Anda di halaman 1dari 34

TO Unbraw 49

11-20
11. Seorang perempuan 24 tahun mengeluhkan gatal-gatal di kulitnya disertai bengkak pada kedua
bibirnya 4 jam yang lalu. Pasien mengatakan keluhannya muncul 2 jam setelah mengkonsumsi
kepiting bersama temannya di restoran. Pasien sebelumnya juga mengatakan ada riwayat alergi
terhadap udang sejak kecil. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya urtika dengan dasar eritema
pada tubuhnya disertai dengan edema pada mukosa bibir. Pemeriksaan fisik lainnya tidak
didapatkan adanya kelainan.  ANGIOEDEMA
Antibodi yang berperan dalam pathogenesis penyakit tersebut adalah:
a. IgA
b. IgG
c. IgE → tipe I
d. IgM
e. IgD
Hipersensitivita
s Tipe 1
12. Seorang pria berusia 58 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD dengan keluhan utama sesak
napas sejak 10 hari disertai batuk dahak kekuningan. Pada pemeriksaan fisik paru kiri tertinggal
dan fremitus taktil menurun, perkusi redup pada seluruh lapang paru kiri, suara nafas menurun.
Pemeriksaan paru kanan normal. Pada rontgen thorax didapatkan gambaran radioopak pada
seluruh hemithorax kiri. Trakhea dan mediastinum bergeser ke kanan.

Usulan pemeriksaan lanjutan yang disarankan adalah:  PARAPNEUMONIA

a. Biopsi transbronkial

b. USG pada pleura

c. Bronkhoskopi

d. Torakosintesis → efusi pleura masif (harrison)

e. Biopsi transtorakal
13. Wanita usia 50 tahun datang dengan keluhan mudah lelah dan perut membesar dalam 4 bulan
terakhir. Pasien juga mengeluh mual dan perut terasa penuh seminggu terakhir. Pasien
memeriksakan diri ke dokter, dilakukan USG abdomen dan hasilnya terdapat splenomegaly dan
hepatomegaly tanpa ada kelainan yang lain. Hasil lab pasien didapatkan Hb 9,8 gr/dl, WBC
128.780 /uL, PLT 345.000 /uL, Ureum 36,5 mg/dl dan Creatinin 1,5 mg/dl LDH 1240 U/L. Hapusan
darah tepi menunjukkan semua tahap maturase sel leukosit.  LGK

Pemeriksaan lanjutan apa yang paling tepat dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara
lengkap pada pasien ini?

a. Bone Marrow Aspiration

b. Bone Marrow Biopsy

c. Evaluasi Philadelphia krosomom

d. Hapusan Darah tepi

e. Reticulocyte count
14. Perempuan, 37 tahun, datang dengan keluhan rasa tidak nyaman di
dada sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Sekitar 7 hari yang lalu,
ia mengalami infeksi saluran napas atas dan diberikan antibiotik
siprofloksasin oleh dokter yang merawat. Tidak ada riwayat hipertensi
atau diabetes sebelumnya, tetapi sejak lima bulan yang lalu ia rutin
mengonsumsi nilotinib dengan dosis 2x400 mg untuk penyakit chronic
myelogenous leukemianya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 96/78 mmHg; nadi 56x/menit; laju pernapasan 18 x/menit; SpO2
97% room air. Hb 12,3 gr/dl, leukosit 6780/ul, trombosit 213.000/ul.
Elektrokardiogram menunjukkan gambaran sebagai berikut:
Sinus rhythm, rate 60 kali/menit, axis LAD, p wave normal, PR
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah:
interval 0,12”, QRS 0,06”, ST segment changes negatif, T inverted II,
a. Dosis Nilotinib diturunkan menjadi 1x400 mg dan evaluasi kadar
III, AVF, LVH/RVH/LBBB/RBBB negatif, QTc 560
kalium serta magnesium
b. Dosis Nilotinib diturunkan menjadi 1x400 mg dan evaluasi kadar
troponin I
c. Nilotinib dihentikan sementara dan evaluasi kadar kalium serta CATATAN
magnesium → prolonged QT. T inv bisa krn prolonged QT. Kemudain
Semua TKI menyebabkan prolonged QTc
Ciprofloxacin menyebabkan prolonged QTc
cek troponin tidak disarankan. Pemantauan dengan TTE
Semua pasien prolonged QTc, evaluasi elektrolit dan TTE untuk
d. Nilotinib dihentikan sementara dan evaluasi kadar troponin I →
mencari cardiac event
ischemic heart disease
e. Nilotinib dihentikan dan diganti dengan obat tyrosine kinase
inhibitor lainnya
15. Laki - laki 45 tahun dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak seminggu terakhir, sesak nafas yang
tidak berkurang dengan istirahat. Batuk berdahak 2 minggu ini tidak disertai mengi dan pasien lebih nyaman
berbaring ke sisi kanan. Demam sesekali dikeluhkan, nafsu makan dan berat badan menurun. Pasien
menderita gagal ginjal sejak setahun terakhir, dan rutin menjalani cuci darah 2 kali seminggu. Riwayat minum
OAT dan kontak dengan penderita TB disangkal. Dari pemeriksaan hasil analisa cairan pleura didapatkan
hitung sel MN 85%, rivalta (+) dan LDH 400 u/l, Adenosin Deaminase 120 IU/L.

Penyebab tersering pada kasus diatas adalah:  PLEURITIS TB

a. Fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening

b. Robeknya perkijuan arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura

c. Secara hematogen dan menimbulkan effusi bilateral

d. Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura

e. Menurunnya tekanan intra pleura


15. Wanita Usia 65 Tahun Datang Dengan Keluhan Sulit Tidur. Keluhan Dirasakan Sejak 2 Bulan Yang Lalu.
Pasien Menceritakan Bahwa Hampir Setiap Malam Dia Mengalami Sulit Tidur. Seringkali Dia Sudah Berada Di
Tempat Tidur Sejak Jam 21.00, Tetapi Lebih Dari 2 Jam Pasien Tidak Juga Tidur. Keesokan Harinya Pasien
Sering Merasakan Badannya Lesu Dan Mengantuk Sehingga Mengganggu Aktifitas Sehari-Hari. Berdebar-
Debar (-), Keringat Dingin (-), Penyakit Fisik (-), Sedih Berlebihan (-), Penurunan Nafsu Makan (-), Kehilangan
Minat Dan Kegembiraan (-).  INSOMNIA

Terapi yang bisa diberikan pada pasien tersebut:

a. Amitriptilin  insomnia pada depresi

b. Zolpidem → non-benzodiazepine

c. Antidepresan  insomnia pada depresi

d. Buspiron

e. Haloperidol
16. Seorang perempuan 40 tahun didiagnosis artritis reumatoid sejak 3 tahun yang lalu. Pasien mengkonsumsi
metotreksat 20 mg/minggu, hidroksiklorokuin 200 mg/hari, serta sulfasalazine 3x500 mg saat ini namun
pasien belum didapatkan perbaikan. Dokter yang merawat berencana akan memberikan terapi DMARD
biologik, yaitu anti-TNF-a pada pasien. Enam bulan pasca pemberian terapi biologis, pasien mengeluhkan
sering demam di malam hari, disertai dengan keluhan batuk berdahak. Pasien didapatkan penurunan berat
badan 5 kg dalam 3 bulan terakhir. Pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi pada lapang atas dan tengah paru
pasien. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks didapatkan hasil sebagai berikut  TB PARU

Terapi DMARD biologik yang diduga dapat mengakibatkan kondisi pasien tersebut adalah:

a. Tofacitinib → JAK-2 inhibitor

b. Rituximab → anti CD20

c. Tocilizumab  anti IL 6 receptor ACTEMRA

d. Adalimumab  anti TNF a (etanercept, infliximab, golimumab)

e. Belimumab → antibodi monoklonal IgG1y


17. Seorang perempuan, 23 tahun, datang dengan keluhan demam dan mimisan. Keluhan dirasakan sejak 2
bulan yang lalu, dan memberat dalam dua hari. Hemodinamik stabil, splenomegaly SI; dan hasil pemeriksaan
laboratorium adalah sebagai berikut: Hb: 11,9 gr/dL, MCV/MCH: 82/29, Trombosit: 56.000/uL, Leukosit:
7390/uL. Hapusan darah tepi: Kesan jumlah trombosit menurun dengan didapatkan giant platelet. Pasien
direncanakan diberikan terapi lini pertama.  ITP

Kriteria 'respons awal' adalah

a. Peningkatan trombosit ≥10.000/uL setelah 10 hari terapi awal meski masih ada perdarahan

b. Peningkatan trombosit ≥20.000/uL setelah 10 hari terapi awal meski masih ada perdarahan

c. Peningkatan trombosit ≥30.000/uL setelah 10 hari terapi awal dan tidak ada perdarahan (jawaban kunci)

d. Peningkatan trombosit ≥40.000/uL setelah 10 hari terapi awal dan tidak ada perdarahan

e. Peningkatan trombosit ≥50.000/uL setelah 10 hari terapi awal dan tidak ada perdarahan
ITP (ASH 2019)
18. Seorang wanita usia 55 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu yang lalu yang
disertai batuk berdahak. Pasien lebih nyaman tidur ke arah kanan. Pasien direncanakan untuk dilakukan
torakosintesis dengan tujuan untuk diagnostik dan terapetik.

Yang bukan merupakan komplikasi dari torakosintesis adalah:

a. Hipotensi

b. Edema paru akut

c. Hematothoraks

d. Pneumothorax

e. Emboli paru
Komplikasi Torakosentesis
19. Seorang laki-laki 69 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sesak nafas yang semakin memberat saat aktivitas
sejak 2 minggu SMRS. Pasien sudah terdiagnosis gagal
jantung sejak 3 tahun yang lalu Hasil evaluasi ekokardiografi
3 bulan yang lalu didapatkan EF 35%. Pasien selama ini
mendapatkan obat rutin Aspilet 1x80mg, Ramipril 2x5mg,
Bisoprolol 1x10mg, Spironolakton 1x25mg, dan Simvastatin
1x20mg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/70
mmHg; Nadi 68x/m; Rhokhi basah halus minimal di basal
paru bilateral, edema tungkai minimal. Hasil perekaman EKG
pasien sebagai berikut:  HFREF
Tatalaksana selanjutnya yang direkomendasikan pada Sinus rhythm, rate 90 kali/menit, axis LAD, p wave normal, PR
pasien : interval 0,12”, QRS 0,06”, ST segment changes negatif, T tall?,
a. Tambahkan digoksin LVH/RVH/LBBB/RBBB negatif
b. Tambahkan Ivabradin
c. Cardiac Resynchronization Therapy → LVEF < 35% dan
QRS lebar > 130 ms
d. Ganti Ramipril dengan Sacubitril/Valsartan tanpa washing
period
e. Ganti Ramipril dengan Sacubitril/Valsartan setelah
washing period selama 36 jam
20. Seorang wanita berusia 58 tahun berobat akibat sesak nafas disertai mengi sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan
seringkali muncul apabila pasien menghirup asap kendaraan bermotor. Pasien seringkali juga muncul keluhan
gatal di kedua matanya dan sering keluar ingus apabila terpapar asap tersebut. Keluhan semakin memberat
dalam beberapa hari terakhir sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital normal. Konjungtiva merah dan mata berair. Pemeriksaan paru didapatkan adanya wheezing.
Pemeriksaan jantung tidak ada kelainan. Spirometri didapatkan FEV1 74% dari yang terprediksi dan membaik 18%
setelah pemberian bronkodilator.  peningkatan FEV1 >=12% atau >= 200 ml  ASMA

Selain diberikan 2 agonist kerja pendek pada pasien ini, tatalaksana tambahan yang tepat diberikan pada pasien
adalah:

a. Ditambahkan antagonist leukotriene

b. Ditambahkan glukokortikoid inhalasi dosis rendah  tergantung berapa lama harinya (< 4-5 hari STEP 2,
jawaban kunci)

c. Ditambahkan glukokortikoid inhalasi dosis rendah dan beta 2 agonist kerja Panjang  tergantung berapa lama
harinya (> 4-5 hari STEP 3) FEV1 (forced expiratory volume): udara maksimum yang dapat
dihembuskan secara kuat dalam 1”
d. Diberikan antihistamin oral setiap hari FVC (forced vital capacity): udara maksimum yang dapat dihembuskan
secara kuat setelah inhalasi secara dalam
e. Ditambahkan teofilin intravena PEF (peak expiratory flow): kecepatan maksimum dalam menghembuskan
udara
Obstruktif: FEV1/FVC < 70%
TO Unbraw 49
71-80
71. Seorang pasien berusia 68 th datang dengan keluhan sulit tidur, sulit tidur dirasakan sejak 3 hari terakhir,
pasien merasakan sulit tidur dalam seminggu terakhir. tidak ada kaitan dengan masalah hubungan sosial
maupun masalah keuangan. pada 2 minggu terakhir kedua anak pasien masih sering berkunjung ke rumah
pasien. Pasien juga mengeluh sering berjalan sendiri ketika terbangun malam, sering terbangun pada dini hari
dan susah untuk tidur kembali, sering merasa lelah.  PARASOMNIA

Terapi farmakologi yang dapat diberikan yang memiliki efek samping minimal adalah....

a. Oxazepam  short to intermediate acting benzodiazepine

b. Trazolam  triazolam? benzodiazepine

c. Zolpidem  non-benzodiazepine

d. Triazolam  benzodiazepine

e. Ramelteon  benzodiazepine
• 72. Seorang laki-laki 35 tahun mengeluhkan nyeri pada kedua area pipinya dan didapatkan hidung yang
tersumbat sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mendapatkan obat amoxicillin clavulanic acid oleh dokter.
Empat hari setelah konsumsi obat tersebut, pasien didapatkan ruam. Pemeriksaan tanda vital tidak
didapatkan kelainan, pemeriksaan kulit nampak lesi seperti yang ditunjukkan pada foto. Didapatkan
adanya postnasal drainage pada orofaring. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan adanya kelainan.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan eosinophilia namun tidak didapatkan adanya kelainan
laboratorium lainnya, baik pada pemeriksaan fungsi liver maupun ginjal.

• Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah:

• Select one:

• a. Drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS) –

• b. Morbilliform drug reaction

• c. Stevens Johnson syndrome

• d. Viral exanthem

• e. Fixed drug eruption


• 73. Seorang laki-laki 27 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan batuk selama 1
minggu disertai hidung buntu dan demam ringan selama 1 minggu terakhir. Hari ini pasien
mengeluhkan nyeri dada yang semakin memberat sejak pagi hari. Keluhan dirasakan memberat jika
pasien menarik nafas dalam. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran kompos mentis; TD 120/70
mmHg; Nadi 82x/m; laju nafas 18x/m; Suhu aksiler 37,6 oC. Hasil perekaman EKG pasien sebagai
berikut:

• Tatalaksana selanjutnya yang tepat untuk pasien tersebut adalah:

• a. Berikan ASA dan CPG, ISDN sublingual dan Heparin (IV)

• b. Segera lakukan pemeriksaan transtorakal ekokardiografi dengan kemungkinan tindakan perikardiosentesis

• c. Segera lakukan pemeriksaan angiografi koroner untuk evaluasi adanya infark miokard akut

• d. Memberikan ibuprofen → diagnosis : Miokarditis

• e. Programkan treadmill stress test


• 74. Laki-laki, 72 tahun datang ke dokter dengan keluhan sering merasa lelah dan lesu sejak 2 minggu yang lalu.
Pasien juga kadang-kadang mengalami demam, kencing berwarna merah tua disertai mata tampak kuning sejak
satu minggu sebelumnya, terutama ketika malam dan dini hari. Pasien merupakan penderita chronic lymphocytic
leukemia dan mendapatkan terapi fludarabin sejak dua bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis, sklera ikterik, ujung hidung dan jari tampak biru keunguan, pembesaran kelenjar getah
bening di colli D dan ingunal D, hepatosplenomegali. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil sebagai
berikut: Hb 6,5 gr/dL, trombosit 125.000/uL, retikulosit meningkat, bilirubin total/direk/indirek 15,67/2,67/13,00
mg/dL; pada hapusan darah tepi didapatkan hasil sebagai berikut:

• (Blood smear ga kefoto)

• Diagnosis yang paling mungkin dari kasus di atas adalah:

• a. Cold autoimmune hemolytic anemia

• b. Drug allergy

• c. Hapten mediated autoimmune hemolytic anemia

• d. Leptospirosis

• e. Warm autoimmune hemolytic anemia


• 75. Seorang laki-laki 65 tahun dalam perawatan di ruang rawat jantung setelah sebelumnya
mengalami keluhan nyeri dada 4 jam sebelum ke Rumah Sakit. Hasil pemeriksaan di IGD menyatakan
pasien mengalami STEMI inferior dan kemudian dilaksanakan intervensi perkutaneus primer (IKP)
untuk koroner yang mengalami oklusi total. Satu jam setelah prosedur dilakukan, pasien mengalami
aritmia akut dengan gambaran EKG (dibawah ini). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
100/60 mmHg; nadi 92x/ menit; laju nafas 16x/ menit; suhu aksiler 36,8 oC. Pemeriksaan auskultasi
jantung didapatkan ritme denyut jantung reguler dengan intensitas S1 yang bervariasi. Pemeriksaan
auskultasi paru dalam batas normal.

• Tatalaksana yang tepat bagi pasien saat ini adalah:

• a. Berikan Amiodaron

• b. Cardiac Resynchronization Therapy

• c. Tindakan Kardioversi

• d. Berikan Lidocaine

• e. Tidak diperlukan intervensi → aritmia paska reperfusi.


• 76. Seorang laki-laki 48 tahun datang ke UGD dengan tidak sadarkan diri setelah minum alcohol 1 jam
sebelum masuk rumah sakit, disertai sesak nafas, pada pemeriksaan fisik di didapatkan kesadaran
stupor tekanan darah 90/70 mmHg, Nadi 122 kali /menit, pernafasan 31 kali/menit, suhu 36 ,7 oC, JVP
tidak meningkat, tidak didapatkan ronkhi di kedua paru, jantung dan abdomen normal, dari hasil
analisa gas darah di dapatkan PH : 7,10 PCO2 : 55 mmHg PaO2 : 150 mmHg FiO2: 32 % HCO3 : 20
mmol/L AaDO2 : 200, Interpretasi analisa gas darah pada pasien ini:

• a. Gagal nafas hiperkapnia

• b. Gagal nafas hipoksemia

• c. Alkalosis metabolik

• d. Alkalosis respiratorik

• e. Asidosis Metabolik
• 77. Seorang perempuan, 23 tahun, datang dengan keluhan demam dan mimisan. Keluhan dirasakan
sejak 1 bulan yang lalu, dan memberat dalam dua hari. Sekitar 8 bulan sebelumnya, pasien pernah
didiagnosis dengan Immune Thrombocytopenia dan telah diberikan terapi lini pertama serta
splenektomi. Dokter yang merawat saat itu menyatakan bahwa pasien menunjukkan respons terapi
yang baik. Hemodinamik saat ini stabil dan hasil pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut:
Hb: 10,8 gr/dL, MCV/MCH: 87/28, Trombosit: 24.000/uL, Leukosit: 6340/uL. Hapusan darah tepi:
Kesan jumlah trombosit menurun dengan didapatkan giant platelet. Terapi yang bisa diberikan pada
pasien adalah

• a. Imunoglobulin intravena

• b. Kemoterapi

• c. Terapi agen biologis

• d. Tidak diberikan terapi

• e. Transfusi thrombocyte concentrate 1 unit per 10 kgBB


• 78. Seorang laki-laki 52 tahun dibawa ke rumah sakit akibat mengeluhkan batuk darah sejak 3 hari yang lalu.
Pasien didapati nyeri otot, sendi, mimisan, dan penurunan pendengaran sejak 3 minggu sebelumnya. Satu
minggu yang lalu pasien mengeluhkan ruam dan kelemahan pada tangan kanannya. Pemeriksaan fisik
didapatkan suhu 38.0oC, tekanan darah 152/100 mmHg, nadi 72 kali/menit, dan RR 24 kali/menit. Konjungtiva
merah pada kedua mata dan didapatkan penurunan pendengaran pada kedua telinga. Didapatkan nyeri tekan
pada area sinus maksilaris bilateral serta didapatkan ronkhi difus pada pemeriksaan thoraks. Pemeriksaan
genggaman tangan pada tangan kanan berkurang dan didapatkan purpura yang terpalpasi pada ekstremitas
bawah bilateral. Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil sebagai berikut: LED 84 mm/jam, Leukosit 12,300 /
l, Komplemen (C3, C4) normal, Kreatinin 2.1 mg/dl, Urinalisis: protein 3+, eritrosit 50/hpf, leukosit 20/hpf, Foto
Waters: erosi tulang pada septtum dan inflamasi pada sinus maksilaris, Foto Thoraks: infiltrate diffuse
bilateral. Pemeriksaan penunjang apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasien ini:

• a. Antibodi Anti-dsDNA → SLE

• b. Antibodi antimyeloperoxidase → HSP

• c. Antibodi anti-proteinase 3 → c-ANCA → Wegener

• d. Antibodi anti-topoisomerase I → anti Scl-70 → SS

• e. Serum cryoglobulin
• 79. Seorang wanita 72 tahun dibawa oleh kedua anaknya ke rumah sakit tipe A karena kelemahan bertahap kedua
tangan dan kaki dalam 6 bulan terakhir. Karena keluhan ini pasien beberapa kali terjatuh ketika berjalan. Keluhan ini
sudah berulang sebelumnya, dengan kecurigaan NPSLE oleh dokter keluarga yang merawat pasien. Sebelumnya
keluhan membaik dengan pemberian steroid dosis rendah selama 9 bulan terakhir namun dalam sebulan terakhir
keluhan menetap. Didapatkan penurunan BB dari 54 kg ke 42 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien jg tidak merasa dingin
ketika tidak sengaja dimandikan dengan air dingin. Pasien tersebut sebelumnya menderita Antiphospholid syndrome
sekunder dengan Systemic Lupus Erythematous keterlibatan ginjal, dan Diabetes Melitus tipe 2 disertai diabetic
dyslipidemia dengan riwayat TIA 7 tahun lalu. Obat rutin yang dikonsumsi pasien adalah HCQ 1x200 mg, Myfortic
2x360 mg (sudah pernah diturunkan dosis), Atorvastatin 0-40 mg, CPG 1x75 mg, Pioglitazone 1x30 mg. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hemodinamik stabil, refleks fisiologis dan patologis dalam batas normal. Kekuatan
motorik keempat ekstremitas +2, dengan sensoris dalam batas normal. Lingkar betis 35 cm Pada pemeriksaan hand
grip strength, 2 skor tertinggi adalah 22 dan 24 pound. 6 meter walk test selama 2 detik. Hasil Bioimpedance analysis
1.02 pound/ft². Rekomendasi terbaik untuk diagnosis pada penyakit diatas adalah:

• a. Sesuai algoritma AWGS 2014

• b. Rerata handgrip strength menggunakan Jamar Hand dynamometer

• c. Pengukuran physical performance menggunakan 5 time chair stand test

• d. 6 minutes fastest gait speed

• e. DXA
• 80. Seorang laki-laki usia 32 tahun menderita glomerulosklerosis segmental fokal yang tidak respon
dengan terapi konvensional. Saat ini telah berkembang menjadi penyakit ginjal kronis stadium IV
yang berhubungan dengan glomerulosklerosis segmental fokal. Manakah dari yang berikut ini yang
merupakan indikasi untuk memulai hemodialisis:

• a. Asidosis terkendali dengan bikarbonat

• b. Bleeding diathesis

• c. BUN > 110 mg/dL tanpa gejala

• d. Kreatinin > 5 mg/dL tanpa gejala

• e. Hiperkalemia yang terkontrol dengan natrium polistiren.

Anda mungkin juga menyukai