Anda di halaman 1dari 54

Soal Try Out 1

1. Seorang perempuan usia 17 tahun mengeluh tidak pernah menstruasi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan payudara yang kecil serta tidak didapatkan adanya tanda-tanda perkembangan seks
sekunder. Dari hasil laboratorium menunjukan FSH: 30 IU/L dan LH 55 IU/L.Berdasaran hasil
tersebut, maka diagnosis yang tepat untuk pasien tersebut adalah:
a. Hipogonadotropik hipogonadisme
b. Hipognadotropik hipergonadisme
c. Hipergonadotropik hipogonadisme
d. Hipergonadotropik hipergonadisme
e. Salah semua

2. Seorang laki-laki 70 tahun, datang ke poliklinik dengan kondisi hampir putus asa akibat sulit
tidur sejak 2 tahun. Pasien sering berobat ke beberapa spesialis dan telah mendapat berbagai obat
seperti estazolam, zolpidem, serta berbagai obat anti depresan dan ansiolitik, namun tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan yang
bermakna, hanya nampak letih. Terapi farmakologi yang paling tepat diberikan pada pasien ini
adalah:
a. SSRI
b. Anxiolytic
c. Antidepressan trisiklik
d. Non-SSRI
e. Benzodiazepine
3. Seorang laki-laki 22 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluh
demam tinggi namun suhu tidak diukur terutama sore hari disertai sakit kepala, lemas, mual dan nafsu
berkurang. Pasien sebelumnya bertugas di Ujung Kulon selama 1 bulan. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum tampak sakit sedang kompos mentis, TD: 113/79 mmHg, Nadi: 86 kali/menit, RR:18
kali/menit, T: 39,8 C, BB 65 kg, TB 169 cm, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, paru dan
jantung dalam batas normal, nyeri tekan epigastrium. Hasil pemeriksaan penunjang DPL
15,8/42/6890/245.000 Diff count 0.6/0.4/78.8/16.1/245.000 Ureum 16.5 Kreatinin 0.7, GDS 93.
AGD 7.46/28.4/109.3/20.6/97.8 Laktat 1, Urinalisis : leukosit 2-4/lpb, eritrosit 3-6/lpb, bakteri
positif, glukosa 2+, keton 2+, darah/Hb trace. Pemeriksaan mikroskopik darah: ditemukan
plasmodium falciparum stadium trofozoit dengan jumlah hitung parasite 2856/ml. Tatalakasana
yang sesuai pada kasus di atas adalah:
a. Artesunat injeksi 160 mg diberikan 3 kali jam ke 0, 12, 24 lalu setiap 12 jam sampai penderita
mampu minum obat dan Primakuin 15 mg 1 hari
b. Artesunat injeksi 160 mg diberikan 3 kali jam ke 0, 12, 24 lalu setiap 24 jam sampai penderita
mampu minum obat dan Dihidriartemisin-Piperakuin 4 tab
c. Dihidriartemisin-Piperakuin 4 tab dan Primakuin 15 mg 3 hari
d. Dihidriartemisin-Piperakuin 4 tab dan Primakuin 15 mg 1 hari
e. Dihidriartemisin-Piperakuin 4 tab dan Primakuin 15 mg 14 hari
4. Seorang wanita 66 tahun dengan leukemia limfositik kronis dengan jumlah sel darah putih stabil
antara 60.000 dan 70.000 / uL. Saat ini dirawat di rumah sakit dengan radang paru pneumonia. Ini
adalah episode ketiga pneumonia dalam 12 bulan terakhir. hasil laboratorium apa yang paling
mungkin pada pasien ini?
a. Granulositopenia
b. Hasil CD4 rendah
c. Hipogammaglobulinemia
d. Ganguan fungsi sel t dengan hitung limfosit normal
e. Tidak ada hasil lab yang spesifik
5. Seorang lelaki berusia 55 tahun datang berobat ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 minggu sebelum berobat. Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk dengan dahak yang
kadang-kadang bercampur sedikit darah serta nyeri pada dada kanan. Pasien merokok 1 bungkus
sehari sejak 30 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik paru didapatkan perkusi paru kanan redup,
bising napas menurun, dan pada foto toraks didapatkan gambaran radio-opak pada hemitoraks
kanan disertai trakea dan jantung tertarik ke arah kanan. Masalah pada pasien ini adalah :
a. Efusi pleura kanan
b. Atelektasis paru kanan
c. Empiema paru kanan
d. Massa paru kanan
e. Pneumonia lobaris kanan

6. Seorang laki-laki 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri episgatrium yang menjalar ke
punggung secara tiba-tiba dan terus menerus sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mual
muntah serta sesak nafas. Pasien mengonsumsi alcohol 2 hari sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tampak sakit berat, tekanan darah 100/60 mmHg; frekuensi nadi 120x/menit; frekuensi
nafas 24x/menit; didapatkan nyeri tekan perut bagian atas; palpasi seperti teraba massa di region
epigastrium kanan dan flank sign positif. Hasil laboratorium: Hb 11,5 g/dL; leukosit 28.000/uL;
trombosit 400.000/uL; amylase 420 U/L dan lipase 813 U/L. Pemeriksaan penunjang lanjutan yang
paling tepat untuk pasien ini adalah:
a. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
b. CT scan abdomen
c. Endoscopy Ultrasound (EUS)
d. Ultrasonografi
e. Foto polos abdomen 3 posisi
7. Seorang perempuan, umur 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan pusing, mata berkunang‐
kunang dan sering merasa sesak bila berjalan jauh. Sudah lama sering mengeluh buang air besar
bercampur dengan lendir dan kadang disertai sedikit darah, dan sudah sering ke dokter spesialis
penyakit dalam subspesialis pencernaan dan hati. Tiga tahun yang lalu didiagnosa kanker lambung,
sehingga dilakukan gastrektomi. Pemeriksaan fisik : tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi
90x/mt, pucat, ikterus ringan. Lien schuffner III. Laboratorium : Hb 7,0 gr%. Leukosit 10.000/mm3,
trombosit 150.000/mm3. Indek eritrosit MCV : 120 fl, MCH 23%. Didiagnosa kerja pada pasien
tersebut di atas adalah:
a. Anemia penyakit kronis
b. Anemia aplastik
c. Anemia megaloblastik
d. Anemia akibat pendarahan akut
e. Anemia defisiensi fe

8. Seorang pria berusia 54 tahun telah diketahui menderita diabetes melitus tipe 2 sejak 3 tahun yang
lalu. Pasien rutin kontrol ke klinik Penyakit Dalam dan sejak 3 bulan mengeluh merasa tidak
bersemangat, merasa selalu lelah, sering sulit tidur, serta terdapat kesemutan, rasa terbakar, dan nyeri
seperti ditusuk-tusuk pada ujung-ujung jari tangan dan kaki. Pasien dikatakan keluarga tampak lebih
senang menyendiri, enggan untuk melakukan kegiatan sehari-hari termasuk melakukan hobi. Pasien
telah mendapat edukasi pola makan dan aktivitas fisik yang dianjurkan serta mendapat obat
metformin 3x 500 mg dan glimepiride 1x2 mg. Pasien tidak pernah mengalami tanda-tanda
hipoglikemia. Hasil pemeriksaan laboratorium GDP 160, GD2PP 278, HbA1c 8,6% walaupun pasien
dikatakan keluarga hanya makan sedikit dan tidak teratur. Pasien seringkali tidak meminum obat
karena merasa tidak ada gunanya berobat karena tidak akan mengalami perbaikan. Langkah yang
tepat dilakukan untuk mengatasi masalah pada pasien ini adalah:
a. Mengedukasi pasien untuk melakukan pemantauan gula darah mandiri
b. Mengganti obat hipoglikemik oral dengan insulin untuk segera mencapai target kontrol
glikemik
c. Melakukan skrining dan tatalaksana depresi
d. Melakukan konseling gizi ulang agar pasien makan teratur dan cukup untuk memperbaiki
kontrol glikemik
e. Menaikkan dosis obat hipoglikemik oral agar gejala-gejala DM dapat terkendali

9. Seorang laki-laki 24 tahun datang dengan keluhan tinggi badan yang jauh lebih rendah dengan
rerata orang seusianya. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan tinggi badan lebih dari 2 SD
dibawah tinggi badan rerata orang-orang yang sama usia dan jenis kelaminnya. Apabila defisiensi GH
kongenital dianggap sebagai penyebab kondisi ini, hal-hal dibawah ini yang juga mungkin didapatkan
pada pasien, kecuali:
a. Peningkatan kolesterol total
b. Hipoglikemia
c. Peningkatan lipolisis
d. Muka dan suara imatur
e. Berbadan gemuk

10. Seorang perempuan 35 tahun keluhan batuk tidak produktif dan sesak yang progresif. Pasien
juga sedang menjalani kemoterapi dan radioterapi untuk kanker payudarannya. Pemeriksaan
fisik TD 110/70 mmhg, Nadi 120 x/m RR30x/m, saturasi 89% room air, ditemukan sianosis, kor
pulmonale dan P2 mengeras. Gambaran CXR menunjukkan infiltrat di basal. Gambaran HRCT
yang mungkin didapatkan:
a. Permukaan pleura tampak kasar
b. Infiltrat alveolar ukurannya lebih homogen -> harusnya heterogen
c. Gambaran ground glass umumnya disebutkan oleh fibrosis
d. Gambaran bronkogram sama jelas seperti foto thorak
e. Kista-kista kecil dengan ukuran minimal 5mm
11. Efek samping psikofarmaka alprazolam adalah :
a. Menyebabkan kecemasan kalau digunakan dalam waktu lama
b. Meningkatkan semangat
c. Meningkatkan fungsi seksual
d. Menyebabkan depresi kalau digunakan dalam waktu lama
e. Dapat mengurangi adiksi
12. Berikut ini yang bukan merupakan gangguan pengaturan hemostasis pada penderita Diabetes
Melitus adalah :
a. Peningkatan aktivitas faktor VII >
b. Peningkatan kadar Plasminogen activator inhibitor-1 >
c. Peningkatan kadar fibrinogen >
d. Peningkatan agregasi trombosit >
e. Peningkatan kadar urokinase

13. Ny. LA 28 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan demam sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan disertai mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Pasien sedang hamil usia 28
minggu. Pasien membawa hasil Tubex +8. Manakah pilihan antibiotik paling tepat untuk Ny.LA?
a. Ciprofloxacin x
b. Ceftriaxone
c. Kloramfenikol x
d. Cotrimoxazole
e. Tiamfenikol

Tubex:
•Diperiksa pada demam hari ke 4-5 pada infeksi primer dan hari ke 2-3 pada infeksi sekunder
•Negatif (<2), borderline (3), positif (4-5) dan positif kuat (>6)
14. Seorang Laki-laki berusia 43 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan riwayat batuk kronik
sejak 1 bulan sebelum berobat. Batuk dengan dahak yang berwarna kuning dan kadang-kadang
kehijauan. Tidak ada riwayat mengi, asma, gagal jantung kongestif, dan penyakit refluks
gastroesofageal. Pasien merokok selama 18 tahun sebanyak 1 bungkus/hari. Pada pemeriksaan paru
didapati ronki basah kasar nyaring pada basal paru kanan. Hasil rontgen torak didapatkan gambaran
menyerupai sarang tawon pada paru kanan bawah disertai bercak-bercak infiltrat disekitarnya.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk mendiagnosis pasien ini adalah:
a. Fluoroskopi
b. Spirometri
c. Bronkoskopi
d. CT-Scan thoraks dengan kontras
e. Biopsi

Buku ajar
dx Bronkiektasis
dx pasti : bronkografi dengan Ct scan atau bronkoskopi

15. Seorang pria 18 tahun, sering mengeluhkan keluar keringat dingin disertai sesak napas, sampai
mual dan muntah, berdebar debar, dan nyeri dada yang makin memberat dalam 10 menit. Hal ini
dirasakan sejak 1 minggu ini. Dari anamnesis ternyata penderita anak seorang militer yang dididik
dengan keras. Orang tuanya bercerai sekitar 2 tahun yang lalu. Penderita saat ini sedang menghadapi
ujian akhir SMA. Dari pemeriksaan fisik dan penunjang tidak didapatkan kelainan. Faktor presipitasi
penderita ini:
a. Perceraian orang tua  presipitasi
b. Sesak napas
c. Ujian SMA agravasi
d. Didikan keras sejak kecil predisposisi
e. Keringat dingin
Predisposisi: riwayat seseorang di masa kecil mempengaruhi tingkat kematangan seseorang (Misal:
ada kekerasan, kehilangan orangtua, anak tunggal). Kejadian/penyakit yang dialami pasien baik sejak
dalam kandungan sampai dibawa terus, termasuk penyakit kronik

Presipitasi: hal2 yg dialami dalam rentang waktu 6 bulan/1 tahun – 2 tahun. Peristiwa yg
mempengaruhi yg menjadi ancaman seseorang.

Agravasi: kondisi terakhir yg mempercepat, membuat tidak berdaya sehingga mencari pertolongan.
Bisa dari dirinya sendiri, atau dr lingkungannya (misal: seorang mahasiswa sudah ditegur krn nilai
akademik turun, seminggu lalu dpt teguran kembali)

16. Seorang perempuan berusia 24 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi 7 hari setelah
dari Halmahera Selatan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala, nyeri sendi, diare, dan lemas. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran apatis-samnolen; tekanan darah 110/70 mmHg; frekuensi
nadi 108x/menit; frekuensi napas 16x/menit; suhu 38,6 C; TB 155 cm; BB 50 kg; konjungtiva pucat;
skelera tidak ikterik; hepatomegali; pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pemeriksaan
laboratorium awal didapatkan Hb 4,5 g/dL; hematokrit 13%; leukosit 10.500/µL; trombosit
75.000/µL. ICT malaria (+), plasmodium falsiparum. Hasil pemeriksaan apus darah tepi
ditemukan plasmodium falsiparum bentuk trofozoid dengan hitung parasit 2,5% eritrosit
terinfeksi.Pengobatan malaria yang paling tepat pada pasien ini adalah:
a. Artesunat-amodiakuin 8 tablet/hari selama 3 hari
b. Artemeter 2,4 mg/kgBB tiap 12 jam pada hari pertama dilanjutkan 1,2 mg/kgBB hari ke-2
sampai ke-5
c. Sulfadoksin pirimetamin 3 tablet/hari dosis tunggal
d. Artesunat 2,4 mg/kgBB per kali pemberian sampai pasien sadar dilanjutkan dengan
artesunat oral sampai 7 hari  harusnya 0,12, 24
e. Dehidro artemisinin piperakuin 3 tablet/hari selama 3 hari
17. Seorang laki-laki 55 tahun masuk ke ICU setelah 3 hari MRS di bangsal rawat inap dengan
demam sejak 2 hari, sesak napas dan batuk yang memberat. Selama 3 hari perawatan di bangsal,
pasien telah mendapatkan oksigen dan antibiotik empirik. Di ICU dilakukan intubasi endotracheal,
diberikan resusitasi cairan dan mendapat obat vasopressor, dan pernapasan mekanik. Pada
pemeriksaan ditemukan suhu 40,2, TD 90/60, N 102x/m, RR 36x/m, SpO2 95% dengan bantuan
ventilasi dan fraksi inspirasi oksigen 50 %. Pada kedua paru terdengar ronkhi, clubbing dan sianosis
(-). Hasil foto thoraks di ICU didapatkan infiltrat difus pada kedua lapang paru. PaO2/FiO2 <200.
Kondisi apakah yang dialami pasien ini:
a. Pleuropenumonia
b. Acute Lung Injury
c. Tranfusion-related Lung Injury
d. Gagal napas
e. Acute Respiratory Distress Syndrome

18. Seorang perempuan usia 30 tahun diantar keluarganya dengan kondisi penurunan kesadaran.
Menurut keluarga, sebelumnya pasien sehat dan tidak ada keluhan. Pasien ditemukan tergeletak tidak
sadar di kamarnya dan tidak ada saksi mata saat kejadian. Menurut keluarga pasien sudah beberapa
hari ini mengurung diri, tidak mau makan dan bersosialisasi. Pasien baru saja bercerai dari suaminya
karena tidak kunjung memiliki anak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS 7, tekanan darah 80/50
mmHg, denyut jantung 40 kali/menit, respirasi 10 kali/menit, suhu 36 derajat celcius, saturasi oksigen
perifer 76%. Pupil tampak miosis. Tampak bekas cairan di dagu dan baju bagian atas pasien, berbau
seperti pembunuh serangga. Auskultasi paru menunjukkan adanya mengi.Pada kasus seperti ini,
antidotum apakah yang tepat diberikan?
a. Nalokson
b. N-asetilsistein
c. Sulfas atropin
d. Natrium bikarbonat asam jengkolat
e. Lorazepam
19. Laki laki 30 tahun, dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran. Dari anamnesis, didapatkan ada
demam hilang timbul disertai dengan menggigil sejak 3 hari, setelah menggigil, pasien berkeringat
dan tidak demam lagi, ada sakit kepala, mual dan muntah dan keluhan badan pegal-pegal. Pasien
bertugas di daerah Papua sebagai petugas Kehutanan. Pasien di bawa ke UGD RS setempat. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen-sopor, TD 110/70mmHg, Nadi 99 kali per menit,
RR =20 kali/ menit, SB: 39,0. Dari pemeriksaan mata di temukan sklera ikterik, hepatomegali dan
pemeriksaan tes diagnostic cepat, didapatkan positif, dan hasil pemeriksaan apus darah tipis
didapatkan P. Falciparum. Cara pemberian artesunat yang benar pada tatalaksana malaria berat
adalah:
a. Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 1 kali jam ke 0, 12, dan 24,
di hari pertama sampai sampai pasien mampu minum obat oral.
b. Artesunat diberikan dengan dosis 1,2 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12 dan 24
di hari pertama sampai pasien mampu minum obat oral
c. Artesunat diberikan dengan dosis 1,2 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0 dan 12 di
hari pertama. Selanjutnya diberikan 1,2 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai pasien
mampu minum obat oral.
d. Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 1 kali jam ke 0, dan 24 di
hari pertama. Selanjutnya diberikan 1,2 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai pasien
mampu minum obat oral.
e. Artesunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb intravena sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24 di
hari pertama. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb intravena setiap 24 jam sehari sampai pasien
mampu minum obat oral.

20. Seorang laki‐laki 30 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan nyeri dan bengkak
di tumit kanan yang mendadak saat bangun tidur sejak 2 minggu yang lalu. Pasien pernah mengalami
keluhan serupa di pangkal ibu jari kaki kiri satu bulan sebelumnya. Dalam waktu 3 hari keluhan itu
hilang dengan minum asam mefenamat. Pasien sudah pernah diperiksa kadar asam urat dalam
darahnya saat itu 8,1 mg/dL. Pilihan terapi yang paling tepat saat ini adalah :
a. Probenesid 2x500 mg
b. Alopurinol 1x300 mg
c. Tramadol 2x50 mg
d. Diklofenak 2x50 mg
e. Asetaminofen 3x1000 mg

21. Wanita 35 tahun dengan trombosit yang ditemukan tinggi secara kebetulan yaitu 778.000/mm3,
tidak dijumpai adanya keluhan maupun kondisi infeksi dan inflamasi lainnya. Spleen teraba sedikit
saat inpirasi. Adapun hasil labolatorium lainnya leukosit 11.200/mm3 , Hb 14,8 mg/dl dan MCV 97
fl, neutrofil 9000, basofil 200. LED dan CRP normal. mutasi JAK2 V617F negatif. Pemeriksaan
apakah yang diperlukan lagi:
a. Molecular analisis mutasi MPL
b. Molecular analisis untuk mutasi CALR dan BCR-ABL1
c. Molecular analisis mutasi JAK2 exon 12 mutation (Bila pemeriksaan JAK2 V617F negatif
pad PV)
d. Suspect 5q– syndrome (MDS,
e. Pasien sudah tidak perlu diperiksa lanjutan karena diagnosis essential thrombocythaemia
sudah dapat ditegakkan

22. Seorang wanita usia 59 tahun datang dengan keluhan pingsan sejak 2 hari lalu. Hal ini diawali
dengan demam selama 3 hari. Mual dan muntah. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan
berat badan sebanyak 10kg dalam 4 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapati tekanan darah
ketika berbaring adalah 80/50 dan ketika berdiri 128/78 mmHg, Suhu 36,7 serta didapati kulit menjadi
gelap. Pada pemeriksaan laboratorium didapati hasil Na 121 mEq/l, K 6,0 mEq/l HCO3 17 mEq/l,
glukosa 63 mg/dl dan kreatinin 1,0 mg/dl. Pemeriksaan yang paling awal dan bisa dilakukan pada
pasien ini adalah
a. Nicotine test
b. Kadar kortisol darah
c. Vasopression test
d. Water deprivation test
e. Dexamethasone suppression test
23. Seorang wanita, 34 tahun, masuk ke rumah sakit dengan keluhan batuk dan sesak nafas kumat‐
kumatan sejak 6 bulan yang lalu. Batuk dan sesak nafas dirasakan terutama jika pasien mempunyai
banyak masalah. Tiga bulan yang lalu teman pasien meninggal di rumah sakit oleh karena batuk
darah. Sejak saat itu pasien sering kali mengalami kecemasan yang hebat, datang mendadak, setelah
10‐15 menit kecemasan dapat mereda dengan sendirinya. Cemas bisa muncul 4 ‐5 kali setiap bulan
disertai sakit kepala, berdebar, kesemutan, perut kembung, keluhan mereda dengan meredanya
kecemasan. Pasien merasa takut mati, seperti temannya yang meninggal setelah batuk darah.
Diagnosis Axis III pasien ini adalah:
a. Teman yang meninggal axis 4
b. Depresi mayor
c. Gangguan cemas menyeluruh
d. Ketidakseimbangan vegetatif
e. Gangguan panik
24. Seorang laki-laki, 47 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam 4 hari, sakit kepala, disertai
kuning pada seluruh tubuh. Pasien lemas dan tidak nafsu makan. Rumah pasien baru terkena banjir
beberapa minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan compos mentis, suhu 39 oC, sklera ikterik
dan nyeri tekan pada gastrocnemius. Pemeriksaan penunjang didapatkan IgM leptospira (+), dengan
kriteria Faine 27. Tatalaksana yang paling tepat diberikan pada pasien adalah:
a. Levofloxacin 1x500 mg
b. Ampicillin 4x1 gr
c. Doxycycline 2x200 mg
d. Ciprofloxcacin 2x500 mg
e. Cotrimoxazol 2x 960 mg

25. Seorang pria 68 tahun datang pada anda dengan riwayat infark miokard dan gagal jantung
kongestif. Saat ini pasien dalam kondisi yang nyaman saat istrahat. Namun, sesak muncul jika pasien
berjalan ke mobilnya bersamaan dengan rasa capek dan kadang-kadang palpitasi. Pasien mesti
beristirahat beberapa menit sebelum gejalanya mereda. Menurut klasifikasi Ney York Heart
Association, pasien ini tergolong ke dalam :
a. Kelas II
b. Kelas IV
c. Kelas III
d. Kelas I
e. Kelas V
26. Seorang limep 58 tahun dikonsulkan dari bagian bedah dengan fraktur colles kiri akibat terpeleset
saat di kamar mandi. Penderita merupakan pasien DM tipe 2 sejak 7 tahun lalu dengan pengobatan
rutin glimepiride 2 mg di pagi hari dan metformin 3 x 500 mg. HbA1C 7,8 %, Gula darah puasa 141,
gula darah 2 jam setelah makan 202.Manakah obat yang tidak boleh diberikan pada pasien ini?
1 point
a. Empaglifozin -> SGLT2i
b. Sitagliptin DPP IV inhibitor
c. Acarbose
d. Insulin
e. Pioglitazone -> thiazolindeon

27. Pria 70 tahun datang ke dokter Sp.PD K-HOM dengan keluhan kecapekan yang hilang timbul.
Mempunyai riwayat sakit hipertensi dan DM tipe 2. Pasien seorang pensiunan ahli kimia. Obat-obatan
yang dikonsumsi Ramipril saja. Suhu tubuhnya 37.8 C, nadi 72x/menit, RR 18x/menit, TD 130/70
mmHg. Pemeriksaan fisik didapatkan limfadenopati servikal dan axilaris nontender. Spleen teraba 7
cm di bawah margin kosta. Hasil laboratorium leukosit 12.000/mm3 dan platelet 210.000/mm3.
Evaluasi lebih lanjut bisa didapatkan.
1 point
a. Sel teardrop (
Tear drop cells = dacryocytes myelofibrosis, myelophthisic anemia, megaloblastic anem
b. Ringed sideroblast
c. Hypergammaglobulinemia ( liver disease, acute or chronic inflammation, autoimmune
disorders, and some malignancies. Hypergammaglobulinemia (polyclonal
gammopathy) is generally considered a benign condition that does not progress to
overt malignancy, contrary to monoclonal gammopathy of undetermined significance
(MGUS).
d. Sel smudge (CLL)
e. Formasi rouleaux ( Rouleaux hyperglobulinemia (eg, multiple myeloma)
28. Laki-laki 42 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas, disertai mengi, batuk, mata
gatal saat sedang bekerja. Pasien mulai bekerja di perusahaan yang memproduksi sabun sulfur sejak
kurang lebih 1 tahun terakhir. Pasien perokok sejak SMA dan tidak memiliki riwayat asma
sebelumnya. Keluhan sesak memburuk saat hari kerja dan membaik pada hari libur. Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya barrel chest, sela iga melebar, wheezing minimal. Apakah patogenesis yang
mendasari gejala tersebut di atas?
1 point
a. Iritasi menjadi provokasi langsung terjadinya asma
b. Pada polutan dengan berat molekul rendah selalu ditemukan IgE spesifik
c. Merupakan keadaan yang menyerupai reaksi tipe I tanpa melalui ikatan antigen dengan IgE
d. Pemeriksaan tes kulit akan negatif pada bahan polutan molekul besar
e. IgG akan berikatan dengan antigen yang mengakibatkan sel mast mengeluarkan mediator
29. Seorang ancer berumur 30 tahun hamil 10 minggu dikonsulkan dari departemen Obgyn ke poli
penyakit dalam dengan keluhan benjolan di leher, jantung berdebar-debar, keringat banyak, disertai
dengan cepat lelah, pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 105
x/menit, RR 22x/menit, T 36 C terdapat proptosis pada mata dan benjolan diffused di leher, tremor
halus pada tangan. Pada pemeriksaan hasil laboratorium di dapatkan TSHS 0,005 Uiu/Ml, FT4 6,7
mg/dl.Penatalaksanaan yang paling tepat pada pasien ini adalah:
1 point
a. Levothyroxin
b. PTU
c. Tiroidektomi
d. Metimazol
e. Propanolol
30. Seorang laki-laki 63 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan buang air besar (BAB) darah
segar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku BAB sering tidak lancar dan jarang
mengonsumsi serat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, nyeri pada perabaan kuadran
kiri bawah. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 7,3 g/dL, hematokrit 33%, leukosit 21.000/uL,
trombosit 175.000/uL. Hasil foto polos abdomen menunjukkan dilatasi usus besar.Diagnosis pada
pasien ini adalah:
1 point
a. Hemoroid interna x
b. Divertikulitis
c. Inflammatory bowel disease x
d. Irritable bowel syndrome x
e. Polip Colon x
31. Pasien laki-laki 72 tahun dibawa oleh anaknya ke IGD dengan keluhan utama bicara meracau
sejak 6 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat sakit diabetes melitus dan hipertensi. Selama ini pasien
mengkonsumsi OAD dan obat anti hipertensi secara tidak teratur karena banyak jumlah obat yang
harus diminum. Menurut istrinya, pasien mulai demam, batuk berdahak, dan tidak nafsu makan sejak
3 hari terakhir dan cenderung tidur saja, tidak banyak beraktivitas. Pasien sempat muntah 3x. Kedua
lengan lemas. Pada pemeriksaan fisik TD 90/60 mmHg, Nadi 110x/mnt, RR 30 x/mnt, t 38 C. Pasien
somnolen dengan ronkhi basah kasar pada paru kanan. Turgor kulit menurun. Faktor pencetus
delirium pada kasus ini adalah:
1 point
a. Infeksi dan dehidrasi
b. Usia lanjut
c. Polifarmasi
d. Gangguan fungsional
e. Depresi

32. Seorang wanita, 34 tahun, datang ke poliklinik Psikosomatik dengan keluhan nyeri ulu hati,
keluhan sudah berlangsung selama 7 bulan disertai kecemasan yang terus menerus, mengambang,
tenggorokan terasa mengganjal. Penderita sulit jatuh tidur, sulit konsentrasi, sulit untuk dapat
beristirahat dan mudah lelah. Pada pemeriksaan fisik tidak diketemukan kelainan. Diagnosis axis I
yang paling mungkin pada kasus ini adalah:
1 point
a. Serangan panik
b. Gangguan cemas menyeluruh
c. Depresi minor
d. Agoraphobia
e. Gangguan obsessif kompulsif

33. Seorang mahasiswi 19 tahun tanpa sadar memakan mi goreng yang mengandung udang. Dia alergi
terhadap udang. Selama 20 menit berikutnya pasien mengalami lesi kulit akut berupa plakat
kemerahan yang meningkat dari permukaan kulit. Berikut ini manakah yang merupakan karakteristik
lesi ini?
1 point
a. disebabkan oleh vaskulitis local x
b. disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas yang berkelanjutan
c. jarang terasa gatal x
d. tidak memudar bila ditekan x
e. paling sering muncul di telapak tangan dan kaki x
Urticaria (hives) results from the release of histamine, bradykinin, leukotriene C4,
prostaglandin D2, and other vasoactive substances from mast cells and basophils in the
dermis. These substances cause extravasation of fluid into the dermis, leading to the
urticarial lesion. The intense pruritus (itchiness) of urticaria is a result of histamine released
into the dermis. Histamine is the ligand for two membrane-bound receptors, the H1 and H2
receptors, which are present on many cell types. The activation of the H1 histamine
receptors on endothelial and smooth muscle cells leads to increased capillary permeability.
The activation of the H2 histamine receptors leads to arteriolar and venule vasodilation. [14, 15]
This process is caused by several mechanisms. The type I allergic IgE response is initiated
by antigen-mediated IgE immune complexes that bind and cross-link Fc receptors on the
surface of mast cells and basophils, thus causing degranulation with histamine release. The
type II allergic response is mediated by cytotoxic T cells, causing deposits of
immunoglobulins, complement, and fibrin around blood vessels. This leads to urticarial
vasculitis. The type III immune-complex disease is associated with systemic lupus
erythematosus and other autoimmune diseases that cause urticaria. [15] Some evidence
suggests vitamin D levels have an inverse correlation with the severity of chronic urticaria. [16]

34. Laki-laki TB dapat OAT 1 minggu, gatal dan bentol, reaksi hipersensitivitas tipe:
1 point
a. 1
b. 4
c. 2
d. 3
e. 1 dan 4

•Berdasarkan waktu timbulnya reaksi


A.Reaksi cepat à terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam, contoh: anafilaksis
lokal atau anafilaksis sistemik

B.Reaksi intermediet à terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam, contoh:
reaksi transfusi darah, anemia hemolitik autoimun

C.Reaksi lambat à terlihat sampai sekitar 48 jam setelah terjadi pajanan dengan antigen
yang terjadi oleh aktivasi sel Th, contoh: dermatitis kontak, reaksi M.tuberkulosis

•Reaksi hipersensitivitas menurut Gell dan Coombs


A. Tipe 1 (Reaksi alergi)
B. Tipe 2 (Sitotoksik atau sitolitik)
C. Tipe 3 (Kompleks imun)
D. Tipe 4 ( Hipersensitivitas tipe lambat)

35. Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas yang
muncul secara tiba-tiba disertai jantung berdebar, rasa kesemutan di sekitar mulut dan ujung-ujung
jari tangan dan kaki, dan rasa dingin pada tangan dan kaki. Pasien tampak sesekali berusaha menarik
napas dalam dan batuk kering. Karena keluhan sesak napas pasien memutuskan datang ke IGD
walaupun harus membatalkan panggilan wawancara kerja. Keluhan sesak serupa pernah dialami
pasien sebelumnya beberapa kali ketika pasien harus menjalani ujian lisan saat masih kuliah. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan respirasi 40x/menit dangkal, pada auskultasi dada tidak ditemukan
wheezing ataupun ronki, tidak ditemukan fenomena Chvostek dan Trousseau ataupun spasme
karpopedal, lainnya dalam batas normal. Apabila keadaan ini terus berlangsung maka pada pasien ini
dapat ditemukan hasil pemeriksaan penunjang sebagai berikut, kecuali:
1 point
a. hiperkalsemia
b. hipomagnesemia
c. hipokalsemia
d. alkalosis respiratorik
e. EKG menunjukkan sinus takikardia
36. Seorang wanita usia 52 tahun mengeluh batuk dan sesak yang memberat saat beraktivitas,
membaik dengan beristirahat. Batuk tidak berdahak, namun terkadang berdahak mengeluarkan lendir
gritty. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan hipotiroid, rutin mengonsumsi lisinopril dan
levotiroksin. Selama ini bekerja sebagai tukang bersih-bersih di peternakan ayam. Pemeriksaan fisik
didapatkan saturasi O2 95% room air, auskultasi paru dalam batas normal, pemeriksaan jantung dalam
batas normal. Tidak didapatkan edema. Tes darah rutin menunjukkan Hb 12 g/dL, leukosit 8,3 x
10^3/µL, trombosit 200.000. Rontgent dada didapatkan granuloma pada paru kanan dan kalsifikasi
mediastinum. CT Scan menunjukkan adanya granuloma yang hampir sembuh. Kalsifikasi mediastinal
ekstensif. Pernyataan berikut adalah benar terkait kasus tersebut:
1 point
a. Test antigen histoplasma urine akan positif v
b. Pemberian kortikosteroid akan memperbaiki kondisi pasien x
c. Penyebab paling sering kasus ini adalah histoplasmosis atau tuberkulosis x
d. Pemberian terapi itrakonazol dan vorikonazol akan memperbaiki kondisi pasien x
e. Pasien sebaiknya dirujuk ke spesialis bedah untuk tatalaksana lebih lanjut x
37. Tn HY berusia 36 tahun, dengan berat badan 65kg, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai nyeri yang dirasakan di seluruh tubuh, lemas,
penurunan nafsu makan, mual, dan muntah. Pasien bekerja di Timika, Papua. Satu tahun lalu, pasien
pernah menderita malaria. Keluhan perdarahan disangkal. Pasien membawa hasil dari RS sebelumnya
Rapid Diagnostic Test Malaria yang positif P. Falciparum. Dari pemeriksaan fisik didapati kesadaran
kompos mentis, TD= 90/60 mmHg, HR= 116x/min, RR 22x/min. Dari pemeriksaan gambaran darah
tepi hanya ditemukan Plasmodium vivaks. Setelah 1 hari di ruang rawat, Tn. HY mengalami
penurunan kesadaran. Dari pemeriksaan fisik didapati kesadaran somnolen, TD 80/60 mmHg, HR
124x/min, RR 22x/min. Pemeriksaan laboratorium tambahan mendapatkan Hb 7.8, Trombosit 88.000,
Ureum 156, Kreatinin 2.1. Manakah tatalaksana yang tepat saat ini untuk Tn. HY?
1 point
a. Rawat high care unit, Artesunat intravena diberikan jam 0, 12, 24, dilanjutkan tiap 24 jam
hingga pasien sadar
b. Rawat high care unit, dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dan Primakuin lanjutkan sesuai
rencana awal terapi
c. Rawat high care unit, Artesunat intravena diberikan setiap 24 jam sekali hingga pasien sadar
d. Rawat high care unit, dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dan Primakuin diperpanjang
sampai 7 hari pemberiannya
e. Rawat high care unit, dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) dan Primakuin diperpanjang
sampai 14 hari pemberiannya

38. Seorang etabo 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas, muka pucat, kaki bengkak
dan BAK yang semakin sedikit. Selama ini pasien menderita DM yang tidak terkontrol dalam 10
tahun. Dari pemeriksaan di dapatkan TD 100/60 mmHg, nadi 100x/mnt, RR 30x/mnt dan didapatkan
adanya ronki basah basal pada pemeriksaan torak. Dari laboratorium didapatkan Hb 8 mg/dl, LFG 15
mL/mnt/1,73 m2. Dari etabol gas darah didapatkan kesan asidosis etabolic dengan kadar kalium 7,5
mEq/L dan didapatkan adanya gel T yang tinggi pada EKG. Dibawah ini merupakan penatalaksaan
hiperkalemia pada kasus ini, KECUALI
1 point
a. Kalsium glukonat 10 ml IV dalam 2-3 menit
b. Insulin 10 unit dalam glukosa 40% 50 cc bolus IV
c. Natrium bikarbonat 50 mEq IV dalam 10 menit
d. B2 agonis inhalasi atau IV
e. KCL iv 10-20 mEq/jam

39. Pasien perempuan usia 40 tahun datang ke praktekan anda dengan keluhan sering mimisan dan
gusi berdarah sejak 3 bulan terakhir dan akhir-akhir ini jadi lebih sering. Pasien juga mengaku ada
bintik kemerahan dan lebam yang tidak nyeri di bagian kaki dan tangan. Pasien masih haid teratur
namun haid yang terakhir dirasa lebih banyak dari biasanya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda
vital dalam batas normal. Konjungtiva tidak pucat, tidak didapatkan limfadenopati dan didapatkan
area troube pekak. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hemoglobin normal, leukosit
normal dan angka Trombosit 20.000/uL. Dilakukan pemeriksaan darah tepi dan didapatkan gambaran
megakariosit. Pasien juga dilakukan pemeriksan BMP dan didapatkan hasil banyak megakariosit dan
agranuler. Pasien akhirnya didiagnosis ITP dan dilakukan tatalaksana sesuai standar. Pada pasien ITP
yang melakukan terapi, ada risiko untuk terjadinya kondisi ITP refrakter kronik, apakah yang
dimaksud dengan hal tersebut?
1 point
a. ITP refrakter kronik ditegakan bila ditemukan ITP menetap lebih dari 6 bulan, gagal berespon
dengan splenektomi, angka trombosit < 20.000 uL
b. ITP refrakter kronik ditegakan bila ditemukan ITP menetap lebih dari 1 bulan, gagal berespon
dengan splenektomi, angka trombosit < 30.000 uL
c. ITP refrakter kronik ditegakan bila ditemukan ITP menetap lebih dari 3 bulan, gagal berespon
dengan splenektomi, angka trombosit < 20.000 uL
d. ITP refrakter kronik ditegakan bila ditemukan ITP menetap lebih dari 6 bulan, gagal berespon
dengan splenektomi, angka trombosit < 30.000 uL
e. ITP refrakter kronik ditegakan bila ditemukan ITP menetap lebih dari 3 bulan, gagal berespon
dengan splenektomi, angka trombosit < 30.000 uL
40. Seorang perempuan berusia 58 tahun ditemani oleh anaknya berobat ke poliklinik penyakit dalam
dengan keluhan sesak nafas sejak 3 bulan lalu disertai batuk yang hilang timbul dan bajunya sering
lembab saat terbangun pagi hari. Nafsu makan menurun sehingga berat badannya terus menurun. Dari
pemeriksaan foto toraks didapatkan iopsyia di apeks dan bayangan radioopak pada sudut
kostofrenikus kanan. Pasien lalu didiagnosa menderita TB paru dan menjalani terapi dengan obat anti
iopsyiali. Patofisiologi yang melatarbelakangi terjadinya efusi pada pasien ini adalah:
a. Robeknya perkijuan iopsy saluran getah bening menuju sternum
b. Robeknya iops iopsyia, aliran getah bening, atau hematogen
c. Terjadinya iopsyialinemia
d. Terjadinya hipoglobulinemia
e. Komplikasi dari torakosentesis

41. Lelaki 27 tahun suku afrika amerika sedang berkunjung ke iopsyia. Datang ke poliklinik penyakit
dalam rsup adam malik dengan keluhan bengkak pada kedua kaki. Pasien dengan riwayat HIV dengan
CD 4 yang rendah dan viral load yang tinggi. Riwayat sakit ginjal tidak ada. Pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai peningkatan kreatinin, dan proteinuria 24 jam 4,5 gram. Pasien rutin konsumsi
obat ibuprofen rutin untuk nyeri kaki. Pasien direncanakan untuk iopsy ginjal. Apa kemungkinan
diagnosis yang anda harapkan pada biopsinya
1 point
a. Glomerulonefritis lesi minimal
b. Glomerulonefritis fokal
c. Glomerulonefritis segmental
d. Glomerulonefritis progresi cepat
e. Glomerulonefritis membranosa

The classic kidney disease of Human Immunodeficiency Virus (HIV)


infection, HIV-associated nephropathy, is characterized by progressive
acute renal failure, often accompanied by proteinuria and ultrasound
findings of enlarged, echogenic kidneys. Definitive diagnosis requires
kidney biopsy, which demonstrates collapsing focal segmental
glomerulosclerosis with associated microcystic tubular dilatation and
interstitial inflammation. Podocyte proliferation is a hallmark of HIV-
associated nephropathy, although this classic pathology is observed less
frequently in antiretroviral-treated patients.

42. Seorang laki - laki usia 48 tahun datang berkonsultasi dengan membawa hasil laboratorium
sebagai berikut: Gula darah puasa: 108 mg/dLGula darah 2 jam post prandial: 180 mg/dLKreatinin
serum: 1.6 mg/dLBUN: 19 mg/dLAsam urat: 9.8 mg/dLKolesterol total: 206 mg/dLSaat ini pasien
tidak ada keluhan, namun dalam 1 tahun terakhir sudah 3 kali mengalami bengkak dan nyeri di
pangkal ibu jari kaki kanan, terutama setelah makan makanan yang mengandung kacang - kacangan.
Pasien juga mengaku pernah buang air kecil mengeluarkan batu 2 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan deformitas pada MTP I pedis dextra, namun tidak ada eritem dan tidak teraba hangat
maupun nyeri. Tidak didapatkan nyeri ketok CVA.Di bawah ini yang menjadi indikasi terapi uric-acid
lowering therapy pada pasien tersebut, kecuali:
1 point
a. Riwayat batu saluran kemih v
b. Didapatkan bukti tofus pada pemeriksaan fisik v
c. Penyakit ginjal kronik stadium 2
d. Riwayat serangan gout lebih dari 2 kali dalam setahun v
e. Kondisi pre-diabetes

• 1 tofi subkutan
•Bukti kerusakan radiografik (dengan modalitas apapun)
•Serangan gout 2x dalam setahun
•Pasien serangan gout pertama kali namun kadar asam urat serum 8 atau usia <40 tahun.
5,8
•Riwayat urolithiasis

•Japan Society for Nucleic Acid Metabolism menganjurkan pemberian jika kadar urat serum >9 atau
kadar asam urat serum >8 dengan faktor risiko kardiovaskular (gangguan ginjal, hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit jantung iskemik).

43. Seorang lelaki 40 tahun, mengeluh perut kembung, nyeri perut hilang setelah buang air besar,
buang air besar lebih sering saat timbulnya nyeri perut, feses lembek saat timbulnya rasa sakit, buang
air besar berlendir, tidak pernah berak darah. Pada pemeriksaan kolonoskopi, tidak ditemukan
kelainan. Keluhan ini sudah berlangsung selama setahun kumat‐kumatan sejak anak satu ‐satunya
meninggal dunia. Penderita ingin mati, mengurung diri, badan lelah, tak bisa konsentrasi dan mudah
terbangun malam hari. Diagnosis axis III pada pasien ini adalah :
1 point
a. Sindrom koloni iritabel
b. Anaknya meninggal dunia
c. Depresi minor
d. Distemia
e. Depresi mayor

44. Pasien kencing nanah, sekarang sudah sembuh. Ada nyeri di lutut, analisis cairan sendi leukosit
38.000. Diagnosis:
1 point
a. Arthritis reactive
b. Arthritis gout
c. Arthritis gonococcal
d. Arthritis septic
e. Arthritis viral

45. Seorang laki-laki usia 34 tahun datang dengan keluhan kejang dan penurunan kesadaran sejak 2
jam sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien mengalami demam mendadak sejak 8 hari yang
lalu. Demam disertai menggigil, suhu naik turun sepanjang hari, tapi selalu demam. Suhu tidak
diukur. Pasien mendapat tugas dinas keluar kota selama 10 hari ke Nusa Tenggara Barat, baru pulang
2 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien tidak memiliki penyakit apapun sehingga tidak pernah
berkonsultasi ke dokter. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 12, konjungtiva pucat, terdapat
arasiteicmegaly, dan ditemukan hematemesis setelah dilakukan pemasangan selang arasiteic. Di
bawah ini, manakah yang bukan merupakan kriteria malaria berat?
1 point
a. Anemia berat (Hb<8) pada keadaan arasite >10.000/mikroliter
b. Kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam
c. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna
d. Penurunan kesadaran yang tidak disebabkan oleh penyakit lain
e. Edema paru non-kardiogenik

•Malaria berat adalah : ditemukannya Plasmodium falciparum stadium aseksual dengan minimal satu
dari manifestasi klinis atau didapatkan temuan hasil laboratorium (WHO, 2015):
1. Perubahan kesadaran (GCS<11, Blantyre <3)
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan)
3. Kejang berulang-lebih dari dua episode dalam 24 jam
4. Distres pernafasan
5. Gagal sirkulasi atau syok: pengisian kapiler > 3 detik, tekanan sistolik <80 mm Hg (pada
anak: <70 mmHg)
6. Jaundice (bilirubin>3mg/dL dan kepadatan parasite >100.000)
7. Hemoglobinuria
8. Perdarahan spontan abnormal
9. Edema paru (radiologi, saturasi Oksigen <92%

•Gambaran laboratorium :
1. Hipoglikemi (gula darah <40 mg%)
2. Asidosis metabolik (bikarbonat plasma <15 mmol/L).
3. Anemia berat (Hb <5 gr% untuk endemis tinggi, <7gr% untuk endemis sedang-rendah),
pada dewasa Hb<7gr% atau hematokrit <15%)
4. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit /μL di daerah endemis rendah
atau > 5% eritrosit atau 250.0000 parasit /μl di daerah endemis tinggi)
5. Hiperlaktemia (asam laktat >5 mmol/L)
6. Hemoglobinuria
7. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg%).

46. Pasien laki-laki, 50 tahun mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak berbau amis, berwarna
anchovy. Pada pemeriksaan paru didapatkan penurunan suara napas, perkusi redup, suara napas
bronkial dan ronki. Rontgen thoraks PA dan lateral tampak bayangan radioopak dengan cavitas
dinding tebal dengan air fluid level di dalamnya. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,5
gr/dL, lekosit 19.400/uL dengan dominasi netrofil, LED 74.Kemungkinan diagnosis pada kasus di
atas adalah :
1 point
a. TB paru
b. PPOK
c. Ca paru
d. Bronkiektasis terinfeksi
e. Abses paru
47. Seorang laki-laki usia 40 tahun, dirujuk ke poliklinik IPD oleh sejawat spesialis bedah, karena
akan menjalani kolesistektomi atas indikasi kolelitiasis multipel dan riwayat kolelitiasis berulang.
Dalam riwayat kesehatannya diketahui bahwa pasien mengidap Hepatitis C kronik. Selama ini tidak
ada keluhan dan tidak pernah mendapat pengobatan hepatitis. PF konjungtiva tidak pucat. Jantung dan
paru dbN; tidak ditemukan tanda-tanda penyakit hati kronik. Hb 13; Leukosit 10.000; trombosit
160.000; Ur 20; Cr 0,8; GDS 100; SGPT 30; SGOT 30; Albumin 4,1; Globulin 3,2.Jawaban
konsultasi yang tepat pada kasus di atas adalah:
1 point
a. Menyarankan pemeriksaan HCV RNA sebelum menjawab toleransi operasi
b. Menyarankan pemberian anti virus sebelum operasi
c. Memberitahukan bahwa risiko operasi di bidang kardio, pulmo, metabolik, dan hematologi
adalah ringan jika dikerjakan secara laparoskopik ◊ pada sirosis
d. Menyarankan pemeriksaan PT, PTTK, bilirubin direk dan inderek serta USG dahulu sebelum
menjawab toleransi operasi
e. Memberitahukan bahwa risiko operasi di bidang kardio, pulmo, metabolik, dan hematologi
adalah ringan
48. Seorang pria berusia 38 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sering merasa lelah terus-
menerus sejak 8 bulan lalu. Pasien merasa tetap lelah dan bangun tidak segar walaupun dapat tertidur
pulas semalaman, terdapat rasa pegal-pegal di seluruh tubuh, nyeri kepala, dan kadang pasien merasa
nyeri pada tenggorokan dan demam walaupun pasien tidak pernah mengukur suhu tubuhnya. Pasien
masih merasa bersemangat untuk bekerja di kantornya walaupun keluhan-keluhan tersebut seringkali
memberat etika pasien harus menepati batas waktu menyelesaikan proyek-proyek dalam
pekerjaannya. Pasien telah menikah dan memiliki tiga anak dan merasa tidak ada masalah dalam
rumah tangganya. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut?A) Cognitive behavioral therapy
1 point
a. Cognitive behavioral therapy
b. Sleep hygiene
c. Pemberian suplementasi multivitamin
d. Parasetamol atau OAINS bila muncul keluhan yang memberat
e. Antidepressant

CDC
Adjusting to a chronic, debilitating illness sometimes leads to other problems,
including depression, stress, and anxiety. Many patients with ME/CFS develop
depression during their illness. When present, depression or anxiety should be
treated. Although treating depression or anxiety can be helpful, it is not a cure
for ME/CFS.

Some people with ME/CFS might benefit from antidepressants and anti-
anxiety medications. However, doctors should use caution in prescribing these
medications. Some drugs used to treat depression have other effects that
might worsen other ME/CFS symptoms and cause side effects. When
healthcare providers are concerned about patient’s psychological condition,
they may recommend seeing a mental health professional.

49. Seorang laki-laki berusia 41 tahun dirujuk ke poliklinik penyakit dalam karena perut sebah sejak 2
bulan. Pasien ini adalah peminum alkohol berat sejak usia muda. Oleh dokter yang sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil hb 13 g/dl; lekosit 7300/µl; trombosit 236.000/µL;
bilirubin total 1,3 gr/dl; bilirubin direk 0,6 g/dl, SGOT 225 u/L, SGPT 85 U/L, ALP dan GGT normal;
anti HAV negatif, HBsAg negatif, anti HCV negatif. Langkah diagnostik selanjutnya yang saudara
rencanakan adalah pemeriksaan USG abdomen. Pada kasus ini tujuan USG abdomen untuk melihat:
1 point
a. Penyempitan vena hepatica
b. Hepatomegali karena hepatitis akut
c. Pelebaran duktus biliaris
d. Pelebaran vena porta
e. Perlemakan hati

50. Seorang perempuan dengan sirosis hepatis, ensefalopati hepaticum, tidak ada hematemesis
melena, ada pneumonia. Tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini adalah :
1 point
a. Obat antivirus
b. Ceftriaxon 1x2 gram intravena
c. Lactulosa
d. Propanolol
e. Infus BCAA

51. Seorang lelaki berusia 74 tahun, dibawa kembali berobat ke poliklinik karena terlihat sangat
bingung dan sulit berkonsentrasi sejak 2 hari terakhir. Pasien berobat rutin di poliklinik penyakit
dalam dengan diagnosis terakhir vascular cognitive impairment (VCI), HNP, hipertensi, dan DM. Saat
berobat 5 hari yang lalu, pasien mengeluh sulit tidur karena mengeluh nyeri punggung bawahnya
kambuh dan diresepkan obat yang meliputi kombinasi parasetamol dan kodein, captopril, amlodipine,
glikuidon, metformin dan lorazepam. Gejala yang dialami pasien pada 2 hari terakhir mengarah pada
kondisi:
1 point
1. Sindrom Delirium Akut
2. Ansietas
3. Skizofrenia
4. Gangguan perilaku dan psikologik pada demensia
5. Progresi dari gangguan kognitif

52. Seorang laki-laki 60 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan sesak napas yang memberat saat
aktivitas 1 bulan terakhir, ada riwayat hipertensi dan gagal jantung kronik sejak 10 tahun dan pernah
mengalami serangan jantung 5 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/92, nadi
92x/menit, pernapasan 20x/menit, terdapat destensi vena leher, batas jantung kesan melebar, EKG
irama sinus, echocardiography 2 bulan lalu didapatkan LVEF 35%, kreatinin 1.5 mg/dl. Pasien saat
ini mengkonsumsi furosemide, spironolakton, captopril dan bisoprolol secara rutin dengan dosis
optimal. Pasien masih mengeluh cepat lelah, menurut Guidline ESC 2016, maka tatalaksana
selanjutnya yang paling tepat pada pasien ini adalah :
1 point
1. Menaikkan dosis ACE inhibitor
2. Menambah obat ivabradine
3. Mengganti captopril dengan valsartan
4. Menambahkan Coenzym Q
5. Menaikkan dosis diuretik

53. Seorang laki- laki usia 20 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan bengkak pada
muka dan seluruh tubuh.Dari hasil pemeriksaan di dapatkan hasil protein urin 24 jam 4 gr/hari,
albumin 1,1 gr/dl dan kolesterol 420 mg/dl dan dilakukan rolif ginjal dengan kesan adanya effacement
difus dari foot process sel epitel (ME) dan tidak dijumpai adanya deposit kompleks iumn (MI).
Kemungkinan rolifera sindrom nefrotik di atas adalah
1 point
1. Glomerulonefritis roliferativeerative
2. Glomerulonefritis roliferative lain
3. Glomerulonefritis lesi minimal
4. Glomerulonefritis fokal segmental
5. Glomerulonefritis membranosa
54. Seorang laki-laki usia 40 tahun, ayah dari tiga anak, mengalami pembesaran payudara progresif
selama 6 bulan terakhir. Tidak ada riwayat obat-obatan sebelumnya. Dari hasil laboratorium
didapatkan LH dan testosteron rendah. Evaluasi lebih lanjut dari pasien ini yaitu:
1. Pemeriksaan mamografi
2. Analisis kariotipe untuk menyingkirkan sindrom Klinefelter
3. Pengukuran estradiol dan kadar human chorionic gonadotropin (hCG)
4. Urin 24 jam untuk pengukuran kortisol plasma
5. Biopsi payudara

55. Pasien limfoma, sudah kemo selesai, dinyatakan sembuh. Pasien juga penderita CHF, saat ini
sesak. Pada rontgen didapatkan efusi pleura kanan. Dilakukan analisis cairan efusi didapatkan LDH
100 protein 2,5, dengan LDH darah 200-an, albumin serum 3,5. Jenis efusi di atas adalah:
1 point
1. Transudat
2. Hemoragik
3. Chylous
4. Eksudat
5. Seroushemoragik

56. Seorang laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit. Sesak nafas dirasakan semakin memberat dan tidak membaik dengan perubahan posisi. Keluhan
lain adalah batuk dengan dahak berwarna putih. Pada pemeriksaan didapatkan suhu 38 C, nadi
110x/menit dan nafas cepat dengan RR 30x/menit. Pasien riwayat merokok berat selama 20 tahun dan
dengan PPOK namun saat ini sudah berhenti merokok. Pada pemeriksaan thorak foto didapatkan
infiltrat di parakardial sinistra. Analisa gas darah menunjukkan pH 7,26 (7,35-7,45), HCO3 18
mmol/L (21-28), pO2 75,9 mmHg (85-100), pCO2 60 mmHg (35-45), SO2 89% (>95). Manajemen
penyakit di atas yang paling tepat adalah:
1 point
1. Bronkodilator kerja cepat, steroid inhalasi, antibiotik intravena, pemberian CPAP
2. Steroid intravena dan pemberian antibiotika intravena segera, pemberian CPAP
3. Steroid inhalasi, muskarinik antagonis, antibiotik intravena, pertimbangan ventilator mekanik
4. Bronkodilator kerja cepat, steroid intravena, antibiotik intravena, pertimbangan ventilator
mekanik
5. Bronkodilator kerja cepat, steroid intravena, antibiotika intravena, pertimbangan trakeostomi
57. Laki-laki 64 tahun di rujuk dengan fase kronik chronic myeloid leukemia. Tidak ada keluhan,
hanya dijumpai riwayat pancreatitis akut 1 tahun lalu dan intoksikasi alcohol 3 tahun lalu . Tyrosine
kinase inhibitor (TKI) manakah yang dihindaripada kondisi ini :
1 point
1. Ponatinib
2. Imatinib
3. Nilotinib
4. Gafatinib
5. Dasatinib

The mechanism of TKI-induced pancreatitis is not known, but it can be deduced by the presumed
mechanism of elevation of the pancreatic enzyme levels by nilotinib, which includes pancreatic cell
damage through inhibition of non-receptor type tyrosine kinase c-Abl

58. Seorang laki-laki usia 24 tahun bekerja sebagai pembuat roti datang ke poliklinik dengan keluhan
sesak napas disertai mengi, batuk, mata gatal saat sedang bekerja. Pasien baru saja mulai bekerja
setelah lulus sekolah. Pasien tidak merokok dan tidak memiliki riwayat asma sebelumnya, tetapi
sering mengeluh gatal bila makan makanan laut. Keluhan sesak ini memburuk pada hari kerja dan
membaik pada hari libur. Pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal, tidak ada wheezing. Bila
dilakukan uji provokasi dengan spirometri sebelum dan sesudah shif kerja, apakah hasil yang
diharapkan ?
1 point
1. Terjadi penurunan FEV1 >30% antara sebelum dan sesudah bekerja
2. Terjadi penurunan FEV1 >12% antara sebelum dan sesudah bekerja
3. Terjadi penurunan FEV1 >3% antara sebelum dan sesudah bekerja
4. Terjadi penurunan FEV1 >20% antara sebelum dan sesudah bekerja
5. Terjadi penurunan FEV1 >5% antara sebelum dan sesudah bekerja

59. Seorang pria 50 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan demam 1-2 hari, malaise,
batuk, produksi sputum hijau, dan dyspnea. Ia adalah seorang perokok dan bekerja di sebuah restoran.
Tidak ada riwayat medis yang bermakna dan tidak dalam pengobatan apa-apa. Tanda vital didapatkan
suhu 39,2 ° C, frekuensi pernapasan 32 x/ menit, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut jantung 105
x / menit, SaO2 94%. Hasil BUN 30 mg/dl SK 1.1 mg/dl. Leukosit 15.500 / UL. Didapatkan bunyi
napas bronkial di lobus kanan bawah, dan rontgen dada menunjukkan konsolidasi di daerah
itu.Antibiotik apa yang paling tepat diberikan pada pasien ini:
1 point
1. Piperacilin-tazobactam
2. Vancomycin
3. Ciprofloxacin
4. Ceftriaxone + Azithromycin
5. Azithromycin

60. Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke IGD dengan patah tulang, pasien akan direncanakan
operasi dan dikonsulkan ke bagian penyakit dalam, pasien memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang
lalu dan rutin menggunakan insulin novorapid 3x 6 iu dan insulin lantus 10 iu malam indakan
metformin 3x 500mg, saat ini didapatkan hasil GDA 200. Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS
456 Tensi 130/90 mmHg, nadi 99 x/menit, suhu 36,5 Ctatalaksana yang tidak tepat untuk pasien ini
adalah?
1 point
1. Diberikan infus D5% dengan laju 100ml/ jam
2. Bila GDA > 200 pemantauan glukosa darah dilakukan setiap 30 menit
3. Insulin regular 25 iu dalam 250 ml NaCl 0,9% (IV/ 10ml) diberikan iv
4. Pemeriksaan Glukosa darah dilakukan tiap 45 menit selama tindakan
5. Bila GDA < 80 pemantauan glukosa dilakukan tiap 30 menit (tiap 15 menit)

71. Seorang laki-laki 72 tahun, pensiunan PNS, dibawa ke RS karena penurunan kesadaran perlahan-
lahan, disertai sering bicara tidak nyambung dan respon yang lambat bila diajak bicara, pasien belum
pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tiga hari yang lalu pasien demam, batuk disertai dengan dahak
kuning kehijauan dan mengkonsumsi ampicillin dan paracetamol tiga hari terakhir. Pemeriksaan fisik
didapatkan: Kesadaran berkabut, TD 130/90 mmHg, N 92x/m, RR 26x/m, SB 37,4 C, pemeriksaan
fisik ditemukan ronchi kasar di basal bilateral. Hasil lab: Hb 11,2 g/dl, Leukosit 12.300 /mm3,
trombosit 270.000/mm3, GDS 102, Na 137 mEq/l, K 3,6 mEq/l, Albumin 3,0mg/dl. Foto Thorax
Infiltrat pada paru bilateral. Pasien 1 minggu ini menggunakan ranitidine karena sering nyeri ulu
hatinya. Sindrom delirium. Pernyataan yang tepatmengenai kasus diatas adalah?
1 point
1. Droperidol merupakan pilihan utama kasus di atas
2. Penggunaan paracetamol dapat menstimulus aktifitas neurotransmiter
3. Penggunaan antibiotik ampicillin menyebabkan peningkatan neurotransmiter
4. Peningkatan Neurotransmiter asetilkolin sering dihubungkan dengan kasus tersebut
5. Ranitidin merupakan salah satu faktor perdisposisi karena mengganggu faal neurotransmisi
otak
72. Seorang laki-laki berusia 26 tahun masuk rumah sakit karena keluhan demam sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam dirasakan mendadak tinggi sertai keluhan nyeri otot, nyeri sendi serta
mual muntah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/80
mmHg, Nadi 89x/menit, isi cukup, Nafas 18x/menit, Suhu 37,5 C. Konjungtiva tidak pucat,
pemeriksaan paru, jantung dan abdomen dalam batas normal. Ekstremitas terdapat bintik-bintik merah
di lengan pasien, akral hangat, CRT < 2 detik. Dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
Hb 13 g/dL, Hematokrit 41%, Leukosit 4500/uL, Trombosit 110.000/uL. Dari hasil pemeriksaan
darah tepi didapatkan limfositosis relatif dan adanya limfosit plasma biru. Untuk mengkonfirmasi
diagnosis pasien di atas, dilakukan pemeriksaan: DHF
1 point
1. Serologi IgM Leptospira
2. Anti-HIV
3. Tes Widal
4. Serologi IgM-IgG Dengue
5. PCR CMV

73. Seorang pria 46 tahun ditemukan tidak sadarkan diri sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit
oleh keluarga. Pasien kemudian segera dibawa ke UGD RS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran sopor, TD : 100/60 mmhg, nadi 68x/menit, Rr: 14 x/menit, suhu 36,6, Saturasi 95 %
disertai pembengkakan pada tungkai kanan, tidak teraba nadi, dan terlihat pucat, terdapat tanda bekas
gigitan. Etiopatogenesis yang sesuai penyebab utama kondisi tersebut adalah:
1 point
1. Hematotoksin
2. Neurotoksin
3. Sindroma kompartemen
4. Kardiotoksin
5. Septikemia

74. Seorang laki-laki 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan sakit perut dan buang air besar
(BAB) cair berulang sejak 1 tahun terakhir. BAB cair terutama dialami pada pagi hari saat bangun
tidur. Bila pasien meminum attapulgite keluhan berkurang, tapi sebulan kemudian keluhan muncul
kembali dan berlangsung selama 3 minggu. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan
analisis feses dan kolonoskopi dalam batas normal. Lima belas bulan yang lalu pasien baru kehilangan
pekerjaannya dan sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan.Diagnosis yang paling tepat pada
pasien ini adalah :
1 point
1. Infammatoy bowel disease
2. ) Diare osmotic
3. Irritabe bowel syndrome
4. Diare sekretorik
5. Kolitis infektif

75. Seorang pria 72 tahun dibawa keluarga ke IGD dengan keluhan tidak mau makan, pasien telah
menderita stroke sejak 1 tahun. Sejak saat itu pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur pasien juga
mengalami kesulitan menelan, untuk makan dan minum pasien di bantu oleh kedua anaknya secara
bergantian. Menurut keluarga 5 bulan ini pasien makan hanya sedikit, asupan makanan berkurang.
Pasien mengalami penurunan berat badan 10 kg dalam 2 tahun. Pada pemeriksaan fisik IMT 17.2, TD
150/90 mmhg, kadar vitamin D serum 120 mmol/L. Rekomendasi manajemen malnutrisi pada
omprehen berdasarkan ESPEN guideline yaitu
1 point
1. Penatalaksanaan gizi individual, tidak perlu secara omprehensive
2. Identifikasi dan eliminasi potensi penyebab kekurangan gizi
3. Konseling nutrisi cukup pada pasien saja
4. Penapisan berkala untuk malnutrisi dengan alat tervalidasi
5. Evaluasi dan restriksi diet berkala

76. Seorang perempuan berumur 45 tahun datang ke UGD dengan penurunan kesadaran sejak 30
menit sebelum masuk rumah sakit. Dari keterangan keluarga, pasien mengeluhkan lemah, penglihatan
kabur, berkeringat banyak, gemetar, tidak ada trauma, diketahui terakhir makan nasi goreng 2 jam
yang lalu. Dari pemeriksaan gula darah didapatkan kadar 36 mg/dl. Setelah diberikan infuse dextrose
10% 150 cc sebanyak 2 kali pasien mulai buka mata. Setelah dilakukan monitor ketat selama 1 hari
didapatkan kadar gula darah selalu rendah. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar creatinin 1,0 mg/dl, kadar insulin 12 mU/ml dan C-peptida yang meningkat. Tatalaksana awal
yang dianjurkan pada pasien ini adalah:
a. pankreatektomi distal
b. dakarbazin
c. diazoksida
d. analog somatostatin
e. Streptozosin

Buku ajar 2348


77. Seorang laki-laki usia 29 tahun datang dengan penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu. Pasien
mengalami keluhan sakit kepala sejak 2 minggu yang lalu. Demam ada, hilang timbul, batuk sesekali.
Pasien memiliki sariawan di mulut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran apatis, tekanan
darah 130/70, denyut nadi 96 kali/menit, respirasi 18 kali/menit. Terdapat kaku kuduk, oral thrush
positif, ditemukan ronkhi di paru kiri bawah. Di lengan ditemukan needle track.Dari pernyataan
berikut, manakah yang benar mengenai HIV?
a. Salah satu efek samping tersering zidovudine adalah anemia mikrositik hipokrom (supresi
sutul: anemia makrositer, neutropenia berat)
b. ARV diberikan bila jumlah CD4 sudah < 350 sel/mikroliter (sesegera mungkin setelah
diagnosis)
c. Profilaksis PCP diberikan apabila jumlah CD4 < 200 sel/mikroliter
d. Nevirapine adalah obat yang tidak boleh diberikan apabila pasien mengalami depresi
(kontraindikasi pada: liver failure, sirosis)
e. ARV boleh diberikan bersamaan dengan dimulainya obat anti tuberculosis (ARV dlm 8 mgg
pengobatan TB)

78. Seorang ituit berusia 40 tahun datang dengan keluhan berat badan semakin meningkat sejak 6
bulan yang lalu, pasien juga mengeluh adanya bercak kemerahan di kulit paha, pasien belum pernah
berobat sebelum ini. Pada pemeriksaan didapatkan TD 150/90, Nadi 90x per menit, kadar kortisol
serum setelah pemberian low dose DST 46,87 ug/dl dan kadar ACTH 11 pg/dL. Pemeriksaan
penunjang lanjutan yang dilakukan pada pasien ini adalah:
a. Prolaktin
b. MRI pituitary
c. Uji supresi deksametason 2 mg tiap jam selama 48 jam
d. Tes CRH
e. CT scan abdomen

Kadar kortisol normal: 6-23 mcg/dl


pada pasien: hiperkortisol
kadar ACTH: 11 ACTH dependent
Buku ajar 2481
79. Seorang laki-laki berusia 53 tahun datang ke Poli Penyakit Dalam dengan keluhan dadanya terasa
nyeri seperti ditusuk sejak 7 hari lalu yang bertambah saat menarik nafas atau batuk, disertai sesak
nafas dan batuk. Setelah dilakukan foto toraks PA, didapatkan gambaran sudut kostofrenikus kanan
tumpul. Komplikasi yang mungkin dapat terjadi jika torakosentesis dilakukan pada pasien ini yaitu:
a. Empiema
b. Pleurodesis
c. Kilotoraks
d. Pleura shock
e. Efusi rekuren

80. Laki-laki 68 tahun datang ke klinik penyakit dalam, pasien mengeluhkan mulut kering dan juga
merasakan berdebar-debar sejak 3 hari. Pasien 2 minggu yang lalu berobat dan dikatakan depresi,
pasien mendapat obat antidepresan. Manakah obat antidepresan yang mungkin memberikan efek
samping di atas:
a. Venlafaxine
b. Amitriptilin
c. Fluoxetine
d. Moclobemide
e. Sertraline

TCA

Menghambat pengambilan amin biogenic seperti serotonin dan dopamine dalam otak.

Efek samping: efek kolinergik seperti mulut kering, konstipasi, takikardi


Kontraindikasi: miokard infark, aritmia, penggunaan bersama MAOI

Contoh: amitriptilin, doxepin, clomipramine

81. Seorang laki-laki usia 48 tahun mengeluh demam sejak 5 hari lalu disertai sakit kepala. Pasien
juga mengeluh nyeri di otot bagian betis disertai dengan rasa lemas hingga pasien tidak dapat
beraktivitas. Pasien bekerja sebagai petani. Tidak ada riwayat kebanjiran. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi 99x/menit, isi cukup, Nafas
22x/menit, Suhu 37,5 C. Konjungtiva tidak pucat, sklera tampak ikterik. Pemeriksaan jantung dan
paru dalam batas normal. Pada abdomen didapatkan nyeri tekan epigastrium. Terdapat nyeri tekan
cterusemius. Dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 13 g/dL, Hematokrit 39%,
Leukosit 13000/uL, Trombosit 90.000/uL, SGOT 60, SGPT 220, Bilirubin total 6 dan hasil tes IgM
leptospira positif. Jika dimasukan dalam kriteria diagnosis, pasien diatas dapat termasuk ke dalam
kriteria kasus:
a. Kasus probable karena terdapat demam akut dengan gejala sakit kepala, nyeri otot dan
malaise dengan faktor risiko pekerjaan sebagai petani disertai hasil rapid diagnostic test yang
positif
b. Kasus suspect karena terdapat demam akut dengan gejala sakit kepala, nyeri otot dan malaise
dengan faktor risiko pekerjaan sebagai petani
c. Kasus probable karena terdapat demam akut dengan gejala sakit kepala, nyeri otot dan
malaise dengan faktor risiko pekerjaan sebagai petani disertai adanya icterus, leukositosis,
trombositpenia serta hasil rapid diagnostic test yang positif
d. Belum termasuk ke dalam kriteria kasus leptospira
e. Kasus conform karena terdapat demam akut dengan gejala sakit kepala, nyeri otot dan
malaise dengan faktor risiko pekerjaan sebagai petani disertai adanya cterus, leukositosis,
trombositpenia serta hasil rapid diagnostic test yang positif
82. Seorang laki-laki usia 39 tahun, datang dengan keluhan nyeri seluruh sendi hingga tidak dapat
berjalan disertai keluhan demam tinggi dan nyeri kepala 1 hari yang lalu. Di daerah pasien sedang
terjadi endemis dengan penyakit dengan keluhan yang sama.Terapi pilihan utama pada kondisi akut
viral artritis adalah
a. Steroid
b. Aspilet
c. NSAID
d. MTX
e. Sulfasalazin

83. Seorang laki-laki 78 tahun daatang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan sulit buang air
besar, harus mengejan dan terasa tidak lampias. Dari rectal toucher teraba prostat membesar, teraba
halus, konsistensi lunak dan elastis. Dilakukan penilaian IPSS didapatkan hasil 10. Pasien memilih
untuk tatalaksana non nvasive. Terapi lini pertama pada pasien ini yang paling tepat adalah
a. Finasterid 1 x 5 mg dan Tamsulosin 1x 0,2 mg
b. Clonidin 3 x 0,15 mg dan Finasterid 1 x 5 mg
c. Tamsulosin 1 x 0,2
d. Clonidin 3 x 0,15 mg
e. Finasterid 1 x 5 mg

Berdasarkan skoring IPSS, gejala LUTS dapat dibagi menjadi 3 derajat, yaitu:
Derajat 1 (ringan): skor 0-7.
Derajat 2 (sedang): skor 8-19.
Derajat 3: skor 20-25
Buku ajar 2143
Terapi medikamentosa:
alfa bloker (tamsulozin 1x0.4 mg, terazosin 1x1-5 mg)
5-alfa reduktase inhibitor (dutasetride 1x0,5 mg. finasteride 1x5 mg)

84. Pasien laki-laki 25 th, menikah, belum memiliki anak, datang ke poliklinik IPD, dengan keluhan
kesulitan ereksi. Pasien juga tidak percaya diri terhadap perawakan pendeknya. Pasien merasa
mengalami pengurangan pertumbuhan tinggi badan sejak usia 15 th saat harus menjalani operasi
kepala karena trauma akibat kecelakaan. Orang tua pasien maupun keluarga pasien lainnya tidak ada
yang memiliki tinggi badan < 165 cm (kesan tidak ada yang berperawakan pendek). Mimpi basah
pertama kali dialami pasien sejak usia 13/14 th. Pasien sering merasa lelah dan sering merasa dingin.
Pasien pernah periksa kolesterol dan didapatkan kolesterol total 236 mg/dl. Tanda Vital : 110/60
mmHg, Hr 68x/mnt, rr 19 x/mnt, T 36.7 C. Pemeriksaan apakah yang disarankan kepada pasien
terkait gangguan pertumbuhan yang dialami?
a. IGF-1
b. Overnight GH 3 metode stimulasi
c. TGF
d. ACTH
e. Overnight GH 2 metode stimulasi
defisiensi growth hormone?
Buku ajar 2445

85. Berikut yang merupakan indikasi rawat inap pada malaria, kecuali:
a. Pada daerah endemis tinggi parasite > 2% eritrosit
b. Hemoglobinuria dengan klinis stabil
c. Lactat > 5 mmol/L
d. Tidak dapat konsumsi obat oral
e. Gula darah 38%

86. Seorang wanita 65 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan membawa hasil laboratorium
Leukosit 9800 mg/dl, Hb 8,7 g/dl, trombosit 167.000 /mm3, ureum 110 mg/dl, creatinin 2.6 U/L, LDL
133 mg/dl, HDL 45 mg/dl, TG 170 mg/dl. Pasien dengan riwayat DMT2 rutin menggunakan insulin,
dan riwayat serangan jantung 2 bulan lalu. Berapakah kadar LDL yang menjadi target terapi pada
pasien ini?
a. Tidak usah diturunkan lagi
b. < 70
c. ) < 130
d. < 55
e. < 100

87. Berikut ini merupakan penatalaksanaan perdarahan pada sirosis hati, kecuali :
a. Beta blocker
b. Transfusi darah
c. Antifibrinolisis dengan epsilon amino caproic acid
d. Skleroterapi
e. Pemberian heparin

88. Seorang lelaki berusia 48 tahun, pengidap sirosis hati, datang ke unit gawat darat dengan keluhan
perut membesar dan terasa nyeri sejak 1 hari yang lalu. Keluhan yang sama pernah dialami sebanyak
3 kali, walaupun pasien sudah makan yang diberikan dokter secara teratur. Pemeriksaan fisik
didapatkan : TD 120/80 mmHg; HR 82x/m; sklera ikterik, undulasi dan edema tungkai. Hb 10 gr/dl;
leukosit 5200/mm3; trombosit 92.000/mm3; SGPT 112 U/L; SGOT 98 U/L; bilirubin total 4
mg/dl;bilirubin indirek 3 mg/dl; ureum 70 mg/dl; kreatinin 1,9 mg/dl; albumin serum 2 g/dl; INR 2,5.
Tata laksana yang paling tepat pada kasus di atas adalah :
a. Tirah baring, diet rendah garam, stop ambali (?), albumin 2 gram iv tiap 8 jam dilanjutkan
dengan 1,5 gram iv tiap 6 jam dan 1 gram iv pada hari ketiga injeksi cefotaksim 2 gram i.v
tiap 8 jam, pertimbangkan untuk transplantasi hati
b. Tidak perlu diet rendah garam dan parasintesis karena pasien dikelompokkan dalam child
pugh C
c. Tirah baring, diet rendah garam, spironolakton 400 mg ditambah ambalide injeksi 40 mg/hari
dan cefotaksim injeksi 2 gram i.v tiap 8 jam
d. Persiapkan pasien untuk transplantasi hati karena sudah terjadi Sindroma Hepatorenal tipe 1
e. Tirah baring, diet rendah garam, parasintesis hingga 4-6 liter ambal diberikan albumin 8-10
gram tiap liter cairan asites yang dikeluarkan, injeksi cefotaksim 2 gram i.v tiap 8 jam selama
5 hari.

Buku ajar 1982

89. Pasien laki laki 66 th, perawatan h.10 di ICU dengan permasalahan gagal napas, syok sepsis,
pneumonia. Pasien saat ini dengan hematemesis melena. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 6
tekanan darah 98/61 (dalam vassopresor dan dobutamin), laju napas 27x per menit on ventilator. Nadi
105x per menit, suhu 39.9. Pada pemeriksaan darah didapatkan leukosit 9210 neutrofil 94%. Pasien
sudah mendapatkan antibiotik meropenem dan levofloxacin, dalam evaluasi didapatkan Rontgen
thorak infiltrat noduler kesan bertambah. Faktor-faktor yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
pemberian anti jamur pada pasien tersebut, kecuali :
a. Terdapat tanda klinis sepsis berat
b. Usia tua
c. Riwayat operasi
d. Adanya kolonisasi candida >1 tempat
e. Pemberian total parenteral nutrition

90. Pasien anemia ditransfusi PRC durante transfuse gatal bentol, TTV stabil, tatalaksana selanjutnya:
a. Pelankan transfuse, berikan antihistamin
b. Lanjutkan tranfusi
c. Stop transfuse, berikan antihistamin dan steroid
d. Pelankan transfuse, berikan antihistamin dan steroid
e. Pelankan transfuse berikan steroid
91. Seorang limep berusia 62 tahun datang ke poli penyakit dalam. Pasien diketahui menyandang DM
sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini pasien rutin minum obat metformin, glimepiride dan glimepiride
dengan dosis maksimal dari dokter. Anjuran pola hidup sehat dan olah raga telah dijalankan oleh
pasien sesuai anjuran dokter. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil HbA1C 12%, GDS 422
mg/dl, kreatinin 0,5 mg/dL, ureum 20 mg/dL. Terapi farmakologis yang paling tepat pada pasien
tersebut adalah?
a. Melanjutkan limepiri metformin dan menambahkan limepiri basal insulin dengan atau tanpa
limepiri insulin prandial
b. Melanjutkan ketiga OAD tersebut dan menambahkan basal insulin
c. Melanjutkan ketiga OAD tersebut dan menambahkan basal insulin serta insulin prandial
d. Menghentikan limepiri metformin tersebut dan menambah dengan basal insulin serta insulin
prandial
e. Melanjutkan limepiri limepiride tersebut dan menambah dengan insulin prandial
92. Seorang laki-laki usia 39 tahun, datang dengan keluhan nyeri seluruh sendi hingga tidak dapat
berjalan disertai keluhan demam tinggi dan nyeri kepala 1 hari yang lalu. Di daerah pasien sedang
terjadi endemis dengan penyakit dengan keluhan yang sama. Terapi pilihan utama pada kondisi akut
viral artritis adalah
a. Steroid
b. Aspilet
c. NSAID
d. MTX
e. Sulfasalazin

93. Seorang epato 44 tahun datang ke praktekan anda dengan keluhan mudah capek, lemas dan
terkadang sesak nafas. Pasien juga sering mengeluh mudah mengantuk. BAK pasien juga mengeluh
lebih gelap. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Konjungtiva pasien
tampak pucat disertai warna kekuningan pada sclera, hepatomegaly (+) dan epatomegaly (-). Dari
pemeriksan laboratorium darah didapatkan Hb 9 g/dl, MCV dan MCH normal, retikulosit meningkat
dan bilirubin indirek meningkat. Pasien dilakukan pemeriksan DAT dengan hasil (+). Akhirnya pasien
dinyatakan terkena Anemia Hemolitik Autoimun. Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan DAT
pada pasien ini :
a. Direct Antiglobulin Test (Direct Coomb’s Test) yaitu sel eritrosit pasien dicuci dari protein-
protein yang melekat dan direaksikan dengan antiserum atau antibody monoclonal terhadap
berbagai immunoglobulin dan fraksi komplemen, terutama IgG dan C3d, bila pada
permukaan sel terdapat salah satu atau kedua IgG dan C3d maka tidak akan terjadi aglutinasi
b. Indirect Antiglobulin Test (Indirect Coomb’s Test) yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi
autoantibody yang terdapat pada serum, dimana serum pasien direaksikan dengan sel-sel
reagen, immunoglobulin yang beredar pada serum akan melekat pada sel-sel reagen dan dapat
dideteksi dengan antiglobulin sera dengan terjadi atau tidak terjadinya aglutinasi
c. Direct Antiglobulin Test (Direct Coomb’s Test) yaitu sel eritrosit pasien dicuci dari protein-
protein yang melekat dan direaksikan dengan antiserum atau antibody monoclonal terhadap
berbagai immunoglobulin dan fraksi komplemen, terutama IgG dan C3d, bila pada
permukaan sel terdapat salah satu atau kedua IgG dan C3d maka akan terjadi aglutinasi
d. Indirect Antiglobulin Test (Indirect Coomb’s Test) yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi
autoantibody yang terdapat pada serum, dimana serum pasien direaksikan dengan sel-sel
reagen, immunoglobulin yang beredar pada serum akan melekat pada sel-sel reagen dan dapat
dideteksi dengan antiglobulin sera dengan tidak terjadinya aglutinasi
e. Indirect Antiglobulin Test (Indirect Coomb’s Test) yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi
autoantibody yang terdapat pada serum, dimana serum pasien direaksikan dengan sel-sel
reagen, immunoglobulin yang beredar pada serum akan melekat pada sel-sel reagen dan dapat
dideteksi dengan antiglobulin sera dengan terjadinya aglutinasi

94. Seorang laki-laki berusia 75 tahun dengan demensia, dibawa oleh istrinya untuk berobat karena
permasalahan berkemih yang tidak terkendali dan tidak dikehendaki serta menjadi lebih sering, tidak
disertai nyeri saat berkemih, perasaan haus ataupun poliuria. Terdapat riwayat hipertensi, osteoartritis,
demensia vaskular dan hiperlipidemi. Terdapat riwayat TURP 8 tahun yang lalu tanpa komplikasi.
Obat-obatan yang dikonsumsi aspirin, hydrochlorothiazide 1x12,5 mg, simvastatin 1x20 mg dan
donepezil 1x10 mg. Pemeriksaan fisik secara umum termasuk pemeriksaan prostat dalam batas
normal. Volume residu urin sekitar 40 cc. Penyebab inkontinensia urin yang paling mungkin pada
pasien ini:
a. Overactive bladder (bagian dari tipe urgency) karena donepezil
b. Fungsional
c. Disfungsi sfingter buli
d. Obstruksi saluran kencing
e. Peningkatan tekanan intra abdomen
Buku ajar 4776

95. Seorang laki‐laki 59 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan sesak nafas. Sesak
nafas dirasakan dalam 1 bulan, pada mulanya sesak muncul setelah berjalan 50 meter dan akhir ‐akhir
ini keluhan sesak sudah timbul pada saat duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan vena
jugularis 5+3 H2O, batas jantung kiri 3 jari lateral garis midklaviola kiri. Didapatkan bising
pansistolik derajat 3/6 dengan punctum maximum di apek jantung dan penjalalaran kearah interal
serta adanya rhonki basah halus dikedua basal paru. Tanda berikut merupakan gejala gagal jantung
kanan (sindroma reterasi jantung kanan) pada pasien di atas :
a. Cepat Lelah
b. Paroksismal nocturnal dispneu
c. Edema paru
d. Orthopnoe
e. Kenaikan tekanan vena jugularis

96. Pasien perempuan 31 tahun datang dengan keluhan epistaksis yang tidak dapat berhenti sejak 12
jam SMRS. Pasien diketahui mengalami demam naik dan turun sejak 4 hari SMRS disertai nyeri
kepala terutama di sekitar mata. Pasien berobat sendiri minum obat warung, dikatakan demam dan
nyeri kepala berkurang namun beberapa saat kemudian timbul kembali. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan Tekanan darah 100/60, frekuensi nadi 115x/menit, laju pernafasan 30x/menit, suhu 39,5 C.
Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,2 g/dL, Ht 37, leukosit 4700, trombosit 79.000, fibrinogen
126, PT 23 (11), aPTT 65 (33), dDimer 4100. Pada pasien dengan DSS bila pada fase awal pemberian
cairan kristaloid ternyata rejatan belum teratasi, langkah selanjutnya adalah :
a. evaluasi CVP
b. pemberian transfusi fresh whole blood
c. evaluasi hematokrit
d. pemberian vasopressor
e. pemberian cairan koloid
97. Pada bulan Desember, Tn.SN berusia 60 tahun, datang ke IGD masuk dengan keluhan sesak napas
memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien riwayat pemasangan stent jantung 1
tahun SMRS. Pasien juga mengeluhkan lemas, mual, nafsu makan menurun. Tidak ada demam.
Pasien kelelahan setelah membersihkan rumahnya yang terkena banjir. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 90x/min. Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik. Pemeriksaan
paru didapati ronki. Nyeri tekan epigastrium dan nyeri tekan di gastrocnemius positif. Apakah yang
menjadi etiologic dari kondisi Tn.SN di atas?
a. Klebsiella pneumonia
b. Virus Hepatitis A
c. Virus Hepatitis B
d. Koledokolitiasis
e. Spiroceta dari genus Leptospira

98. Seorang laki-laki datang ke rumah sakit dengan keluhan terlihat kuning sejak 2 hari, disertai
demam yang turun dengan obat parasetamol. Pasien juga mengeluh buang air kecil lebih sedikit dari
biasanya. Muncul kemerahan di kulit yang tidak gatal, sakit kepala, mual, muntah. Empat hari
sebelum berobat pasien baru bepergian ke luar kota sebagai supir bis trans Sumatera. Pasien tinggal
di Jakarta dan merupakan daerah banjir dan 2 minggu sebelumnya kebanjiran. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva hiperemis, sklera ikterik, nyeri tekan epigastrium, hepar teraba 2 jari bawah
arkus costa, tepi tumpul, nyeri pada perabaan, terdaapat petekie pada ekstremitas atas dan bawah.
Pemeriksaan laboratorium yang paling tepat dan kegunaannya adalah:
a. Kultur darah leptospira untuk menentukan spesies leptospira
b. Serologi malaria untuk mengetahui jumlah parasit malaria x
c. Mikroskopik urin leptospira untuk menentukan spesies leptospira x
d. Rapid diagnostic test malaria untuk mengetahui jumlah parasit pada malaria x
e. MAT leptospira untuk menentukan spesies leptospira x
99. Wanita usia 35 tahun yang bekerja sebagai pegawai swasta datang ke Klinik Ilmu Penyakit Dalam
dengan keluhan mudah lelah sejak 6 bulan terakhir. Penderita merasa tidur cukup, namun selalu
bangun dalam keadaan lelah sehingga sulit menyelesaikan pekerjaannya. Keluhan disertai demam
tidak terlalu tinggi yang hilang-timbul dan rasa tidak nyaman di tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu tubuh 37,9˚C. Pada 2 bulan lalu, penderita pernah memeriksakan diri dengan keluhan
yang sama, saat itu dokter juga mendapatkan demam. Sekitar 6 bulan lalu, penderita pernah
didiagnosis mengalami infeksi virus. Patofisiologi terkait penyakit ini adalah sebagai berikut, kecuali:
Sindroma Lelah Kronis
a. Dapat disertai depresi
b. Penurunan aktivitas sel natural-killer
c. Penurununan corticotropin-releasing hormone
d. Penurunan aktivitas sel dendritic
e. Infeksi virus Epstein-Barr

100. Berikut adalah faktor risiko daripada terjadinya artritis septik, kecuali :
a. Hipertensi
b. Sosio-ekonomi rendah
c. Diabetes Mellitus
d. HIV / AIDS
e. Infeksi kulit pada sendi yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai