas karton

yang diberikan lem kecoa dan diatas diletakkan umpan

pakan

 Tunggu selama 1x24 jam

 Memasukkan kecoa yang telah ditangap kedalam plastik,

dan diberikan label untuk menandai.

2. Identifikasi

 Memasukkan kapas yang telah di berikan kloroform ke

dalam plastik untuk mematikan kecoa (jika kecoa belum

mati)/ bisa juga dengan desinseksi

 Mengamati kecoa yang telah dimatikan dari plastic

 Mengamati spesies kecoa dengan menggunakan lup

 Mencatat hasil pengamatan jenis/spesies kecoa

D. Lalat

1. Persyaratan Fly grill

 Dibuat fly grill dari bilah-bilah kayu atau bambu yang


lebarnya 2 cm dan tebalnya 1 cm dengan panjang

masing-masing 80 cm sebanyak 16 - 24 buah.

 Dibentuk sejajar bilah-bilah yang telah disiapkan dengan

13
jarak 1 - 2 cm pada kerangka yang telah dibuat.

 Dipasang paku sekrup pada kerangka bilah kayu atau


bambu sehingga dapat dibongkar setelah dipakai.

 Digunakan fly grill untuk mengukur tingkat kepadatan lalat


dengan cara meletakkan fly grill pada tempat atau titik yang

akan diukur.

2. Pengukuran Kepadatan lalat

 Siapkan alat yang akan digunakan.

 Tentukan titik pengukuran tingkat kepadatan lalat (di tepi-

tepi atau tempat yang bersudut tajam).

 Letakkan fly grill pada tempat yang telah ditentukan

minimal 1 meter pada daerah yang akan diukur.

 Pemasangan fly grill dengan hati-hai.

 Tempatkan bilah kayu pada tempat atau lubang jangan

sampai terjadi ketimpangan.

 Dihitung lalat yang hinggap dengan alat penghitung (hand

counter) selama 30 detik. Masukkan dalam tabel

 Lakukan pemindahan fly grill yakni dengan

memundurkannya dari jarak semula kira-kira 1 - 3 meter

setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10 kali selama

30 detik).

14
3. Perhitungan Kepadatan Lalat

 Diambil sebanyak 5 hasil perhitungan tertinggi

kepedatan lalat kemudian dirata-ratakan.

 Dihitung hasil rata-rata angka kepadatan lalat dalam

satuan ekor per block grill.

 Diinterpretasikan hasil pengukuran angka kepadatan

lalat dalam satu lokasi tertentu. Interpretasi hasil

pengukuran angka kepadatan lalat pada setiap

lokasi adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992) :

- 0-2 = rendah

- 3-5 = sedang

- 6 - 20 = tinggi/padat

- >21 = sangat tinggi/sangat padat

 Dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban untuk

menghasilkan pengukuran yang optimal di lokasi

pengukuran

15
4. Hasil Pemeriksaan Jentik, Pupa, Nyamuk, Kecoa dan lalat
A. Hasil identidikasi jentik, pupa dan nyamuk

JENTIK PUPA NYAMUK DE

Thorak
Siphon s
kepala
siphon

abdomen

sisir

palp

prosboscis
Thorak
s
abdomen
kepalas

Jenis jentik Aedes Aegepty Jenis Pupa Aedes Nyamuk Betina J


 Pada abdomen ke-8 1. Sifon agak Panjang 1. Memiliki anten
terdapat satu baris 2. Bagian tipe paddle berduri lurus
pendek dan berbulu panjang 2. Palp maxillary
sisik sikat (comb pendek dan pr
scale) yang pada sisi lebih pendek
lateralnya terdapat
duri-duri

 Terdapat gigi pekten


(pectin teeth) pada
siphon dengan satu

16
cabang

 Sikat ventral memiliki


5 pasang rambut

 Hidup domestic pada


container di dalam
dan di sekitar rumah

Pada penentuan resiko kesehatan, kami menggunakan Rumus

Container Indeks (CI).Berikut hasil data dari pengukuran :

 Jumlah Kontainer yang diperiksa : 9 kontainer

 Jumlah Kontainer Positif : 4

Jumlah Kontainer yang positif


Rumus : CI = x 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa

6
CI = x 100 %=60 %
10

Density Figure CI indeks adalah 9 (> 5 Resiko tinggi)

17
B. Hasil identifikasi Kecoa

Antena yang panjang

Jantan : Bentuk Pipih

Betina: Gepeng

Warna Coklat dan memiliki


Band Kuning

Coxa

Tarsus

Tibia

Cercus

Stilus

18
Lokasi
No Jeinis kecoa Jumlah Kategori
/Ruang Tanda-tanda kecoa
Kapsul Kotoran Dewasa
1. Depan √ √ Pariplenate 1 Jantan/male
Kantor Kkp americana Perut :
panjang dan
sempit
Pada perut
terdapat 9
segmen
Anastyle :
ada
Antena :
panjang dari
ukuran nya

Dari hasil di atas didapatkan hazard biologi kecoa adalah 1 rendah yaitu
tidak menjadi masalah

19
C. Hasil Identifikasi Lalat
No Lalat rumah Lalat kandang Lalat hijau Lalat daging Lalat Buah
(Musca (Stomoxys (Phenisial) (Sarchopaga) (Drosophila)
domestica) calcitrans)

1 Lalat dewasa Dewasa ukuran Warna hijau, Berwarna Panjangnya


berukuran sedang panjang 5-7 mm abu-abu, abu-abu tua, 3mm
dan panjang 6-8 perak berukuran
mm. mengkilat sedang
atau sampai
abdomen besar, kira-
gelap kira 6-14 mm
panjangnya
2 Rongga dada Thoraksnya Jantan Mempunyai Berwarna
berwarna abu-abu terdapat garis berukuran tiga garis kuning-coklat
dengan 4 garis gelap yang panjang 8 gelap pada atau belang-
memanjang gelap diantaranya mm, bagian dorsal belang,
pada bagian berwarna terang mempunyai toraks, dan
dorsal toraks dan mata merah perutnya
satu garis hitam besar mempunyai
medial pada corak seperti
abdomen dorsal papan catur
3 Matanya majemuk Sayapnya Mata berwarna
kompleks, betina mempunyai merah terang
mempunyai celah vena 4 yang
yang lebih lebar melengkung
sedangkan lalat tidak tajam ke
jantan lebih arah kosta
sempit mendekati vena
4 Antenanya terdiri Antenanya
dari tiga ruas terdiri atas tiga
ruas, ruas
terakhir paling
besar,
berbentuk
silinder dan
dilengkapi
dengan arista
yang memiliki
bulu hanya
pada bagian
atas

20
5 Sayapnya Bentuknya
mempunyai vena menyerupai
4 yang lalat rumah
melengkung tajam tetapi berbeda
ke arah kosta pada struktur
mendekati vena 3 mulutnya
(proboscis)
meruncing
untuk menusuk
dan menghisap
darah
6 Ketiga pasang
kaki lalat ujungnya
mempunyai
sepasang kuku
dan sepasang
bantalan disebut
pulvilus yang
berisi kelenjar
rambut
7 Perut kuning
ditutupi dengan
rambut kecil yang
berfungsi sebagai
organ pengecap

Interpretasi hasil pengukuran angka kepadatan lalat pada setiap lokasi


adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992) :
- 0-2 = rendah

21
- 3-5 = sedang
- 6 - 20 = tinggi/padat
- >21 = sangat tinggi/sangat padat

Tempat Jumlah Lalat Pada Interval


No
Pemasangan Pemasangan Jumlah
Fly Grill
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kantin di
1 2 3 2 5 4 3 6 4 8 4 = 41
samping KKP

8+6+5+ 4+ 4 27
T1 ¿ = =5,4
5 5
Dari hasil pengukuran dan pengamatan tempat pemasangan fly
Grill (T1) Hasil Kepadatan lalat satu lokasi di dapatkan 5,4 dengan
range 6-20 termasuk tinggi/padat

22
BAB II
PENCEGAHAN

A. Pencegahan dengan 5 level of prevention

Setelah melakukan identifikasi risiko bahaya hazard biologi berupa


jentik, pupa, nyamuk, dan kecoa pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
1 Makassar Pelabuhan Laut Makassar, menemukan adanya risiko bahaya
berupa jentik, pupa, nyamuk, dan lalat. Pencegahan tetap dilakukan
dengan prinsip pencegahan Five Level Of Prevention menurut Leavel and
Clark yaitu:
1. Health Promotion
2. Spesific Protection
3. Early Diagnosis and Promp Treatment
4. Disability Limitation
5. Rehabilitation
1. Pencegahan terkait dengan hazard biologi (jentik, pupa dan nyamuk)
sebagai berikut:

Health Promotion Spesifik Early diagnosis and Disability Rehabilitation


Protection treatment Promp Limitation
Memberikan Vaksin DBD Kriteria gejala : Penggantian Observasi
penyuluhan kepada menggunaka volume pasien yg
DD: demam
masyarakat tentang n kelambu plasma sembuh untuk
dengan dua gejala
pentingnya pada istirahat yang hilang. melihat apakah
berikut: sakit
melakukan atau pagi dan ada tidaknya
kepala, nyeri
menerapkan PHBS siang hari, komplikasi.
retroorbital,
(perilaku hidup serta Terapi
myalgia,
bersih dan sehat) menggunaka oksigen
atralgia/nyeri
sejak dini, guna n lotion anti- Rehabilitasi
tulang, ruam kulit,
mencegah nyamuk mental melalui
manifestasi
terjadinya atau konseling
perdarahan, tidak Transfusi
masuknya agen- dilakukan jika
ada bukti darah
agen penyakit. penderita DBD
kebocoran plasma

23
dan didapatkan memiliki
laboratorium Cegah masalah yang
Memberikan dehidrasi
Leukopenia (<5000 dihadapi
penyuluhan kepada dengan
sel/mm3),
masyarakat tentang banyak
trombositopenia
4M (Menguras, minum air
(hitung platelet < Rehabilitasi
Menutup,Mengubur, putih.
150.000 sel/mm3, sosial dan fisik
Memantau)
peningkatan dilakukan bagi
Mencukupi
hematocrit (5-10%), waktu pasien yang
tidak ada bukti istirahat. sudah lama
kebocoran plasma dirawat di rumah
Konsumsi sakit agar tidak
DHF I: Demam dan
obat mengalami
manifestasi
penurun gangguan ketika
perdarahan (uji
panas yang kembali ke
torniquet positif)
relatif aman sekolah ataupun
serta Adanya bukti
dan ke masyarakat.
kebocoran plasma,
lab: dianjurkan
Trombositopenia dokter;
(hitung platelet
<100.000 sel/mm3);
Peningkatan
hematokrit > 20%
DHF II: Seperti
pada derajat I
ditambah
perdarahan
spontan, lab:
Trombositopenia
(hitung platelet
<100.000
sel/mm3) ;
Peningkatan
hematokrit > 20%
DHF III: Seperti
pada derajat I dan II
ditambah
kegagalan sirkulasi
(nadi lemah,
tekanan darah
menyempit (<20

24
mmHg), hipotensi,
gelisah, lab:
Trombositopenia
(hitung platelet
<100.000
sel/mm3) ;
Peningkatan
hematokrit >20%

DHF IV: Seperti


pada derajat III
ditambah syok yang
nyata dimana
tekanan darah dan
nadi tidak dapat
terdeteksi, lab:
Trombositopenia
(hitung platelet
<100.000
sel/mm3) ;
Peningkatan
hematokrit > 20%

2. Pencegahan terkait dengan hazard biologi (Kecoa)

Health Promotion Spesifik Early diagnosis Disability Rehabilitation


Protection and treatment Limitation
Promp
Memberikan Membuat Keracunan Diobati Observasi
penyuluhan kepada penutup makanan dan tipes dengan pasien yg
masyarakat tentang lubang disebabkan oleh tablet sembuh untuk
pentingnya pembuangan bakteri salmonellyantibiotik melihat apakah
melakukan atau air. typhi. penicillin ada tidaknya
menerapkan PHBS selama 1–2 komplikasi.
(perilaku hidup pemeriksaan fisik minggu.
bersih dan sehat) Menyemprotk dengan mengukur
sejak dini, guna an obat anti suhu badan dan Rehabilitasi
mencegah kecoa. melihat bercak Dokter juga mental melalui

25
terjadinya atau merah di kulit. dapat konseling
masuknya agen- Dokter juga akan memberikan dilakukan jika
Cuci tangan menekan perut
agen penyakit. infus cairan penderita DBD
dengan pasien untuk untuk memiliki
sabun, mendeteksi nyeri
Memberikan mencegah d masalah yang
penyuluhan kepada setelah dan memeriksa ehidrasi, dihadapi
masyarakat tentang buang air dan kemungkinan
setelah
tanda-tanda sebelum pembengkakan di
dirawat
keberadaan kecoa, makan. limpa dan hati
(hepatosplenomega sekitar 3–5 Rehabilitasi
baik dari kotoran,
li). hari sosial dan fisik
kapsul maupun
kecoanya sendiri. dilakukan bagi
Vaksinasi
pasien yang
Tifoid. Untuk menetapkan sudah lama
diagnosis, dokter
dirawat di rumah
akan melakukan
sakit agar tidak
Hindari pemeriksaan
penunjang, seperti: mengalami
membeli gangguan ketika
jajanan di  Kultur darah,
urine, atau kembali ke
tempat yang sekolah ataupun
tinja, untuk
kurang bersih ke masyarakat.
mendeteksi
bakteri Salm
onella typhi
 Aspirasi
sumsum
tulang, untuk
mendeteksi
bakteri Salm
onella typhi,
untuk lebih
memastikan
hasil tes
darah, urine,
atau feses
 Tes Widal,
untuk
mendeteksi
antibodi
yang muncul
sebagai
reaksi
terhadap
bakteri Salm
onella typhi
 Tes TUBEX

26
TF, untuk
mendeteksi
antibodi
terhadap
bakteri Salm
onella
typhi dengan
sensitivitas
yang lebih
tinggi
dibandingka
n tes Widal.

27
BAB III
PENGENDALIAN

A. Pengendalian Hazard Biologi


Setelah melakukan identifikasi risiko bahaya hazard biologi berupa
jentik, pupa, nyamuk, dan lalat pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1
Makassar, menemukan adanya risiko bahaya berupa jentik, nyamuk, dan
lalat sehingga perlu dilakukan pengendalian dengan Hierarcy of control.
Namun, apabila saat melakukan penilaian atau identifikasi sumber
bahaya salah satunya adalah jentik, pupa dan nyamuk, kemudian
menemukan adanya hazard atau resiko bahaya maka perlu dilakukan
pengendalian menggunakan Hierrarcy Of Control yaitu:
1. Eliminasi
2. Subtitusi
3. Isolasi
4. Engineering Control
5. Administrative Control
6. Alat Pelindung Diri (APD)

1. Pengendalian Jentik, Pupa, dan Nyamuk

Eliminasi Subtitusi Isolasi Engineering Administr Alat


Control ative Pelindung
Control Diri
Fogging Mengganti Isolasi Pemasangan Meminta Mengguna
wadah vektor: kawat kasa di pekerja kan raket
sekali Menutup lubang untuk taat anti
Menaburkan pakai wadah jendela/ventila membua nyamuk
larvasida pada seperti penampung si untuk ng
penampungan air kaleng an air atau mengurangi sampah
menjadi mengubur akses masuk segera, Mengguna
Menggunakan wadah barang nyamuk ke dan kan obat
obat anti nyamuk yang bisa bekas di rumah buang air anti
Memelihara ikan dipakai dalam tanah genanga nyamuk/lot
Perbaikan
cupang pemakan berkali-kali n bila

28
jentik nyamuk agar tidak Isolasi bagi sanitasi terdapat ion
menjadi pasien yang lingkungan. di sekitar
Memakai
sampah didiagnosis tempat
Program 4 M kelambu
DBD kerja.
saat tidur

2. Pengendalian Kecoa
Eliminasi Subtitusi Isolasi Engineering Administrative Alat
Control Control Pelindung
Diri
Penyemprota Tidak Menutup Pemasangan Meminta Memakai
n pestisida dilakukan lubang air kawat kasa di pekerja untuk kelambu
subtitusi lubang taat membuang saat tidur
jendela/ventilasi sampah segera
Menggunakan untuk
obat anti mengurangi
kecoak akses masuk
lalat ke rumah

Perbaikan
sanitasi
lingkungan.

Program 4 M

29
BAB IV
KESIMPULAN

Hazard biologi adalah potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor

makluk hidup. Biasanya hazard biologi ini terdapat di lingkungan-

lingkungan yang tidak bersih, kotor, dll. Bahaya biologis yang biasa

disingkat dengan istilah biohazard adalah semua agen biologis dan

produk-produknya yang dapat menimbulkan potensi risiko terhadap

kesehatan dan kesejahteraan manusia.

Setelah dilakukan identifikasi hazard biologi pada lingkungan kantor

Pelabuhan kelas 1 makassar didapatkan pada hazard biologi berupa

nyamuk dan kecoa. Untuk pengendalian dan pencegahan terkait

meluasnya penyebaran tersebut dilakukan pencegahan hazard

menngunakan 5 Level of Prevention dan untuk pengendalian

menggunakan eliminasi, substitusi, Subtitusi, Isolasi, Engineering Control,

Administrative Control dan Alat Pelindung Diri (APD).

30

Anda mungkin juga menyukai