Anda di halaman 1dari 36

Laporan Kasus

Asthma
Christian Edwin 1815146
Caroline Janet Anam 1815104
Tasha Alya Puspita 1815100
Fernando Antonio Rening 1815168
Lizsa Yosep Dwinindita 1815086
Clarissa Kreshnayanti 1815103
Tediany Pramesti Dewantari 1815153
Kristian Wiranata 1815118
Meidy Gloria 1815170
Identitas Pasien
• Nama : Wawat
• Usia : 35 thn
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Tanggal lahir : 03 Agustus 1983
• Masuk ke IGD RS Immanuel Jumat, 19 Juli 2019.
Anamnesis
• Keluhan Utama : Sesak nafas berat.
• Tn. W, 35 thn, datang ke IGD RS Immanuel diantar keluarganya
dengan keluhan sesak nafas berat sejak hari Kamis jam 12 malam, jam
2 dini hari semakin parah. Pasien hanya mampu berbicara kata per
kata saat sesak muncul. Jika tidur harus dialas 2-3 bantal.
• Keluhan disertai adanya batuk berdahak berwarna putih, tanpa darah.
Biasanya pasien menggunakan obat semprot untuk mengobati sesak,
namun akhir-akhir ini tidak membaik dengan penggunaan obat
semprot. Pasien juga kehabisan Seretide selama sekitar seminggu dan
akan berencana membeli saat control. Keluhan tidak disertai dengan
demam. Pasien mempunyai riwayat TBC dan sudah sembuh, namun
sejak itu menjadi suka sesak. Tahun ini pasien sudah 6x dirawat di RS.
…..cont
• R. Penyakit Dahulu : TBC (+), Asma sejak usia 25. Hipertensi (-),
Diabetes Melitus (-)
• R. Kebiasaan : Dulu pernah merokok, sekarang sudah berhenti.
• R. Alergi : (-)
• R. Pengobatan : Obat semprot (Ventolin), tidak ada perbaikan.
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran : E V M Keadaan umum : Sakit Berat
• Tanda Vital
• Tekanan darah : 186/114 - Suhu : 36.4 celcius
• Nadi : 133X/Menit - Sp O2: 70%
• Nafas : 33x/menit
• Kepala
• Konjunctiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
• Pernafasan cuping hidung +/+
• Mukosa bibir sianosis
….cont
• Leher
• Pernafasan otot bantu nafas leher (+) - JVP
• Trachea sentral - KGB tidak membesar.
• Thorax
• Paru-paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, nafas cepat, terdapat otot bantu nafas.
• Palpasi : nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor (+)
• Auskultasi : VBS menurun kanan & kiri, wheezing (+)/(+), Ronkhi (-)/(-)
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas Jantung normal.
• Auskultasi : Bunyi jantung murni, regular, takhikardi (+)
…cont
• Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Bising Usus (+)
• Perkusi : Tympani (+)
• Palpasi : Nyeri tekan (-)
• Ekstremitas
• Akral dingin, CRT <2”
• Edema tungkai (-)
Diagnosis kerja
• Respiratory Distress ec Asma Bronkhiale Serangan Akut Sedang-Berat
Diagnosis Banding
• Respiratory Distress ec DD / Asma Bronkhiale Serangan Akut Sedang-Berat
TB Paru Relaps
Penatalaksanaan
• Nasal Canule dengan O2 5L/Menit.
• Pasien diberikan VTP dan pantau saturasi O2.
• Nebu Combivent + Flixotide  Combivent : Ipratropium bromide &
Albuterol sulfate; Flixotide : Fluticasone proprionate
• Infus RL 1000cc / 24 jam.
• Inj. Methyl Prednisolon 62.5 mg IV.
• Ranitidine 50mg vial IV.
• OBH racikan 10cc PO.
• Cek laboratorium Paket A
• Rawat R. HCU
Hasil Laboratorium
• Hemoglobin : 16.8 g/dl
• Hematokrit : 51%
• Leukosit : 11.150 /mm3
• Trombosit : 391.000 /mm3
• Eritrosit : 6.1 juta/mm3
• MCV : 83
• MCH : 28
• MCHC : 33
ASMA
Definisi
• Penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan menyebabkan
hiperresponsif, obstruksi, dan aliran udara yang terbatas disebabkan
oleh bronkokonstriksi, penumpukan mucus, dan proses inflamasi.
Epidemiologi
• Meningkat seiring bertambahnya usia
• WHO diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma
Etiologi
dan
Faktor
Risiko
Klasifikasi
Klasifikasi
Patogenesis dan Patofisiologi Asma
Gejala klinik
• Sesak nafas progresif cepat
• Mengi
• Batuk
• Berat di dada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang
• Complete blood cell (CBC) count
• Arterial blood gas (ABG) analysis
• Serum electrolyte levels
• Peak expiratory flow measurement
• Chest radiography
• Electrocardiogram (in older patients)
• Blood theophylline levels (if indicated)
• IgE level in selected patients
Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
- Menilai hambatan udara dan reversibilitas
- Jika peningkatan FEV1 ≥ 12% dan ≥ 200cc setelah pemberian bronkodilator
 reversible
2. PEF (peak expiratory flow)
- Menegkan diagnosis dan monitoring
- Diagnosis asma jika:
- Peningkatan 60cc/menit setelah inhalasi bronkodilator atau ≥ 20%
dibandingkan PEF sebelum pemberian bronkodilator
- Atau variasi diurnal PEF ≥ 20% (dengan 2x pembacaan setiap harinya)
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan
• untuk membalikkan obstruksi jalan napas dengan cepat melalui
penggunaan agresif agen beta2-agonis dan penggunaan awal
kortikosteroid,
• untuk memperbaiki hipoksemia dengan memantau dan memberikan
oksigen tambahan
• untuk mencegah atau mengobati komplikasi seperti pneumotoraks
dan henti nafas
Penatalaksanaan non-farmakologi

• Terapi oksigen
• Mengidentifikasi kemudian mnghindari faktor pencetus asma
• Konseling dan edukasi:
Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk beluk
penyakit, perubahan penyakit (membaik/memburuk), jenis dan mekanisme
kerja obat-obatan dan kapan harus meminta pertolongan dokter.
• Kontrol teratur untuk menilai dan monitor berat asma
• Pola hidup sehat
• Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan:
• Menghindari pencetus
• Mengkonsumsi obat controller sebelum berolahraga
Komplikasi
• Cardiac arrest
• Respiratory failure or arrest
• Hypoxemia with hypoxic ischemic central nervous system (CNS) injury
• Pneumothorax or pneumomediastinum
• Toxicity from medications
Pencegahan
• Hindari allergen
• Pemakaian controller secara teratur
Prognosis

• Quo ad vitam: dubia ad bonam


• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanationam: dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai