Anda di halaman 1dari 28

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN

COVID-19 DI UGD DAN FASKES


PRIMER
Prof. DR. Dr. Syafri Kamsul Arif, Sp.An-KIC-KAKV

Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan


Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN)
IDENTIFIKASI DINI
PASIEN KRITIS COVID-19
Pasien yang
Infeksi 2019-nCoV memerlukan
penanganan intensif
IDENTIFIKASI DINI
PASIEN KRITIS COVID-19
Pasien yang
Infeksi 2019-nCoV memerlukan
penanganan intensif
80% pasien: gejala ringan, tidak
Keterbatasan ICU
memerlukan perawatan di RS

15% pasien: memerlukan


perawatan di ruang biasa
Deteksi dini untuk
mengoptimalkan
perawatan
5% pasien: memerlukan
perawatan ICU

Menurunkan durasi
rawat intensif dan
~25% pasien yang dirawat di RS mencakup lebih
dapat menjadi pasien kritis banyak penderita
IDENTIFIKASI DINI

INTERVENSI DINI PASIEN


KRITIS COVID-19
Derajat Berat / Kritis

Isolasi dan Pemantauan

• Isolasi di ruang isolasi RS Rujukan atau rawat secara kohorting


• Pengambilan swab untuk PCR
Non Farmakologis

• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol


elektrolit, status hidrasi (terapi cairan), dan
oksigen
• Pemantauan laboratorium Darah Perifer
Lengkap dengan hitung jenis, bila
memungkinkan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati,
Hemostasis, LDH, D-dimer
• Pemeriksaan foto toraks serial bila
perburukan
Non Farmakologis

• Monitor tanda-tanda:
• Takipnea, frekuensi napas > 30 x/min,
• Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry 93% (di jari),
• Pa02/Fi02 < 300 mmHg,
• Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru
paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
• Limfopenia progresif,
• Peningkatan CRP progresif,
• Asidosis laktat progresif
Non Farmakologis

• Monitor keadaan kritis


• Gagal napas yang membutuhkan
ventilasi mekanik, syok atau gagal
multiorgan yang memerlukan
perawatan ICU
• Gagal napas + ARDS  pertimbangkan
penggunaan ventilator mekanik
 Laju napas
Pengawasan
 Laju nadi
2 kali sehari
 Saturasi oksigen pada udara bebas

Risiko tinggi:
 Usia tua (>65 tahun)
 Limfopenia atau trend penurunan Pengawasan
 Pasien yang memerlukan terapi oksigen berkelanjutan
 Pasien dengan infiltrat paru yang luas
memerlukan pengawasan berkelanjutan
Perburukan

Jika terdapat 1 dari tanda berikut:


▪ SpO2 <93% dengan udara bebas
▪ RR >30 kali/menit
▪ HR >120 kali/menit
▪ Tanda kegagalan organ

Pasien perlu segera dipindahkan ke ICU dan


penanganannya diambil alih oleh dokter terapi intensif
Penanganan COVID-19 berpusat pada
upaya pencegahan perburukan penyakit
HFNC lebih disarankan
Gunakan high flow nasal canulla (HFNC) atau non-invasive
mechanical ventilation (NIV)

Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien


dengan edema paru

Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone


position)
Terapi Oksigen
NRM

• 15 liter/menit, lalu titrasi sesuai SpO2

HFNC

• Mulai FiO2 100% lalu titrasi sesuai SpO2


• Tenaga kesehatan harus menggunakan respirator (PAPR,
N95)
• Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian
lakukan evaluasi  indeks ROX
Terapi Oksigen

Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju


napas Pada jam ke-2, 6, dan 12

ROX >4.88  Pasien tidak membutuhkan ventilasi invasif

ROX <3.85  Risiko tinggi untuk kebutuhan intubasi


NIV

• Jika dibutuhkan, tenaga kesehatan harus menggunakan


respirator (PAPR, N95)
• ARDS berat  disarankan untuk dilakukan ventilasi invasif
• Jangan gunakan NIV pada pasien dengan syok

Perbaikan dan mencapai


kriteria ventilasi aman:
Volume tidal (VT) <8 ml/kg Lanjutkan ventilasi dan
Pemberian NIV selama 1 jam,
evaluasi ulang 2 jam
evaluasi (-) gejala kegagalan kemudian
pernapasan atau
peningkatan FiO2/PEEP
Jika belum mengalami perbaikan
klinis, lakukan evaluasi:
Penilaian klinis : Penilaian oksigenasi :
• Kesadaran gelisah atau menurun • Jika menggunakan HFNC >30
• Pasien merasa tidak nyaman liter/menit atau NIV dan FiO2 >60%
• Upaya napas meningkat >30 kali/menit tidak dapat menjaga SpO2 >92% (95%
• Peningkatan nadi >120 kali/menit dengan komorbid)
• Penggunaan otot-otot bantu
pernapasan berlebihan

Intubasi dan ventilasi mekanik secara dini


Penanganan
pasien COVID-19
dengan gagal
napas
Time Course and Treatment Approach to
Ventilation Support for COVID + CARDS

Type L: Scattered ground-


glass infiltrates, higher
compliance (>50 mL/cm H2O),
not PEEP responsive; less
dyspnea.

Type H: Extensive infiltrates


and edema, lower compliance,
PEEP responsive, overtly
dyspneic.

JM John. Management of
COVID-19 Respiratory
Distress. JAMA Insight. 2020
Global data on COVID-19 patients shows that anywhere
from 2.3-89.9% of patients admitted to the ICU have been
ventilated

Would early mechanical ventilation have


NOT CLEAR
changed the course of the patient?
Mortality rates for those who received mechanical
ventilation in the 18-to-65 and older-than-65 age
groups were 76.4% and 97.2%, respectively
Farmakologis

Vitamin C 200 - 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam I jam secara drips IV

Vitamin BI 1 ampul/24 jam/IV

Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke 1-3) dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral (hari
ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin 400 mg 124 jam/oral (untuk 5 hari), kontrol EKG/3 hari

Azitromisin 500 mg/24 jam/IV atau oral (untuk 5-7 hari) ATAU Levofloksasin jika curiga
ada infeksi bakteri: 750 mg/24 jam/IV atau oral (untuk 5-7 hari)
Antivirus

• Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari


ATAU Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2
x 400/100mg selama 10 hari ATAU
• Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading
dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-l dan
selanjutnya 2x600 mg (hari ke 2-5) ATAU
• Remdesivir 200 mg IV drip/3jam dilanjutkan
1x100 mg IV drip/3 jam selama 9-13 hari
Antikoagulan Deksametason
6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara
LMWH/UFH berdasarkan evaluasi
seperti hidrokortison pada kasus
DPJP
berat dengan terapi oksigen atau
ventilator

Pengobatan
Obat suportif Syok 
komorbid dan
lainnya sesuai tatalaksana
komplikasi yang
indikasi sesuai pedoman
ada
Antikoagulan pada pasien kritis
Algoritma
tatalaksana
koagulasi pada
COVID-19
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai