Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS PADA PASIEN


GANGGUAN SISTEM
PERNAFASAN DAN
HEMATOLOGI
Nama kelompok:
Ayu permatasari 718621065
Nurul itasari 718621068
Raniyah 718621072
Kunti islamiyah 718621080
Yumania febriyanti 718621084
Definisi
COVID-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan,
China pada Desember 2019. Dalam waktu
dua bulan, COVID-19 dengan cepat menyebar
ke seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020
World Health Organization (WHO)
menetapkan COVID-19 sebagai wabah
pandemi. Koagulopati menjadi salah satu
penyebab terjadinya thrombosis. Proses
koagulopati yang terjadi pada pasien COVID-
19 memiliki peran yang cukup dominan
dalam mortalitas dan morbiditas, prognosis
yang kurang baik dan ditimbulkan dari
berbagai jalur mekanisme koagulopati yang
cukup kompleks
Salah satu cara untuk menilai terjadinya proses
koagulasi pada pasien Covid 19 dengan
melakukan pemeriksaan D-dimer. Pada pasien
COVID-19, sebagian besar mengalami
peningkatan kadar D-dimer 2 – 3 kali dari nilai
normal.
Patofisiologi
• Patofisiologi hiperkoagulasi pada pasien COVID-19.
Hipotesis saat ini tentang hiperkoagulasi pada pasien
COVID-19 berhubungan dengan saling keterkaitan
antara penyebab inflamasi (panah biru) dan trombosis
(panah hitam). Ekspresi tissue factor di monosit aktif,
mikrovesikel berasal dari monosit dan sel endotel akan
mengaktivasi jalur koagulasi ekstrinsik, menyebabkan
endapan fibrin dan bekuan darah. Infeksi virus secara
langsung di sel endotel melalui resptor ACE2
menyebabkan aktivasi dan disfungsi endotel, ekspresi
tissue factor, aktivasi platelet serta peningkatan kadar
VWF dan FVIII, yang semuanya berkontribusi dalam
pembentukan trombin dan bekuan fibrin.
• Trombin akan menyebabkan inflamasi melalui efeknya
di platelet, bersama sel endotel yang mengaktivasi
netrofil akan menyebabkan pelepasan NETs dari netrofil.
NETs akan mengaktivasi jalur koagulasi intrinsik serta
mengikat dan mengaktifkan platelet untuk membentuk
bekuan darah. Trombin juga mengaktivasi endotel
melalui reseptor PAR, mengakibatkan pelepasan C5A
yang akan mengaktivasi monosit.
Farmakologi

• Pasien anak atau dewasa: demam, ditambah satu dari


yang berikut: frekuensi napas > 30 napas/menit;
gawat pernapasan; atau saturasi oksigen (SpO2 ) ≤
93% pada udara kamar (diadaptasi dari 14).
• Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas,
ditambah setidaknya satu dari yang berikut: sianosis
sentral atau SpO2 < 90%; gawat pernapasan (seperti
mendengkur, tarikan dinding dada ke bawah yang
sangat berat); disertai gejala umum yang berat
seperti: ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau tidak sadarkan diri, atau kejang (15).
Tandatanda lain yang munkin timbul: tarikan dinding
dada ke bawah, napas cepat (napas/menit): < 2 bulan:
≥ 60; 2-11 bulan: ≥ 50; 1-5 tahun: ≥ 40 (16).
Meskipun diagnosis dilakukan atas dasar diagnosis
klinis, pencitraan dada dapat mengidentifikasi atau
memastikan tidak terjadinya komplikasi paru
tertentu.
Terapi pada kasus kritis

• Terapi O2
• SpO2
• PO2
• P/F Ratio
• Hb
• Trombosit
• aPTT
• LDH
• CRP
• D-Dimers
• Terapi Heparin
Pengkajian Keluhan utama: batuk, demam dan sesak
napas yang telah dialami selama 4 hari
 Tgl MRS : 22 -06-2020 Riwayat Penyakit Sekarang : batuk, demam
 Diagnosa Medik : KomplikasiTromboemboli pada dan sesak napas yang telah dialami selama 4
Pasien Terkonfirmasi Corona Virus Disease- hari. Pasien merasakan nafsu makan yang
19 mulai berkurang, batuk, demam dan sesak
napas yang telah dialami selama 4 hari. Pasien
 No. RM : 001527
merasakan nafsu makan yang mulai
 Tanggal masuk ICU: 27 juni 2020 berkurang, tidak ditemukan gejala anosmia.
 Identitas Pasien memiliki komorbid penyakit hipertensi
dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol,
• Nama pasien : Tn.S
Pasien terkonfirmasi COVID-19.
• Jenis kelamin : Laki-Laki
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
• Umur : 43 Tahun
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
• TTL : Situbondo, 14-07-1978 TTV
• Agama : Islam • Tensi :144/86 mmhg
• Pendidikan : SD • RR : 28x/menit
• Pekerjaan: sebagai petugas pemulasaran pasien
• Nadi : 110x/menit
COVID-19
• Suhu : 39 oC
• Alamat : situbondo
• Analisa data
Diagnosis keperawatan

• Bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental, ditandai
dengan suara nafas ronki,
terdapat sputum saat pasien
batuk
• Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
ditandai dengan pasien sesak,
RR 31x/ menit, nafas pendek
dan dangkal
Intervensi

• Hari pertama perawatan di ruang isolasi, didapatkan D-dimer 0.23 mcg/ml sinus takikardi, pola S1Q3T3 dan pemanjangan interval QTc. Namun
yang kemudian meningkat menjadi 0,58 mcg/ml. Pasien dikonsulkan untuk tidak ditemukan gambaran inversi gelombang T anteroseptal. Sehari
perawatan ICU karena sesak napas yang memberat, saturasi oksigen 68% setelahnya, gambaran EKG masih sinus takikardi, terlihat pola S1Q3T3,
dengan high flow nasal canul (HFNC) flow 60 lpm FiO2 80% dan hasil right axis deviation, namun pemanjangan interval QT tidak ditemukan.
analisa gas darah (AGD) menurut kriteria BERLIN dikategorikan sebagai Beta blocker (propranolol) oral diberikan untuk terapi takikardi yang
severe acute respiratory distress syndrome (ARDS), dimana P/F ratio 51. Di menetap.
ruang ICU, pasien mendapatkan terapi oksigen menggunakan HFNC dengan
flow 60 lpm, FiO2 90% dan ditambahkan pemberian anti koagulan profilaksis • Pada perawatan hari ke-19 gambaran EKG memperlihatkan sinus ritme
heparin dosis 2 x 5000 IU subcutan (SC) serta terapi tambahan anti dan tidak ditemukan lagi pola S1Q3T3. Delapan jam terapi oksigen
interleukin-6 (IL-6) tocilizumab 800 mg dengan dua dosis terbagi. menggunakan ventilator pascaintubasi, pasien mengalami desaturasi
yang menetap. Diputuskan untuk pemberian antikoagulan
• Hari perawatan ke-12, pasien berhasil dilakukan penyapihan HFNC, dan unfractionated heparin (UFH) dosis terapeutik, dengan dosis
terapi oksigen dilanjutkan dengan nasal kanul 3 lpm. pada hari perawatan ke- loading 7200 IU bolus iv dan dilanjutkan pemberian secara kontinyu iv
12 terdapat kecurigaan gambaran Hamtpon’s hump, berupa lesi radiopak dengan dosis 1600 IU/jam. Pengawasan faal koagulasi dilakukan secara
berbentuk baji di area perifer paru kanan. Gambaran ini sebagai diagnosis ketat. Dosis heparin kontinyu disesuaikan dengan nilai dari
banding emboli paru. Interpretasi utama dari ronsen toraks adalah laboratorium aPTT.
konsolidasi alveolar akibat pneumonia COVID-19. • Pada perawatan hari ke-25 keadaan pasien mengalami perbaikan dan
berhasil dilakukan ekstubasi. Pemberian terapi oksigen dilanjutkan
• Hari perawatan ke-14, pasien dipindahkan ke ruang perawatan isolasi.
dengan HFNC. Saat pasien terbebas dari pengaruh sedasi didapatkan
Namun, 2 jam di ruang perawatan isolasi, pasien mengalami sesak napas, kelemahan ektremitas atas dan bawah sebelah kiri, dengan kekuatan
dengan frekuensi napas 32-45x/menit, saturasi oksigen 58% dengan non- motorik 1/5.
rebreathing mask (NRM) 15 lpm, gelisah serta gerakan involunter
ekstremitas bawah kanan. Pasien dipindahkan kembali ke ICU dengan • Pada hari perawatan ke-28, pasien berhasil dilakukan penyapihan
hipoksemia, penurunan kesadaran, peningkatan tekanan darah, takikardi, HFNC menjadi nasal kanul sebagai terapi oksigen. Selama perawatan
di ICU, hemodinamik pasien pernah ditopang dengan vasopressor
takipnea dan desaturasi. Diputuskan dilakukakan tindakan intubasi dan
selama beberapa hari. Kekuatan motorik mengalami perbaikan hingga
pemasangan ventilator mode PC-Bipap FiO2 100% dengan pressure saat pasien pindah ke ruang perawatan, skor motorik ekstremitas atas
inspiration 28, I:E rasio 1:1.3, respiratory rate (RR) 26 x/i, positive end 3/5 dan ekstremitas bawah 4/5. Pasien pulang setelah mendapatkan
expiratory pressure (PEEP) 13, pressure support 25, didapatkan SpO2 82 %. perawatan di rumah sakit selama 53 hari. Data tren perubahan terapi
Setelah prosedur intubasi dan pemasangan ventilator, pada monitor pasien oksigen, saturasi, PO2, P/F ratio, laboratorium hemoglobin, trombosit,
didapatkan irama jantung takiaritmia dengan heart rate (HR) 150 x/menit. aPTT, D-dimer, CRP dan terapi heparin.
Edukasi Keluarga
Implementasi dan evaluasi
1. Rabu / 22 Juni 2020
Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukus yang kental, ditandai dengan suara nafas
ronki, terdapat sputum saat pasien batuk
• Implementasi : 1. Berbincang kepada pasien tentang penyakitnya dan memperkenalkan diri. 2. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien dan mengauskultasi dada untuk mengetahui karakter bunyi nafas dan adanya sekret. 3. Mengajari pasien
teknik nafas dalam. 4. Mengajarkan pasien teknik batuk efektif. 5. Berkolaborasi pemberian ventolin 3 ml dengan
nebulizer 6. Berkolaborsai pemberian oksigen 5 liter dengan nasal kanul. 7. Memberikan posisi nyaman semi fowler.
• Evaluasi :
S : Pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak dan nyeri dada.
O : k/u lemah terpasang IVFD RL 20x/i TD: 120/90 mmHg, HR : 105x/i , RR: 31x/i , T: 36,4oc ,Suara nafas ronki dan
terdapat sputum dengan karakter kental dan berwarna kuning kehijauan, kanal oksigen terpasang dengan dosis 5 liter/ menit,
RL 20 tetes per menit diberkan melalui kateter intravena. Pasien masih belum dapat mempraktekkan teknik batuk efektif
dengan baik. skala nyei 3, lokasi nyeri dada bagian kanan, nyeri memberat ketika pasien melakukan aktivitas berat.pasien
msaih belum bisa melakukan teknik nafsa dalam dengan baik. Pasien mulai bisa duduk di atas tempat tidur.
A : Masalah sebagian teratasi.
P:Intervensi dilanjutkan
Edukasi Keluarga

2. Kamis 27 juni 2020


Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan pasien sesak, RR
31x/ menit, nafas pendek dan dangkal
Implementasi : 1. Mencatat frekuensi kedalaman dan kemudahan pernafasan. Mengobservasi penggunaan otot bantu
nafas, nafas bibir. 2. Mengauskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi nafas tak normal. 3. Melakukan suction
pada pasien. 4. Mengubah posisi dengan sering, letakkan pasien dengan posisi semi fowler. 5. Mengkaji tanda-tanda
vital pasien secara berkala.
Evaluasi :
S : Pasien mengatakan masih sedikit sesak dan sesak berkurang jia dalam keadaan semifowler. Pasien masih
merasakan nyeri.
O : Sesak (+) suara nafas ronki, penggunaan otot bantu nafas (+) pernafsan cuping hidung (+) Hasil suction : Sekret
(+) sebanyak 100 cc/ hari karakteristik kental berwarna kuning kehijauan TD : 130/90 mmHg , HR : 110x/i , T : 360C ,
RR : 29x/i , Pasien masih belum dapat pindah ke tempat lain. Skala nyeri masih 3
A : Masalah sebagian teratasi.
P. Intervensi dilanjutkan.
TERIMAK
ASIH

Anda mungkin juga menyukai