Anda di halaman 1dari 76

TRY OUT I

Waktu: 150 menit

1. Seorang lelaki berusia 40 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan riwayat batuk kronik dan sesak yang memberat sejak 1
bulan sebelum berobat. Sesak tidak terlalu berespon baik terhadap bronkodilator. Batuk ringan dengan dahak yang berwarna
kuning. Tidak ada riwayat mengi, gagal jantung kongestif, dan penyakit refluks gastroesofageal. Pasien merokok selama 15
tahun sebanyak 1 bungkus/hari. Pada pemeriksaan paru didapati ronki basah kasar nyaring pada basal paru kanan. Hasil
rontgen torak didapatkan gambaran menyerupai sarang tawon pada paru kanan bawah. Hasil spirometri: FEV 1 60%; FVC
88%; DLCO menurun.
a. Emfisema paru  sesak >>, bisa sarang tawon (kerusakan dinding bronkus)
b. Asma bronkhiale  spirometri normal
c. Bronkitis kronis  dominan batuk, tidak ada sarang tawon
d. Pneumonia lobaris
e. Bronkiektasis  batuk kronik disertai produksi sputum (3 lapis), adanya hemoptisis dan pneumonia berulang

2. Wanita 20 tahun yang menderita diabetes sejak usia 10 tahun datang dengan keluhan poliuria, pandangan kabur, berat badan
menurun. Saat ini mendapat terapi insulin aspart 20 unit sebanyak 3 kali sehari setiap sebelum makan dan detemir 24 unit
pada malam hari. Sejak 1 bulan lalu pasien sering mengeluh berkeringat dan lemas pada tengah malam. Tidak riwayat DM
dalam keluarga. Pasien makan 3 kali sehari sejumlah 1500 Kkal sehari tanpa makanan sebelum tidur malam. Aktivitas
olahraga minimal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan 120/80 mmHg, tidak demam, nadi 80 kali per menit, pernapasan
normal, TB 154 cm, BB 50 kg. Laboratorium: GDP 259 gr/dL, Ur 28 mg/dL, Cr 0,9 mg/dL  SOMOGYI PHENOMEN
Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah pada pasien tersebut adalah :
a. Tidak perlu mengganti dosis insulin  hati2 kalo malam sering hipo
b. Pasien harus makan snack malam dan olahraga berat sebelum tidur
c. Diet DM dinaikkan menjadi 1700 kal/hari  lihat BB nya, kebutuhan kal 30kkal/kgBB/hari
d. Dosis insulin prandial dan basal dinaikkan  tambah hipo kalo malam
e. Dosis insulin prandial dan basal diturunkan

3. Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun dibawa ke IGD karena sempat pingsan saat berjalan di halaman rumahnya, tidak ada
riwayat pingsan sebelumnya, mengeluh lemas saat mulai berjalan agak cepat, kemudian pasien tidak sadar. Saat sadar pasien
tidak merasa sesak nafas maupun nyeri dada. Pasien diketahui hipertensi sejak 25 tahun, tekanan darah tekontrol. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70, Frekuensi nadi : 84-90x/menit dan ireguler, Frekuensi nafas: 18x/menit, suhu:
36⁰C, Pemeriksaan paru dalam batas normal, pada pemeriksaan jantung didapatkan murmur diastolik III/VI crescendo-
decrescendo pada daerah garis midklavikula kiri dan tidak menjalar.  MITRAL STENOSIS
Berdasarkan data di atas, maneuver di bawah ini yang dapat dilakukan agar murmur terdengar lebih keras adalah
a. Berbaring
b. Berdiri  mengeras pada HOCM
c. Hand grip exercise  mengeras pada MR, MS, AR, VSD. Termasuk di dalam latihan isometrik bersama sit up
d. Manuver Valsava  mengeras pada HOCM, MS, prolaps katub mitral
e. Passive leg raise  mengeras pada AS
Manuver lain untuk mengeraskan murmur:
Inspirasi  jantung kanan (stenosi dan regurgitasi trikuspid dan pulmonal)
Jongkok (squatting)  MR, AS, prolap katub mitral, MS
1
4. Seorang laki-laki berusia 19 tahun ,datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan demam mendadak tinggi
sejak 3 hari disertai mata kuning kemerahan. Didapatkan keluhan mual, muntah, nyeri otot pada seluruh tubuh, disertai bintik
kemerahan pada kulit yang tidak gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis; tekanan darah 100/60
mmHg ; frekuensi nadi 100 x/menit; frekuensi napas 20 x/menit; suhu 38,4°C ; terdapat petechie pada kedua tungkai bawah;
terdapat nyeri tekan pada betis dan nyeri punggung. Pemeriksaan fisik lain tidak ada kelainan. Hasil laboratorium didapati
BUN 45 mg/dl SK 2.3 UL: hematuria. IgM dan Ig G Dengue negatif, IgM Leptospira negatif.
Patogenesis terjadinya kelainan pada pasien adalah: Weil’s disease
a. Vaskulitis
b. Pengendapan kompleks imun
c. Antibody dependent enhancement
d. Fragilitas pembuluh darah vena
e. Proses neutralizing antibodies

5. Seorang lelaki berusia 22 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah berwarna hitam sejak 12 jam yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/60mmHg; frekuensi nadi 105x/menit; frekuensi nafas 24x/menit.
Konjungtiva palpebra pucat; sklera ikterik; terdapat palmar eritem. Pemeriksaan penunjang menunjukkan Hb 6.5 g/dL,
hematokrit 25,8%; leukosit 4000/µL; trombosit 100.000/µL; bleeding time 10 menit (kontrol 3 menit), PT 11.5 detik (kontrol
11 detik); aPTT 56 detik (kontrol 36 detik); fibrinogen 150 mg/dL; Tes ristosentin positif; bilirubin total 3,2 mg/dL; bilirubin
direk 2,1 mg/dL; bilirubin indirek 1,1 mg/dL  von Willebrand
Tatalaksana transfusi darah yang paling sesuai diperlukan pada pasien ini adalah :
a. FFP
b. PRC
c. PRC dan FFP
d. Cryoprecipitate
e. PRC dan Cryoprecipitate
Indikasi PRC Indikasi FFP

Indikasi Cryoprecipitate

2
6. Seorang lelaki berusia 28 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri hebat pada lutut kanan yang telah dialami
sejak 1 minggu terakhir. Nyeri dirasakan makin bertambah bila pasien menggerakkan lutut tersebut. Keluhan ini disertai
dengan demam beberapa hari dan lemas. Dua minggu yang lalu, pasien mengalami keluhan buang air kecil dan didiagnosis
infeksi saluran kemih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perabaan lutut kanan terasa hangat, kemerahan, teraba ballotement.
Pada lengan dan tungkai kiri dan kanan didapatkan lesi makular kemerahan dan furunkulosis. Pada pungsi lutut kanan
didapatkan cairan keruh dengan jumlah leukosit cairan sendi 80.000/mL dan diplokokus intraseluler Gram negatif. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11,1 g/dL; leukosit 15.900/μL; trombosit 225.000/μL; LED 90 mm/jam.
Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah:
a. Sindrom Reiter  artritis reaktif, cairan sendi steril
b. Artritis gout akut  kristal jarum (+), birefringent (-)
c. Osteoartritis genu  khas dari OA adalah Bouchard’s and Heberden’s nodes
d. Artritis pseudogout  rhomboid shape (+), birefringent (+) lemah
e. Artritis septik

7. Perempuan 50 tahun dengan diagnosis PGK stadium V dan sudah HD regular 2x/minggu selama 1 tahun. Datang ke
poliklinik dengan keluhan lemas. Pasien sudah mendapatkan ESA fase maintenance 4 bulan terakhir dengan hasil lab Hb
6,7; padahal sebelumnya Hb sempat 9; leukosit 10.000 trombosit 300.000 MCV 85 MCH 29 SI 55 TIBC 100 Feritin 233,
BUN 44; SK 8.2. Tidak ada perdarahan yang terlihat. Apa penyebab paling mungkin anemia pada pasien ini:
a. Defisiensi besi absolut  lihat tabel
b. Defisiensi besi fungsional  lihat tabel
c. Kurangnya adekuasi HD
d. Inflamasi kronis  ST < 20% tapi FS > 800
e. Munculnya antibodi terhadap ESA awas PRCA konsensus renal anemia (minimal 3 bulan)
KONSENSUS PERNEFRI: ANEMIA PADA PGK

3
4
8. Seorang wanita 72 tahun dibawa ke RS oleh keluarganya karena penurunan kesadaran dalam 2 hari terakhir disertai demam
dan kesulitan menahan BAK. Pasien menderita DM sejak 12 tahun terakhir. Hasil glukosa darah puasa 183 mg/dl, glukosa
darah 2 jam post-prandial 220 mg/dl, HbA1C 8,5%, urinalisis: leukosit 50/LPB, eritrosit 0-1/LPB, nitrat(-)
Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini:
a. Inkontinensia urin akut
b. Inkontinensia urin tipe stress
c. Inkontinensia urin tipe urgensi
d. Inkontinensia urin tipe overflow
e. Inkontinensia urin tipe campuran

9. Seorang pasien laki-laki, 62 tahun ke poliklinik karena keluhan sering timbul gatal-gatal di badan jika makan ikan atau telur.
1 minggu lalu dia sakit batuk beringus dan mengkonsumsi amox, paramex flu dan batuk, dan loratadin. Setelah meminum
obat pasien mengeluh timbul bentol-bentol sehingga berobat ke dokter umum, dan diberikan metilprednisolon 3 x 8 mg dan
cromolyn, yang bersangkutan juga membeli hidrokortisone salep utk gatal2 dan mengkonsumsi rutin amitriptilin dan teofilin
utk penyakit neuropati diabetes dan COPD . Pasien direncanakan untuk dilakukan skin prick test. Tindakan yang harus di
lakukan sebagai persiapan SPT adalah:
a. Metilprednisolon harus dihentikan minimal 1 minggu sebelum SPT
b. Loratadin harus dihentikan minimal 3 hari sebelum SPT  1 minggu
c. Hidrokortison salep dapat dilanjutkan  harus dihentikan
d. Amitriptillin harus dihentikan 3 hari sebelum SPT  1-2 minggu
e. Teofilin harus dihentikan 1 minggu sebelum SPT  tidak perlu dihentikan

10. Seorang perempuan 35 tahun berobat ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan diare sejak 4 bulan dengan frekuensi 6-
8 kali per hari disertai darah dan lendir. Berat badan turun sekitar 5 kg sejak sakit diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 100/60 mmHg; frekuensi nadi 88x/menit; frekuensi nafas 20x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb 9,6 g.dL; leukosit 5000/µL; LED 60 mm/jam; albumin 2,8 g/dL. Foto toraks dalam batas normal. Pasien
kemudian dilakukan kolonoskopi dan didapatkan hiperemis pada kolon transversum distal sampai rektum. Hasil biopsi dari
sediaan kolon dan rektum menunjukkan infiltrasi sel radang kronis pada lamina propria, dekstruksi kripta dan deplesi sel
goblet.
Dari data klinis di atas, terapi farmakologik sebagai maintenance yang paling tepat untuk pasien adalah:
a. Mesalazine d. Prednison
b. Metronidazole e. Metronidazole+mesalazine  tx Chron’s fase induksi
c. Metothrexate

5
11. Seorang lelaki berusia 38 tahun dirujuk ke poliklinik IPD dengan keluhan lemas, mual, dan badan kuning. Pasien membawa
hasil pemeriksaan laboratorium Hb 13 g/dl; leukosit 5.500/μL;trombosit 200.000/μL; SGOT 250 IU/L; SGPT 120 Iu/L;
bilirubin total 4 mg/dL; bilirubin direk 2 mg/dL; HbsAg positif; HbeAg positif; IgG anti HBc positif; hasil pemeriksaan USG
abdomen bagian atas dalam batas normal Berdasarkan data tersebut diatas, diagnosis pada pasien ini adalah:
a. Hepatitis B akut  HBsAg (+), HBeAg (+), anti-HBc tottal (+) rendah, anti HBe (-), IgM anti-HBc mulai naik
b. Hepatitis B acute on chronic
c. Hepatitis B kronik fase immune tolerance
d. Hepatitis B kronik fase immune clearance
e. Hepatitis B kronik fase inactive carrier state

12. Seorang perempuan 70 tahun, datang ke poliklinik dengan kondisi hampir putus asa akibat sulit tidur sejak 2 tahun. Pasien
sering berobat ke beberapa spesialis dan telah mendapat berbagai obat seperti estazolam, serta berbagai obat anti depresan
dan ansiolitik, namun tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan yang
bermakna, hanya nampak letih. Terapi yang paling tepat diberikan pada pasien ini adalah :
a. Amitriptilin dan cognitive behavioral therapy (CBT)  amitriptilin pada lansia mencetuskan inkontinensia urin
b. Zolpidem dan cognitive behavioral therapy (CBT)
c. Sertralin dan cognitive behavioral therapy (CBT)  sertralin = antidepresan
d. Alprazolam dan psikoterapi superfisial
e. Triazolam dan psikoterapi superfisial

13. Seorang laki-laki 23 tahun mengeluh kepala pusing disertai sesak napas berat saat mendaki gunung. La lalu tidak meneruskan
pendakian dan dibawa turun oleh teman-temannya. Satu jam kemudian, ia tetap sesak napas. Pada pemeriksaan fisik
pasien tampak overweight, tekanan darah 120/70 mmHg dan pada auskultasi jantung didapatkan S2 split di katup
pulmonal. Pemberian terapi oksigen mengurangi gejala pada pasien dan auskultasi S2 split tidak lagi terdengar.
Patofisiologi yang paling mungkin terjadi pada pasien ini adalah:
a. Syok karena hipoksia
b. Emboli paru akibat trombus jantung

6
c. Hipotensi pulmonal dan hipoksia sistemik
d. Edema paru akibat vasokonstriksi paru karena hipoksia
e. Hipertensi pulmonal akibat vasokonstriksi paru karena hipoksia

14. Seorang wanita berusia 40 tahun memiliki riwayat diabetes mellitus tipe II selama 2 tahun datang untuk memeriksakan diri
ke dokter. Data laboratorium saat itu menunjukkan hasil HbA1C 8.2%. GDP 150 mg/dl dan GD2PP 220 mg/dl. Pasien tidak
memiliki riwayat poliuria, tetapi usahanya untuk diet dan berolahraga gagal. BMI 30kg/m2. Pasien telah diberikan metformin,
namun 3 minggu kemudian pasien menghentikan pengobatannya karena mengalami diare.
Obat yang dapat direkomendasikan pada pasien tersebut adalah:
a. GLP-1 agonis
b. DPP-IV inhibitor bisa juga, tapi ga ada efek ke BMI dan BB
c. Pioglitazone  malah meningkatkan BB
d. Sulfonylurea  malah meningkatkan BB
e. Penghambat glukosidase α  dapat memperberat ESO pd GI tract

15. Seorang laki-laki 16 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pingsan berulang sejak 2 minggu yang lalu. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit darah tinggi atau penyakit jantung sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
kompos mentis; tekanan darah 135/90 mmHg; Frekuensi nadi 72 x/mnt; JVP 5-1 cmH2O; batas jantung dan bunyi jantung
normal.
Hasil EKG pasien : Kemungkinan diagnosis pasien ini adalah :
a. Adam Stoke syncope  penurunan kesadaran 30 detik, bisa dg kejang, EKG:
asistole/AV blok/VF saat serangan
b. Sindroma WPW  P normal, PR interval memendek, QRS melebar karena ada
gel delta
c. Sindroma sick sinus  terutama pada orang tua, bradiaritmia persisten/bradi-
taki bergantian/sinus arrest/sinus exit block/AF respon lambat
d. Total AV blok
e. Sindroma Brugada

7
Total AV block

Sick sinus syndrome

16. Seorang perempuan 32 tahun berasal dari papua datang ke poliklinik dengan keluhan demam sejak 2 hari sebelum berobat.
Pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi ditemukan parasit malaria. 2 bulan yang lalu, pasien pernah mengalami sakit
seperti ini dan saat itu dinyatakan sembuh. Bentuk parasit malaria yang berperan dalam kejadian tersebut adalah:
a. Gametosit (pisang) d. Sporozoit (air liur)
b. Tropozoid (cincin) e. Merozoit (jarang ditemukan)
c. Hipnozoit  fase relaps

17. Seorang laki-laki berusia 28 tahun, datang berobat ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan lemas dan pusing-pusing
sejak 1 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, konjungtiva pucat, sklera ikterik,
tidak didapatkan adanya pembesaran KGB, hepar dan limpa, dan BAK berwarna hitam tiap pagi hari. Hasil laboratorium
yang dibawa menunjukkan Hb 8,5 g/dl; leukosit 3.800/μL; trombosit 130.000/μl; hematokrit 25,5%, retikulosit 2,7%; indeks
retikulosit 1,77; fungsi hati dan ginjal dalam batas normal.  PNH
Saran pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pada pasien adalah:
a. BMA
b. Coomb test  AIHA
c. Tes fragilitas osmotik  untuk kelainan membran: sferositosis herediter, ovalositosis
d. Sugar water test, CD55, CD59 (+) flowcytometry, hemosiderin urin, acid ham test
e. BMA dan biopsi sumsum tulang  anemia aplastik
*) CD55, CD59 adalah decay accelerating factor

18. Seorang pasien perempuan, 35 tahun, dirujuk ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan mata terasa kering, panas, gatal
dan kemerahan, mulut terasa kering, pembesaran kelenjar parotis, dan nyeri di beberapa persendian. Pemeriksaan antibodi
SS-A dan SS-B positif.  Sjogren Syndrome
Pemeriksaan mata yang paling tepat sebaiknya dipilih untuk menunjang diagnosis pasien ini adalah
a. Tes Schirmer  tes lakrimasi, mengukur produksi air mata, normalnya 10 mm
b. Tes Snellen  kelainan refraksi
8
c. Tes Perimetri (Goldman)  pemeriksaan lapang pandang pd peny tumor otak, stroke, glaukoma
d. Pemeriksaan funduskopi  menilai kondisi retina dg ophtalmoskop
e. Pemeriksaan imunofloresens  mencari defek pada kornea

19. Seorang pria 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan menjalar sampai ke kemaluan hilang timbul sejak kurang
lebih 6 bulan. Pasien juga mengeluh mual dan muntah, tidak demam. Terdapat riwayat buang air kecil keluar batu. Tidak
ada riwayat diabetes mellitus maupun hipertensi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu badan 37 0C, nyeri ketok CVA positif. Hasil laboratorium Hb 10,0 g/dL, leukosit
8500/mm3, trombosit 320000/mm3, hematokrit 27,2%, ureum 191 mg/dL, kreatinin 8,6 mg/dL, natrium 136 mmol/L, kalium
4,5 mmol/L, asam urat 13,0 mg/dL. Produksi urin 200 cc/24 jam. USG abdomen didapatkan hidronefrosis bilateral, BNO
tak tampak batu radioopak.  tidak ada indikasi HD cito
Penatalaksanaan pasien ini selanjutnya adalah :
a. Pemberian cairan
b. Terapi pengganti ginjal dengan hemodialisis
c. Alkalinisasi urin
d. Konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS/PCNL (Percutaneous nephrolithotomy)
e. Hemodialisis dan konsul bedah untuk tindakan nephrostomi/URS/PCNL

20. Seorang perempuan 65 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa tidur sejak 6 bln terakhir. Pasien mengatakan
berbaring di tempat tidur sejak pukul 08.00 namun baru bisa tidur nyenyak pukul 02.00 dan sering terbangun. Sehingga
sebelum tidur pasien menonton TV atau membaca buku di kamar. Pada siang hari pasien merasa letih dan mengantuk, badan
terasa capek. Pasien tinggal bersama suami dan anak yang sudah bekerja. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15, tekanan
darah 130/90 mmHg; nadi 86x/mnt; RR 20x/mnt; krepitasi sendi genu kanan dan kiri.
Edukasi tidur yang seharusnya disampaikan pada pasien ini adalah :
a. Lakukan gerakan badan/olah raga teratur hingga berkeringat sebelum tidur  OR ringan saja saat bangun
b. Tidak membaca buku dan menonton TV di kamar tidur
c. Tetap tidur siang sejumlah jam yang ditinggalkan pada tidur malam  kurangi tidur siang
d. Tidur tepat waktu pada jam yang sama  bangunnya yang harus on time tiap hari
e. Banyak minum air putih dan minum OAINS sebelum tidur

9
21. Seorang lelaki berusia 35 tahun datang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam untuk berkonsultasi. Pasien menderita HIV dan
dalam terapi zidovudine, lamivudine, dan nevirapine sejak 6 tahun terakhir. Saat ini pasien tidak ada keluhan. CD4 terakhir
550mL. Pasien berencana dinas ke Afrika Tengah.
Vaksin yang direkomendasikan untuk diberikan pada pasien sebagai persiapan kegiatannya adalah
a. Pneumokokus d. Meningokokus dan yellow fever
b. MMR dan yellow fever e. Tidak boleh diberikan vaksin
c. Meningokokus dan MMR

22. Seorang perempuan usia 50 tahun datang dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak 5 hari lalu. Pasien diketahui memiliki
riwayat minum obat pegel linu sejak 1 bulan terakhir karena lutut terasa nyeri. Pada pemeriksaan gastroskopi didapatkan
ulkus di daerah antrum dengan pembuluh darah yang terlihat.
Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah :
a. Hemoclip pada ulkus
b. Argon plasma coagulation (APC)
c. Omeprazole bolus 2x40 mg intravena
d. Somatostatin bolus 250 mcg dilanjutkan drip 3 mg/12 jam
e. Kombinasi omeprazole 2x20 mg oral dengan sukralfat 3x 15 cc

23. Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Pasien sering
merasa nyeri di perut kanan atas yang hilang timbul. Sejak 10 hari yang lalu, mata pasien mulai berwarna kuning dan buang
10
air kecil berwarna seperti teh tua. Warna tinja pucat seperti dempul. Penurunan berat badan disangkal pasien. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 390C; VS masih stabil. Seluruh kulit tampak ikterik, sklera ikterik, paru-paru dan jantung
dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba; terdapat nyeri tekan daerah epigastrium.  Charcot’s triad
Berdasarkan data klinis diatas, diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah:
a. Kolesistitis akut d. Koledokolitiasis
b. Pankreatitis akut e. Kolangitis akut
c. Hepatitis akut

24. Seorang perempuan 43 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan badan terasa lemas sejak 1 bulan. Pikiran pasien
selalu tidak tenang karena merasa tidak menentu masa depannya. Satu bulan yang lalu pasien dikeluarkan dari tempatnya
bekerja. Menurut pasien, seharusnya bos nya tidak megeluarkan karena kesalahan yang ia buat bukanlah kesalahannya
semata. Ia merasa sanggup mengerjakan pekerjaan sehari hari di rumah. Suami dan anak anak menyayanginya dan
memberinya semangat, tetapi sejauh ini belum mampu membuatnya bangkit dari keterpurukannya. Pada pemeriksaan fisik,
tekanan darah 120/80 mmhg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi nafas 18x/menit, suhu 37ºC. Hasil laboratorium dalam
batas normal. Dari data klinis diatas, diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah:
a. Depresi. d. Gangguan somatisasi
b. Gangguan Panik. e. Gangguan cemas menyeluruh
c. Gangguan Bipolar

25. Seorang wanita berusia 57 tahun yang dirawat di bangsal bedah setelah menjalani operasi pengangkatan kanker payudara,
tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran, pucat, dan berkeringat. Dilakukan stabilisasi, setelah sadar mengeluh nyeri hebat,
lalu dikonsulkan ke penyakit dalam didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg, akral dingin, nadi 110x/menit kecil dan cepat,
frekuensi nafas 22x/ menit, hepato jugular reflux positif, bunyi jantung P2 mengeras, terdapat right-sided gallop rhytm.
Setelah dilakukan stabilisasi awal, pasien sadar tetapi mengeluh dadanya terasa panas dan nyeri hebat. Hasil lab menunjukkan
leukosit 12.000/mL, SGOT 60/U, analisa gas darah PaO2 80 mmHg, PaCo2 30 mmHg.  Emboli Paru masif
Bagaimanakah gambaran radiologi yang paling mungkin untuk menegakkan diagnosa ?
a. Tidak didapatkan kelainan
b. Pembesaran arteri pulmonalis desendens, penurunan diafragma bilateral, hiperlusen pada paru
c. Pembesaran arteri pulmonalis asendens, penurunan diafragma bilateral, densitas dan hiperlusen pada paru
d. Pembesaran arteri pulmonalis desendens, peningkatan diafragma bilateral, densitas dan hiperlusen pada paru
e. Pembesaran arteri pulmonalis asendens, peningkatan diafragma bilateral, densitas dan hiperlusen pada paru

11
26. Seorang wanita berusia 37 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering berdebar, nyeri kepala, muka terasa panas,
disertai penurunan berat badan 2 kg sejak 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/80 mmHg, Nadi
110x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, BMI 22 kg/m2, dan didapatkan pembesaran gondok. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan Ca 11,2 mg/dL, P 2,1 mg/dL, Mg 1,8 meq/dL, albumin 3,7 g/dL, TSH 3 μIU/mL (N: 0,4-4 μIU/mL), kalsitonin
15 pg/ml (N: 6.8-8.8 pg/ml), testosteron 620 ng/dL (N: 400-1080 ng/dL), paratiroid hormon serum 135 pg/dL (N: 10-70
pg/dL). Pada pemeriksaan guaiac feses didapatkan hasil positif, hasil CT scan abdomen menunjukkan lesi 2 cm pada
kelenjar adrenal. tanda2 feokkromositoma (+)  tipe 2  hiper-PTH & hiperkalsemia (+)  2a
Diagnosa yang paling tepat untuk kasus diatas:
a. MEN type 1
b. MEN type 2a
c. MEN type 2b
d. Polyglandular autoimmune syndrome  hypoparathyroid, autoimun, peny tiroid (+)
e. Von–Hippel Lindau (VHL) syndrome  mutai kromososm 3p25.3

27. Seorang perempuan berusia 20 tahun dibawa ke UGD karena sesak nafas yang memberat sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengeluh sulit untuk tidur terlentang dan kakinya membengkak sejak 1 minggu ini. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan
pasien tampak sakit berat, sesak, tekanan darah 90/60 mmHg; frekuensi naadi 130 / mennit; frekuensi napas 32x/ menit ,
suhu 37 C; JVP 5+4 cm H2O; gerakan toraks masih simetris ; auskultasi paru tidak terdengar ronki ; pemeriksaan jantung
iktus kordis tidak terlihat, detak jantung teraba lemah di sela iga 5 kiri dan suara jantung sedikit menjauh.

12
Gambaran EKG pasien sebagai berikut: Becks Triad (+)

Patofisiologi masalah di atas adalah :


a. Miokarditis akut d. Efusi perikardial
b. Perikarditis akut e. Emboli paru
c. Efusi pleura

28. Seorang perempuan 29 tahun dibawa keluarganya ke IGD dengan penurunan kesadaran sejak 8 jam SMRS, pasien
mengalami demam tinggi naik turun sejak 5 hari yll disertai mual dan nyeri kepala. Pasien mempunyai riwayat perjalanan
ke Kalimantan 1 mgg sebelumnya. Pasien sedang hamil anak pertama, usia kehamilan 9 minggu. Pasien dinyatakan
menderita malaria serebral.  Guideline malaria WHO 2015
Pilihan terapi yang paling tepat untuk pasien ini adalah :
a. Arthemisinin-based combination therapy
b. Arthesunate injeksi iv dosis 2,4 mg/kgBB yang diberikan pada jam ke-0, 12, 24, 36, 48 dan seterusnya.
c. Arthesunate injeksi iv dosis 2,4 mg/kgBB yang diberikan pada jam ke-0, 12, 24, dan selanjutnya tiap 24 jam.
d. Kina drip 500mg dalam dextrose 5% loading dalam 4 jam selanjutnya diberikan dgn cara yang sama tiap 8 jam
e. Kombinasi klindamisin dan kina drip 500mg dalam dextrose 5% loading dalam 4 jam selanjutnya diberikan dengan
cara yang sama tiap 8 jam

29. Wanita usia 65 tahun dirawat dirumah sakit dengan diagnosis DVT tungkai kanan bawah. Dari anamnesis didapatkan
sebelumnya pasien dirawat dirumah sakit sebelum dirujuk, dan mendapatkan terapi LMWH. Pemeriksaan darah lengkap
menunjukkan jumlah trombosit 100.000/μl. Pasien ini kemudian diberikan unfractionated heparin, dan 10 jam kemudian
jumlah trombosit menurun jadi 20.000/μl. Bagaimanakah manajemen selanjutnya yang paling tepat untuk pasien ini? 
heparin induced thrombocytopenia tipe 2
a. Stop UFH, berikan transfusi trombosit, kemudian UFH dapat diberikan kembali jika trombosit > 150.000/μl
b. Stop UFH, segera ganti dengan LMWH
c. Stop UFH, segera ganti dengan direct thrombin inhibitor  ada dua jenis: bivalen (bivalirudin, hirudin, levirudin,
desirudin) dan univalent (argatroban, dabigatran, inogatran, melagatran)
d. Stop UFH, tanpa diberikan transfusi trombosit, lakukan monitoring jumlah trombosit, dan dapat mulai diberikan
kembali UFH jika jumlah trombosit > 150.000/μl

13
e. Stop UFH, tanpa diberikan transfusi trombosit, lakukan monitoring jumlah trombosit, dan dapat mulai diberikan
kembali LMWH jika jumlah trombosit > 150.000/μl

30. Seorang perempuan 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada bahu kiri sejak 2 bulan. Pasien memiliki
riwayat Diabetes Melitus sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keterbatasan gerak abduksi bahu
kiri, gerak internal dan eksternal rotasi tidak terganggu, speed test negatif, drop arm test negatif. Pada ultrasonografi bahu
didapatkan gambaran tendinitis dan robekan tendon.
Patologi pada pasien ini paling mungkin mengenai:
a. Tendon suprasupinatus  abduksi
b. Tendon subskapularis  internal rotasi
c. Tendon infrasupinatus  eksternal rotasi
d. Tendon teres minor  eksternal rotasi
e. Tendon bisipitalis  Yergason test, speed test

31. Seorang perempuan berusia 62 tahun dikonsulkan ke Poliklinik Penyakit Dalam karena terdapat penurunan fungsi ginjal.
Pasien sering mengkonsumsi obat piroksikam yang dibeli sendiri untuk mengatasi keluhan nyeri sendi yang hilang timbul
sejak 2 tahun terakhir. Tidak terdapat riwayat hipertensi dan DM sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 140 / 90 mmhg, frekuensi nadi 90x/ menit; frekuensi napas 20x/ menit. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
Hb 10 g/dL; glukosa darah sewaktu 100 mg/ dL; ureum 60 mg/dL; kreatinin 2,9mg/dL.
Patofisiologi penurunan fungsi ginjal pada pasien ini yang paling tepat adalah:
a. Peningkatan nitric oxide
b. Penurunan tromboxan
c. Peningkatan bradikinin
d. Peningkatan angiotensin II
e. Penurunan prostaglandin

32. Seorang laki-laki 74 tahun dibawa ke poliklinik dengan keluhan nafsu makan menurun sejak 5 hari terakhir. Pasien hanya
mau makan 2-3 sesuap nasi dengan tempe. Berat badan turun 1 kg dalam 5 hari ini.
Pemeriksaan biokimia yang dapat mendeteksi adanya gangguan nutrisi akut yang timbul pada pasien ini adalah :
a. Pemeriksaan Hb  120 hari
b. Pemeriksaan pre-albumin  1 minggu karena half-life nya 2-3 hari
c. Pemeriksaan transferin  half life 7-11 hari
d. Pemeriksaan albumin  bulanan karena half life 3 minggu
e. Pemeriksaan limfosit  untuk mengukur daya tahan tubuh

33. Seorang lelaki berusia 25 tahun dengan thalasemia direncanakan menjalani splenektomi 2 minggu lagi. Vaksin yang harus
diberikan pada pada pasien adalah:  prinsip: mencegah infeksi bakteri yg berkapsul
a. Pneumokokus, meningokokus, MMR
b. Tifoid, peneumokokus, meningokokus
c. Pneumokokus, hemofilus influenza B, MMR
d. Tifoid, pneumokokus, hemofilus influenza B
e. Pneumokokus, hemofilus influenza B, meningokokus

14
34. Seorang wanita 36 tahun berprofesi sebagai perawat telah melakukan 3x suntikan imunisasi Hepatitis B pada bulan 0, 1,
dan 6. 3 bulan setelah vaksinasi terakhir wanita tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil:
HbsAg (-), Anti Hbs (-), Anti Hbc (-). Lalu dilakukan imunisasi ulang 1 seri, dengan hasil anti Hbs 5 mU/l. Langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah:
a. Pasien sudah respon baik dengan vaksin
b. Pemberian HBIg 2 dosis
c. Periksa ulang anti Hbs 3 bulan lagi
d. Imunisasi ulang lagi
e. Imunisasi ulang dikombinasi HbIg

35. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan diagnosis sirosis hati akan dilakukan parasintesis abdomen (pungsi asites) karena
didapatkan keluhan sesak akibat asites sangat besar yang tidak respon dengan diuretika (kombinasi furosemid dan
spironolakton). Sebelumnya pasien sudah mendapatkan infus albumin, sehingga kadar albumin saat ini adalah 3,0 g/dl.
Tindakan yang perlu saudara lakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi tindakan parasintesis pada kasus tersebut
adalah?
a. Pemberian cefotaksim untuk mencegah infeksi
15
b. Pemberian vitamin K untuk mencegah perdarahan
c. Pemberian albumin untuk mencegah disfungsi sirkulasi
d. Pemberiaan propanolol untuk mencegah hipertensi portal
e. Pemberiaan laktulosa untuk mencegah ensefalopati hepatikum

36. Seorang perempuan 40 tahun, masuk ke rumah sakit dengan keluhan batuk, sesak nafas, nyeri ulu hati dan sakit kepala
yang sering kambuh sejak 3 bulan yang lalu. Batuk dan sesak nafas dirasakan terutama jika pasien mempunyai banyak
masalah. Pasien sering merasa cemas dengan batuknya terutama sejak kakaknya meninggal karena sakit batuk berdarah.
Pasien merasa takut mati seperti kakaknya.
Diagnosis axis IV pada pasien ini adalah :
a. Gangguan cemas menyeluruh
b. Gangguan panik
c. Depresi mayor
d. Ketidakseimbangan vegetatif
e. Kakak yang meninggal

37. Seorang wanita 53 tahun datang ke rumah sakit dengan episode sinkop ringan dan sesak napas. Dia memiliki riwayat
sindrom antifosfolipid dengan emboli paru sebelumnya dan baru saja menghentikan pemberian antikoagulan. Dia telah
diresepkan warfarin, 7,5 mg setiap hari, namun hanya minum kadang-kadang. Tidak ada pemeriksaan INR terbaru. Pada
saat datang ke UGD, pasien keringat dan tachypnoe. Tanda-tanda vital nya: tekanan darah 86/44 mmHg, nadi 130x/menit,
frekuensi pernapasan 30 x/ menit, SaO2 85%. Pemeriksaan kardiovaskular menunjukkan takikardia biasa tanpa murmur
atau gallop. Paru-paru tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas, ada pembengkakan paha kirinya dengan tanda
Homan positif. Pada CT angiography dada ditemukan adanya emboli paru dengan emboli terlihat pada vena pelvis sebelah
kiri. Antikoagulasi dengan heparin diberikan. Setelah antikoagulan dan bolus cairan 1 L, tekanan darah masih 90/70 dengan
SaO2 88%. Apa langkah terbaik berikutnya dalam pengelolaan pasien ini?
a. Lanjutkan manajemen saat ini lalu rujuk untuk filter vena cava inferior
b. Lanjutkan cairan IV pada 500 mL / jam untuk total 4 L dari resusitasi cairan
c. Berikan trombolitik
d. Rujuk untuk embolektomi bedah
e. Perlakukan dengan dopamin dan plasminogen jaringan rekombinan activator

16
38. Seorang perempuan berusia 59 tahun, diantar oleh anaknya ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sering mengalami
keringat dingin, lemas dan gemetar yang membaik setelah minum segelas teh manis. Keluhan tersebut menjadi lebih sering
dialami dalam 2 minggu terakhir. Pasien telah menderita diabetes mellitus sejak 20 tahun disertai retinopati diabetik dan
nefropati diabetik. Pasien mengkonsumsi sulfonilurea, ACE inhibitor, ASA, statin dan nitrat yang dibeli sendiri tanpa
kontrol ke dokter. Glukosa darah sewaktu saat ini 66 mg/dL; kreatinin 2,8 mg/dL. Setelah sulfonilurea dihentikan kadar
glukosa darah menjadi 250 mg/dL.
Pilihan terapi terbaik sebagai kombinasi untuk pasien ini adalah :
a. Insulin basal  risiko hipoglikemi besar
b. Glibenklamid  risiko hipoglikemi besar
c. DPP-4 inhibitor  risiko hipoglikemi rendah
d. Tiazolidinedion  memperberat dekom yg sudah ada
e. Insulin basal bolus  risiko hipoglikemi besar

39. Seorang lelaki berusia 45 tahun dirujuk ke poliklinik IPD dengan keluhan rasa tidak nyaman di dada saat aktivitas sejak 4
bulan yang lalu. Rasa tidak nyaman timbul saat pasien naik tangga 2 lantai dan keluhan ini membaik dengan beristirahat
sebentar. Keluhan ini dirasakan pasien tidak memberat atau bertambah sering. Pasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggi, selama ini kontrol di klinik 24 jam terdekat dan mendapat terapi rutin captopril 2 x 12,5 mg. Pasien tidak memiliki
riwayat asma dan alergi obat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg; frekuensi nadi 84x/menit;
frekuensi napas 18x/menit; JVP 5-2 cmH2O; batas jantung kiri di garis midklavikula kiri; tidak terdapat hepatomegali dan
edema di tungkai. Pasien direncanakan untuk treadmill.  SCAD
Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien:
a. Memberikan ASA 1x80 mg, captopril 2x12,5 mg, verapamil 1x80 mg, ISDN kalau perlu

17
b. Memberikan ASA 1x80 mg, captopril 2x12,5 mg, trimetazidine 2x35 mg, ISDN kalau perlu
c. Memberikan clopidogrel 1x75 mg, captopril 2x12,5 mg, ranolazine 2x500 mg, ISDN kalau perlu
d. Memberikan ASA 1x80 mg, captopril 2x12,5 mg, bisoprolol 1x2,5 mg, ISDN kalau perlu
e. Memberikan ASA 1x80 mg, captopril 2x12,5 mg, isosorbit mononitrat 1x20 mg, diltiazem 2x30 mg

40. Seorang lelaki berusia 28 tahun, baru diketahui mengidap HIV seminggu yang lalu, pasien tidak mempunyai keluhan saat
ini. Tidak ada riwayat imunisasi BCG dan tidak ada kontak terhadap pasien tuberkulosis. Pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Pada foto thorax didapatkan fibrokalsifikasi pada paru kanan tengah, tes tuberkulin terdapat indurasi dengan
diameter 10 mm. Hasil laboratorium menunjukkan CD4 350/uL  TB (+) pada ODHA
Pilihan terapi yang paling tepat untuk pasien adalah Kategori 1: RHZE 2 bulan setiap hari dan RH 4 bulan setiap hari
a. Terapi INH selama 3 bulan
b. Terapi INH selama 9 bulan
c. Terapi RHZE 6 bulan
d. Terapi RHZE 9 bulan
e. Tidak perlu OAT saat ini

41. Seorang laki-laki, berumur 19 tahun, datang ke IRD karena bengkak dan nyeri pada sendi lutut sebelah kanan setelah pasien
bermain futsal. Sejak usia 8 tahun, pasien sudah terdiagnosis Hemofilia A dan suntik FVIII rekombinan rutin 1500U
2x/minggu. Tidak ada perdarahan di lokasi tubuh yang lain. Dalam 6 bulan ini, pasien MRS dengan keadaan seperti ini
sebanyak 3 kali setelah berolahraga di mana sebelum 6 bulan ini pasien tidak pernah mengalami bengkak sendi dengan
intensitas olahraga yang sama. Dari pemeriksaan fisik, tanda vital stabil, didapatkan bengkak genu kiri disertai nyeri
tekan/gerak. BB pasien 50 kg dan TB 160 cm. Dari pemeriksaan darah didapatkan APTT memanjang, PPT normal,
aktivitas FVIII 4%, waktu perdarahan normal, hasil lab lain dalam batas normal. Pemeriksaan lanjutan apa yang perlu
dilakukan untuk menentukan terapi pasien berikutnya?  Hemofilia yg tidak respons dengan F VIII
a. Tidak perlu pemeriksaan tambahan karena diagnosis sudah jelas
b. Pemeriksaan tes agregasi trombosit
18
c. Pemeriksaan kadar von Willebrand dan uji Ristosentin
d. Pemeriksaan antibodi FVIII  bila (+) siap2 kasih novoseven (F VII /karimun)
e. Pemeriksaan aktivitas FIX dan FXI

42. Seorang laki-laki 56 tahun dengan keluhan nyeri dan bengkak sendi MTP I sejak 2 hari terakhir. Pasien kemudian dilakukan
aspirasi cairan sendi. Pasien dicurigai menderita gout akut karena asam urat pasien juga tinggi 12 mg/dl. Manakah
penemuan dibawah ini yang mendukung diagnosis:
a. Cairan jernih dan kental, leukosit 400/µl, kristal romboid dan birefringent positif lemah
b. Cairan keruh dan cair, leukosit 8000/µl, tidak terdapat kristal
c. Cairan keruh dan cair, leukosit 12000/µl, kristal seperti jarum, birefringent negatif
d. Cairan jernih dan cair, leukosit 1200/µl, kristal seperti jarum, birefringent positif
e. Cairan keruh dan cair, leukosit 4800/µl, kristal romboid dan birefringent positif lemah

43. Seorang laki 69 thn dengan riwayat merokok selama 30 tahun lebih, DM tipe 2, dislipidemia datang ke tempat praktek
Anda untuk pemeriksaan rutin. Pasien tidak ada keluhan. Hasil gula darah dikontrol ketat dan ia tidak lagi merokok selama
5 bulan. Tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 69 x/mnt, pernapasan 20 x/mnt, saturasi oksigen 99%, suhu badan
36oC. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bruit bilateral sedikit ke lateral dari umbilikus. Anda memberikan obat anti
hipertensi, namun setelah pasien datang untuk kembali, ternyata target tekanan darah penderita masih belum tercapai. Hasil
kreatinin 3.5 mg/dL. Hasil elektrolit normal. Tata laksana selanjutnya yang paling tepat pada pasien adalah:
a. Lakukan renogram
b. Periksa aldosteron serum
c. Mulai terapi ACE inhibitor
d. Periksa USG Doppler ginjal
e. Meyakinkan pasien tekanan darahnya sesuai umur

19
44. Seorang lelaki berusia 75 tahun, dibawa kontrol berobat ke poliklinik setelah lama tidak pernah kontrol. Pasien menderita
demensia sejak 3 tahun. Menurut keluarga sejak 3 bulan terakhir pasien sudah semakin pelupa sehingga saat ini pelaku
rawat (caregiver) harus membantu pasien dalam melakukan semua aktivitas hidup dasar sehari-hari. Caregiver mengeluh
bahwa pasien semula hanya kadangkala mengompol, namun kali ini bertambah sering.  inkontinensia tipe urge
Pilihan tata laksana yang paling tepat untuk masalah mengompol pada kasus di atas adalah:
a. Kegel exercise  ga mungkin krn px demensia
b. Scheduled toileting  bisa asal ada caregiver
c. Pemberian obat antikolinergik  ESO antikolinergik:
d. Latihan distraksi dan relaksasi  ga mungkin krn px demensia, ga kooperatif
e. Clean intermittent catheretization

45. Seorang perempuan 30 tahun mengalami bentol dan gatal di hampir seluruh tubuh disertai sesak dan mengi beberapa menit
setelah disuntik kontras saat akan melakukan pemeriksaan CT-Scan. Pasien juga mengeluh bibir dan mata bengkak. Pasien
tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya dan tidak ada riwayat alergi dalam keluarga. PF didapatkan kesadaran CM,
hemodinamik stabil. Status dermatologis regio generalisata urtikaria dan angioedema.  anafilaktoid
Reaksi yang terjadi pada pasien ini disebabkan oleh :
a. Kompleks imun yang mengendap di jaringan  tipe 3
b. Interaksi Ag dengan IgE di permukaan sel mast yang memicu pelepasan histamin  tipe 1
c. Respon sel T sitotoksik yang telah tersensitisasi oleh antigen  tipe 2
d. Degranulasi sel mast secara langsung oleh Ag
e. Komplemen yang teraktivasi oleh kompleks Ag-Ab yang mengendap di kulit

46. Seorang wanita 50 tahun dirawat di ICU selama 10 hari dengan PPOK eksaserbasi dan pneumonia termasuk perawatan
pada 6 hari pertama dengan ventilasi mekanik. Pasien baru menyelesaikan antibiotik moxifloxacin dan glukokortikoid

20
ketika mengalami rasa tidak nyaman di perut selama 2 hari. Tanda vital temp 38,2oC, HR 94x/menit, TD 162/94 mmHg,
RR 18x/menit dan SpO2 90%. Pada pemeriksaan, pasien tampak distress sedang. Pasien tidak menggunakan otot pernafasan
tambahan tetapi tampak sesak nafas. Pasien memiliki wheezing ringan bilateral dengan sirkulasi udara baik. Bunyi jantung
terdengar jauh namun tidak berubah. Pemeriksaan abdomen tampak distensi sedang dengan bunyi usus lemah. Tidak
ditemukan tahanan namun perabaan lembut pada seluruh perut. Pada catatan medis sebelumnya didapatkan tidak terdapat
pergerakan usus selama 72 jam terakhir dan tidak didapatkan massa pada pemeriksaan colok dubur. Jumlah leukosit
meningkat dari 7.100/uL menjadi 12.000/uL dalam 2 hari. Pada foto polos abdomen didapatkan kemungkinan ileus pada
kuadran kanan bawah abdomen. Manajemen yang dilakukan selain pemasangan NGT dan puasa pada pasien:  kolitis
pseudomembran  toxic megacolon
a. Intravenous immunoglobulin (IVIg)
b. Metronidazole, 500 mg IV tid
c. Vancomycin, 500 mg PO qid  per oral, padahal px puasa
d. Restart moxifloxacin, 400 PO qd
e. Piperacilin/tazobactam 3.37 g IV tid
Pseudomembranous Colitis

47. Pasien seorang wanita kulit putih usia 62 tahun dengan gatal sejak 4 bulan lalu. Pasien mengalami fatigue progresif dan
turun berat badan 2 kg. Pasien mengalami mual hilang timbul tetapi tidak muntah dan tidak ada gangguan buang air besar.
Tidak ada riwayat alkohol, tranfusi darah maupun obat-obatan sebelumnya. Pasien merupakan janda dan memiliki 2
pasangan sebelumnya. Riwayat penyakit dahulu ialah hipotiroid dan diterapi dengan levotiroksin riwayat keluarga tidak
jelas. Pada pemeriksaan fisik, pasien kuning ringan, terdapat spider angiomata pada tubuhya. Hepar teraba 2 cm di bawah
arcus costa. Pemeriksan lain dalam batas normal. USG perut kanan atas menunjukkan kecurigaan sirosis. Di samping
pemeriksaan darah lengkap dan metabolik panel, pemeriksaan apa lagi yang paling tepat sebagai pemeriksaan lanjutan?
a. Cuprum ( tembaga) 24 jam urine  Wilson’s disease
b. Antibodi antimitokondrial (AMA)  primary billiary cirrhosis
c. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)  primary sclerosing cholangitis
d. Serologi hepatitis B
e. Serum ferritin  utk hemokromatosis

Penyebab SH yang lain:


1) Hemokromatosis & Iron overload syndrome  clue: saturasi besi >45%, feritin tinggi sampe ribuan, black liver
pada MRI
2) Wilsons’s disease  clue: cuprum overload, peningkatan cuprum urin 24 jam, seruloplasmin turun, parkinson +
movement disorder (+), kayser fleischer ring (+) pada mata

21
3) Defisiensi α1 antitripsin  clue: ada emfisema, panniculitis necrotizing, ANCA vasculitis
4) Primary sclerosing cholangitis  clue: multifocal beaded bile duct strictures pada MRCP±ERCP
5) Primary billiary cirrhosis  clue: tiroid, fatigue

48. Perempuan 25 tahun mengeluh rasa panas di leher, dada dan hilang timbul sejak 5 tahun yang lalu. Setiap timbul rasa panas
tersebut pasien merasa sangat ketakutan dan panik, serta merasa seperti tercekik dan sesak. Kadang kadang timbul sakit
kepala dan kaku di leher. Pasien sampai menangis karena takut meninggal akibat penyakitnya. Jantung terasa berdebar debar.
Setelah timbul serangan pasien merasa sangat lelah. Bila keluhan tidak timbul, pasien merasa seperti orang sehat. Bila sedang
takut, pasien akan muncul gejala diare, mual-muntah. Pasien baru pindah kerja sejak 1 tahun ini dan dirasakan beban kerja
yang terlalu berat.
Ketidakseimbangan vegetative pada pasien ini adalah:
a. Hipertoni parasimpatis  nama lain: vagotoni, seluruh badan jarang istirahat, mengenai 1 organ saja, spt muntah, kolik,
asma
b. Hipotoni parasimpatis
c. Hipertoni simpatis  lekas marah, anoreksia, nervositas
d. Hipertoni parasimpatis
e. Ataksia vegetatif

49. Laki-laki 57 tahun datang dengan keluhan sesak nafas. Dokter memutuskan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi paru.
Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Hasil pemeriksaan tersebut mengarahkan pada diagnosis:


a. Pneumonia
b. Penyakit neuromuskular
c. Bronkitis kronik
d. Interstitial Lung Disease
e. Fibrosis paru awal

22
50. Seorang laki-laki 50 tahun datang dengan keluhan tungkai kaki lemah, pasien selama beberapa tahun terakhir
mengkonsumsi obat nyeri tulang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran kompos mentis, TD 150/90 mmHg, Nd 88
x/menit, RR 20 x/menit, SH 36,8, moon face (+), bufallo hump (+), striae rubra (+). Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
tes provokasi (challenge) dexamethasone, prosedur pelaksanaannya adalah :

a. Diberikan 10 mg dexamethasone per oral disekitar pukul 11.00 pagi, lalu diikuti pemeriksaan kortisol puasa pukul
08.00 malam hari berikutnya.
b. Diberikan 10 mg dexamethasone per oral disekitar pukul 11.00 malam, lalu diikuti pemeriksaan kortisol puasa pukul
08.00 pagi hari berikutnya.
c. Diberikan 1 mg dexamethasone per oral disekitar pukul 11.00 pagi, lalu diikuti pemeriksaan kortisol puasa pukul 08.00
malam hari berikutnya.
d. Diberikan 1 mg dexamethasone per oral disekitar pukul 11.00 malam, lalu diikuti pemeriksaan kortisol puasa pukul
08.00 pagi hari berikutnya.
e. Diberikan 1 mg dexamethasone per oral disekitar pukul 11.00 pagi, lalu diikuti pemeriksaan kortisol puasa pukul 08.00
pagi hari berikutnya.

51. Seorang lelaki berusia 54 tahun dibawa ke IGD karena keluhan berdebar- debar yang dirasakan 2 jam sebelum masuk Rumah
Sakit disertai munculnya keringat dingin dan nyeri pada dada kiri, Pasien diketahui memiliki riwayat Diabetes Mellitus yang
tidak terkontrol. Pada pemeriklsaan fisik pasien sedikit gelisah, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nafas 24x / menit,
frekuensi nadi 160x / menit. Irama irreguler dan lemah.  SVT
Hasil EKG pasien sbb:

Tatalaksana pertama yang paling tepat harius segera anda lakukan adalah :
a. Vagal manuver
b. Bolus adenosine 6 mg intravena
23
c. Bolus amiodarone 300 mg intravena
d. Drip Verapamil intravena
e. Kardioversi synchronized 100 Joule biphasic

Antikoagulan masuk setelah 3-4 minggu setelahnya

52. Seorang lelaki, berusia 37 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum berobat. Demam
disertai menggigil, sakit kepala, mual, tidak ada muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis;
tekanan darah 115/70 mmHg; frekuensi nadi 96x/menit; frekuensi napas 20x/menit, suhu 39,3oC. Didapatkan ptekiae pada
ekstremitas namun tidak ada tanda-tanda perdarahan lain. Hasil pemeriksaan IgM dengue, IgG Dengue, dan NS1 negatif.
Dokter menduga pasien menderita infeksi Dengue.
Diagnosis pasien ini yang paling mungkin:
a. Infeksi Dengue primer
b. Infeksi Dengue sekunder
c. Infeksi Dengue negatif palsu karena reaksi anergi
d. Expanded Dengue Syndrome
e. Kemungkinan kecil infeksi Dengue
Primer: NS1 keluar hari 1-3; IgM keluar hari 5-7 hari; IgG keluar hari 14
Sekunder: NS1 tidak berbeda dg primer; IgM keluar hari 3; IgG sudah (+) dari awal

53. Seorang wanita usia 60 tahun menderita chronic lymphocytic leukemia (CLL) mengeluh lemah dan air seni berwarna gelap.
Telah dilakukan kemoterapi terhadap CLL dengan sesi kemoterapi terakhir sekitar 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik
didapatkan sklera ikterik, limfadenopati cervical, dan splenomegali. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 6,5 g/dl,
trombosit 200.000/μl, retikulosit 13%, bilirubin total 6 mg/dl, LDH 357 U/L dan tes direct antiglobulin (+) menunjukkan
antibodi berstruktur pentamer.
Apakah diagnosis paling mungkin dari pasien tersebut:
24
a. Cold-antibody mediated hemolytic anemia
b. Warm-antibody mediated hemolytic anemia
c. Microangiopathic hemolytic anemia  TTP HUS, HDT schistocyte (+)
d. Oxidative hemolytic anemia  G6PD. HDT gambaran Heinz body (+). Clue: habis minum obat aspirin atau malaria,
riwayat makan kacang
e. Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
AIHA, ITP, DD nya CLL. Warm jenis IgG. Cold jenis IgM (pentamer).

54. Seorang perempuan 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada sendi PIP, MTP II-V, IP pergelangan tangan
kanan dan kiri sejak 2 bulan terakhir. Kaku dan nyeri sendi dirasakan berat pada pagi hari bangun tidur selama lebih dari 1
jam. Semakin berkurang dengan aktivitas. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan LED 120 mm pada jam 1 dan rheumatoid
factor positif.
Kelainan yang TIDAK mungkin ditemukan pada penyakit pasien di atas adalah:

25
a. Deformitas Z-thumb
b. Deformitas boutonniere
c. Deformitas kunci piano
d. Hallux valgus
e. Papula Gottron  pada dermatomyositis, clue selain papula gottron: SHAWL

55. Seorang perempuan 30 tahun ditabrak oleh mobil dengan kecepatan 80 km/jam. Pasien dibawa oleh keluarganya ke instalasi
gawat darurat (IGD) dengan keluhan luka robek sekitar 5 cm pada dahi sebelah kanan setelah mengalami kecelakaan sepeda
motor. Pasien berada dalam kondisi sadar dan tidak mengalami disorientasi. Oleh dokter bedah pasien dilakukan rawat luka,
pasien dimonitor selama 6 jam dan kemudian dipulangkan. Pasien kembali ke IGD setelah 36 jam kemudian dengan keluhan
lehernya terasa sakit, pusing, rasa haus dan buang air kecil yang berlebihan. Pasien mengeluhkan BAK sekitar 12 liter/24
jam. Pada pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, Nadi 123 x/menit, RR 18 x/menit, Sh 36.8C. Pada hasil pemeriksaan
laboratorium Hb 15.8 g/dL, leukosit 8.200/mm3, trombosit 320.000/mm3, Ht 43%, Na serum 168 mEq/L, K serum 6.0
mEq/L, GDS 110 mg/dL, Ur 30 mg/dL, Cr 1.4 mg/dL, osmolaritas serum 395 mOsm/kg, osmolaritas urine 250 mOsm/kg.
Anda sebagai seorang dokter penyakit dalam akan mendiangnosis pasien sebagai :
a. Cerebral Salt Wasting Syndrome  hiponatremia
b. Hypernatremia akut
c. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic hormone
d. Diabetes Insipidus
e. Diuresis osmotik

56. Seorang laki-laki usia 70 tahun datang ke Poliklinik mengeluh kedua sendi lutut dan panggul terasa sakit bila digerakkan,
sehingga kesulitan bila berjalan sejak 1 tahun yang lalu. BAB normal, tapi BAK sering tercecer pada celana sebelum sampai
ke kamar mandi. Pemeriksaan fisik sbb: Tinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, T = 130/80 mmHg, N = 80x/menit, respirasi
= 18x/menit, suhu 370C. Kepala: dalam batas normal, Jantung / Paru: dalam batas normal. Abdomen: dalam batas normal,
ekstremitas: sendi genu bilateral krepitasi (+), bengkak (-).
Terapi yang dianjurkan untuk pasien ini adalah
a. Tolterodin
b. Intervensi perilaku
c. Agonis adrenergik alfa
d. Stimulasi otot dasar panggul
e. Kateter intermitten

26
57. Seorang perempuan, berusia 65 tahun datang berobat ke poliklinik. Pasien mempunyai penyakit PPOK dan sering mengalami
eksaserbasi akut, dalam dua bulan terakhir.
Vaksin yang direkomendasikan untuk pasien ini adalah:
a. Vaksin influenza dan pneumonia 1 tahun sekali
b. Vaksin influenza setahun sekali dan pneumonia lima tahun sekali
c. Vaksin influenza 2 tahun sekali dan pneumonia lima tahun sekali
d. Vaksin influenza 2 tahun sekali dan pneumonia sekali seumur hidup
e. Vaksin influenza 5 tahun sekali dan pneumonia sekali seumur hidup

58. Seorang laki-laki 60 tahun datang di klinik untuk konseling tentang paparan asbes. Dia tidak memiliki gejala. Dia juga
memiliki hipertensi, yang rutin mengkonsumsi hydrochlorothiazide. pasien merokok satu bungkus rokok sehari. Dia seorang
pensiunan yang bekerja selama 30 tahun sebagai tukang ledeng yang sering terpapar asbes, dia bekerja sering tanpa
mengenakan masker atau alat pelindung lainnya. Pemeriksaan fisik normal kecuali untuk noda nikotin di jari kiri kedua dan
ketiga. Foto rontgen menunjukkan plak pleura tetapi tidak ada perubahan lain. Tes fungsi paru dalam batas normal.
Manakah dari pernyataan berikut yang benar untuk pasien ini? Asbes dan plak pleura  clue mesothelioma
a. Dia harus segera berhenti merokok karena risiko terkena emfisema adalah lebih tinggi dari perokok lain karena paparan
asbes
b. Dia tidak memiliki asbestosis
c. Risiko untuk terkena mesothelioma lebih tinggi dari pasien lain dengan paparan asbes karena ia memiliki riwayat
merokok
d. Dia tidak memiliki bukti paparan asbes di foto rontgen dada
e. Dia harus menjalani foto radiografi dada dua tahun sekali sebagai skrining untuk kanker paru
clue = silikosis  mengarah TB; batubara  pneumokoniosis  RA; radon  mengarah Ca Paru

59. Seorang perempuan berusia 30 tahun dirujuk oleh dokter kebidanan dengan G2P1A0. Sejak 1 tahun yang lalu, pasien sudah
didiagnosis hipertiroid dan sedang menjalani pengobatan dengan Metimazole. Lalu saat ini kehamilan pasien masuk trimester
3. Saat ini tidak ada gejala hipertiroid. Pemeriksaan penunjang yang anda perlukan untuk mengevaluasi respons pengobatan
hipertiroid selama masa kehamilan tersebut adalah:
a. Kadar T3
b. Kadar FT4  untuk TM 1 dan 2
c. Kadar T4 total
d. Kadar tiroglobulin
e. Kadar TSH
TSH pada hamil TM 1 dan 2 tidak bisa dijadikan marker karena strukturnya mirip HCG

60. Seorang laki laki 42 tahun datang dengan keluhan pusing dan sensasi jantung berdebar – debar. Pasien ini tidak
mengkonsumsi obat apapun sebelumnya disertai dengan TD 100/60. Hasil pemeriksaan EKG : WPW dg AF

27
Manakah obat – obat di bawah ini yang paling cocok digunakan untuk memulai terapi pada kasus ini
a. Adenosine
b. Procainamide
c. Digitalis
d. Diltiazem
e. Verapamil

Terapi definitif: ablasi!

61. Seorang lelaki 20 tahun yang berdomisili di Jakarta, dirawat dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk RS. Pada
anamnesia didapatkan riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
somnolen; tekanan darah 100/60 mmHg; suhu 38,6 0C; frekuensi nadi 110x/menit; frekuensi napas 28x/menit; konjungtiva
palpebra pucat; sklera ikterik, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, permukaan rata, tepi tajam, nyeri. Pemeriksaan
fisik lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 5,9 g/dL; leukosit 10.000/uL; trombosit
90.000/uL; glukosa darah sewaktu 35 mg/dL; ureum 145 mg/dL; kreatinin 3,5 mg/dL, SGOT 100 U/L; SGPT 200 U/L.
Pada apusan darah tepi ditemukan plasmodium falsifarum bentuk tropozoid dengan hitung jumlah parasit 6% sel darah
merah terinfeksi.
Hasil pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis malaria berat pada pasien adalah:

28
a. Hb dan kreatinin d. Hb dan hitung jumlah parasit
b. Trombosit dan kreatinin e. Glukosa darah dan hitung jumlah parasit
c. Kreatinin dan glukosa darah

62. Seorang pasien perempuan berusia 46 tahun datang dengan keluhan rasa lelah; gusi berdarah; pada pemeriksaan fisik
didapatkan petechiae di tungkai bawah, hipertrofi ginggiva. Laboratorium Hb 9,0 g/dL; Ht 27%; leukosit 49500/mm 3;
trombosit 88.000/mm3; ureum 40 mg/dL; kreatinin 0,9 mg/dL; SGOT 32 u/L; SGPT 30 u/L, pemanjangan 2x PPT dan
APTT.
Pasien membawa hasil pemeriksaan dengan tertulis AML subtype FAB Promielositik. Abnormalitas sitogenetik yang dapat
ditemukan pada pasien :
a. hilangnya lengan panjang kromosom 5, del (5q)  MDS
b. inversi kromosom 16, inv (16)  AML
c. translokasi resiprokal kromosom 9 dan 22 atau philadelphia atau BCR ABL  CML
d. translokasi rantai panjang dari kromosom 15 dan 17  AML
e. mutasi FLT3 MDS

63. Seorang perempuan 63 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan hemoptisis dan sesak napas. Pasien merasa baik-baik saja
sampai 3 bulan yang lalu, ketika dia merasa cepat lelah dan penurunan berat badan 5 kg dalam 3 bulan terakhir. Riwayat
penyakit dahulu hanyalah osteoporosis. Saat ini dia batuk darah > 200cc. Pada pemeriksaan fisik, respirasi 44x/menit,
saturasi oksigen 78 % dengan nasal canule dan 88 % dengan oksigen NRM, nadi 120x/m, TD 170/110. Ada ronki di kedua
lapangan paru, takikardia. Tidak ada rash atau pembengkakan sendi. Laboratorium Hb 10,2 mg/dL, MCV 88, leukosit

29
9760, BUN 78 mg/dL. Kreatinin 3,2 mg/dL. Urinalisis proteinuria +1, hemoglobin +, 25-35/LPB, eritrosit cast +. Anti
glomerular basement membrane + 126 U/mL (normal < 1,4 U/mL). Diagnosis yang mungkin :
a. Goodpasture syndrome d. Anti GBM disease
b. Granulomatosis Wegener e. Cryoglobulinemia
c. Poliangitis mikroskopik

64. Seorang laki-laki 20 tahun, dengan keluhan kencing seperti air cucian daging sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga pernah
mengalami hal seperti ini 1 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh mengalami penurunan kemampuan mendengar nada
tinggi dan mata kabur jika melihat jauh. Diagnosis yang paling mungkin adalah :
a. Thin basement membrane disease  ga ada gangguan tuli
b. Thick basement membrane disease
c. Sindroma Alport
d. IgA Nefropati  ada riw ISPA, komplemen normal
e. Crescentic Glomerulonefritis  RPGN

65. Seorang lelaki berusia 65 tahun, datang berobat ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan hampir jatuh karena merasa
pusing saat perubahan posisi. Asupan pasien baik. Pasien memiliki riwayat asma yang terkontrol dan osteoartritis genu
bilateral. Obat yang dikomsumsi rutin glukosamin dan hanya sesekali menggunakan inhaler yang berisi salbutamol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah berbaring 120/80 mmHg saat duduk 110/68 mmHg, serta saat berdiri
98/66 mmHg. Nistagmus tidak ada. Provokasi gerakan leher tidak menimbulkan rasa pusing. Test Romberg dan Romberg
dipertajam negatif. Status neurologik, hasil pemeriksaan hemostasis, EKG, Ekokardiografi, doppler transkranial dan
karotis, serta Holter monitor dalam batas normal. Jenis dizziness pada pasien ini adalah
a. Vertigo sentral  Nistagmus (+)
b. Vertigo perifer  Nistagmus (+)
c. Presinkop
d. Disekuilibrium  proprioseptif terganggu  Romberg (+)
e. Vague light headedness  psikis

30
66. Seorang laki-laki datang dengan keluhan demam 12 hari, sakit kepala, tidak BAB 5 hari, rasa pahit dilidah, mual,
muntah. Pada PF TD 110/70 N 65x/m, R 20x/m, Sb 39,2. Tubex +6. Untuk pencegahan penyakit tersebut vaksin mati
yang dapat diberikan yaitu :
a. Vaksin Vi d. Vaksin trivalent
b. Vaksin Ty21a e. Semua vaksin tifoid berupa vaksin hidup
c. Vaksin quadrivalent

67. Seorang pria alkoholik, 52 tahun datang ke ruang gawat darurat dengan batuk produktif, purulen, sesak napas, nyeri dada
sisi kanan, dan demam. Menurut pasien gejalanya dimulai beberapa hari lalu. Pada pemeriksaan,didapatkan suhu 38,8°C,
nadi 96x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, saturasi oksigen 85%, dan tekanan darah 115/92 mmHg. Dia memiliki gigi
yang buruk dan napas berbau busuk. Pada perkusi redup di paru kanan lapangan paru bawah, dan ronchi pada kedua lapang
paru. Rontgen dada menunjukkan opasitas paru kanan di bagian superior lobus bawah dengan air fluid level. Tampaknya
terjadi konsolidasi parenkim sisi kanan paru.  Abses Paru
Manakah yang merupakan organisme etiologi yang paling mungkin ditemukan berdasarkan presentasi ini?

31
a. Candida glabrata d. Peptostreptococcus
b. Mycoplasma pneumonia e. Streptococcus pneumoniae
c. Mycobacterium tuberculosis

68. Seorang perempuan, 29 tahun, sedang hamil trimester II dikonsulkan ke poli penyakit dalam dengan keluhan benjolan di
leher dan jantung berdebar debar. Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD 110/80 mmHg, nadi 128 x/menit, reguler, frekuensi
pernapasan 20 x/menit, suhu 37,2°C, exophtalmus pada kedua mata, struma difus disertai bruit, tremor halus pada kedua
tangan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 10,8 gr/dl, lekosit 11.000/uL, trombosit 310.000, TSH < 0,005, FT4
9 ng/dl. Pasien sudah pernah diberikan obat anti tiroid PTU dan Metimazole, tetapi tidak bisa dilanjutkan karena pasien
alergi terhadap kedua obat itu.
Terapi yang sesuai dengan diagnosis di atas adalah:
a. Operasi tiroidektomi d. Obat anti tiroid didesensitisasi
b. Pemberian lugol e. Tidak usah diterapi
c. Ablasi tiroid

69. Seorang pria berumur 52 tahun datang di ruang gawat darurat dengan keluhan nyeri di dada kiri dan berlangsung selama
10 menit saat mandi 3 jam yang lalu dan tidak berulang setelah itu. Nyeri dada seperti ini baru pertama kali dirasakannya.
Sejak 2 tahun yang lalu penderita diketahui mempunyai hipertensi, minum obat teratur dengan tekanan darah rata-rata
130/80 mmHg. Penderita juga mempunyai penyakit kencing manis yang telah diketahui sejak 1 tahun yang lalu. Pada saat
datang: tekanan darah 135/80 mmHg, nadi 74x/menit dengan irama yang reguler. Pemeriksaan fisik lainnya tidak
menunjukkan kelainan. Pemeriksaan EKG menunjukkan irama sinus, tidak ditemukan kelainan kecuali inversi gelombang
T sebesar 0,5 mm di sandapan II, III dan aVF. Hasil pemeriksaan laboratorium : CK dan CK-MB masih dalam batas normal,
terdeteksi adanya troponin < 1 ng/mL.Pilih kemungkinan diagnosis yang menurut anda paling tepat :
a. Angina tidak stabil  new onset, CCS > 2
b. Angina stabil
c. Infark miokardium akut
32
d. Angina prinzmental  usia muda, tidak ada faktor risiko, spasme, gangguan asetilkolin
e. Non-cardiac pain

70. Seorang laki-laki, pengguna narkoba suntik, berumur 23 tahun, dibawa ke UGD oleh keluarganya karena ada penurunan
kesadaran perlahan sejak 2 hari terakhir disertai kejang tonik-klonik general. Kira-kira 1 minggu terakhir pasien sering
mengeluh demam, nyeri kepala, mual, muntah, dan penglihatan kabur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran
KGB kenyal di daerah leher, hemiparese kanan, dan korioretinitis. Hasil CT-Scan kepala dengan kontras menunjukkan lesi
multipel yang tidak enhance dengan kontras, berlokasi di substansia alba. Hasil pemeriksan laboratorium didapatkan tes
HIVrapid +. Belum dilakukan pemeriksaan serologi apapun.
Dari hasil yang ada, penyebab penurunan kesadaran paling mungkin pada kasus di atas adalah :
a. Toksoplasmosis serebral
b. Tuberkuloma  bisa dimana saja
c. Limfoma SSP primer
d. Progressive multifocal leukoencephalopathy  penyebabnya John Cunningham virus
e. Herpes simplex virus tipe 1

71. Seorang pasien laki-laki, berusia 67 tahun, datang ke poli penyakit dalam dengan benjolan pada tulang rahang sebelah kiri
bawah dan makin lama makin besar. Benjolan kadang nyeri. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan benjolan pada rahang kiri
bawah, padat, keras, fixed, dan tidak mobile, tidak nyeri bila ditekan, dan tidak didapatkan hepato/splenomegali. Dilakukan
biopsi terbuka pada benjolan tersebut, didapatkan kumpulan sel plasma. Dari pemeriksaan aspirasi sumsum tulang: sel
plasma 3%, kadar immunoglobulin monoclonal <3 g/dl, tidak terdapat lesi tulang lain dari bone survey, Hb 11.2 g/L,
kalsium serum 8 mg/dl, kreatinin serum 1 mg/dl, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan protein Bence-Jones urin negatif. Dari
data tersebut, kemungkinan diagnosis pasien ini adalah :
a. Multipel mieloma d. Makroglobulinemia Waldenstrom
b. Gamopati monoklonal jinak e. Amiloidosis primer
c. Smoldering myeloma

72. Wanita umur 48 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan nyeri otot, disertai nyeri di persendian disertai
rasa kram2 di kedua kaki, ada penurunan berat badan sejak 1 bulan. Dari pemeriksaan didapatkan TD 150/100, Nadi
98x/menit, Suhu 37,5 C, RR 20x/menit pada kulit didapatkan adanya livedo retikularis. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil Hb 9,4 , WBC 1100, PLT 520.000, LED 100, Ureum 98, UL: prot +2, bld +2, leu 0-1/lp, nitrat -Kreatinin
1,8 , SGOT 98, SGPT 68, Anti HCV positif, ANCA negatif, dan kadar komplemen C3-C4 menurun. dan telah dilakukan
biopsi didapatkan vaskulitis pada pembuluh darah kecil dan sedang. Apakah diagnosis penyakit yang paling mungkin untuk
pasien tersebut:
a. Wagener’s granulomatosis + ISK
b. SLE

33
c. Anti GBM disease + GN
d. Cryoglobulinemia (paling sering Hep C) + GN
e. Poliarteritis nodosa (paling sering Hep B) + ISK

73. Seorang perempuan 58 tahun datang ke instalasi gawat darurat mengeluhkan nyeri kolik punggung kanan. Pasien ini sempat
didiagnosis Multiple myeloma dan mendapatkan terapi kemoterapi oral baru 1 bulan ini. Dia sudah masuk rumah sakit 2
kali karena batu ginjal. Hasil laboratorium Na 138 mEQ/L; K 2,9 mEQ/L; Cl 112 mEQ/L; HCO3 serum 15 meq/L;
HCO3urin 20 mEQ/L, CT Scan abdomen dan pelvis menunjukkan kesan normal. Diagnosis yang paling mungkin pada
pasien ini adalah:
a. RTA tipe 1  distal (SLE) d. RTA tipe 4
b. RTA tipe 2  proksimal, HCO3 di urin tinggi (Fanconi, MM) e. RTA tipe campuran
c. RTA tipe 3
RTA ada 4. Yg paling gampang, tipe 2  gangguan reabsorbsi HCO3 urin 

74. Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke poliklinik spesialis penyakit dalam dengan diantar anak perempuannya, keluhan
yang dirasakan pasien adalah sering lupa, kadang bingung, dan tidak ingat tempat, obat yang diminum dan nama tetangga
sehingga pergi ke manapun selalu ditemani anak perempuannya. Keluhan tersebut dirasakan sejak 6 bulan terakhir.
Pemriksaan fisik menunjukkan tidak ada defisit neurologis. Pasien adalah pasien hipertensi yang rutin kontrol dengan
tekanan darah 130/80, N 80, RR 20 t 36,8. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan MRI otak dengan gambaran
neurofibrillary tangles. Patofisiologi yang kemungkinan mendasari kelainan pada pasien ini adalah: Alzheimer
a. Akumulasi protein beta amyloid
b. Atherosklerosis pembuluh darah otak
c. Penumpukan sampah protein beta mikroglobulin
d. Degenerasi neuron di daerah fronto temporal karena proses penuaan
e. Ketidakseimbangan neurotransmitter otak

75. Seorang perempuan usia 32 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan gatal-gatal dan bentol tiba-tiba tanpa
penyebab yang jelas. Keluhan ini dirasakan kambuh-kambuhan, dan tiap muncul, hilangnya sampai 2-3 hari sejak
didiagnosis hipotiroid 6 minggu yang lalu, dan mendapat terapi L-tiroksin 1x100 ug. Tidak ada keluarga yang menderita
keluhan yang sama. Pemeriksaan lanjutan apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis? Urtikaria akut menghilang
dalam waktu < 24 jam. Kalo lebih, curiga urtikaria vaskulitis
a. Skin prick test d. Biopsi pada lesi
b. Patch test e. IgE total serum
c. Uji provokasi obat

76. Seorang pasien laki-laki 60 tahun dirawat di RS dengan keluhan utama demam, sesak nafas, buang air kecil dan buang
air besar dalam batas normal, riwayat penyakit dahulu tidak didapatkan hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung,
ginjal, paru sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran GCS 12, tekanan darah 100/70, nadi 112
x/menit, respirasi 36 x/menit, suhu badan 390C, ronki basah kasar pada kedua paru, pasien dicurigai mengalami ARDS
Dasar diagnosis untuk menegakkan diagnosis tersebut adalah:
a. rontgen toraks infiltrat difus bilateral, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) < 18 mmHg, PO2/FiO2 <
200mmHg, PO2 < 60%.
b. rontgen toraks infiltrat difus bilateral, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 18 mmHg, PO2/FiO2 <
200mmHg, PO2 < 60%  kardiogenik
c. rontgen toraks infiltrat difus bilateral, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) > 18 mmHg, PO2/FiO2 <
300mmHg, PO2 < 60%.
34
d. rontgen toraks infiltrat difus bilateral, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) < 18 mmHg, PO2/FiO2 <
300mmHg, PO2 < 60%  acute lung injury
e. rontgen toraks infiltrat pada basal paru bilateral, pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) < 18 mmHg,
PO2/FiO2 < 200mmHg, PO2 < 60%

77. Seorang wanita 70 tahun datang dengan keluhan benjolan di leher yang bertambah besar dengan cepat dalam 2 bulan
terakhir, dan suara menjadi parau. Dari pemeriksaan fisik didapatkan massa ukuran 6x6x4cm yang bergerak saat menelan,
dengan konsistensi padat keras, sukar digerakkan, permukaan berdungkul. Dari pemeriksaan laboratorium TSH 2,5 mIU/L,
FT4 2,3 mIU/L.
Langkah tepat untuk diagnosis pasti pasien adalah:
a. Sidik Tiroid d. MRI Kepala
b. BAJAH dengan tuntunan USG Tiroid e. Tiroglobulin
c. CT Scan Tiroid

78. Seorang laki laki berusia 52 tahun datang dengan UGD dengan keluhan rasa tidak enak di daerah sekitar ulu hati ketika
sedang makan bersama sama dengan keluarga. Pada pemeriksaan di UGD di dpatkan TD 90/70 mmHg, Nadi 50 x/min dan
tampakan umum pasien tampak berkeringat berlebihan dan tampak pucat.
Pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya ST elevasi pada lead II,III dan aVF disertai dengan gelombang T hiperakut.
Tidak tampak adanya gelombang Q. Tidak didapatkan ST elevasi pada sandapan kanan.
Manakah arteri koroner yang paling mungkin tersumbat dalam kasus ini :
a. Left anterior descending (LAD)
b. Left anterior descending (LAD) + Left circumflex (LCX)
c. Right coronary artery (RCA) proksimal
d. Right coronary artery (RCA) distal
e. Right coronary artery (RCA) distal + Left circumflex (LCX)

79. Seorang dokter hewan 46 tahun yang sering kontak dengan tikus datang ke ruang gawat darurat dengan keluhan jaundice
dan hemoptisis dalam jumlah sedikit. Pasien memiliki riwayat luka potong pada tangannya yang dialami saat operasi sekitar
14 hari lalu. Pasien tidak memiliki riwayat perjalanan atau terpapar dengan hewan lainnya. Sakit pada pasien dialami sekitar
9 hari lalu dengan gejala demam, menggigil, nyeri kepala yang hebat, nyeri otot yang terus menerus dan mual. Pasien juga
mengalami injeksi konjungtiva bilateral. Karena berpikir menderita influenza, pasien tinggal di rumah dan beristirahat
sampai merasa lebih baik 5 hari kemudian. Namun, keluhan kembali satu hari kemudian dengan nyeri kepala yang hebat
dan jaundice. Pada evaluasi awal, suhu badan 38,6oC, HR 105x/menit dan TD 156/89 mmHg dengan SpO2 92% pada udara
ruangan. Pasien terlihat sakit akut dan mengalami ikterik dan jaundice. Pada pasien terjadi pembesaran liver dan teraba,
tetapi tidak teraba massa di tempat lain dan tidak terdapat splenomegali. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan BUN 64,
kreatinin 3,6; bilirubin total 64,8; bilirubin direk 59,2; SGOT 84; SGPT 103; alkali posfatase 384; jumlah leukosit 11,000
dengan 13% neutrofil batang dan 80% sel PMN, hematokrit 33% dan jumlah trombosit 142.000. Pada pemeriksaan
urinalisis 20 leukosit/lapang pandang besar, protein +3 dan ditemukan granular casts. Profil koagulasi dalam batas normal.
Pemeriksaan lumbal punksi menunjukkan pleocytosis yang steril. Pemeriksaan CT scan dada menunjukkan diffuse infiltrat
seperti api dengan hemoragik pulmo.
Diagnosis yang tepat pada pasien :
a. Expanded Dengue Syndrome (Dengue + MODS)
b. Meningitis aseptik  penyebab selain bakteri
c. Brucellosis dengan MODS
d. Rat bite fever
e. Weil’s disease

80. Wanita, 44 tahun dengan keluhan demam makin meningkat, demam terus - menerus selama 3 hari pasien tampak bingung
dan tidak menyambung bila diajak bicara. Riwayat Penyakit dahulu tidak ada problem kesehatan sebelumnya, tidak sedang
dalam konsumsi obat. Dalam pemeriksaan tanda vital didapatkansuhu 38.6 derajat Celcius, tekanan darah 130 / 80, HR 92
x / menit, dan RR 18 x/menit.Keadaan umum : tampak bingung dan tidak menyambung , dalam pemeriksaan neurologi
dalam batas normal. Tampak ada petechiae pada kulit dengan pemeriksaan torniquet, Hb 8.5 g/dL, leukosit 15000,
trombosit 25000, Cr 3,2 mg / dL, LDH 1050 IU/L, PT dan PTT normal. Foto thorak dan urinalisis tampak normal.
Pemeriksaan darah tepi ditemukan gambaran schistocytes. Pasien meminum antibiotik untuk tetapi dalam 2 hari demam
terus meningkat tidak ada perbaikan, Hemoglobin dan trombosit makin turun. Kultur darah dan urin (-), lumbal pungsi
dalam batas normal, dilakukan CT scan dalam batas normal. Patofisiologi yang mendasari kondisi pasien tersebut adalah:
a. Aktivasi koagulasi dan fibrinolysis berlebihan  DIC
35
b. Anemia dan trombositopeni terkait kerusakan akibat mikroangiopati
c. Peningkatan permeabilitas kapiler akibat vasculitis  autoimun, AIHA, Evans
d. Anemia dan trombositopeni terkait kerusakan karena sistem imun
e. Defisiensi faktor-faktor koagulasi

81. Seorang laki laki berusia 47 tahun datang berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri pada lutut kiri,
bertambah jika berjalan. Pada pemeriksaan genu sinistra tampak bengkak, teraba hangat, kemerahan, nyeri saat digerakkan.
Selain itu pada maleolus lateralis pedis sinistra serta digiti II dan V pedis sinistra didapatkan multipel topus. Hasil analisa
cairan sendi pada genu sinistra didapatkan warna merah keruh, rivalta test positif, lekosit MN 1688/cmm, PMN 38.588,
glukosa 21 mg/dl, kristal monosodium urat positif. Saat dilakukan debridemen dilakukan pemeriksaan histopatologi dan
didapatkan tuberkel dengan sel datia langhans, disertai infiltrasi sel limfosit, histiosit dan lekosit PMN.
Problem medis pada pasien ini adalah :
a. Artritis gout akut d. Artritis gout kronis + TB
b. Artritis gout kronis e. Artritis septik
c. Artritis reaktif

82. Seorang perempuan berusia 42 tahun datang berobat ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan demam disertai rash
kulit kemerahan, dan tiba-tiba buang air kecil hanya <100 cc dalam 24 jam terakhir. Riwayat penyakit alergi dan ginjal
disangkal. Pasien baru mengonsumsi obat antibiotika untuk penyakit radang tenggorok. Pada pemeriksaan fisik kandung
kemih kosong, ballotement (-), nyeri ketok costovertebra (-). Pada pemeriksaan darah didapatkan Hb 12 g/dL; leukosit
9000/uL; itung jenis (2/10/10/50/20/8), ureum 40 mg/dL, kreatinin 1,2 mg/dL. Pada urin lengkap ditemukan protein +2,
leukosit 20/LPB; eritrosit 1/LPB; nitrit (-)
Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah:
a. GNAPS d. Nefritis interstitial akut  eosinofilia urin
b. Pielonefritis akut e. Nekrosis tubular akut  bisa karena obat
c. Sindroma nefrotik

83. Seorang perempuan berusia 72 tahun datang berobat ke poliklinik karena celana dalam sering basah tanpa disadari sejak 4
bulan yang lalu. Bila BAK pasien harus mengedan terlebih dahulu dan tidak lampias. Pasien menderita diabetes mellitus
namun tidak berobat rutin. Keluhan ini sebelumnya tidak mengganggu pasien, namun karena pasien akan menunaikan
ibadah haji hal tersebut mulai meresahkan pasien.
Perubahan fisiologis terkait usia yang berkontribusi/ memperberat terjadinya inkontinensia urin pada pasien ini adalah
a. Penurunan tekanan penutupan urethra dan kapasitas kandung kemih
b. Peningkatan komponen seluler vagina dan hipertrofi mukosa vagina
c. Peningkatan tekanan sfingter urethra dan peningkatan volume residu paska berkemih
d. Penurunan volume residu paska berkemih dan atrofi mukosa vagina
e. Otot dasar panggul melemah dan penurunan volume residu paska berkemih

36
84. Seorang wanita 34 tahun berobat dengan keluhan batuk dan sesak nafas saat aktivitas yang secara bertahap memburuk
dalam waktu 3 bulan. pasien tidak memiliki riwayat sakit paru. Dia mulai bekerja di sebuah toko hewan peliharaan sekitar
6 bulan yang lalu. tugasnya adalah termasuk membersihkan reptil dan kandang burung. Ia melaporkan sesekali demam
ringan tetapi tidak mengi. Batuk kering dan nonproduktif. Sebelum 3 bulan yang lalu pasien tidak memiliki keterbatasan
dari toleransi latihan, tapi sekarang dia melaporkan bahwa dia sesak saat mendaki dua anak tangga. pada pemeriksaan fisik
pasien tampak baik. Dia memiliki saturasi oksigen 95% pada udara ruangan saat istirahat tetapi saturasi 91% dengan
aktivitas. Suhu badan 37,7 ° C (99,8 ° F). Pemeriksaan paru dalam batas normal. Tidak ada jari tabuh atau sianosis. Pasien
memiliki foto rontgen dada normal. CT scan dada dengan resolusi tinggi menunjukkan infiltrat diffus tipe ground glass di
lobus bawah dengan ada nodul centrilobular. Biopsi transbronkial menunjukkan infiltrat alveolar interstitial dari plasma
sel, limfosit, dan eosinofil. Ada juga beberapa granuloma nonperkejuan. Diagnosis yang paling mungkin  Penyakit paru
kerja karena organik
a. Hay Fever  alergi yang seasonal
b. Pneumokoniosis
c. Bird Fancier’s lung (Farmer Lung disease)
d. Sindroma Loeffler  kecacingan, ascaris lumbricoides (harus ada eosinofilia nya)
e. Aspergillosis  clue: Crescent sign,

85. Seorang lelaki berusia 18 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri kepala, tidak tumbuh rambut ketiak,
pubis, suara masih seperti anak kecil disertai gangguan kemampuan penciuman, ukuran testis kecil. Pada pemeriksaaan
laboratorium didapatkan kadar GnRH sangat rendah, testosterone total 145 ng/dL (n: 400-1080 ng/dl); LH 0,8 IU/L (1.4-
18.1 IU/L), FSH 0,3 IU/L (1.4-18.1 IU/L)  kelainan di hipotalamus, seks sekunder (-)
Diagnosis kerja yang paling mungkin pada pasien ini adalah:
a. Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) d. Prolaktinoma  ada gejala seks sekunder
b. Seminoma testis e. Sheehan syndrome  panhypopituitarism, post partum
c. Kallman syndrome

86. Laki-laki berusia 72 tahun mengeluh beberapa minggu mengalami sesak yang memburuk. Pasien juga mengalami keluhan
dada seperti ditindih benda berat dan sampai pingsan saat naik tangga di rumahnya. Pasien sering sesak di malam hari dan
tidur dengan bantal tinggi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan vena jugularis 5+4 cmH2O, ronki basah halus pada
basal kedua paru, murmur diastolik grade 3/6 pada proyeksi katup di sela iga 2 parasternal kanan yang dapat terdengar juga

37
pada arteri femoralis, serta edema pitting kedua pretibial. Pasien juga terlihat kepalanya mengangguk2 mengikuti denyut
jantung. Kemungkinan penyebab gagal jantung pada pasien ini adalah: de Musset’s sign (+), pistol shot sound (+)
a. Stenosis mitral d. Aorta regurgitasi
b. Regurgitasi mitral e. Trikuspid regurgitasi
c. Pulmonal stenosis

87. Seorang wanita, berumur 25 tahun, diketahui hamil anak pertama, 16 minggu dan baru 1 minggu terakhir diketahui menderita
HIV. Wanita ini dibawa ke UGD oleh keluarganya karena ada penurunan kesadaran perlahan sejak 2 hari terakhir disertai
kejang tonik-klonik general. Kira-kira 1 minggu terakhir pasien sering mengeluh demam, nyeri kepala, mual, muntah, dan
penglihatan kabur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran KGB leher dan korioretinitis. Pasien belum pernah minum
ARV karena takut. Karena kehamilannya, keluarga pasien menolak untuk dilakukan CT-Scan kepala karena takut bahaya
radiasinya. Bayi di kandungan pasien mengalami hidrosefalus dan kalsifikasi otak.
Hasil pemeriksaan laboratorium apa yang dapat membantu menegakkan diagnosis penyebab kondisi pada pasien ini, selain
pemeriksaan HIV:
a. IgG Rubella d. IgG HSV1
b. IgG CMV e. IgG HSV2
c. IgG Toksoplasma

88. Seorang perempuan 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan BAB hitam sejak 1 hari yll. pada pemeriksaan fisik didapatkan
TD 110/70; nadi 105; RR 26; hasil lab: HB 4,4 g/dL. pasien ini kemudian direncanakan di tranfusi PRC namun dari hasil
crossmatch PMI menunjukkan incompatible pada minor I (3+), minor II (3+), autocontrol (2+). Tindakan selanjutnya yang
paling tepat pada pasien ini adalah :
a. Menggunakan darah dari donor keluarga
b. Memberikan suplementasi besi iv dan eritropoietin
c. Tetap memberikan tranfusi dengan premedikasi steroid
d. Menunda tranfusi dan memberikan suplementasi besi iv
e. Tidak memberikan transfusi

89. Seorang perempuan 46 tahun, dengan keluhan tubuh yang makin pendek dan nyeri tulang. Pasien riwayat asma bronkial
dan sering mengkonsumsi metilprednisolon. Pada pemeriksaan BMD didapatkan :
Region BMD (g/cm2) Young-Adult Age-Matched

38
% T % Z
Neck 0,712 73 -2,2 89 -0,7
Wards 0,529 58 -2,7 81 -1,0
Torch 0,396 50 -2,0 58 -2,6
Shaft 0,779 - - - -
Total 0,643 64 -2,3 76 -1,7
Patogenesis terjadinya penyakit diatas adalah :
a. Glukokortikoid menghambat efek stimulasi dari insulin-like growth factor 1 pada pembentukan tulang
b. Glukokortikoid menghambat wnt/betacatein signaling dan menyebabkan penurunan pembentukan tulang
c. Glukokortikoid meningkatkan kadar receptor activator of nuclear kappa ligand dari macrophage colony-
stimulating factor
d. Glukokortikoid menurunkan kadar osteoprotogerin menyebabkan peningkatan aktivitas osteoklas
e. Glukokortikoid menyebabkan penurunan resorpsi tulang

90. Seorang perempuan 29 tahun datang ke poliklinik karena batuk dan sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 bulan
terakhir. Pasien juga mengeluh sakit di punggung yang hilang timbul. Berat badan pasien menurun 10 Kg dan sudah 2 kali
keluar darah segar saat batuk. Tidak ada riwayat merokok. Pasa foto torak terdapat massa di lobus atas kiri dengan
pelebaran mediastinum dan efusi pleura kiri setinggi sela iga 4. Pada pemeriksaan trans thoracal needle aspiration (TTNA)
dan sitologi cairan pleura didapatkan hasil adenokarsinoma. Pasien sudah diperiksakan mutasi EGFR tetapi hasilnya
negatif. Pemeriksaan lanjutan yang paling tepat dianjurkan untuk pasien ini adalah
a. Bone scan d. Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK)
b. PET scan e. Periksa EGFR ulang
c. Bronkoskopi

91. Seorang perempuan 25 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam, penurunan kesadaran dan sesak nafas. Pasien
memiliki riwayat diabetes melitus 1 tahun yll dengan terapi metformin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TB 158 cm; BB
40 kg; TD 90/70 mmHg; Nadi 120; RR 32; turgor menurun, pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal. Hasil lab
: GDA 601 mg/dL; pH 7.30;pO2 86.2; pCO2 38,3; HCO3 10 mmol/L; SO2 98,5%, ketonemia (++); osmolalitas 360. Hasil
pemeriksaan C-peptide <0,1 mg/dL (N0,9-7,1), Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) antibodi 5,6 U/ml
Diabetes pada pasien ini adalah diabetes melitus :
a. Tipe 1
b. Tipe 2
c. Tipe lain
d. Tipe Maturity Ond=set Diabetes of the Young (MODY)
e. Tipe Latent-onset autoimmune Diabetes of Adult (LADA)

92. Seorang laki-laki 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada disertai rasa mau pingsan sejak 2 jam yl. pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/70; nadi 28, irama teratur; RR 24.
Data gambar EKG sebagai berikut :

Tatalaksana yang paling tepat pada pasien in adalah :


a. Injeksi adrenalin 1 mg iv d. Injeksi vasopressin 80 mg iv
b. Injeksi digitalis 0,25 mg iv e. Drip nitrogliserin 5 mcg/kgBB/mnt
c. Drip dopamin 2 mikrogram/kgBB/mnt

93. Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke UGD dengan keluhan Demam yang didahului menggigil. Pasien mengaku
baru kembali setelah perjalanan ke daerah endemis malaria. Pasien sedang hamil 3 bulan. Pada pemeriksaan fisik

39
didapatkan ikterik (bilirubin 2,5 mg/dl) hepatosplenomegali, Hb 6 mg/dl leukosit 15000/ul, dan trombosit 100.000/ul.
Pilihan yang tepat untuk pasien ini dengan kondisi yang dialaminya :
a. Kina selama 7 hari d. ACT dan doksisiklin
b. Kina dan primakuin. selama 7 hari e. ACT selama 3 hari dan
c. Kina dan clindamycin selama 7 hari clindamycin

94. Seorang lelaki berusia 47 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelumnya disertai perdarahan gusi
dan bercak-bercak merah pada kulit. Pada pemeriksaan fisik schuffner 5. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 8,1
gr/dl, leukosit 47.000/uL, trombosit 78.000/uL, apusan darah tepi memperlihatkan eritrosit anemia normositik normokrom,
leukosit meningkat, tampak semua tahap maturasi disertai jumlah blast 15%.
Diagnosis pada pasien ini adalah:
a. Leukemia limfositik akut
b. Leukemia myeloblastik akut
c. Leukemia granulositik kronik fase kronis
d. Leukemia granulositik kronik fase akselerasi
e. Leukemia granulositik kronik fase krisis blast

95. Seorang wanita 45 tahun datang ke klinik karena batuk kronis. Pasien mengatakan batuk yang dimulai pada awal usia dua
puluhan yang kadang-kadang disertai dahak produktif berwarna kuning atau kental hijau. Pasien sudah mendapat banyak
pengobatan dengan antibiotik, namun hanya perbaikan singkat dan mengurangi gejala. Pasien telah diberitahu bahwa dia
memiliki asma, dan satu-satunya obat yang digunakan yaitu flutikason dan albuterol inhaler dosis terukur (MDI).
Pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital normal dan saturasi oksigen 92%. Paru-paru redup di lobus atas bilateral
dan mengi ekspirasi. Tampak clubbing digital ringan. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Uji fungsi paru
menunjukkan obstruksi aliran udara. Hasil kultur dahak menunjukkan hasil positif untuk Pseudomonas aeruginosa dan
Staphylococcus aureus. Rontgen dada Posteroanterior (PA) dan lateral menunjukkan infiltrat bilateral lobus atas. Manakah
dari tes berikut ini yang paling penting sebagai langkah pertama dalam mendiagnosis penyakit yang mendasarinya?
a. CT scan thorax
b. Bronkoskopi dengan biopsi transbronkial
c. Uji klorida keringat dan tes genetik
d. Sputum BTA
e. Sputum sitologi

96. Seorang wanita 39 tahun datang ke poliklinik menderita hipertensi dengan menggunakan empat jenis obat antihipertensi
yaitu captopril 3x 25 mg, bisprolol 1x 10 mg, amlodipin 1x 10 mg dan HCT 1x 12,5 mg. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil yang normal kecuali pemeriksaan kalium level 2,9 mmol/L, aktivitas renin plasma rendah. Dilakukan
pemeriksaan Saline loading dan didapatkan hasil yaitu aldosteron yang tinggi. CT scan dari kelenjar adrenal tidak
menunjukkan adanya massa. Overnight 1 mg dexamethason supression test menunjukkan tidak ada supresi terhadap
ACTH. Apa diagnosis yang paling mungkin:
a. Conn syndrome
b. Kortikal hiperplasia nodular
c. Sindroma Cushing
d. Liddle syndrome
e. Tumor hipofisis

97. Seorang wanita 62 tahun dengan riwayat kronik LBBB masuk ICCU setelah mengalami nyeri dada substernal 4 jam
sebelumnya dan sesak nafas. Terdapat peningkatan serum troponin T. dilakukan kateterisasi dengan angioplasty dan
pemasangan stent pada LAD. 5 hari kemudian pasien mengalami nyeri dada lagi. Manakah dari pemeriksaan dibawah ini
yang paling berguna untuk mendeteksi cedera miokard yang baru terjadi setelah infark sebelumnya?
a. Echocardigrafi d. Serum LDH
b. EKG e. Serum troponin
c. Serum CK-MB

98. Laki2 53 tahun ke IGD dengan keluhan panas, menggigil, malaise dan sesak, tetapi tidak ada wheezing. RPD -, bekerja
sebagai petani. Akhir2 ini Pasien berangkat ke kebun pagi hari dan bekerja membersihkan banyak tumpukan rumput kering.
CXR infiltrat bilateral pada lobus atas. Kemungkinan organisme penyebab :
a. Nocardia asteroids d. Actinomyces
b. Histoplasma capsulatum e. Aspergillus fumigatus
40
c. Cryptococcus neoformans

99. Seorang pria 28 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan demam 1-2 hari, malaise, batuk, produksi sputum hijau,
dan dyspnea. Ia adalah seorang perokok dan bekerja di sebuah restoran. Tidak ada riwayat medis yang bermakna dan tidak
dalam pengobatan apa-apa. Tanda vital didapatkan suhu 39,2 ° C, frekuensi pernapasan 28 x/ menit, tekanan darah 110/70
mmHg, denyut jantung 105 x / menit, SaO2 94%. Hasil laboratorium kimia normal. Leukosit 15.500 / UL. Didapatkan
bunyi napas bronkial di lobus kanan bawah, dan rontgen dada menunjukkan konsolidasi di daerah itu. Manakah terapi
antibiotik yang paling tepat?
a. Azitromisin
b. Ceftriaxone ditambah azithromisin
c. Levofloxacin
d. Piperacillin / Tazobactam
e. Vancomycin

100. Seorang wanita usia 31 tahun datang dengan keluhan lemas dan mudah lelah. Pasien juga sering merasakan
pusing, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan sulit BAB. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 kg
dalam 5 bulan terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD 100/70 mmHg, ND 92 x/menit, RR 16 x/menit,
Suhu 37,6oC. Terdapat hiperpigmentasi di wajah, lengan, siku, lipatan kulit telapak tangan dan lutut. Pemeriksaan fisik lain
dalam batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10 gr/dL, Ht 38%, MCV 90 fL, MCH 30 pg/cell,
Leukosit 7100 mm3, trombosit 430.000/uL, GDS 110 mg/dL, Na 130 meq/L, K 3.5 meq/L, Cl 100 meq/L, Ca 10.8 meq/L.
Anda sebagai dokter penyakit dalam akan mendiagnosis pasien ini dengan:
a. Krisis adrenal d. Adenoma hipofisis
b. Addison disease e. C-17 Hydroksilase defisiensi
c. Sindrom Cushing

41
TRY OUT I
Waktu : 150 menit
*Menghitamkan LJK mulai nomor 101*

101. Seorang laki-laki 68 tahun datang ke IGD dengan sesak napas yang memberat sejak 2 minggu terakhir. Batuk
kering dan nyeri pleuritis pada sisi kanan. Panas dan menggigil tidak ada. Pasien merokok 1 bungkus/hari sejak usia 20
tahun. PF, TD 138/86, N 92x/m, R 24x/m, Sb 37,1 SpO2 94 %. Redup pada paru kanan, stem fremitus menurun, suara
napas menurun tanpa egofoni. CXR : efusi pleura kanan + suspek limfadenopati mediastinum. Kemudian pasien dilakukan
torakosintesis, keluar cairan warna kemerahan, 1500 cc, hasil analisa : pH 7,46, eritrosit >>, hematokrit 3 %, leukosit 230
(85% limfosit, 10% neutrofil, 5% sel mesotel, protein 4,6 g/dl, LDH 360 U/l, glukosa 35 mg/dL. Serum : protein 6,8 g/dL
LDH 340 U/l, glukosa 115 mg/dL. CxR kontrol : efusi pleura berkurang, paru kanan bawah kolaps, pembesaran KGB
mediastinal. Pemeriksaan lanjutan yang tepat untuk pasien ini :
a. CT scan thorax + kontras d. Kultur cairan pleura
b. Thorakoscopi + biopsi pleura e. Pemeriksaan ADA
c. Sitologi cairan pleura

102. Seorang laki-laki usia 45 tahun, terdiagnosis DM sejak 6 yang lalu, dengan terapi Metformin 3x500 mg dan
Glimepirid 2 mg. Selama kontrol, gula darah pasien terkendali dengan baik diet dan konsumsi obat-obatan tersebut. Pasien
ingin mengikuti ibadah puasa bulan Ramadhan. Bagaimana cara pemberian obat yang benar:
a. Metformin 500 mg saat buka dan sahur, glimepirid dihentikan
b. Metformin 1000 mg saat buka, metformin 500 mg saat sahur, glimeprird dihentikan
c. Metformin 1500 mg saat buka, glimepirid 1 mg saja saat sahur
d. Metformin 1000 mg dan glimepiride 2 mg saat buka, metformin 500 mg saat sahur
e. Metformin 500 mg dan glimepiride 1 mg saat buka, metformin 500 mg saat sahur

103. Seorang laki umur 59 tahun menderita penyakit multipel mieloma datang ke instalasi gawat darurat dengan
keluhan nyeri punggung terus menerus. Dokter memberikan obat penghilang rasa nyeri, dan pasien dipulangkan. Setelah
seminggu berselang ia datang lagi dengan acute confusional state, muntah, dan konstipasi. Produksi urine per jam 750 cc.
Tanda vital tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 55 x/mnt, pernapasan 24 x/mnt, suhu badan 37,1 oC.
Rekam jantung menunjukkan hasil sebagai berikut:

Penanganan awal yang paling tepat pada pasien ini adalah…

42
a. Berikan hidroklortiazid d. Antidote Naloxon
b. Natrium bikarbonat IV e. Cairan saline IV
c. Kalsium karbonat

104. Seorang wanita 45 tahun datang dengan diare kronis dan penurunan berat badan yang dialami sejak kurang lebih
2 bulan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keputihan pada mulut dan anemis. Vital sign dalam batas normal. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9.7, leukosit 2800, trombosit 200.000, HIV + dan Hepatitis C+. Pernyataan yang
tepat adalah:
a. Dapat langsung diberikan ARV tanpa perlu didahului pemeriksaan CD4
b. Harus diberikan vaksinasi hepatitis A dan B
c. Untuk terapi hepatitis C digunakan ribavirin dan interferon
d. Untuk terapi hepatitis C digunakan ribavirin monoterapi
e. Untuk ARV direkomendasikan penggunaan tenofovir dengan lamivudin

105. Laki-laki 50 tahun MRS dengan keluhan demam sejak 2 minggu lalu, lemah, pucat, nafsu makan menurun. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan conjungtiva anemis, sklera ikterus, pembesaran KGB jugularis interna dextra dan sinistra.
Hepar teraba 2 jari BAC, Lien Schufner II. Dan tampak purpura pada ke empat extremitas. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan WBC 145000 /mm3, RBC 2,1 x 106 /mm3, Hb 9,0 gr/dl. HCT 27%. Trombosit 96.000 /mm3. MCH 28 pg(
normal 26-32 pg), MCV 90 FL ( normal 78-95 pg/dL), MCHC 34 pg/dL(normal 32-36 pg/dL). Retikulosit 3,2 % (normal
< 1,5 %). Coomb’s test (+). Diff count : neutrofil 8000 /uL, limfosit 80.000 /uL, monosit 1000 /uL, eosinofil 800 /uL,
basofil 400 /uL. Pada apusan darah tepi ditemukan anemia normokrom normositik, polikromasi, eritrosit berinti, dan
sferositosis. Limfosit kecil dengan morfologi normal monoton, smudge cells. Pada pemeriksaan urin ditemukan
urobilinuria dan hemoglobinuria. Pada pemeriksaan BMP : hiperseluler dengan jumlah limfosit matang >30%.
Apakah diagnosa pasien tersebut:
a. CML dengan AIHA d. AML dengan AIHA
b. CLL dengan AIHA e. Hairy cell leukemia dengan AIHA
c. ALL dengan AIHA

106. Seorang wanita hamil 32 tahun datang dengan nyeri pada ibu jari dan pergelangan tangan kanan yang memburuk
dalam beberapa minggu terakhir. Pasien juga mengeluh benda yang dipegang terlepas sendiri dari genggaman
tangannya karena nyeri di ibu jari. Pada pemeriksaan fisik ada pembengkakan ringan dan nyeri tekan pada daerah
radial, dan nyeri bertambah ketika dia meletakkan ibu jari pada telapak tangan dan menggenggamnya dengan jari
yang lain. Nyeri tidak bertambah dengan ekstensi maksimal pergelangan tangan selama 60 detik. Kemungkinan
diagnosis?

43
a. Sindrom carpal tunnel
b. Tenosinovitis de quervain
c. Spondiloartropati
d. Fasciitis palmaris
e. Bursitis ulnaris

44
107. Seorang laki umur 20 tahun yang hendak melakukan medical check-up dalam rangka hendak bertanding dalam
kejuaraan basket nasional datang dengan memperlihatkan hasil tes dipstik urine positif 3 (+3) untuk protein. Ia tidak
mempunyai keluhan, dan tidak ada penyakit lain sebelumnya. Ia tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
sebelumnya. Tanda vital dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Hasil darah rutin lainnya menunjukkan hasil normal.
Tatalaksana yang anda anjurkan selanjutnya adalah:
a. Protein urin kuantitatif 24 jam d. Mengulangi tes dipstik 3 bulan
b. USG Ginjal e. Rasio protein urin-kreatinin sewaktu
c. Mengulangi tes dipstik 1-2 minggu

108. Seorang laki-laki berusia 75 tahun dengan demensia, dibawa oleh istrinya untuk berobat karena permasalahan
berkemih yang tidak terkendali dan tidak dikehendaki serta menjadi lebih sering, tidak disertai nyeri saat berkemih,
perasaan haus ataupun poliuria. Terdapat riwayat hipertensi, osteoarthritis, demensia vaskular dan hiperlipidemi. Terdapat
riwayat TURP 8 tahun yang lalu tanpa komplikasi. Obat-obatan yang dikonsumsi aspirin, hydrochlorothiazide 1x12,5 mg,
simvastatin 1x20 mg dan donepezil 1x10 mg. Pemeriksaan fisik secara umum termasuk pemeriksaan prostat dalam batas
normal. Volume residu urin sekitar 40 cc.
Penyebab inkontinensia urin yang paling mungkin pada pasien ini:
a. Aktivitas berlebih detrusor d. Inkontinensia tipe fungsional
b. Penggunaan diuretik e. BPH
c. Inkontinensia urin tipe stres

109. Seorang laki-laki, 25 tahun, datang ke poli interna dengan keluhan gatal di tubuhnya yang sudah berlangsung
selama 1 bulan ini, terutama setelah mandi dengan air hangat, dan akan menghilang sendiri beberapa jam kemudian. Pada
pemeriksaan fisik tampak bentol yang terasa gatal di lengan, kaki dan wajah penderita, berbatas jelas dan dikelilingi daerah
eritematous dengan kepucatan di bagian tengahnya. Penderita memiliki riwayat asma sejak kecil dan selalu membawa
inhaler yang digunakan bila sesak kambuh. Penderita sudah hampir 3 bulan ini tidak pernah mengalami serangan asma.
Penderita minum cetirizine 10 mg dan methylprednisolon 4 mg semalam untuk mengurangi gatal. Diagnosis yang paling
tepat untuk penderita ini adalah:
a. Aquagenic urticaria d. Contact urticaria
b. Cholinergic urticaria e. Pressure urticaria
c. Solar urticaria

110. Wanita 24 tahun dengan riwayat iritable bowel syndrome (IBS) diterapi dengan loperamid, psylium dan
imipramin. Dikarenakan terjadi nyeri perut, kembung dan gangguan konstipasi / diare, pasien diberikan alosetron 0. 5 mg
dua kali sehari. Lima hari kemudian pasien dibawa ke instalasi gawat darurat dengan nyeri perut hebat. Pada pemeriksaan
pasien tampak gelisah, suhu tubuh 39 C, tekanan darah 90/55mmHg, laju jantung 115x/menit, laju pernapasan 22x/menit
dan saturasi oksigen normal. Pemeriksaan perut terjadi penurunan bising usus, ketegangan difus dan tahanan tanpa rebound
tenderness. Fesesnya positif untuk darah. Leukosit 15.800/uL dengan pergeseran ke kiri dan metabolik asidosis ringan.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini?

45
a. Toxic megacolon d. Kolitis iskemik
b. Kolitis Clostridium difficile e. Perforasi usus
c. Penyakit Crohn

111. Wanita 26 tahun dibawa ke ruang IGD setelah menelan beberapa pil. Temannya menemukan pasien menangis di
lantai dan tampak beberapa botol obat berisi asetaminofen bertebaran di lantai. Pasien terakhir ditemui 4 jam yang lalu.
Pasien mual dan muntah 1 x di ruang IGD. Tanda vital stabil, pada pemeriksaan fisik pasien sadar dan tidak ada
pemeriksaan fisik lainnya bermakna. Kadar asetaminofen pasien ialah 400g/ml, tes fungsi hepar normal.
Manakah pernyataan di bawah ini yang benar?
a. Zat aktif asetaminofen yang merusak adalah para amino benzoquinon imin
b. Alkalinisasi urin efektif pada keracunan asetaminofen
c. Pasien tidak harus dirawat inap bila tidak ada keluhan berarti
d. Transplantasi hepar tidak dapat dilakukan pada pasien gagal hepar fulminan akibat keracunan asetaminofen
e. Hasil tes fungsi liver normal menunjukkan tidak adanya cedera hepar yang signifikan

112. Seorang laki-laki 75 tahun, baru saja menjalani masa pensiun 2 tahun terakhir, datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala, tidur terganggu, sering terbangun, merasa sepi di rumah, kawan jarang yang datang dan anak-anaknya
jarang menengok karena jauh di luar kota. Pasien seharian di rumah dan malas untuk beraktivitas. Keluhan lain : kurang
nafsu makan, buang air kecil tidak lancar, namun tidak pernah merasa demam. Pasien memiliki riwayat tekanan darah
tinggi dan pernah dirawat karena serangan jantung. Oleh dokter puskesmas pasien diberi amitriptillin, amlodipin dan
paracetamol. 1 minggu kemudian pasien datang dengan keluhan susah buang air besar.
Masalah pada pasien ini adalah:
a. Depresi dan mengalami efek samping amitriptilin
b. Depresi dan mengalami efek samping amlodipin
c. Gangguan cemas dengan episode depresi dan mengalami efek samping amitriptilin
d. Gangguan cemas menyeluruh dan mengalami efek samping amlodipin
e. Gangguan penyesuaian dengan afek depresi dan perburukan gejala pembesaran prostat

113. Seorang wanita, 52 tahun, dengan keluhan nyeri dada sejak 15 menit yang lalu, saat pasien sedang mencuci
pakaian. Keluhan ini sudah dua kali dirasakan, sebelumnya nyeri dada membaik setelah istirahat. Pasien dengan riwayat
DM sejak 10 tahun yang lalu, berobat teratur dengan metformin 500 mg 2x1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
compos mentis, tampak cemas, TD 130/80 mmHg, denyut jantung 110 x/menit. GDS 154 mg/dl. EKG menunjukkan ST
depresi di lead V5-V6.
Jika pasien ini dilakukan tes uji jantung, maka indikasi absolut untuk menghentikan tes apabila:
a. Hipertensi berat
b. Lemas dan sesak napas serta timbul mengi
c. Pasien minta berhenti
d. Peningkatan rasa tidak enak di dada
e. Muncul bradiaritmia

114. Seorang laki-laki 47 tahun dibawa ke unit gawat darurat dengan kesadaran menurun, istri pasien mengatakan
bahwa sejak 5 hari terakhir pasien mengatakan badan terasa lemas dan hari ini tidak sadar. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran somnolen, TD 110/60 mmHg, ND 100x/menit, RR 22 x/menit, SH 36.8C. Pasien dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil Hb 12 g/dL, leukosit 8800/uL, trombosit 350.000/uL, LED 110 mm/jam,
turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12 gr/dL, leukosit
9000/uL, trombosit 430.000/uL, natrium 125 mg/dL, kalium 3,7 mg/dL, klorida 98 mg/dL. Oleh dokter jaga pasien diterapi
dengan infus dextrosa dan sudah dilakukan beberapa kali suntikan dextrosa 40% namun gula darah pasien tidak naik juga.
Yang tidak termasuk pilihan terapi alternatif lainnya untuk pasien tersebut yaitu:
a. Suntikan glucagon iv atau im d. Diaxozide
b. Suntikan hidrokortison im e. Streptozotocin
c. Suntikan growth hormone

115. Seorang perempuan 55 tahun dengan gangguan koordinasi yang berlangsung progresif. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nistagmus, disathria dan gangguan uji menunjuk jari ke hidung. Pasien juga memiliki gangguan berjalan.
Pemeriksaan MRI menunjukkan atrofi pada kedua lobus dari cerebelum. Pemeriksaan serologi menunjukkan antibodi anti
Yo (+). Diagnosis yang menunjukkan gambaran klinis seperti di atas :

46
a. Karsinoma paru non-small cell d. Limfoma non hodgkin
b. Karsinoma paru small cell e. Kanker kolorektal
c. Kanker payudara

116. Seorang wanita 40 tahun datang di tempat praktek anda meminta obat pencegah malaria, karena wanita tersebut
akan berangkat ke Papua minggu depan. Obat yang akan anda berikan berserta cara pemberian adalah :
a. Proguanil 200 mg/hari, diminum 1-2 hari sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah
kembali
b. Doksisiklin 100 mg/hari, diminum 1-2 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah kembali
c. Kloroquin 2 tablet/minggu, diminum 1-2 hari sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah kembali
d. Mefloquin 250 mg/minggu, diminum 1-2 minggu sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah kembali
e. Primaquin 0.5 mg/kgBB/hari, diminum 1 hari sebelum berangkat sampai 4 minggu setelah kembali

117. Seorang perempuan berusia 45 tahun datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu, batuk berlendir dan sesak.
Pasien sedang menjalani kemoterapi yang agresif untuk kanker kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 112x/menit, pernapasan 32x/menit dan suhu badan 38,3 0C. Konjunctiva anemis,
pembesaran kelenjar getah bening di leher dengan diameter 5 cm. Pada pemeriksaan darah didapatkan Hemoglobin 8 gr/dL;
leukosit 3x103/uL; hitung netrofil absolut pada hari pertama < 1000 sel/mm3 dan pada hari ke delapan < 500 sel/mm3.
Setelah pemberian antibiotik empiris selama 5 hari, demam tidak kunjung turun. Antibiotik empiris tambahan apa yang
sebaiknya diberikan:

47
a. Acyclovir
b. Clindamycin
c. Amfoterisin B
d. Flukonazole
e. Pirimetamin

48
118. Pasien perempuan 40 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sering demam sejak 3 minggu
yang lalu, demam tidak tinggi, tidak enak badan, cepat lelah. Sejak 4 tahun yang lalu pasien sering merasa pegal, nyeri
sendi, rambut rontok, kulit sekitar pipi kasar mengeras. Keadaan umum tampak sakit sedang, kompos mentis, tekanan
darah 140/100 mmHg, denyut nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan 20 kali per menit, tampak alopesia. Paru : sonor,
vesikuler normal, ronkhi (+) di lapangan tengah dan kedua paru. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 9 gr/dl, Trombosit
165.000, Coomb test (+), ureum 91 mg/dl, kreatinin 2.1 mg/dl, urinalisa protein (+2), ANA test (+), anti ds DNA (+), anti
RNP (+). Biopsi kulit sesuai dengan skleroderma. Diagnosis utama yang paling mungkin pada pasien ini adalah:

49
a. SLE d. Rheumatoid artritis
b. Polimiosistis e. Mixed Connective Tissue Diseas
c. Skleroderma

119. Seorang pasien laki-laki 65 tahun datang ke IGD karena dirujuk oleh klinik karena hasil pemeriksaan Natrium serum 109
meq/L. Pasien sadar baik. GCS 456. Tidak ada riwayat muntah-muntah atau diare. Penurunan nafsu makan disangkal oleh
pasien. Pasien diberi terapi NaCl 3%. 6 jam kemudian kondisi pasien tiba-tiba lemah, bicara pelo, dan ada kelemahan
ekstremitas. Setelah dicek, kadar Natrium serum 134 meq/L. Apa kemungkinan penyebab terjadinya kondisi tersebut:

50
a. Stroke trombotik akut
b. Perubahan pasienmolaritas serum mendadak
c. Demielinisasi serebral
d. Stroke emboli
e. Pseudohiponatremia

120. Seorang laki-laki 79 tahun dibawa ke IGD karena tidur terus menerus dan sulit dibangunkan. Pasen tidak
mengeluh sesak, nyeri dada ataupun nyeri kepala sebelumnya. Pasien sebelumnya ke dokter umum karena sulit tidur dan
diberikan diazepam 5 mg. Pada pemeriksaan fisik termasuk neurologis dalam batas normal. Hasil EKG dan foto toraks
dalam batas Normal. Farmakokinetik obat yang paling berperan dalam kejadian efek samping obat pada pasien tersebut
adalah :

51
a. Sekresi d. Distribusi
b. Ekskresi e. Metabolisme hati
c. Absorbsi

121. Pasien laki-laki usia 40 tahun. Pasien merupakan pasien penyakit ginjal kronik yang sudah menjalani hemodialisis reguler
sejak 2 bulan terakhir. Bila akan diberikan vaksin Hepatitis B, bagaimana cara pemberiannya:
a. 1 dosis pada bulan 1 dan 6 d. 2 dosis pada bulan 1,2, dan 6
b. 1 dosis pada bulan 1,2, dan 6 e. 2 dosis diulang tiap 6 bulan selama 2 kali
c. 2 dosis pada bulan 1 dan 6

122. Seorang perempuan 46 tahun datang ke iGD dengan keluhan diare berdarah hilag timbul selama 2 minggu. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan konjungtiva pucat, dan ditemukan darah segar pada pemeriksaan rectal toucher. Hasil
lab : Hb 8,7 g/dl albumin 2,8 g/l.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis pada pasien ni adalah :
a. Kolonoskopi dan gastroskopi sekaligus
b. Pemeriksaan feses rutin dan kolonoskopi
c. Pemeriksaan feses rutin, kolonoskopi dan usg abdomen
d. Pemeriksaan feses rutin, CEA, dan gastroskopi
e. Pemeriksaan feses rutin, CEA, dan USG

123. Seorang perempuan 46 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri perut kanan atas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tinggi badan 157 cm, berat badan 65 kg, tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
murphy’s sign positif. Pada pemeriksaan ultrasnografi didapatkan gambaran batu di kandung empedu. Pasien direncanakan
untuk operasi kolesistektomi.
Kemungkinan faktor yang paling berperan untuk terjadinya batu pada pasien ini adalah :
a.Infeksi saluran empedu
b. Hipermotilitas kadung empedu dan usus
c.Perlambatan terjadinya kristalisasi kolesterol
d. Hiposaturasi kolesterol dalam kandung empedu
e.Peningkatan aktivitas kadar enzim α-glukoronidase bakteri

124. Seorang laki-laki 49 tahun, menikah, seorang pegawai bank, datang ke poliklinik dengan keluhan sering merasa
lelah disertai rasa tidak nyaman di leher dan beberapa titik pada punggung, disertai kepala tegang hilang timbul sejak 2
tahun lalu. Saat bangun pagi pasien masih merasa lelah dan kembali nyeri. Kadang2 pasien terbangun malam hari dan sulit
untuk tidur lagi. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah:

52
a.Fibromialgia d. Myofacial syndrome
b. Tension headache e. Chronic fatique syndrome
c.Cervical syndrome

125. Seorang laki-laki 60 tahun datan dengan keluhan batuk darah sejak 1 tahun terakhir dan memberat sejak 1 bulan
terakhir. Pasien memiliki riwayat tuberkulosis 5 tahun lalu dan telah mendapatkan pengobatan di puskesmas selama 6
bulan dan dinyatakan sembuh. Sejak 1 tahun terakhir juga menderita kencing manis. Hasil lab didapatkan LED 15 mm/jam,
BTA 3x negatif, hasil pemeriksaan foto thorax lateral didapatkan gambaran halo sign. Diagnosis paling mungkin pada
asien ini adalah :
a. Abses paru d. Karsinoma paru
b. Tuberculosis paru e. Pneumokoniasis
c. Aspergilloma

126. Seorang laki-laki 53 tahun yang saat ini dalam perawatan karena stroke iskemik. Pasien mempunyai riwayat DM
4 tahun, HT 2 thn, merokok selama 15 tahun. Pada saat ini kadar kolesterol total 280 mg/dL; TG 245 mg/dL; LDL 180
mg/dL; HDL 39 mg/dL.
Pilihan terapi obat dislipidemia yang paling tepat pada pasien in adalah :
a. Simvastatin 20 mg d. Pravastatin 10mg
b. Atorvastatin 20 mg e. Gemfibrozil 600 mg
c. Rosuvastatin 20 mg

127. Seorang perempuan 29 tahun hamil 20 minggu datang ke poliklinik dengan keluhan rasa berdebar-debar yang
hilang timbul sejak 2 minggu terakhir. Pasien hamil anak pertama, tidak pernah ada keluhan seperti ini sebelum hamil.
Pasien diminta berobat ke dokter penyakit dalam oleh dokter kandungan teman pasien kontrol secara teratur. Pemeriksaan
fisik TD 110/60, nadi 140, nafas 20, suhu 36,8. Denyut jantung
150x, ekstremitas atas tremor halus. Tidak ada kelainan lain.
Gambaran EKG yg sesuai untuk pasien ini adalah:

128. Seorang pasien wanita 30 tahun, bekerja sebagai


pelayan rumah makan,memiliki keluhan sesak nafas yang
semakin memberat selama 2 minggu, batuk kering, demam,
dan penurunan berat badan. Pasien memiliki suami yang pernah menjadi pengguna narkoba suntik. Pasien menyangkal
pernah menggunakan narkoba suntik dan berkata bahwa suaminya sudah ‘bersih’ sejak satu tahun lalu. Pasien tidak tahu
status HIV suaminya. Pasien tidak merokok, tidak minum minuman keras, dan tidak pernah melakukan seks berganti-ganti
pasangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 38,5
0
C. Didapatkan oral trush; pada pemeriksaa leher teraba kelenjar getah bening, tidak nyeri di daerah servikal ppasienterior,
pada jantung heart rate reguler dengan bising sistolik grade 1/6 di daerah apex. Pada paru didapatkan ronki terutama di
daerah basal kiri paru. Teraba hepar 4 cm di bawah arcus cpasientae kanan, dan teraba lien schuffner 1. Pada ekstremitas
tidak didapatkan clubbing atau edema. Hasil laboratorium menunjukkan leukpasienit 3200/mmk, dengan 80%
limfpasienit; Hb 9,8 g%; trombpasienit 110000/mmk; SGOT 100 U/L; SGPT 89 U/L; tes HIV reaktif; CD4 55 sel/mmk.
Rontgen paru menunjukkan infiltrat nodular difus. Hasil CT-Scan paru sebagai berikut :

53
Diagnosis yang paling mungkin :
a. Infeksi Pneumocystis diseminata
b. Infeksi Histoplasma diseminata
c. Limfoma
d. Mycobacterium tuberculpasienis diseminata
e. Koksidioidomikpasienis diseminata

129. Seorang laki-laki 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 tahun. Pasien sudah minum
berbagai obat penghambat pompa proton, namun tidak ada perbaikan gejala. Sejak 1 bulan ini pasien mengeluhkan badan
lemas dan pucat, dan terdapat penurunan berat badan 4 kg dalam 2 minggu. Pasien akhirnya menjalani pemeriksaan
endoskopi dan didapatkan adanya massa menonjol dengan permukaan mukosa yang normal dan terdapat ulcus ditengah-
tengah massa. Dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi pada tengah-tengah ulcus daerah yang menonjol hingga
dalam. Hasil histoPA menunjukkan hasil yang mencurigakan ke arah gastro intestinal stromal tumor (GIST).
Pemeriksaan selanjutnya untuk menegakkan diagnosis dan pengobatan pada pasien ini adalah :

54
a.PCR d. CT-Scan Abdomen
b. Imunohistokimia CD117 e. Operasi pengangkatan
c.Endoscopy Ultrasound (EUS)

130. Seorang perempuan 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dan kaku pada jari-jari kedua tangan
terutama pagi hari sejak enam bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal; tinggi
badan 158 cm; berat badan 79 kg; gambaran artritis pada sendi interfalang proksimal, metakarpofalangeal, pergelangan
tagan dan kaki. Hasil laboratorium: laju endap darah 40 mm/jam; Hemoglobin 12,1 g/dL; leukosit 7500/ μL; trombosit
550.000/ μL; hitung jenis -/5/60/25/8; urin dalam batas normal.
Gambaran patologi yang khas pada kasus ini adalah:
a. Pannus
b. Granuloma eosinofilik
c. Deposisi kristal monosodium urat
d. Deposisi kristal kalsium pirofosfat
e. Granuloma limfositik dengan sel datia langhans

131. Seorang perempuan 28 tahun dikonsulkan ke poliklinik dengan G1P0A0 hamil 20 mgg dan buang air kecil terasa
nyeri sejak 3 hari. Demam disangkal. Pd pem fisik didaptkan suhu 36,9oC, nyeri tekak suprasimfisis. Hasil urinalisis :
warna kuning; kejernihan keruh; albumin trace; leukosit 10-15/LPB, eritrosit 0-1/LPB
Hormon yang menyebabkan pasien berisiko mengalami masalah di atas adalah :
a. Estrogen  keputihan d. Progesteron  kontraksi otot polos
b. Prolaktin e. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
c. Oksitosin

132. Seorang perempuan 52 tahun datang dengan keluhan sulit menelan, terutama jika menelan makanan padat. Pasien
sering mengeluh sakit maag yang menjalar ke daerah dada hingga rasa terbakar di ulu hati. Tidak ada riwayat demam atau
minum obat-obatan, juga tidak ada riwayat sakit maag sebelumnya. Hasil pemeriksaan barium swallow berikut:

Patofisiologi yang mendasari penyakit ini adalah : bisa degenerasi neuron


a. Sumbatan mekanik pada gastroesofageal junction
b. Peningkatan kekakuan esofagus
c. Kerusakan otot lurik esofagus
d. Peningkatan tekanan sfingter bawah esofagus
e. Peningkatan tekanan intra gaster
Setelah 3x businasi  heller myotomi. Kalo usia tua  ga boleh myotomi tapi toksin.

133. Seorang laki-laki 35 tahun datang ke polikhnik karena tiba-tiba mengeluh sesak napas. Lima menit
sebelumnya pasien mendapatkan suntikan vaksinasi meningitis karena akan pergi umrah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, sakit berat, TD 110/70 mmHg; frekuensi nadi 110x/menit, reguler, isi cukup,
frekuensi napas 24x/menit, teratur. Paru: vesikuler, tidak ada ronki, wheezing (+/+), stridor negatif Terdapat urtikaria
pada kedua lengan dan badan.
Terapi yang harus segera diberikan pada pasien ini adalah
a. Adrenalin 1:10.000 dosis 1 mg intravena

55
b. Adrenalin 1: 1.000 dosis 0,4 mg subkutan
c. Adrenalin 1:10.000 dosis 0,4 mg subkutan
d. Adrenalin 1:10.000 dosis 1 mg intramuskular
e. Adrenalin 1: 1.000 dosis 0,4 mg intramuskular

134. Seorang wanita, 28 tahun, hamil 8 minggu datang ke poli penyakit dalam dan menanyakan mengenai vaksinasi
yang dapat diberikan saat hamil. Pernyataan berikut ini yang benar adalah:
a. Boleh diberikan vaksin hidup saat hamil asalkan ibu hamil dalam keadaan sehat
b. Tidak boleh diberikan vaksinasi TT segera saat kunjungan pertama ke poli
c. Vaksin MMR, varisela, dan BCG harus diberikan
d. Vaksin Hib (TIV) aman bila diberikan
e. Vaksin HPV dapat dilanjutkan setelah selesai melahirkan

135. Berdasarkan teori patogenesis NAFLD “two hit theory”, yang termasuk hit pertama adalah:
a. Akumulasi lemak d. Peningkatan sintesis matriks ekstraseluler
b. Oksidasi mitokondria  hit 2 e. Peningkatan aktivitas sel kuppfer
c. Pembentukan stres oksidatif pada sitoplasma

136. Seorang wanita 67 tahun datang pertama kali ke anda. Pasien sebelumnya berobat di luar kota dengan diagnosis
depresi. Pasien awalnya mengeluhkan perasaan mudah lelah dan terus menerus merasa sedih. Pasien juga tidak
bersemangat lagi mengerjakan hobi yang dulu biasa beliau kerjakan. Nafsu makan pasien dan berat badan pasien menurun
serta didapat gangguan tidur. Beberapa kali pasien merasa ingin mati dan berpikir mencoba bunuh diri. Pasien mulai
merasakan keluhan ini sejak 2 tahun lalu saat anak satu-satunya pindah kerja ke kota ini. Suami pasien sudah lama
meninggal sehingga pasien merasa sangat kesepian di rumahnya. Pasien tadinya merupakan direktur di sebuah perusahaan
dan sangat aktif pada masa mudanya. Saat ini pasien sudah lama pensiun dan sehari-hari hanya di rumah saja. Oleh dokter
di daerah asalnya pasien didiagnosis depresi dan diberikan obat golongan sertralin sejak 1 bulan yang lalu. Begitu anak
pasien mendapat kabar bahwa ibunya menderita depresi karena kesepian, ia segera membawa ibunya untuk pindah tinggal
bersamanya. Saat ini pasien sudah merasa lebih senang dan sudah mulai nafsu makan seperti dahulu, walau masih ada
gangguan tidur. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu yang signifikan dan hasil pemeriksaan di daerah
menunjukkan fungsi organ yang relatif normal. Pasien dan keluarganya memutuskan berobat ke tempat anda dan
menanyakan apakah obat sertralin masih harus diberikan pada pasien. Bagaimana saran anda?
a. Stop obat karena pasien sebetulnya tidak menderita depresi
b. Stop obat karena gejala depresi sudah baik dan pencetus sudah diatasi (pasien sudah pindah dengan anaknya)
c. Obat sertralin sebaiknya diteruskan sampai 4-9 bulan untuk mencegah relaps
d. Obat sertralin sebaiknya diminum bila perlu saja, tidak perlu diminum rutin
e. Antidepresan masih diperlukan sampai 6-12 bulan sebagai maintenance, namun sebaiknya diganti ke jenis trisiklik
seperti amitriptilin, mengingat pasien mengalami gangguan tidur

137. Seorang laki-laki 32 tahun ke IGD dengan keluhan sesak napas memberat tiba-tiba dan nyeri dada saat batuk.
56
Sesak napas saat aktivitas 3 bulan, batuk tdk produktif, anoreksia dan penurunan berat badan 7 kg dalam 3 bln. Merokok
1-2 bungkus perhari, kadang minum alkohol, faktor risiko HIV tdk ada. CxR : pneumothorax kanan 80%, infiltrat nodular
di kiri basal. Setelah pemasangan WSD, CT scan : infiltrat nodular bilateral di basal paru dan multipel kista kecil di apex.
Yang manakah dibawah ini intervensi yang paling mungkin dapat memperbaiki gejala dan radiologis?  emfisema paru
a. Alpha-1 antitripsin IV d. Menghentikan merokok
b. INH, Rifampisin, Etambutol, Pirazinamide e. Trimethoprim-sulfamethoxazole
c. Prednison + siklofosfamid

138. Seorang wanita 75 tahun didiagnosa dengan hipertiroid. Dia sudah lama menderita gangguan tiroid dan dia
bertanya tanya konsekuensi apa yang mungkin akan terjadi pada sistem kardiovaskulernya.
Manakah dari pernyataan berikut yang benar mengenai perubahan keadaan kardiovaskular pada hipertiroid:
a. Penurunan kontraktilitas miokard dan vasodilatasi perifer
b. Penurunan cardiac output dan peningkatan resistensi perifer
c. Peningkatan cardiac output dan penurunan resistensi perifer
d. Peningkatan kontraktilitas miokard dan vasokonstriksi perifer
e. Peningkatan cardiac output dan penurunan volume darah

139. Seorang pria 52 tahun, perokok berat, datang ke UGD RSUP Prof dr RD Kandou dgn keluhan nyeri dada yang
dimulai 3 jam yang lalu. Nyeri dada terjadi saat bekerja di kantor, dirasakan seperti tertindih benda berat, berlangsung
selama 20 menit disertai keluarnya keringat dingin. TD 150/100 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit.Pasien memiliki
riwayat diabetes mellitus. Pada EKG ditemukan ST elevasi di sandapan V1-V5. Di RS setempat pasien telah diberikan
trombolitik. Lebih dari satu jam post pemberian trombolitik selesai, pasien masih mengeluhkan nyeri dada walaupun telah
diberikan obat penghilang nyeri secara infus kontinyu.
a. Pemberian trombolitik diulang kembali
b. Rescue percutaneus coronary intervention
c. Facilitated percutaneus coronary intervention  istilah lama
d. Facilitated percutaneus coronary intervention dengan pemberian trombolitik
e. Rescue percutaneus coronary intervention dengan pemberian trombolitik

140. Seorang laki-laki usia 18 tahun datang ke dokter dengan keluhan demam sejak 4 hari yang lalu disertai sakit kepala
dan nyeri otot. Kondisi saat datang Kesadaran CM, TD 110/80 Nadi 100x/mnt RR 20x/mnt dan suhu 38C. Pemeriksaan
uji torniket (+). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14 mg/dL, Hct 45%, Leu 4200 Trombosit 90.000.
Pernyataan di bawah ini yang tidak sesuai mengenai patofisiologi terjadinya trombositopenia pada pasien tersebut adalah:
a. Terjadi supresi sumsum tulang
b. Destruksi trombosit melalui pengikatan fragmen C3g
c. Pemendekan masa hidup trombosit
d. Turunnya kadar trombopoietin pada darah
e. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi menunjukkan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit

57
141. Seorang pasien perempuan berusia 68 tahun datang dengan keluhan rasa lelah; gusi berdarah; pada pemeriksaan
fisik didapatkan petechiae di tungkai bawah, hipertrofi ginggiva. Laboratorium Hb 10,0 g/dL; Ht 31%; leukosit
89500/mm3; trombosit 101000/mm3; ureum 40 mg/dL; kreatinin 0,9 mg/dL; SGOT 32 u/L; SGPT 30 u/L. Pasien membawa
hasil pemeriksaan dengan tertulis AML subtype FAB Promielositik (atau M3). Rencana terapi untuk pasien ini adalah:
a. Sitarabin + Daunorubisin d. Imatinib
b. Regimen R-CHOP e. Vinkristin + prednisone
c. ATRA (all trans retinoic acid)
M3= berhentinya diferensiasi di reseptor vitamin A  prognosis paling baik
M4, M5=hipertrofi ginggiva

142. Seorang perempuan 22 tahun datang ke poliklinik dengan demam tinggi dalam beberapa minggu yang tidak
membaik dengan terapi antibiotika. Demam terjadi setiap hari naik turun, disertai timbulnya ruam di tubuh dan paha
berwarna merah salmon. Terdapat poliatralgia, namun tidak didapatkan tanda2 infeksi maupun keganasan. Kadar ferritin
16.000 ng/ml. Setelah mendapatkan terapi steroid selama 2 hari demam reda, dan kadar ferritin menjadi 150 ng/ml.
Diagnosis yang paling mungkin ada pasien ini adalah : Ferritinnya tinggi
a. Penyakit Sjogren d. Still’s disease
b. Arthritis Rheumatoid e. Lupus eritematosus sistemik
c. Ankilosing spondilitis

143. Seorang perempuan 35 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan nyeri belakang kanan yang terjadi
sejak 2 jam yang lalu. Nyeri belakang hilang timbul berkurang dengan membungkuk. Mual dan muntah ada. Tidak batuk,
tidak nyeri dada, tidak demam. Sejak 1 minggu yang lalu penderita mengeluhkan semakin sering berkemih dan terasa
panas, warna kuning muda. Pada pemeriksaan fisik tek darah 130/90 mmHg, nadi 102 x/mnt, pernapasan 18 x/mnt, suhu
badan 38oC. Pemeriksaan kepala, leher, toraks dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri ketok
belakang kanan. Hasil laboratorium Hb 14 mg/dL; lekosit 11.000/mm3; trombosit 230.000/mm3; ureum 32 mg/dL;
kreatinin 0,8 mg/dL; kolesterol total 182 mg/dL;HDL 20 mg/dL; LDL 70 mg/dL; trigliserida 90 mg/dL; asam urat 5,4
mg/dL. Urinalisis: lekosit +2; darah +2; glukoksa neg; prot +1. Hasil USG ditemukan kesan batu pada ginjal kanan.
Kemungkinan jenis batu pada pasien ini adalah: Klebsiella, Proteus, Serratia, Providencia
a. Batu kolesterol  batu empedu d. Batu cystine
b. Batu asam urat e. Batu struvit
c. Batu kalsium  laki2

144. Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke poliklinik spesialis penyakit dalam dengan diantar anak
perempuannya, keluhan yang dirasakan pasien adalah sering lupa, kadang bingung, dan tidak ingat tempat, obat yang
diminum, dan nama tetangga sehingga pergi ke manapun selalu ditemani anak perempuannya. Keluhan tersebut dirasakan
sejak 6 bulan terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan tidak ada defisit neurologis. Pasien adalah pasien hipertensi yang
rutin kontrol dengan tekanan darah 130/80, N 80, RR 20 t 36,8. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan CT scan otak
dengan hasil atrofi di lobus temporal dan frontal. Diagnosis pada kasus tersebut adalah :

58
a. Demensia alzheimer

59
b. Demensia vascular
c. Sindrom delirium akut
d. Demensia tipe lain  demensia frontotemporal
e. Pseudodemensia

145. Seorang penderita laki-laki, 30 tahun dikonsulkan ke departemen interna dengan diagnosis ruptur lien ec KLL dan
direncanakan untuk splenektomi. Dari TS bedah menanyakan persiapan vaksinasi yang dapat diberikan terhadap penderita
ini. Pernyataan berikut yang tepat bagi penderita ini:
a. Vaksin pneumokok dan meningokok diberikan minimal 2 minggu sebelum penderita menjalani splenektomi
b. Vaksin pneumokok dan meningokok diberikan 1 bulan setelah kondisi pulih benar post splenektomi
c. Vaksin Hib kontraindikasi bagi penderita asplenia
d. Orang dengan asplenia memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi bakteri yang tidak berkapsul
e. Pemberian vaksin meningokok yang diberikan pada penderita ini adalah jenis MCV1

146. Seorang wanita dapat berobat ke RUSP Prof Kandou dengan keluhan diare intermiter dalam 2 tahun terakhir.
Diare hilang timbul, beberapa hari tiap kalinya, diselangi periode konstipasi. Hal ini berlangsung hampir setiap hari. Pasien
menyangkal adanya penurunan berat bdan. Nafsu makan baik. Terkadang pasien merasakan kram perut di sekitar perut kiri
bawah dan berkurang dengan pergerakan usus. Tidak didapatkan keluhan malam hari. Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah lengkap, LED, feses analisis, parasite, darah, darah samar, lemak feses, dan fungsi tiroid normal. Pasien kemudian
dilakukan kolonoskopi dan didapatkan beberapa divertikel di colon sigmoid.  divertikulosis, Sabatine
Terapi yang paling tepat pada pasien ini adalah:
a. Memulai terapi prednisone
b. Antibiotik oral untuk bakteri gram negatif flora usus
c. Memulai diet tinggi serat dan meningkatkan asupan cairan
d. Memulai 5-HT antagonist seperti ondansetron
e. Dilakukan operasi untuk mengangkat divertikel

147. Seorang laki-laki usia 40 tahun, dirujuk ke poliklinik IPD oleh sejawat spesialis bedah, karena akan menjalani
kolesistektomi atas indikasi kolelitiasis multipel dan riwayat kolelitiasis berulang. Dalam riwayat kesehatannya diketahui
bahwa pasien mengidap Hepatitis C kronik. Selama ini tidak ada keluhan dan tidak pernah mendapat pengobatan hepatitis.
PF konjungtiva tidak pucat. Jantung dan paru dbN; tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hati kronik. Hb 13, Leukosit
10.000 trombosit 160.000, Ur 20, Cr 0,8 GDS 100, SGPT 30, SGOT 30, Albumin 4,1 Globulin 3,2.
Jawaban konsultasi yang tepat pada kasus di atas adalah:
a. Menyarankan pemberian anti virus sebelum operasi
b. Memberitahukan bahwa risiko operasi di bidang kardio, pulmo, metabolik, dan hematologi adalah ringan
c. Memberitahukan bahwa risiko operasi di bidang kardio, pulmo, metabolik, dan hematologi adalah ringan jika
dikerjakan secara laparoskopik
d. Menyarankan pemeriksaan HCV RNA sebelum menjawab toleransi operasi
e. Menyarankan pemeriksaan PT, PTTK, bilirubin direk dan inderek serta USG dahulu sebelum menjawab
toleransi operasi
SH Child C tidak boleh operasi apapun. Kalo A gpp. Kalo B harus stabil dulu, tangani komorbidnya.

148. Seorang perempuan berusia 28 tahun dengan riwayat asma bronkhiale datang ke IGD dengan keluhan sesak napas,
disertai rasa mau pingsan dan kesemutan sejak 1 jam yang lalu. Dalam satu tahun terakhir pasien mengalami gejala serupa
ini sekitar 5 kali. Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien nampak sesak dengan
frekuensi napas 32x/menit, dangkal. Auskultasi paru tidak terdapat ronkhi maupun mengi. Dari BGA didapatkan pH 7.6
pCO2 16 pO2 96 HCO318 BE -5 SatO2 100%. Terapi yang tepat:
a. O2 nasal, kalsium glukonas iv, benzodiazepine
b. O2 rebreathing mask, kalsium glukonas iv, benzodiazepine
c. O2 nasal, kalsium glukonas iv, CBT
d. O2 rebreathing mask, kalsium glukonas iv, CBT
e. Kalsium glukonas iv, benzodiazepine, CBT

149. Seorang laki-laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas terutama bila beraktivitas sehingga
aktivitas sehari-hari terganggu, serta batuk sekitar 3 tahun terakhir disertai dahak putih. Pasien dapat tidur dengan satu
bantal. Pasien memiliki riwayat merokok 1 bungkus perhari sejak usia 20 tahun dan sebulan baru berhenti. Selain itu pasien
juga memiliki riwayat 3 kali dirawat inap karena sesak nafas kambuh dalam 1 tahun terkahir. Bunyi pernafasan bronchial,
60
wheezing tidak ada. Hasil pemeriksaan spirometri FVC 2,6 L/menit (87% prediksi), FEV1 1,39 L/menit (47% prediksi,
FVC 2,53 L (86% prediksi), FEV1/FVC rasio 0,55. Spirometri post bronkodilator FEV1 1,42 L/menit (49% prediksi).
Diagnosis yang paling tepat utk pasien ini adalah:
a. PPOK stabil d. PPOK Group C
b. PPOK Group A e. PPOK Group D
c. PPOK Group B

150. Seorang perempuan 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan kesemutan dan sering kram sejak I bulan.
Pasien menjalani operasi tiroid 5 tahun yang lalu atas indikasi karsinoma papiler tiroid. Sejak 6 bulan terakhir pasien tidak
mau lagi minum obat. Sejak saat itu berat badan naik sebanyak 5 kg, gampang mengantuk dan sulit buang air besar (3-4
hari sekali). Pada pemeriksaan fisik semua dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk menentukan diagnosis pasien adalah:
a. Thyroid stimulating hormone (TSHs), Parathyroid hormone (PTH), fosfat
b. Thyroid stimulating hormone (TSHs), T3 total, tiroglobulin
c. Thyroid stimulating hormone (TSHs), fT4, kalsium
d. Parathyroid hormone (PTH), kalsium, tiroglobulin
e. Anti-TPO, tiroglobulin, fosfat

151. Pasien laki-laki berusia 55 tahun, rencana akan dioperasi hernia reponibilis. Pasien ini post dipasang Bare Metal
stent koroner sekitar 6 minggu yang lalu. Selama ini pasien mendapatkan aspirin 1x100 mg dan klopidogrel 1x75 mg.
Bagaimana tatalaksana perioperatif pada pasien ini:
a. Operasi hernia dengan menghentikan aspirin 7 hari sebelum operasi
b. Operasi hernia dengan menghentikan aspirin 3 hari dan klopidogrel 7 hari sebelum operasi
c. Operasi hernia tanpa menghentikan aspirin dan klopidogrel
d. Menunda operasi hernia 4-6 minggu
e. Menunda operasi hernia hingga 12 bulan

152. Seorang perempuan berusia 45 tahun di ruang rawat khusus stroke (stroke unit) sejak 2 minggu yang lalu karena
stroke iskemik berulang, dan dikonsulkan ke Penyakit Dalam karena demam terus menerus sejak lima hari yang lalu. Pasien
telah diberikan anti-piretik dan antibiotik. Pasien terpasang kateter vena sentral sejak awal perawatan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu 39,50 C, terdapat hemiparesis dekstra. Pemeriksaan fisik lain dan rontgen toraks dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan etiologi demam pada pasien adalah :
a. Kultur urin
b. Kultur darah
c. Kultur sumsum tulang
d. Kultur ujung kateter vena sentral
e. Kultur swab kulit tempat insersi kateter vena sentral

153. Seorang pasien wanita berusia 40 tahun datang ke UGD dengan nyeri perut sebelah kanan atas, nyeri bersifat
kolik. Nyeri ini dirasakan sejak 1 hari sebelum pasien datang ke RS, disertai mual dan muntah. Tanda vital pasien TD
130/80 mmHg, nadi 110x/menit, RR 22x/menit, suhu aksila 37.6 0C. Dari pemeriksaan fisik pasien terlihat kesakitan, pucat,
mata kuning, dan didapatkan splenomegali schuffner II. Dari pemeriksaan lab didapatkan Hb 7.5 g/L, Leukosit 15500/Ul,
trombosit 420.000/uL, MCV 70 fl, MCH 20 pg, MCHC 25%, AST 20 U/L, ALT 25 U/L, Bil T 5.25 mg/dl, Bil D 1.24
mg/dl, HbsAg negatif, Anti HCV negatif, hapusan darah tepi: hipokrom mikrositer, anisopoikilositosis. Retikulosit 8%.
Dari pemeriksaan USG abdomen, didapatkan batu pada kandung empedu dengan gambaran kolesistitis akut. Pemeriksaan
penunjang apa yang disarankan berikutnya untuk menegakkan diagnosis penyebab batu empedu?
a. MRCP d. Coombs test
b. ERCP e. Elektroforesis Hb
c. Biopsi sumsum tulang

154. Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri pada pangkal ibu jari kaki
kanan yang mendadak saat bangun tidur pagi. Pangkal ibu jari terlihat bengkak, kemerahan, dan sangat nyeri sehingga
pasien sulit berjalan. Pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Pasien ini memiliki riwayat asam urat yang
tinggi. Hasil lab asam urat 1 bulan yang lalu adalah 10.5 mg/dl dan selama 1 bulan ini pasien teratur mengkonsumsi
Allopurinol 1 x 300 mg tiap hari. Pasien mengaku semalam memang mengonsumsi makanan banyak jerohan pada acara
pesta bersama teman-temannya. Pilihan terapi yang tepat pada pasien tersebut adalah:

61
a. Kolkisin dan NSAID
b. Kolkisin, NSAID, steroid intraartikular
c. Kolkisin, NSAID, steroid oral
d. Allopurinol loading dose diikuti kolkisin dan NSAID
e. Allopurinol dosis harian, kolkisin, NSAID

155. Seorang pasien laki-laki berumur 50 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan panas badan selama 3 hari, disertai
batuk berdahak kekuningan. Tanda vital saat datang, TD 150/100 mmHg, nadi 110x/menit, frek napas 28x/menit, dan suhu
aksila 390C. Dari pemeriksaan fisik didapatkan rhonki basah pada paru kanan, dengan gambaran infiltrat di lobus bawah
paru kanan. Pasien obesitas terutama bagian perut, dengan tumpukan lemak di daerah torakoservikal, dan didapatkan striae
berwarna merah keunguan pada perut disertai lebam-lebam pada kulit. Pada pemeriksaan laboratorium, GDA 250 mg/dl,
Kolesterol total 250 mg/dl, LDL 200 mg/dl, HDL 35 mg/dl, TG 180 mg/dl. Pasien tidak memiliki riwayat DM dan
menyangkal mengkonsumsi jamu/obat-obatan steroid sebelumnya. Pemeriksaan apa yang anda anjurkan, untuk
memastikan diagnosis utama di atas:
a. Kultur sputum dan darah d. Fluid deprivation test
b. HbA1c e. Faal koagulasi
c. Kortisol saliva, (tambahan pemeriksaan kortisol urin, DST)

156. Seorang pasien wanita berusia 70 tahun, dirawat di rumah sakit dengan penurunan kesadaran dan penurunan intake
makanan sejak 1 minggu terakhir. Dua bulan yang lalu pasien terkena stroke ICH dan sempat dirawat di RS selama 1 bulan,
setelah itu pasien dirawat di rumah dan hanya berbaring di tempat tidur, ADL 0/20, IADL 0/8, didapatkan ulkus dekubitus
yang bernanah dan fraktur collum femoris kiri sejak 2 minggu di rumah tanpa didahului trauma. Setelah terkena stroke,
pasien selalu mengompol dan BAB tidak bisa ditahan sehingga pasien menggunakan popok. Saat MRS ini pasien terpasang
selang kencing dan selang nasogastrik untuk makan. Untuk obat anti hipertensinya diberikan Amlodipin 1x10 mg. Pasien
memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Tanda vital TD 150/80 mmHg, nadi 100x/menit, frekuensi napas
22x/menit, dan suhu aksiler 37.80C. Dari pemeriksaan fisik didapatkan anemis, turgor kulit menurun, ulkus dekubitus
sacrum gr III, deformitas tungkai kiri disertai leg-length discrepancy, skor MNA 8. Dari pemeriksaan CT-Scan Kepala
tidak ditemukan gambaran stroke baru. Tatalaksana apa yang paling tepat untuk mengatasi keadaan immobilisasi pada
pasien ini?
a. Mengatasi kondisi akut, diikuti tindakan operasi untuk frakturnya setelah keadaan akut pasien teratasi
b. Mengatasi kondisi akut, diikuti latihan fisik dini setelah keadaan akut teratasi, tanpa perlu operasi frakturnya.
c. Mengatasi kondisi akut, pemberian bifosfonat selama menunggu perbaikan keadaan umum, lalu dilanjutkan operasi
fraktur dan latihan fisik.
d. Mengatasi kondisi akut, pemberian bifosfonat selama menunggu perbaikan keadaan umum, lalu dilanjutkan latihan
fisik tanpa operasi fraktur.
e. Segera memulai latihan fisik bersamaan dengan perbaikan kondisi akutnya

157. Seorang lelaki, berusia 30 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan bercak kemerahan di seluruh tubuh
yang terasa gatal sesudah 5 hari minum obat paket anti Tuberkulosis kategori 1.

62
Pemeriksaan penunjang paling tepat yang diperlukan pada pasien ini adalah :
a. Skin prick test
b. Tes provokasi obat
c. Pemeriksaan IgE total
d. Pemeriksaan IgG total
e. Pemeriksaan jumlah eosinophil

158. Seorang lelaki berusia 67 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas memberat sejak seminggu, disertai
batuk berdahak warna kuning. Pasien mulai ada keluhan sesak disertai bunyi “ngik-ngik” sejak 5 tahun yang lalu dan
keluhan makin sering timbul sejak 6 bulan ini. Pasien mempunyai riwayat merokok sejak usia muda dan baru berhenti
sejak 5 tahun ini. Selama ini keluhan sesak mereda dengan menggunakan obat semprot yang diberikan dokter, namun
keluhan seminggu terakhir tidak mereda meski sudah menggunakan obat semprot tersebut. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan bentuk dada barrel chest, wheezing pada seluruh lapang paru. Hasil AGD : pH 7,32; pO2 65 mmHg; pCO2 60
mmHg; HCO3 30 mEq/L; BE +4; saturasi O2 96%.
Tatalaksana medika mentosa yang paling tepat pada pasien ini adalah :
a. Injeksi steroid, mukolitik/expectorant, inhalasi dengan anti kolinergik dan short acting β2 agonis
b. Antibiotik, golongan xantin, inhalasi dengan steroid, anti kollinergik dan long acting β2 agonis
c. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan long acting β2 agonis, mukolitik / expectorant
d. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan anti kolinergik dan short acting β2 agonis, mukolitik/
expectorant, golongan xantin
e. Antibiotik, inhalasi dengan steroid, anti kolinergik dan long acting β2 agonis, mukolitik / expectorant, golongan
xantin, injeksi steroid

159. Sejawat dokter obgyn mengirimkan konsulan mengenai seorang pasien ke kita, dokter penyakit dalam. Pasien
adalah seorang wanita berusia 32 tahun, hamil anak pertama, dengan usia kehamilan 25 minggu. Pasien tidak memiliki
riwayat DM sebelumnya, pasien belum pernah hamil dan melahirkan sebelumnya. Pasien dengan BB 60 kg dan TB 160
cm. Pasien datang membawa hasil pemeriksaan beban glukosa 100 gram: GDP 100 mg/dl, GD1J 170 mg/dl, GD2J 160
mg/dl, dan GD3J 135 mg/dl. Sejawat obgyn menanyakan kemungkinan adanya suatu DM gestasional pada pasien ini.
Evaluasi / pemeriksaan apa yang sebaiknya dilakukan post partum pada pasien dengan DM gestasional untuk mendeteksi
kemungkinan erjadinya DM yang menetap:
a. Pemeriksaan HbA1c rutin tiap tahun
b. Pemeriksaan HbA1c rutin tiap 3 tahun
c. Pemeriksaan TTGO pada 6 minggu post partum dan diulang 1 tahun bila negatif
d. Pemeriksaan TTGO pada 6 minggu post partum dan diulang 1 tahun bila positif
e. Tidak perlu dilakukan evaluasi karena DM gestasional pasti akan hilang dengan sendirinya post partum

160. Seorang wanita hamil 36/37 minggu, memiliki riwayat operasi pemasangan katup mitral protese karena penyakit
jantung reumatik. Pasien ini direncanakan operasi amandel karena tonsilitis supuratif. Tatalaksana profilaksis endokarditis
pada kasus ini adalah:
a. Amoksisilin 1 gram po/iv 30-60 menit sebelum operasi
b. Clindamycin 600 mg po 30-60 menit sebelum operasi
c. Tetrasiklin 750 mg po 30-60 menit sebelum operasi
d. Ciprofloxacin 500 mg 30-60 menit sebelum operasi
e. Tidak perlu pemberian profilaksis

161. Seorang laki-laki 28 tahun masuk dengan keluhan demam sejak 3 hari disertai dengan sakit tenggorokan dan suara
serak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tensi 100/60 mmHg, nadi 110x/menit, respirasi 26x/menit, suhu badan 38.2C.
Pada palatum faring ditemukan pseudomembran warna pucat keabu-abuan. Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah:
a. Penicillin G: PP atau benzile penicillin d. Azithromicin
b. Penicillin V: phenoxy metil e. Flukonazole
c. Ampicillin

63
162. Seorang perempuan berusia 55 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri kepala berulang serta
rasa nyeri di ujung jari tangan sejak 1 bulan terakhir. Selama ini pasien hanya mengkonsumsi asam mefenamat sebagai
pereda nyeri. Tidak ada riwayat pengobatan khusus. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan splenomegali schufnerr 3.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 17 gr/dL, leukosit 15700/uL, trombosit 1.112.000/uL. Apusan darah tepi
memperlihatkan eritrosit normokrom normositer, leukosit jumlah meningkat, morfologi normal. Trombosit anisositosis,
tampak giant trombosit.
Mutasi gen yang paling mungkin terjadi pada pasien ini adalah:
a. Janus tyrosin kinase 2
b. C-Abelson (4BL) tyrosine kinase
c. C-MPL (thrombopoetin receptor)
d. BCR-ABL
e. Platelet derived growth factor receptor (PDGF R) alpha

163. Seorang perempuan berusia 29 tahun datang berobat ke poliklini dengan keluhan nyeri sendi sejak satu bulan
terakhir. Pasien juga mengeluh terdapat bercak kemerahan di wajah dan berat badan menurun 2 kg dalam 1 bulan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,6oC, konjungtiva tidak pucat; sklera tidak ikterik. Terdapat ulkus di mulut yang tidak
nyeri dan bercak merah kehitaman di wajah pada daerah pipi dan hidung. Pemeriksaan jantung, paru, dan abdomen dalam
batas normal. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 12 g/dL, Ht 36%, MCV 90 fl; MCH 30 pg; leukosit
4.500/μL; trombosit 150.000/μL; retikulosit 1,2%; ureum 42 mg/dL, kreatinin 1,2 mg/dl, SGOT 35 U/L; SGPT 28 U/L;
ANA 1/1000 pola peckled kasar; anti dsDNA 250 IU/mL; C3 85 mg/dL; C4 8 mg/dL. Urin lengkap: kuning, jernih, berat
jenis 1,020, pH 6, leukosit 3-4/LPB, eritrosit 2-3/LPB, silinder (-), epitel (+), kristal (-), protein (-), nitrit (-), esterase
leukosit (-)
Tatalaksana farmakologi yang sesuai diberikan pada kasus tersebut adalah:
a. Prednison dengan dosis 1 mg per kgBB per hari dilanjutkan 7,5 mg/hari
b. Obat anti-inflamasi nonsteroid dan klorokuin dengan dosis 1x250 mg per hari
c. Obat anti inflamasi nonsteroid dan prednison dengan dosis 1 mg per kgBB per hari
d. Prednison dengan dosis 1 mg per kgBB per hari dan azathioprine dengan dosis 2 mg per kgBB per hari
e. Prednison dengan dosis 1 mg per kgBB per hari dan micophenolate mofetil dengan dosis 1000 mg per hari

164. Seorang perempuan berusia 42 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 6 jam. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tekanan darah 170/90 mmHg; frekuensi nadi 110x/menit; frekuensi napas 32x/menit cepat dan dalam;
konjungtiva pucat; batas jantung kanan garis sternalis dekstra, batas jantung kiri 1 cm lateral garis midklavikula sinistra,
auskultasi paru terdapat ronkhi basah di seluruh lapangan paru. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 8 g/dL; ureum 200
mg/dL, kreatinin 7 mg/dL, AGD pH 7,2, pO2 85 mmHg; pCO2 46 mmHg; HCO3 10 mEq/L, base excess -5 mEq/L,
saturasi O2 95%.
Patogenesis gangguan keseimbangan asam basa pada pasien ini adalah:
a. Pembentukan asam yang berlebihan dan pembentukan bikarbonat yang berkurang
b. Pembentukan asam yang berlebihan dan pengeluaran CO2 oleh paru yang berkurang
c. Pembentukan bikarbonat yang berkurang dan pengeluaran CO2 oleh paru yang berlebihan
d. Pengeluaran asam oleh ginjal yang berkurang dan pengaluaran CO2 oleh paru yang berkurang
e. Pengeluaran asam oleh ginjal yang berlebihan dan pengeluaran CO2 oleh paru yang berlebihan

64
165. Seorang perempuan berusia 62 tahun, datang berobat ke poliklinik karena disarankan oleh anaknya untuk check
up kesehatan. Pasien hanya memiliki keluhan nyeri lutut hilang timbul sejak 3 tahun. Nyeri terutama timbul jika terlalu
sering naik turun tangga. Pada pemeriksaan fisik didapatkan krepitasi genu bilateral, tidak ada tanda inflamasi. BB 60 kg;
TB 160 cm
Latihan jasmani yang dianjurkan pada pasien adalah:

65
a. Lari d. Latihan beban
b. Tennis e. Sepeda statis
c. Jogging

166. Seorang mahasiswa 19 tahun, dibawa ke unit gawat darurat oleh teman-temannya dari asrama mereka karena
penurunan kesadaran. Mereka berkata bahwa banyak di antara teman-teman di asrama yang sakit saluran nafas atas. Pasien
tidak minum alkohol ataupun obat-obatan. Pada pemeriksaan fisik tampak kesadaran menurun, demam dan kaku kuduk.
Hasil pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan leukosit 1800 sel/uL, dengan 98% neutrofil, kadar glukosa 35 mg/dl,
dan protein 100 mg/dl.
Manakah di bawah ini regimen antibiotik yang tepat sebagai terapi inisial?
a. Ampisilin + Vancomisin d. Cefotaxim + Doksisiklin
b. Ampisilin + Gentamisin e. Ceftriaxone + Vankomisin
c. Cefazolin + Doksisiklin

167. Seorang laki-laki, 68 tahun datang ke IGD dengan demam dan batuk berdahak yang memberat dalam 4 hari
terakhir. Sputum berwarna karat, nyeri dada kiri. Riwayat merokok 48 bungkus perhari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
perkusi redup di sepertiga bawah dada kiri. Stem fremitus menurun dan suara dasar menurun. Pada rontgen dada didapatkan
efusi pleura di paru kiri. Faktor di bawah ini manakah yang merupakan indikasi WSD:
a. Efusi pleura transudat d. Pengecatan gram negatif
b. pH efusi > 7,20 e. Ada penurunan berat badan
c. Glukosa cairan efusi < 60 mg/dl

168. Seorang laki-laki berusia 25 tahun baru menikah 2 bulan yang lalu, datang berobat ke poliklinik penyakit dalam
dengan keluhan hubungan seksual suami istri yang tidak memadai sejak menikah. Pada anamnesis didapatkan data bahwa
sejak remaja sampai selesai kuliah pasien belum pernah merasakan ereksi yang memadai. Pada pemeriksaan fisik TB 165
cm, BB 60 kg. Tidak terlihat pertumbuhan rambut kumis, di ketiak, dan di daerah genital. Penampakan wajah seperti anak-
anak. Tidak terlihat ada bekas jerawat di wajahnya. Pada pemeriksaan lebih lanjut tidak didapatkan kedua testis pada kedua
scrotum, tidak terdapat ginekomastia.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah
a. Hipergonadisme primer
b. Hipergonadisme sekunder
c. Disfungsi ereksi psikogenik
d. Hipogonadotropik hipogonadisme
e. Hipergonadotropik hipogonadisme

169. Seorang perempuan 30 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak napas memberat sejak 2 bulan
yang lalu. Sesak bahkan sudah dirasakan meskipun hanya beraktivitas ringan seperti berpakaian. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan 110/60 mmHg. Frekuensi nadi 104 x/menit, irama tidak teratur. JVP 5 + 0 cm H 2O. Pinggang jantung
menghilang. Terdapat murmur diastolik rumble di apex jantung. Tidak terdapat oedem di tungkai. Echocardiografi
menunjukkan penebalan katup mitral dengan area katup 0,7 cm2. Dan tampak trombus di atrium kiri. Rencana terapi yang
paling tepat untuk pasien diatas adalah:
a. Bisoprolol, heparin, dan rencana operasi katup mitral
b. ASA, bisoprolol dan rencana balloning katup mitral
c. Digoxin, heparin dan rencana balloning katup mitral
d. ASA, digoxin, captopril dan rencana operasi katup mitral
e. ASA, captopril, bisoprolol dan rencana baloning katup mitral

170. Seorangperempuan 32 tahun dengan riwayat pernah menggunakan narkoba, mengalami kejang kemudian tidak
sadar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk negatif dan refleks patologis ppasienitif. Pada pemeriksaan HIV
didapatkan reaktif; hitung CD 4 sel/mm3; toksoplasma IgG (+); IgM (-); Interferon Gamma Released Assay (IGRA)
negatif; pemeriksaan CT scan otak didapatkan multiple nodul dengan penyengatan pada pemberian kontras. Patofisiologi
penurunan jumlah CD4 pada infeksi HIV adalah:
a. Reaksi apoptpasienis dari sel CD4 karena sitokin inflamasi
b. Reaksi inflamasi kronis CD4 dalam melawan virus HIV
c. Penekanan produksi CD4 di sumsum tulang oleh karena virus HIV
d. Penurunan relatif jumlah CD4 karena peningkatan jumlah CD8
e. Efek sitopatik HIV pada sel CD4
66
171. Seorang perempuan berusia 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan per vaginam sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perdarahan subkonjungtiva, perdarahan di bawah
kulit, ekimosis, ptekie dan purpura. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 8.5 g/dl Ht 24 %; lekosit 5800/uL;
trombosit 7000/uL, retikulosit 4%. Bilirubin indirek 3.6 mg/dl dan bilirubin total 4.1 mg/dl, FH normal dan tes ANA
borderline. Berdasarkan data di atas, diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah:
a. Anemia Aplastik d. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
b. Sindroma Evans e. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
c. Systemic lupus Erythematosus (SLE)

172. Seorang perempuan berusia 35 tahun yang menderita SLE sejak 10 tahun yang lalu, datang berobat ke poliklinik
karena nyeri pada pinggul kiri sejak 3 minggu yang lalu. Obat yang diminum pasien saat ini adalah prednison 2x5 mg,
azatioprin 50 mg/hari, kalsium karbonat 500 mg/hari. Hasil pemeriksaan laboratorium saat ini menunjukkan Hb 11 gr/dL;
leukosit 5.200/uL; trombosit 210.000/uL; LED 25 mm/jam; C3 120 mg/dL; C4 25 mg/dL, dan anti dsDNA negatif. Pada
foto rontgen pelvis tidak didapatkan kelainan pada pelvis dan kedua sendi koksa. Hasil BMD menunjukkan T score pada
lumbal -1,5 dan T score pada leher femur -0,9
Pemeriksaan yang paling tepat saudara anjurkan untuk menegakkan diagnosis pasien ini adalah:
a. Bone scan d. CT-Scan pelvis
b. MRI pelvis e. Osteokalsin serum
c. Biopsi tulang

173. Seorang lelaki berusia 44 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan gelisah, sering haus, dan BAK
jumlah air seni yang banyak, lebih dari 2000 ml/24 jam sejak 1 bulan terakhir ini. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan osmolaritas urin naik menjadi 620 mosmol/kgBB setelah diberikan desmopressin 20 mikrogram intranasal.
Keadaan tersebut di atas kemungkinan besar disebabkan oleh :
a. Polidipsi primer
b. Respon ADH yang tidak sesuai
c. Diuresis osmotik
d. Penurunan sekresi ADH oleh hipofisis
e. Respon ginjal yang terganggu terhadap ADH

174. Seorang perempuan berusia 72 tahun datang berobat ke poliklinik karena celana dalam sering basah tanpa disadari
sejak 4 bulan yang lalu. Bila BAK pasien harus mengedan terlebih dahulu dan tidak lampias. Pasien menderita diabetes
mellitus namun tidak berobat rutin. Keluhan ini sebelumnya tidak mengganggu pasien, namun karena pasien akan
menunaikan ibadah haji hal tersebut mulai meresahkan pasien.
Perubahan fisiologis terkait usia yang berkontribusi/ memperberat terjadinya inkontinensia urin pada pasien ini adalah:
a. Penurunan tekanan penutupan urethra dan atrofi mukosa vagina
b. Peningkatan tekanan penutupan urethra dan kapasitas kandung kemih
c. Peningkatan komponen seluler vagina dan hipertrofi mukosa vagina
d. Penurunan volume residu paska berkemih dan atrofi mukosa vagina
e. Otot dasar panggul melemah dan peningkatan volume residu paska berkemih

175. Seorang perempuan berusia 23 tahun G1P0A0 hamil 22 mingggu datang berobat ke poliklinik penyakit dalam
karena sesak nafas dan batuk kering sejak seminggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat asma sejak usia 11 tahun, sehingga
rutin menggunakan inhaler kortikosteroid dan LABA sejak awal kehamilan. Pasien menghentikan pengobatan inhaler
sendiri karena mengkhawatirkan efek samping obat tersebut pada janin. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nafas
22 x/mnt, ronki tidak ada, terdapat wheezing di kedua paru, pada pemeriksaan spirometri didapatkan FVC prediction 90%,
FEV1 prediction 50%, FEV1/FVC 55%, sesudah diterapi dengan inhalasi salbutamol, FEV1 prediction 90% sedangkan
FVC prediction tetap 90%.
Setelah asma akut teratasi, terapi rumatan yang tepat diberikan semasa kehamilan adalah:
a. Terapi kortikosteroid inhaler
b. B2 agonis kerja pendek inhaler
c. Hentikan semua pengobatan asma
d. Kombinasi B2 agonis kerja panjang dengan steroid inhaler
e. Kombinasi ipratropium bromide dan B2 agonis kerja panjang inhaler

67
176. Seorang pasien lelaki berusia 58 tahun yang sedang dirawat pasca operasi fraktur femur kanan, mengeluh sesak
napas mendadak. Pasien mempunyai riwayat pengobatan flek paru. Pada pemeriksaan fisik terlihat orthopnoe dan
penggunaan otot bantu napas. Pada auskultasi paru terdapat wheezing dan ronkhi basah nyaring pada paru kanan.
Didapatkan pula distensi vena jugularis. Pulsasi parasternal P2 mengeras. Hasil foto thorax memperlihatkan gambaran
atelektasis paru kanan bawah. Pemeriksaan EKG memperlihatkan pergeseran aksis ke kanan, R>S di lead V1 dan P
Pulmonal. Pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis pasti pasien ini adalah:
a. CT scan thorax d. Transesophageal echocardiografi
b. Kateterisasi jantung kanan e. Analisis gas darah dan spirometri
c. CT angiografi A pulmonalis

177. Seorang lelaki 40 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri pinggang hilang timbul yang
memberat sejak seminggu. Keluhan seperti itu sudah berulang kali timbul. Pasien juga telah menjalani operasi batu ginjal
2 kali dalam 2 tahun terakhir. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil
darah rutin normal, Na 135 meq/L, K 3,0 meq/L, Ca 13,8 mg/dL. Pada urin lengkap terdapat leukosit 2-3/LPB, eritrosit 3-
5/LPB. Bakteri (-), nitrit (-), kristal oksalat (+). Foto ro thorax ditemukan lesi litik pada costae. Foto polos abdomen
ditemukan batu multiple pada proyeksi ginjal kiri dan kanan serta pada proyeksi ureter kanan. Penyakit yang mendasari
keluhan berulang pada pasien adalah:
a. Osteoporosis d. Hiperparatirodisme primer
b. Multiple myeloma e. Hiperparatiroidisme sekunder
c. Hipoparatiroidisme

178. Seorang perempuan berusia 50 tahun dengan riwayat hipertensi selama 20 tahun datang kepada unit gawat darurat
dengan keluhan nyeri dada seperti ditekan, mual, dan muntah 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada saat di IGD, pasien
muntah selama 3 kali. Keluhan lain yang dirasakan adalah pusing berulang, mual, dan muntah dalam 2 bulan terakhir.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan pasien GCS 456 afebris, frekuensi nadi 60 kali per menit kuat angkat, frekuensi napas
20 kali per menit, saturasi 98%, dan tekanan darah 200/120 mmHg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal
kecuali adanya murmur sistolik pada ICS IV parasternal kiri. Pemeriksaan troponin I 0.01 ng/dL. Pada pemeriksaan
monitor didapatkan gambaran seperti tertera di bawah:

Manakah di bawah ini yang benar mengenai fenomena EKG tersebut?


a. Mual dan muntah dapat memperberat fenomena tersebut
b. Resusitasi jantung paru tidak diperlukan karena tidak berbahaya
c. AV block adalah faktor predisposisi terjadinya gangguan irama pada monitor tersebut
d. Iskemia miokard dapat menyebabkan terjadinya gangguan tersebut melalui gangguan irama jantung
e. Gangguan konduksi tersebut dapat terjadi setinggi level Bundle of HIS.

179. Seorang pria 25 tahun asal Papua masuk rumah sakit karena demam yang dialami sejak 3 hari, dari hasil pemeriksaan
didapatkan TD 110/70, N 100x/mnt, S 39,9oC, P 20 x/mnt, ikterus, hepatosplenomegali. Laboratorium Hb 10 gr/dl, leukosit
4.500 /mm3, trombosit 60.000/mm3, hasil DDR ++. Dari hasil anamnesis di dapatkan pasien sudah sering menderita malaria
selama tinggal di Papua dan terakhir menderita malaria sejak 6 bulan yang lalu dan pasien baru tiba dari Papua sejak 5 hari
yang lalu dan belum pernah minum obat malaria selama demam saat ini. Dalam perawatan hari ke 4 di RS pasien
68
mengalami penurunan kesadaran dan didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium GDS 60 mg/dl, ureum 146 mg%,
kreatinin 2,7 mg%, bilirubun total 7 mg%, bilirubin direct 4 mg%, dan parasit count 3978 parasit/200 leuko. Berikut ini
yang tidak berperan penting pada gejala pada penyakit pasien tersebut:
a. Sitoaderensi eritrosit d. Pelepasan TNF
b. Sequestrasi eritrosit e. Rosetting
c. Pelepasan neurotoksin

180. Seorang laki-laki berusia 35 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah sejak 1 bulan yang
lalu. Pasien diketahui memiliki riwayat batuk lama dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital normal, konjungtiva pucat, ronkhi pada daerah apex paru. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,5 gr/dL,
leukosit 7800/uL, trombosit 350.000/uL. MCV 80 fl, MCHC 32 gr/dL. LED 80 mm/jam.
Protein yang berperan paling penting pada patogenesis anemia pasien ini adalah:
a. Feritin d. Ferroprotein
b. Hepcidin e. Hemosiderin
c. Transferin

181. Seorang wanita 38 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak 1 bulan lalu, sesak memberat saat
beraktivitas dan tidur malam hari. Tidak ada batuk, nyeri dada dan demam. Kulit wajah, leher, dada dan lengan mengeras
sejak 6 bulan lalu. Dua tahun lalu, pasien pernah berobat jalan di dokter ahli penyakit kulit karena keluhan kulit mengeras
di pipi dan tangan. Saat itu pasien dianjurkan berobat rutin tetapi pasien hanya minum obat 2 bulan dan tidak kontrol
kembali setelahnya. Tidak ada riwayat DM, hipertensi, dan penyakit jantung sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 140/90mmHg, nadi 108 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu 37°C, BB 52 kg, TB 158 cm, DVS R+3
cmH2O, ronki pada kedua basal paru, indurasi pada kulit di pipi, dada, punggung tangan, dan jari-jari, fenomena Raynaud,
salt-pepper appearance. Keluhan sesak pada pasien ini paling mungkin disebabkan oleh :
a. Efusi perikard d. Penyakit jantung katup
b. Kardiomiopati dilatatif e. Kardiomiopati hipertrofik
c. Perikarditis konstriktif

182. Seorang Laki-laki, 68 tahun datang ke poli dengan keluhan kencing tidak tuntas, kencing harus mengedan,
menetes-netes, kencing pada malam hari 6-7x, terasa sulit menahan kencing.Keluhan dirasakan sejak 4 minggu. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tensi 130/90, nadi 68x/menit, laju pernafasan 18/menit, Tax 36.80C, pemeriksaan colok dubur
menunjukkan sulcus medianus menghilang, teraba lunak. AUA skor 10.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar PSA 4.5 ng/ml, urinalisa menunjukkan protein (-), eritrosit 1/LPB, leukosit
2-3/LPB. Pemeriksaan penunjang selanjutnya pada pasien ini adalah:
a. Pemeriksaan PAP (Prostatic Acid Phosphatase) d. Uroflowmetri
b. USG abdomen e. Uretrosistoskopi
c. Biopsi prostat

183. Pak Guntur usia 77 tahun dating ke praktek anda dengan keluhan sering mudah lupa beberapa bulan ini. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan suatu keadaan demensia padanya. Pilihan farmakoterapi pada demnsia termasuk
diantaranya donepezil, tacrine, rivastigmine, dan galantamine. Obat tersebut mempunyai kesamaan dalam kerja yaitu:
a. Cholinergic augmentation d. Efek nefrotoksik
b. Sedatif ringan e. Efek hiperglikemia
c. Anxiolitic

184. Seorang wanita usia 54 tahun datang ke UGD dengan keluhan demam selama 9 hari. Sebelumnya pasien ini sudah
dirawat oleh dokter umum di sebuah rumah sakit swasta. Dalam surat pengantarnya dokter tersebut telah menegakkan
diagnosis demam tifoid, lalu sudah diberi cairan yang cukup, injeksi ceftriakson 1 gr/ 12 jam dan obat-obat simtomatik.
Kesadaran somnolen, tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 132 x/ menit, pernafasan 24 x/ menit, suhu tubuh 40,1 0C. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai hepatosplenomegali. Setelah 3 jam perawatan di UGD, pasien sudah diberikan cairan yang
cukup, tetapi tekanan darah tidak naik. Untuk mengatasi renjatan ini segera harus diberikan:
a. Steroid dosis rendah, dobutamin d. Steroid dosis tinggi dan norepineprin
b. Steroid dosis tinggi dan dobutamin e. Norepineprin saja
c. Steroid dosis rendah dan norepineprin

185. Seorang wanita usia 32 tahun datang dengan keluhan tidak haid selama 4 bulan. Sebelumnya pasien mengaku
selalu haid teratur. Pasien juga mengeluhkan sering sakit kepala. Pada anamnesa lebih lanjut didapatkan galactorrhea pada
69
pasien, namun pasien saat ini tidak sedang menyusui. Pada pemeriksaan hormon tiroid dalam batas normal. Pasien juga
tidak sedang menggunakan kontrasepsi hormon. Pada pemeriksaan hormon prolaktin dijumpai hiperprolaktinemia. Pada
MRI didapatkan makroadenoma dengan diameter 1,4 cm. Berikut ini pernyataan yang benar sehubungan dengan
prolaktinoma yaitu:
a. salah satu penyebab sekundernya adalah hipertiroid
b. penatalaksanaan dimulai jika muncul gejala atau ada hipogonadisme
c. bromocriptine tidak boleh diberikan pada kehamilan
d. pasien yang telah menjalani transsphenoidal surgery tidak akan mengalami hiperprolaktinemia lagi
e. cabergoline dapat diberikan pada pasien dengan kelainan katup jantung

186. Seorang pria, 31 tahun pengguna narkoba suntik datang ke IGD dengan keluhan demam, menggigil disertai
dengan keringat malam. Pada pemeriksaan fisik pasien dijumpai demam, takikardia dan hipotensi dan dijumpai perdarahan
konjungtiva. Pemeriksaan EKG menunjukkan sinus takikardia dengan pemanjangan interval PR. Pada pasien diberikan
terapi cairan intravena dan vankomisin. Hasil pemeriksaan kultur darah positif untuk Staphylococcus aureus. Hasil
pemeriksaan ekokardiografi transtorakal (TTE) tidak menunjukkan adanya vegetasi valvular. Tatalaksana selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah:
a. CT-Scan thoraks dengan kontras d. Mengganti antibiotik
b. Tes serologi e. Melakukan ekokardiografi transesofageal
c. Evaluasi ulang TTE setelah 72 jam

187. Seorang wanita usia 34 tahun datang dengan keluhan demam selama 8 hari, disertai sakit dibawah pusat.
Sebelumnya pasien ini mengalami abortus, dan berobat ke bidan, dilakukan kuretase. Karena keadaan semakin berat ia
dirawat inap sejak kemarin di rumah sakit, dan ditangani oleh seorang spesialis kandungan dan penyakit dalam. Telah
dilakukan infus, dan setelah itulah buang air kecil sering, dan jumlahnya biasa. Kesadaran somnolen, tekanan darah 90/70
mmHg, nadi 128 x/ menit, pernafasan 32 x/ menit, suhu tubuh 39,70C. Pada pemeriksaan darah dijumpai Hb 12,7 gr%,
lekosit 17,500 /mm3, trombosit 127.000/mm3. Selain pemberian cairan yang adekuat, kultur darah dan sekret vagina,
pemberian antibiotika, maka perlu dilakukan penatalaksanaan renjatan. Target yang harus dicapai adalah:
a. CVP 10-12 mmHg, MAP > 75 mmHg, Volume urine > 40ml/jam, SaO2 Vena > 65 %
b. CVP 10-12 mmH2Og, MAP > 75 mmHg, Volume urine> 40ml/jam, SaO2 Vena > 65 %
c. CVP 8-12 mmH2Og, MAP > 75 mmHg, Volume urine > 40ml/jam, SaO2 Vena > 65 %
d. CVP 10-14 mmHg, MAP> 65 mmHg, Volume urin >0,5 ml/kgBB/jam, SaO2 Vena> 70%
e. CVP 8-12 mmHg, MAP> 65 mmHg, Volume urine >0,5 ml/kgBB/jam, SaO2 Vena> 70%

188. Seorang pasien perempuan 40 tahun dengan masalah sering terjadi perdarahan dari luka. Pasien juga sering terjadi
perdarahan dari gusi dan adanya menorrhagia. Sejak 2 hari yang lalu dia mendapatkan adanya pembengkakan pada daerah
mata. Pemeriksaan fisik adanya circumbital hematome. Pada pemeriksaan darah didapat, Hb 11 gr%, lekosit 6.000/mm3
dan trombosit 350.000/mm3, Masa Perdarahan: >20 menit, Tes Agregasi trombosit : menurun. Faal koagulasi normal.
Diagnosis pasien tersebut yang paling mungkin adalah :
a. Geisbock syndrome d. Hemofilia A
b. Glanzmann’s disease e. Glasgow syndrome
c. Von Willebrand disease

189. Seorang wanita 45 tahun telah didiagnosa rheumatoid arthritis (RA) 5 tahun datang dengan keluhan nyeri dan
kaku pada sendi yang semakin memberat. Pada pemeriksaan fisik dijumpai synovitis pada sendi MCP dan PIP disertai
dengan nyeri tekan. Saat ini pasien menggunakan regimen obat hidroksiklorokuin 200 mg dua kali sehari, sulfasalazine 3g
perhari, dan asam folat. Hasil laboratorium, LED: 25, RF: +, CCP antibody: +, CRP: 162mg/; dan disease activity score
(DAS) tinggi. Foto sendi menunjukkan erosi periartikular. Yang manakah pernyataan yang paling benar mengenai penyakit
pasien diatas:
a. Antibodi CCP yang positif menandakan bahwa terapi pasien diatas belum tepat
b. Regimen terapi yang sudah ada sebaiknya ditambah dengan metotrexat (MTX) dan kortikosteroid untuk
mengurangi gejala inflamasi
c. Antibodi CCP memprediksi aktifitas penyakit dan progresi erosi sendi. Dan terapi MTX sebaiknya ditambah
dalam regimen terapi
d. Menaikan dosis regimen yang sudah ada ditambah dengan koritosteroid untuk mengurangi gejala dan erosi
e. Nilai DAS yang tinggi mengingkatkan risiko komplikasi yang akan terjadi.

70
190. Seorang wanita usia 30 tahun telah dikenal sebagai penderita end stage renal disease dan dilakukan hemodialisis
2 kali/ minggu. Satu bulan terakhir os menderita batuk batuk dan pada thoraks foto ditemukan adanya gambaran TB milier.
Bila anda bermaksud memberikan obat antituberkulosis (OAT) katagori I, maka harus dilakukan penyesuaian pada cara
pemberian menjadi 3 kali perminggu, meskipun dalam fase intensif pada obat :
a. Rifampicin dan INH d. INH dan pyrazinamide
b. Rifampicin dan etambutol e. Rifampicin, INH dan pyrazinamide
c. Ethambutol dan pyrazinamide

191. Seorang laki-laki usia 63 tahun datang dengan keluhan kejang. Pasien merupakan penderita hipertiroid yang telah
menjalani operasi tiroidektomi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda Chovstek dan bradikardi. Pada elektrokardiografi
didapatkan interval QT yang memanjang. Diduga pasien mengalami hipokalsemia dengan etiologi hipoparatiroid yang
disebabkan operasi tiroidektominya. Hormon paratiroid memiliki peranan yang penting dalam mengatur kadar kalsium
serum. Efek hormon paratiroid dalam mengatur kadar kalsium dalam serum yaitu:
a. menurunkan ekskresi fosfat d. menurunkan resorpsi tulang
b. meningkatkan ekskresi fosfat e. menurunkan kadar 1,25(OH)2 D3
c. menurunkan absorpsi kalsium di tubulus distal

192. Seorang laki-laki berusia 60 tahun yang menderita hipertensi dan penyakit paru obstruktif menahun datang ke
poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sesak napas yang progresif. Data pemeriksaan yang paling mendukung diagnosis
left-sided systolic heart failure sebagai penyebab keluhan pada pasien ini adalah :
a. Murmur grade IV sampai VI pada apeks yang merambat sampai aksila
b. Fixed splitting S2
c. Orthopneu
d. Pulsus alternans
e. S4 gallop

193. Seorang pasien laki-laki 50 tahun, pada perawatan pasca operasi mengalami demam sejak 7 hari yang lalu. Pasien
pasca perawatan di ICU dan saat ini dirawat di ruang rawat biasa. Pasien sudah mendapat terapi antibiotika meropenem
3x1 gram. Pada insersi CVC didapatkan ujung CVC kemerahan. Hasil pemeriksaan kultur darah didapatkan pertumbuhan
Candidiasis albican. Terapi anti-jamur yang merupakan pilihan pada kasus ini adalah:
a. Mycafungin 1x100 mg intravena
b. Itraconazole 2x200 mg per oral
c. Amfoterisin B 1 mg/kg BB drip intravena
d. Fluconazole intravena loading 800 mg dilanjutkan 2x200 mg
e. Voriconazole intravena loading 600 mg hari pertama dilanjutkan 2x200 mg

194. Laki-laki 65 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah, lesu, nafsu makan menurun dan mudah
muncul memar2 pada kedua tungkai bawah bila mengalami benturan sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluhkan kadang
badan demam, dan berat badan semakin turun. PF menunjukkan tanda vital tidak ada kelainan, konjungtiva pucat, tidak
ikterik, tidak didapatkan pembesaran hepar maupun limfa, kedua ekstremitas didapatkan petekie dan hematom. Hasil lab
Hb 8,0 leukosit 3000/uL, trombosit 50.000/uL. Hitung jenis (EBStSeLM) 0/2/8/30/56/4. Pemeriksaan penunjang apa yang
paling tepat untuk menegakkan diagnosis:
a. Pemeriksaan BCR_ABL pada krompasienom Ph
b. Pemeriksaan aspirasi dan biopsi sumsum tulang
c. Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang
d. Biopsi sumsum tulang
e. Pemeriksaan kadar LDH

195. Seorang pasien lelaki berusia 41 tahun dikonsulkan ke Sejawat Bedah dengan keterangan dijumpai nodul paru
soliter dari hasil CT-Scan abdomen pasien. Pasien berobat ke sejawat Bedah karena sering nyeri perut berulang. Pasien
tidak mempunyai keluhan batuk atau sesak, namun mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus sehari sejak usia 20 tahun,
yang baru dihentikan sejak 3 hari yang lalu. Pasien kemudian dilakukan CT-Scan toraks dengan hasil nodul paru soliter
non kalsifikasi paru kanan bawah yang tidak menyangat dengan pemeriksaan kontras, diameter 7 mm, tepi tajam.
Keputusan klinis yang tepat pada pasien ini adalah:
a. Melakukan bronkoskopi

71
b. Meminta pemeriksaan PET-scan
c. Melakukan biopsi transtorakal
d. Merujuk ke dokter bedah toraks untuk reseksi nodul paru
e. Observasi dan meminta pasien mengulang CT-scan toraks 3-6 bulan lagi

196. Seorang pria 45 tahun didiagnosis dengan pheochromocytoma dengan keluhan kebingungan, pemeriksaan fisik
tensi 250/140 mmHg, takikardia, sakit kepala. Hasil labnya normetanephrine 560 pg / mL dan metanephrine 198 pg / mL
(nilai normal: normetanephrine: 18-111 pg / mL; metanephrine: 12-60 pg / mL). CT scan abdomen dengan kontras IV
menunjukkan massa 3-cm pada kelenjar adrenal. Hasil MRI otak menunjukkan edema dari white matter di dekat
persimpangan parietooccipital sesuai dengan posterior reversibel leukoencephalopathy. Manakah dari pernyataan berikut
yang benar mengenai pengelolaan penyakit pada pasien ini:
a. Beta-bloker dapat diberikan untuk menurunkan takikardia
b. Operasi pengangkatan massa segera, karena pasien mengalami krisis hipertensi dengan encephalopathy
c. Pembatasan asupan garam dan asupan cairan untuk mencegah eksaserbasi lebih lanjut dari hipertensi
d. Pengobatan dengan fenoksibenzamin harus dimulai pada dosis tinggi (20-30 mg tiga kali sehari) untuk secara
cepat mengontrol tekanan darah, dan operasi dapat dilakukan dalam waktu 24-48 jam
e. Pengobatan dimulai dengan pemberian phentolamine intravena untuk mengatasi krisis hipertensi

197. Seorang perempuan 34 tahun datang ke IGD dengan keluhan dada kiri sakit dan tidak menjalar disertai sesak
nafas seperti tercekik. Jantung berdebar-debar dan keringat dingin. Keluhan dirasakan mendadak selama 10 menit dan
membaik dengan beristirahat. Keluhan ini telah dirasakan beberapa kali dalam 3 bulan terakhir. Pasien tidak mempunyai
riwayat darah tinggi dan diabetes melitus. Pasien bukan perokok, tidak ada riwayat penyakit keluarga asma dan jantung.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg; frekuensi nadi 100 x/mnt; lain-lain dalam batas normal.
Neurotransmiter yang paling berperan pada kasus ini adalah :

72
a. Melatonin
b. Serotonin
c. Asetilkolin
d. Dopamin
e. Endorfin

73
198. Seorang perempuan berusia 48 tahun pasca operasi torakotomi 1 hari yang lalu, dalam evaluasi didapatkan cairan
berwarna putih susu dari selang WSD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam ventilator; frekuensi napas
22x/menit; suhu 36,5oC; tekanan darah 110/70 mmHg; frekuensi nadi 96x/menit; perkusi paru redup pada sela iga 4 paru
kiri; auskultasi paru vesikuler melemah di sela iga 4 paru kiri. Foto toraks menunjukkan perselubungan homogen di basal
paru kiri, jantung terdorong ke kanan.
Pemeriksaan cairan pleura yang paling tepat untuk memastikan diagnosis pada pasien adalah:
a. Konsentrasi kolestrol
b. Konsentrasi trigliserida
c. Adenosine deaminase (ADA)
d. Pemeriksaan kultur cairan pleura
e. Pemeriksaan LDH

199. Perempuan 30 thn ke poliklinik dengan rencana cek up rutin. Keluhan saat ini tidak ada, riwayat menderita demam
tifoid 1 tahun yang lalu. Hasil analisa feses 1 minggu yang lalu ditemukan kuman Salmonella pada feses. Pasien sudah
pernah dilakukan tindakan Kolesistektomi 1 bulan yang lalu. Pengobatan pada pasien ini adalah :

74
a. Ampicillin
b. Prazikuantel
c. Amoxicillin
d. Ciprofloxacin
e. Trimetropin sulfametoksazole

75
200. Seorang laki-laki 58 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri tungkai kiri yang memberat saat berjalan
sejak 4 bulan lalu, pasien memiliki riwayat DM dan perokok aktif. PF didapatkan TD 130/80 dan jantung paru DBN. Pada
pemerksaan ekstremitas didapatkan pulsasi arteri poplitea kiri, arteri tibialis posterior kiri dan arteri dorsalis pedis kiri
melemah.
Hasil pemeriksaan penunjang yang diharapkan sesuai untuk pasien ini adalah :
a. Peningkatan D-dimer
b. Toe brachial index ekstremitas kiri 0,7
c. Ankle brakhial index kiri 0,9
d. Kurva doppler bifasik di arteri tibialis posterior
e. USG doppler didapatkan stenosis 30% pada arteri poplitea kiri

~ SEMOGA SUKSES ~

76

Anda mungkin juga menyukai