Anda di halaman 1dari 109

Covid -19

Pendahuluan
• Coronavirus merupakan virus RNA, ordo nidovirales. sensitif terhadap
panas, dapat diinaktifkan oleh desinfektan.
• Terdapat empat genus yaitu alpha, beta, delta dan gamma
coronavirus
• Terdapat 7 tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia yaitu
dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan lima betacoronavirus,
yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated
coronavirus (MERS-CoV tahun 2012), severe acute respiratory
syndrome-associated coronavirus (SARSCoV tahun 2002) dan SARS-
CoV2 tahun 2019.
Transmisi
• Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia. Kelelawar, tikus bambu, unta
dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus.
• Evolusi group dari SARS-CoV-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga
host alami dari SARS-CoV-2 mungkin juga kelelawar. Ada kemungkinan
banyak host perantara dari kelelawar ke manusia yang belum dapat
diidentifikasi.
• Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute
feses dan oral.
Struktur Corona Virus

• Protein S berlokasi di
permukaan virus. Protein S
atau spike protein merupakan
salah satu protein antigen
utama virus berperan dalam
penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host.
•Pada tahun2019, munculnya virus baru Bernama SARS-CoV-2 yang menyebabkan Coronavirus Disease
2019 (COVID-19) di Wuhan, China
•Di Indonesia, kasus pertama dilaporkan 2 Maret 2020
Patogenesis
• Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh
Protein S yang ada dipermukaan virus. protein S berikatan dengan
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin converting
enzyme- 2) Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi
gen dari RNA virus  Selanjutnya transkripsi dan replikasi virus RNA
 pelepasan virus
• Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari
Impairment in Covid-19
• Kerusakan alveolar: peningkatan sel inflamasi, penurunan surfaktan,
peningkatan permeabilitas kapiler
• Microvascular & macrovascular injury: peningkatan sel inflamasi,
aktivasi trombosit sehingga terjadi thrombosis, ACE overactivation
sehingga terjadi fibrosis
Perjalanan penyakit Covid-19
Gejala Covid-19
Kasus Covid-19
• Kasus suspek:
a. Orang dengan salah satu kriteria klinis berikut:
- Demam akut dan batuk atau
- Minimal 3 gejala: batuk, lemas, sakit kepala, sakit tenggorokan, sesak, diare,
penurunan kesadaran, mual/muntah/anoreksia, nyeri otot, pilek/hidung tersumbat
atau
- Pasien dengan ispa berat dengan Riwayat demam/ demam >38 dan batuk dalam 10
hari terakhir serta membutuhkan perawatan rumah sakit atau
- Anosmia akut tanpa penyebab lain atau
- Ageusia akut tanpa penyebab lain
b. Kontak dengan kasus probable /konfirmasi covid-19
c. Pasien dengan antigen positif dan tidak memili gejala
Kasus probable: kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis
covid-19 namun
- tidak dilakukan pemeriksaan pemeriksaan PCR atau antigen atau
- Hasil NAAT atau antigen negative

Kasus konfirmasi:
- Seseorang dengan hasil laboratorium NAAT positif
- Seseorang dengan antigen positif sesuai penggunaan RDT-Ag pada
kriteria wilayah C
• Kontak Erat: Kontak dengan kasus probable atau terkonfirmasi covid-
19, dihitung sejak 2 hari sebelum gejala sampai 14 hari setelah gejala
timbul dan memenuhi kriteria:
- Kontak berdekatan < 1 meter selama >15 menit
- Memberi perawatan langsung pada kasus terkonfirmasi tanpa APD
standar
- Sentuhan fisik langsung dengan kasus terkonfirmasi (Ex: bersalaman)
Derajat COVID-19 Dewasa
Tanpa Gejala/Asimtomatik

Ringan
• Memiliki gejala tanpa ada bukti pneumonia atau hipoksia

Sedang
• Tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat), tanpa tanda pneumonia berat. SpO2 ≥93% di udara ruang

Berat
• Tanda klinis pneumonia ditambah salah satu tanda pneumonia berat:
• Frekuensi napas >30x/menit;
• Distress napas berat;
• SpO2 <93% di udara ruang

Kritis
• Sudah terjadi ARDS, sepsis, atau syok sepsis
Burhan E, Susanto AD, Isbaniah F, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, et al. Pedoman tatalaksana COVID-19. 3rd ed. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
PCR menggunakan teknik NAAT (nucleic acid
amplification test)

● Saluran napas atas dengan swab


nasofaring dan orofaring
● Saluran napas bawah (sputum, BAL,
aspirat endotrakeal)
Imaging pada covid-19
• Disarankan pada px bergejala, tapi PCR delayed
• Disarankan pada PCR negative tapi klinis curiga covid
• Gambaran imaging: konsolidasi, bilateral GGO, PERIFER, lower zone
• CT scan pasien covid 4 stages
- Stage awal: 0-4 hari (normal)
- Stage progressive: 5-8 hari (GGO)
- Peak stage : 9-13 hari (konsolidasi)
- Absorption stage: > 14 hari (fibrous/ subpleural band)
Pemeriksaan Lab pada pasien covid rawat
inap
• DL
• AGD
• Fungsi hepar
• Fungsi ginjal
• Gula darah sewaktu
• Elektrolit
• Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
• meningkat
• Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
Diferensial Diagnosis
• Pneumonia bacterial
• Edema Paru Kardiogenik
• Mikosis Paru
• SARS/MERS
Tatalaksana Covid-19

Peranan Vit C: antioksidan,


meningkatkan fagositosis,
limfosit T dan B

Peranan Vit D:
immunomodulator yaitu
imunosupresan (hambat
sitokin pro-inflamasi) dan
imunostimulan (meningkatkan
sitokin anti-inflamasi
Tanpa gejala
• Isolasi 10 hari
• Farmakologi:
- Vitamin C Tablet non acidic 500 mg/6-8 jam (14 hari) atau Tablet isap 500
mg/12 jam (30 hari) atau multivitamin mengandung vit C 1-2 tablet per hari
selama 30 hari,
-Vit D 1000-5000 IU/hari selama 14 hari,
- terapi komorbid jika ada
• KIE: gunakan masker, cuci tangan, berjemur 10-15 menit, jaga jarak, etika batuk,
ukur suhu 2x sehari
Derajat Ringan
• Isolasi 10 hari sejak gejala + 3 hari bebas gejala
• Farmakologi: multivitamin mengandung vit C 1-2 tablet per hari
selama 30 hari, Vit D 1000-5000 IU/hari selama 14 hari,pengobatan
simptomatik (PCT untuk demam),
• terapi komorbid jika ada
• Antivirus:
- Favipiravir 2x1600 mg (H1) lanjut 2x600 mg (H2-H5)
• KIE: gunakan masker, cuci tangan, berjemur 10-15 menit, jaga jarak,
etika batuk, ukur suhu 2x sehari
Derajat Sedang
• Isolasi di RS
• Farmakologi: vit C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc Nacl habis dalam 1
jam drip IV, Vit D 1000-5000 IU/hari selama 14 hari,pengobatan
simptomatik (PCT untuk demam), terapi komorbid jika ada
• Antivirus:
- Favipiravir 2x1600 mg (H1) lanjut 2x600 mg (H2-H5) atau
- Remdesivir 200 mg IV (H1) lanjut 100 mg (H2-H5)
• KIE: gunakan masker, cuci tangan, berjemur 10-15 menit, jaga jarak,
etika batuk, ukur suhu 2x sehari
Terapi non-farmakologis
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Oksigen jika diperlukan
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah lengkap, dan ditambah
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, dan foto toraks jika memungkinkan
Derajat Berat atau Kritis
• Isolasi di ruang ICU
• Kriteria perawatan ICU:
- syok
- Gagal nafas
- Sepsis
- Disfungsi organ
- Resiko perburukan ARDS: umur > 65 tahun, limfositopenia, neutrofilia,
demam > 39C, peningkatan disfungsi hepar dab gagal ginjal, peningkatan
CRP dan procalcitonin, peningkatan faal koagulasi (D-dimer, fibrinogen, PT),
Tata Laksana COVID-19
DERAJAT BERAT ATAU KRITIS

NON-FARMAKOLOGIS
• Istirahat total
• Asupan kalori dan cairan cukup, kontrol elektrolit
• Pemantauan berkala hasil laboratorium darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, dan ditambah CRP,
fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH, dan D-dimer jika memungkinkan
• Pemeriksaan foto toraks serial jika perburukan
• Monitor: frekuensi napas (≥30x/menit); SpO2 (≤93 %); PaO2/FiO2 ≤300 mmHg; peningkatan >50% keterlibatan
di area paru dari radiografi toraks dalam 24-48 jam; limfopenia progresif; peningkatan CRP progresif; asidosis
laktat progresif
• Oksigen jika SpO2 <93% dengan udara bebas. Jenis alat dan flow disesuaikan hingga mencapai target SpO 2 92-
96% (pada ibu hamil >94 %)
• Untuk mencegah perburukan penyakit ke gagal napas: terapi oksigen dengan HFNC atau NIV jika tidak ada
perbaikan klinis dalam 1 jam atau ada perburukan klinis, pembatasan resusitasi cairan, atau awake prone
position
• Jika gagal napas dengan ARDS, dipertimbangkan penggunaan ventilator mekanik
• Pasien COVID-19 derajat kritis dapat menerima terapi ECMO jika sudah menerima terapi ventilator dan
prone position yang maksimal, dengan indikasi:
1. PaO2/FiO2 <80 mmHg selama >6 jam
2. PaO2/FiO2 <50 mmHg selama >3 jam
3. pH <7,25 + PaCO2 >60 mmHg selama >6 jam
35
Tata Laksana COVID-19
DERAJAT BERAT ATAU KRITIS

FARMAKOLOGIS

• Vitamin C: 200-400 mg/8 jam dalam NaCl 0,9% 100 cc, habis dalam 1 jam secara drip intravena
• Vitamin B1: 1 ampul/24 jam IV
• Vitamin D: 1000-5000 IU/hari
• Antibiotik jika ada bukti ko-infeksi
• Antivirus: remdesivir IV drip (1x200 mg hari 1, dilanjutkan 1x100 mg hari 2-5 atau hari 2-10), atau
alternatifnya favipiravir, molnupiravir, atau nirmatrelvir/ritonavir (dosis seperti sebelumnya)
• Deksametason: 1x 6 mg selama 10 hari (atau ekivalen)
• Anti IL-6: tocilizumab 1x 8 mg/kgBB dosis tunggal (max 800 mg). Satu dosis tambahan dapat diberikan
jika belum ada perbaikan atau mengalami perburukan, dengan jarak antar dosis minimal 12 jam
• Antikoagulan LMWH/UFH/OAC sesuai evaluasi DPJP
• Jika pasien mengalami syok, berikan tata laksana sesuai pedoman yang ada: resusitasi cairan,
vasopressor, atau inotropik, dan dimonitor secara intensif
• Pengobatan komorbid dan komplikasi
• Terapi suportif lain sesuai indikasi

36
Dosis Antivirus

• Favipiravir • Molnupiravir • Nirmatrelvir/ Ritonavir • Remdesivir

• Sediaan: tablet 200 mg • Sediaan: kapsul 200 mg • Sediaan: tablet kombinasi 150 • Sediaan: vial 100 mg
mg nirmatrelvir dan 100 mg
• Durasi: 5 hari • Durasi: 5 hari ritonavir • Durasi: 5 atau 10 hari
• Dosis: • Dosis: 2x 800 mg • Durasi: 5 hari • Dosis:
2x 1600 mg (hari 1) 1x 200 mg (hari 1)
2x 600 mg (hari 2-5) • Dosis: 1x 100 mg (hari 2-5 atau
2x 300 mg (2 tab) nirmatrelvir hari 2-10)
• Inhibitor RNA 2x 100 mg (1 tab) ritonavir
polimerase • Hambat sintesis RNA virus
37
WHO Living Guideline: Therapeutics and COVID-19

Rekomendasi
• Penggunaan penghambat reseptor IL-6
(tocilizumab dan sarilumab)
direkomendasikan pada pasien
COVID-19 derajat berat dan kritis.
• Penggunaan kombinasi kortikosteroid
dan penghambat reseptor IL-6
direkomendasikan pada pasien
COVID-19 derajat berat.

1. Therapeutics and COVID-19: living guideline (who.int)


2. COVID-19 Clinical management: living guidance (who.int)
3. WHO Living guideline: Drugs to prevent COVID-19
• Pengobatan komorbid
• Tatalaksana syok  resusitasi cairan 250-500 cc (15-30 menit). Lai
perbaikan MAP> 65 mmHg, produksi urin > 0,5 ml/kgjam, CRT, HR, kadar
laktat
• Vasopresor (norepinefrin) bisa bersamaan atau setelah resusitasi cairan
untuk capai MAP > 65 mmHg
• Dobutamin bisa ditambhan bila ada hipotensi persisten, disfungsi jantung
• Antikoagulan: LMWH atau fondaparinuks direkomendasikan karena risiko
perdarahan lebih rendah dari UFH. DOAC (rivaroksaban)
direkomendasikan diatas 10 hari
Pemberian anti-koagulan
• Covid -19 ringan dengan komorbid  sesuai dengan pertimbangan risiko
thrombosis
• Covid-19 sedang berat profilaksis antikoagulan jika tidak ada kontraindikasi
perdarahan dan trombositopenia berat (PLT < 25.000)
• Enoxaparin (LMWH): dosis 1x0,4cc (40 mg) subkutan pada covid sedang atau
berat. Dosis 2x0,4cc pada pasien kritis
• Rivaroksaban (Xarelto): sediaan 20 mg. obat antikoagulan oral.
Dipertimbangkan pada covid yg alami tromboemboli vena.
• Fondaparinux: 2,5 mg/0,5 ml dan 7,5 mg/0,6 ml SC. diberikan sebagai
profilaksis atau pengobatan DVT atau emboli paru. Kontraindikasi gagal ginjal.
Dosis profilaksis 1x2,5 mg, pengobatan 1x7,5 mg
• Penegakan koagulopati dengan pemeriksaan PT, D-dimer dan
trombosit
• Kontraindikasi pemberian anti-koagulan dengan skor IMPROVE

Skor total: 30,5;


interpretasi: < 7 risiko terjadinya
perdarahan rendah,
≥7 peningkatan risiko terjadinya
perdarahan,
• Monitor tanda-tanda • Pencegahan perburukan
- RR > 30x/m, takipnea - HFNC atau NIV
- PaO2/FiO2 < 300 mmHg - Posisi tengkurap (prone
- SpO2 < 93% position)  2 jam, 2x sehari
- Peningkatan CRP progresif - Pembatasan cairan pada
edema paru
- Linfopenia progresif
- Asidosis laktat progresif
Terapi oksigen
• Bila spo2 < 93%: mulai dgn NRM 15 lpm, lalu titrasi sesuai target spo2
92-96%
• Jika tidak terjadi perbaikan dalam 1 jam atau perburukan klinis
ganti NRM dengan HFNC
• Inisiasi HFNC flow 30 lpm, FiO2 40% target spo2 92-96%. Titrasi
flow 5-10 lpm, peningkatan FiO2 jika
- RR > 35x/m
- Work of breathing masih meningkatn (sesak, otot bantu nafas)
Evaluasi HFNC
• Setiap 1-2 jam dengan indeks ROX.
• Index ROX (spO2/FiO2) : RR
• Bila setelah 1-2 jam pertaa target oksigen tidak tercapai atau perburukan
klinis  pertimbangkan ventilasi invasif
• Indeks ROX > 4,88 pada jam 2,6,12  menandakan ventilasi aman tidak
perlu ventilasi mekanik
• Bila indeks ROX < 3,85  resiko intubasi
• De-eskalasi HFNC  turunkan FiO2 5-10% tiap 1-2 jam hingga FiO2 30%
selanjutnya turunkan flow bertahap 5-10 lpm dalam 1-2 jam hingga flow 25
lpm. Pertimbangkan ganti O2 konvensional bila FiO2 < 40% dan flow 25 lpm
Non-invasive Ventilation
• Trial NIV 1-2 jam. Inisiasi dengan mode BiPAP atau NIV +PSV, tekanan
inspirasi 12-14 cmH2O, PEEP 6-12 cmH2O, FiO2 40-60%
• Bila untuk capai volume tidal perlu tekanan inspirasi > 20  ganti
ventilator mekanik
• Evaluasi 1-2 jam dengan target:
- Subjektif: klinis sejak membaik, tidak gelisah
- Objektif: RR<30x/m, hemodinamik stabil, work of breathing menurun,
volume tidal 6-8 ml/kgBB ,spo2 92-96%, Ph > 7,25 PaCO2 30-55
mmHg, PaO2 >60 mmHg, pao2/FIO2 > 200
- Bila 1-2 jam tidak tercapai target  ventilator mekanik
Terapi tambahan pada covid
• Antibiotik: hanya pada kasus covid-19 berat. Kultur sebelum pemberian antibiotic.
Pilihan antibiotic mengikuti terapi empiris CAP
• Antibodi monoclonal: diberikan pada covid ringan sedang, diberikan segera setelah
terdiagnosis, maksimal 7 hari sejak onset gejala
• Plasma convalescent: pemberian plasma px covid sembuh dgnmetode plasmaparesis.
Dosis awal 200 ml lalu 2x200 ml hingga 3x600 ml tergantung klinis. Kontraindikasi: hamil,
menyusui, alergi, DIC, syok sepsis, gagal jantung berat, thrombosis akut, defisiensi IgA.
• Intravenous Immunoglobulin (IVIG): pemberian Imun dari pasien sembuh dari covid ke
pasien covid. Diberikan terbatas kasus berat dan kritis. Dosis 0,3-0,5 gram/kgBB/hari
selama 3-5 hari
• NAC: mukolitik, antioksidan (precursor glutation), anti-inflamasi. Dosis IV 150
mg/kgBB/hari, oral 2x600 mg
Vitamin D3
• Kadar 25 (OH) D > 30 ng/ml menurunkan tingkat keparahan covid
• Defisiensi Vit D (< 20 ng/ml) meningkatkan mortalitas 2-3x
• Mekanisme kerja Vit D3  mempengaruhi system RAS jika VitD3
menurun maka glutathione menurun
• FDA tidak merekomendasikan glutathione injeksi. Glutathion
berperan sbg antioksidan kuat di paru yg dapat meningkatkan vit C
hingga 10x
• Kelompok yg rentan glutathione rendah: laki-laki, merokok, usia >65,
penyakit kronik, intake buah dan sayur yg rendah
Kriteria Selesai Isolasi, Sembuh,
dan Pemulangan
Selesai Isolasi Sembuh Pemulangan
Sudah memenuhi Memenuhi kriteria selesai isolasi
1. Asimtomatik: 10 hari
kriteria selesai isolasi dan kriteria klinis:
sejak swab konfirmasi
1. Hasil kajian klinis
2. Ringan-sedang: 10 hari menyeluruh menunjukkan
sejak onset gejala + perbaikan (radiologis,
minimal 3 hari bebas DITAMBAH pemeriksaan darah) yang
demam dan gejala ditetapkan oleh DPJP
respirasi 2. Tidak ada
Sudah tindakan/perawatan yang
3. Berat-kritis: hasil RT-
dikeluarkannya surat dibutuhkan
PCR 1x negatif +
pernyataan selesai
minimal 3 hari bebas
pemantauan Jika pasien sudah memenuhi
demam dan gejala
respirasi. pasien yg
berdasarkan penilaian kriteria selesai isolasi namun
sudah dipulangkan
dokter pemantau masih memerlukan perawatan
atau DPJP lanjutan  alih rawat non isolasi
tetap melakukan isolasi
mandiri minimal 7 hari 5
VAKSINASI
• Tujuan mencapai herd immunity (kekebalan kelompok), menurunkan
kesakitan dan kematian.
Penundaan Vaksin Covid
• Reaksi alergi berupa anafilaksis dan reaksi alergi berat akibat vaksin
COVID-19 dosis pertama
• Individu yang sedang mengalami infeksi atau komplikasi akut. Pada
infeksi TB, pengobatan OAT perlu diberikan dulu minimal 2 minggu
sebelum dilakukan vaksinasi
• Individu dengan penyakit imunodefisiensi primer
• Penyintas COVID-19 dapat divaksinasi jika sudah lebih dari 3 bulan
sejak dinyatakan negatif.
• Bila tekanan darah > 180/110 mmHg
Kenapa setelah vaksin covid bisa sakit?
• Sudah tertular covid sebelum pemberian vaksin
• Antibodi belum optimal karena memelukan waktu pembentukan
antibody
• Vaksin tidak melindungi 100% hanya mengurangi derajat keparahan
penyakit
Persisten Positif Covid-19
• Persisten positif: pada pasien yg sudah mengalami perbaikan kondisi pasca terdiagnosis
COVID-19 namun hasil pemeriksaan RT-PCR tidak konversi menjadi negative.
• RT PCR masih dapat positif hingga 12 minggu setelah gejala hilang akibat masih adanya sisa-sisa
virus itu sendiri yang terdeteksi oleh RT-PCR
• Pasien dengan positif persisten dengan viral load yang rendah tetap disarankan untuk isolasi mandiri dan
menjalankan protokol kesehatan hingga hasil RT-PCR konversi
Pengaturan Ventilator Mekanik
• Tekanan plateau (Pplat) < 30 cmH2O. Jika Pplat > 30 cmH2O turunkan
VT 1ml/kgbb secara bertahap (minimal VT 4 ml/kgbb). Bila Pplat <25
cmH2O dan VT <6 ml/kg naikkan VT 1 ml/kgbb secara bertahap
sampai Pplat > 25 cmH2O atau VT=6 ml/kgbb. Bila Pplat <30 cmH2O
tapi asinkroni, maka naikkan VT 1ml/kgbb sampai VT 7-8 ml/kg
selama Pplat tetap <30 cmH2O.
• Sesuaikan FiO2 dengan PEEP yang diberikan dengan menggunakan
table ARDSnet

Pada hipoksemia refrakter:


Prone position (posisi tengkurap) selama 12-16 jam per hari
Pertimbangkan terapi inhalasi sebagai terapi tambahan.
Perawatan Pasca Intubasi
• Syction tertutup  lakukan suction berkala, buang kondensat tabung
• Ubah heat moisture exchanger jika kotor, tidak berfungsi atau tiap 5-7
hari
• Sedasi harus minimal pada ARDS. Pelumpuh otot hanya bila asinkroni
terjadi persisten setelah pemberian sedasi dan analgetic. Pemberian
<48 jam
• Posisi kepala elevasi 30-45. tujuan mengurangi resiko VAP dan
melancarkan drainase darah ke otak.
Penyapihan Ventilator Mekanik (Weaning)
Syarat penyapihan:
- Kondisi patologi paru membaik
- Hemodinamik stabil tanpa topangan atau topangan minimal
- PEEP < 8 mmhg dan Fio2 < 40%, atau PEEP < 5 mmhg dan Fio2 < 50%
- Usaha nafas kuat

Teknik penypihan:
- Gunakan CPAP < 5 cmH2O dan PS < 5 cmH2O
- Awasi toleransi 30 menit-2 jam: spo2 > 90% atau pao2 > 60 mmHg, VT > 4 ml/kg, RR <
35, pH > 7,3. tidak ada tanda kesulitan nafas (seperti HR >120, Gerakan nafas
paradoksal, penggunaan otot bantu nafas, sesak)
Syok Septik
• Pada pasien dengan infeksi yang membutuhkan vasopressor untuk
mempertahankan MAP > 65 mmHg
• Terapi awal: resusitasi cairan, antibiotic dan vasopressor untuk atasi
hipotensi dalam 1 jam pertama
• Resusitasi dengan kristaloid 250-500 cc bolus cepat selama 15-30 menit
lalu nilai klinis.
• Respon klinis membaik (MAP > 65 mmHg, produksi urin > 0,5
ml/kgbb/jam, perbaikan HR, CRT, kesadaran, dan kadar laktat)
• Penilaian overload cairan: edema paru ditandai ronki paru dan
radiologis, peningkatan JVP, hepatomegali
• Vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi cairan. Target > 65
mmHg
• Norepinefrin adalah first line
• Dopamin pada potensi takiaritmia rendah atau bradikardi
• Dobutamin ditambahkan pada hipotensi persisten dan disfungsi
jantung
Komplikasi Covid
• ARDS
• Syok sepsis
• Gagal nafas
• Multi organ failure (AKI, cardiac injury)
• thromboemboli
TATALAKSANA KOMORBID dan
KOMPLIKASI PASIEN COVID-19
• Hipertensi: pemberian ACE inhibitor dan ARB tidak meningkatkan
risiko infeksi covid-19. Terapi anti-hipertensi mungkin perlu dihentikan
pada px infeksi akut dengan hipotensi atau cedera akut ginjal
sekunder akibat infeksi covid-19 berat.
• PPOK: tetap menggunakan obat inhaler atau oral pada PPOK secara
teratur
• TB: tetap diberikan pengobatan anti-TB
• CKD: rentan terkena covid-19. HD tetap secara teratur
Pencegahan Covid-19
• Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
• Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
• Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit. 32,33
• Saat anda sakit gunakan masker medis.
• Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
• Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
Covid-19 pada Anak dan Remaja
• Tanpa Gejala: Hasil uji SARS-CoV-2 positif tanpa ada tanda dan gejala klinis
• Ringan: Gejala infeksi saluran napas atas seperti demam, fatigue, mialgia, batuk, nyeri tenggorokan, pilek,
dan bersin.
• Sedang : Gejala dan tanda klinis pneumonia. Demam, batuk, takipnu*, dapat disertai ronki atau wheezing
pada auskultasi paru tanpa distres napas dan hipoksemia. (*Takipnu= Frekuensi napas <2 bulan: ≥60x/menit,
2–11 bulan: ≥50x/menit, 1–5 tahun: ≥40x/menit, >5tahun: ≥30x/menit)
• Berat: Gejala dan tanda klinis pneumonia berat berupa napas cuping hidung, sianosis, retraksi subcostal,
desaturase. Adanya tanda dan gejala bahaya umum seperti kejang, penurunan kesadaran, muntah profuse,
tidak dapat minum, dengan atau tanpa gejala respiratori.
• Kritis: Pasien mengalami perburukan dengan cepat menjadi ARDSatau gagal napas atau terjadi syok,
ensefalopati, kerusakan miokard atau gagal jantung, koagulopati, gangguan ginjal akut, dan disfungsi organ
multiple atau manifestasi sepsis lainnya.
• Multisystem inflammatory syndrome: Anak dan remaja 0-19 tahun yang mengalami demam > 3
hari
• DAN disertai 2 dari:
 Ruam atau konjungtivitis bilateral non purulenta atau tanda inflamasi mukokutaneus pada
mulut, tangan dan kaki
 Hipotensi atau syok
 Gambaran disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis, abnormalitas koroner (terdiri atas
kelainan pada ekokardiografi, peningkatan Troponin/NT-proBNP)
 Bukti adanya koagulopati (dengan peningkatan PT, APTT, D-dimer)
 Gejala gastrointestinal akut (diare, muntah, atau nyeri perut)
• DAN Peningkatan marker inflamasi seperti LED, CRP atau procalcitonin
• DAN Tidak ada penyebab keterlibatan etiologi bakteri yang menyebabkan inflamasi
• Terdapat bukti COVID-19 (berupa RT-PCR, positif, tes antigen atau positif serologi) atau
kemungkinan besar kontak dengan pasien COVID-19
Tatalaksana
• Kontak Erat tanpa gejala: nutrisi adekuat, isolasi mandiri
• Tanpa gejala atau derajat ringan:
 Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18 tahun maksimal
1,8gram/hari)
 Zink 20mg/hari
 Terapi supportif

• Derajat sedang:
 Oksigenasi, nutrisi adekuat, infus cairan maintenance
 Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari; 12-18 tahun maksimal
1,8gram/hari)
 Zink 20mg/hari
 Kortikosteroin
 Antivirus
 Antibiotiotik empiris ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus koinfeksi dengan pneumonia komunitas
 Terapi supportif
• Kasus suspek berat dan kritis:
 rawat inap di ruang isolasi tekanan negative
 Pemeriksaan : DL, fungsi hati, fungsi ginjal, AGD, factor koagulasi, rontgen thorax, EKG, CRP, LED,
elektrolit
 Oksigenasi, nutrisi adekuat, infus cairan maintenance
 Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal 1,2gram/hari;
12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari)
 Zink 20mg/hari
 Kortikosteroid
 Antivirus
 Antibiotiotik empiris ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus koinfeksi dengan pneumonia
komunitas
 Terapi supportif
• Kasus suspek probable/ terkonfirmasi berat dan kritis dan MIS-C
• Perawatan di ruang intensif tekanan negatif
rawat inap di ruang isolasi tekanan negative
Pemeriksaan : DL, fungsi hati, fungsi ginjal, AGD, factor koagulasi, rontgen thorax, EKG, CRP,
LDH, elektrolit, IL6
Oksigenasi, nutrisi adekuat ( energi 15-25 kcal/kg/hari, tinggi protein dan lemak, rendah carbo),
infus cairan maintenance
Vit C (1-3 tahun maksimal 400mg/hari; 4-8 tahun maksimal 600mg/hari; 9-13 tahun maksimal
1,2gram/hari; 12-18 tahun maksimal 1,8gram/hari)
Zink 20mg/hari
Kortikosteroid
Antivirus
Antibiotiotik empiris ceftriaxon IV 50-100 mg/kgBB/24jam pada kasus koinfeksi dengan
pneumonia komunitas
Terapi supportif
Pemberian IVIG, antikoagulan, antiinflamasi lain seperti anti IL-6 diberikan dengan pertimbangan
Indikasi dan prinsip penggunaan NIV atau HFNC pada
kasus anak dengan Covid-19
• Anak dengan klinis sesak (RR >+2 SD sesuai usia) dengan atau tanpa work of breathing
• Memerlukan suplementasi oksigen untuk mempertahankan SpO2 > 88% dan OI (oxygenation index) < 4 atau OSI
(oxygenation saturation index) < 5
• Terdapat infiltrat baru yang konsisten dengan gambaran penyakit paru akut
High Flow Nasal Cannula (HFNC)
• Jika CPAP/NIV tidak tersedia, pada pasien dengan SF rasio > 264 dengan pemberian FiO2 0.35-0.4
• Jika target oksigenasi (SpO2> 92 – 94 % dengan FiO2< 0.4) tidak membaik dalam waktu 30 – 60 menit, segera intubasi

Hipoksemia refrakter apabila ditemukan:


• - PaO2/FiO2< 150
• - OI ≥ 12
• - OSI ≥ 10
• - dan atau FiO2> 0.6
Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) atau Bilevel
noninvasive ventilation (NIV)

• pasien dengan Spo2/F1O2 (SF) rasio sebesar 221 – 264.


• Jika SF rasio < 221, intubasi jangan ditunda
• Jika tidak terjadi perbaikan oksigenasi (target SpO2 92-97% dengan FiO2< 0.6) dalam pemantauan 60-90
menit, atau ROX index< 5, lakukan intubasi
• Interface yang digunakan pada CPAP/NIV dianjurkan helmet, guna mengurangi kebocoran atau leak yang
terjadi.
Tata Laksana Hiperkoagubilitas pada COVID-19

• Profilaksis antikoagulan tidak secara rutin pada anak


• Pemeriksaan awal rutin meliputi: darah tepi lengkap, D-Dimer, PT, aPTT, fibrinogen, ureum, kreatinin.
• Faktor Risiko thrombosis:
 1. Riwayat venous thrombotic events (VTE), riwayat keluarga VTE (1st degree relative)
 2. Terpasang central venous line (cvl) atau alat intravaskular/jantung lain
 3. Immobilisasi komplit
 4. Malignansi aktif
 5. Sakit autoimmune/inflammatory disease aktif/flare
 6. Obesitas
 7. Usia pubertal atau usia >12 tahun
 8. Dehidrasi berat
 9. Luka bakar luas
 10. Pasca operasi/trauma berat
 11. Mendapat terapi estrogen
Long Covid
• Sindroma Pernapasan Pasca-COVID-19 merujuk kepada gangguan paru dan pernapasan yang
menetap ≥ 4 minggu sejak awitan gejala COVID-19.
• Tanda dan gejala long COVID-19 dapat dikelompokkan menjadi dua pola keluhan, yaitu:
 Kelelahan (fatigue), nyeri kepala, dan gejala saluran napas atas (sesak napas, nyeri tenggorokan,
batuk persisten, dan anosmia)
 Keluhan multisistem, meliputi demam dan gejala pencernaanseperti diare
 Assessment post covid: anamnesis, pem fisik, lab, rontgen, tes fungsi paru (spirometry, uji jalan 6
menit, DLCO, CPET/CPX atau uji latih jantung paru)
 Penanganan batuk post covid: periksa fungsi paru
- Restriksi/obstruktif: ICS, NAC
- Normal, rontgen normal: beri antitusif (Ex: codein)
- Multivitamin, vitamin D sbg imunomodulator
Long Covid
Tatalaksana Rehabilitasi
Latihan Pernapasan Mengelola sesak
5x/Hari, 6 Minggu

1. Relaksasi dan Latihan Gerak Sendi Bahu


Mengurangi sesak napas serta mencegah kekakuan pada sendi bahu

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Tatalaksana Rehabilitasi

Latihan Pernapasan Mengelola sesak


5x/Hari, 6 Minggu

2. Latihan Pernapasan Posisi Prone


Posisi telungkup (prone) meningkatkan pengambilan oksigen oleh paru dan mengoptimalkan
kerja dari paru pada sisi belakang yang merupakan bagian terluas paru

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Tatalaksana Rehabilitasi
Latihan Pernapasan Mengelola sesak
5x/Hari, 6 Minggu

3. Latihan Napas Dalam (Deep Breathing Exercise)


Membantu meningkatkan pengembangan paru

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Tatalaksana Rehabilitasi
Latihan Pernapasan Mengelola sesak
5x/Hari, 6 Minggu

4. Pernapasan Diafragma
Diafragma – otot utama bernapas.
Meningkatkan efisiensi ventilasi, menurunkan
kerja pernapasan, meningkatkan pergerakan
diafragma, dan meningkatkan oksigenasi

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Tatalaksana Rehabilitasi
Latihan Pernapasan Mengelola sesak
5x/Hari, 6 Minggu

5. Latihan Napas Menggunakan Alat Incentive Spirometry


Melatih otot pernapasan dan pengembangan paru serta meningkatkan pertukaran gas.

− Duduk dengan posisi yang nyaman


− Posisikan mouthpiece di dalam mulut dan pastikan bibir mengatup rapat
serta menjepit mouthpiece sehingga tidak ada udara yang bocor
− Menarik napas melalui mulut dengan perlahan
− Perhatikan bola atau indikator akan terangkat naik ketika Anda menarik
napas
− Pertahankan posisi bola atau indikator berada di tanda “good”
− Menarik napas dilakukan sampai volume yang disarankan oleh Dokter.
5 set, masing masing 10 repetisi. Setiap set diselingin istirahat selama 1 menit
Tatalaksana Rehabilitasi
Latihan Pernapasan Mengelola sesak
5x/Hari, 6 Minggu

6. Latihan Mobilisasi Dinding Dada


Meningkatkan pengembangan paru

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Posisi untuk Mengurangi Sesak

Forward Lean Sitting Forward Lean Standing Backward Lean Standing

Relaxed Sitting High Side Lying


Apa yang dilakukan
ketika batuk ?
Latihan Mengelola Batuk
Breath Stack Exercise

Tarik napas bertahap, tahan, keluarkan


Dianjurkan melakukan tarikan napas dengan pernapasan diafragma

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Latihan Mengelola Batuk
Latihan Batuk Efektif

Ekspulsi kuat ditentukan oleh kekuatan otot ekspirasi terutama otot perut dan gerakan diafragma

Tarik napas sambil Huffing


mengembangkan Batuk dengan Batuk satu
Fase inspirasi
rongga dada
3 siklus
tenggorokan hentakan
Inspirasi panjang terbuka

Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022
Latihan Mengelola Batuk
Latihan Membersihkan Dahak

Posisi Pengeluaran Dahak


Widjanantie, S., Sari, D., Anisatusholihah, Susanto, A. Rehabilitasi Long Covid-19 (Disertai Tips untuk Penyandang Disabilitas Penyintas Covid-19). Jakarta : Read Octopus. 2022

Anda mungkin juga menyukai