3
INFECTIOUS DISEASES & TROPICAL MEDICINE
SELASA, 3 NOVEMBER 2020
2 KASUS
Z
Note : Jangan Lupa Belajar SKDI 4A yang lain ya
3. Dasar Diagnosis
Anamnesis :
RPS
Nyeri perut
Pada Kasus :
Bagian A : sakit kepala, demam, suhu >39, injeksi konjungtiva bilateral, mialgia otot betis,
ikterus = 2 + 2 + 2 + 4 + 4 + 1 = 15
Bagian B : riwayat menguras kolam (lingkungan terkontaminasi) = 4
Bagian C : IgM anti leptospira + = 15
Skor A + B + C = 15 + 4 + 15 = 34 (Presumtif Leptospirosis)
KRITERIA WHO SEARO
Pada kasus
Sakit kepala, demam, suhu >38,5, injeksi konjungtiva bilateral, mialgia otot betis, riwayat
menguras kolam (lingkungan terkontaminasi), IgM anti leptospira +
Sehingga diagnosis bisa probable leptospirosis
4. Patofisiologi Leptospira
TERAPI SUPORTIF
• Pada leptospirosis sedang berat, terapi suportif dengan perhatian pada keseimbangan
cairan dan elektrolit serta fungsi paru dan jantung sangat penting.
• Pasien yang menderita gagal ginjal diterapi dengan hemodialisis atau hemodiafiltrasi
jika tersedia.
Pencegahan
• Pencegahan infeksi menggunakan doksisiklin 200 mg 1 kali seminggu dapat
bermanfaat pada orang berisiko tinggi untuk periode singkat, misalnya anggota militer
dan pekerja agrikultur tertentu.
• Antibiotik dimulai 1 sampai 2 hari sebelum paparan dan dilanjutkan selama periode
paparan.
• Infeksi leptospira hanya memberikan imunitas spesifik serovar, sehingga dapat terjadi
infeksi berikutnya oleh serovar berbeda.
• Leptospirosis di daerah tropik sulit dicegah karena banyaknya hewan reservoir yang
tidak mungkin dieliminasi.
• Banyaknya serovar menyebabkan vaksin spesifik serovar kurang bermanfaat. Pada
kondisi ini, cara paling efektif adalah menyediakan sanitasi yang layak di komunitas
daerah kumuh perkotaan.
• Pada orang yang sudah terpapar dengan leptospira, masih dapat diberikan terapi
profilaksis pasca-paparan; digunakan doksisiklin disesuaikan berdasarkan risiko
individu (Gambar 4).
3. Dasar Diagnosis
Anamnesis
RPS
Demam tinggi 2 hari terakhir
Kulit merah-merah di seluruh badan
Awal muncul bercak kemerahan bintil kecil dan lenting berisi cairan jernih, gatal
dan nyeri
Kemerahan muncul mulai dari dada dan punggung kemudian menyebar ke kulit wajah,
kedua lengan dan kedua tungkai
RPD
Demam dan batuk pilek
Pernah menderita penyakit seupa 10 hari yang lalu
RSosEk
Vaksinasi saat anak-anak (imunisasi wajib)
PF :
KU : tampak sakit ringan
TTV : TD 130/80 (sedikit meningkat), takikardi, takipneu, suhu 38 (meningkat)
Ekstremitas : vesikel +, papul + eritematosa
Distribusi : generalisata
Lokasi : truncus, facies dan ekstremitas
PP :
Efloresensi : polimorfik, lesi makula, papul dan vesikel eritematosa. Vesikel berdinding
tipis seperti tetesan air, ukuran milier sampai dengan lentikuler. Terdapat krusta
kehitaman di beberapa bagian ekstremitas
Tzanck Smear : ditemukan sel datia berinti banyak dan sel akantolitik (Tzanck +)
Note : awalnya curiga antara Varicella atau Herpes Zoster karena pasien sudah pernah
vaksinasi saat kecil, kemeerahan dimulai dari dada dan punggung dan pernah mengalami
hal yang serupa 10 hari yang lalu, namun ketika dilihat dari hasil anamnesis, PF dan PP
lebih mengarah ke Varicella karena pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri terbakar sesuai
dermatom kulit
10 | C o p y r i g h t © S O C A T e a m L i m f o s 1 7
VAKSIN SOCA 7.3 DIFTERI
Anamnesis
Seorang anak usia perempuan 11 tahun dating ke dokter dengan keluhan nyeri telan. Nyeri telan
dirasakan sejak 2 hari yang lalu disertai demam. Air liur berlebih (ngeces), bengkak di leher.
Pasien belum pernah mengalami hal serupa, keluarga pasien juga belum. Teman sekelas pasien
mengalami gelaja yang serupa. Pasien tidak pernah vaksinasi karena orang tuanya antivaksin.
Pasien tinggal di desa dan sikat gigi 1 kali/hari.
Pemeriksaan Fisik
- Suhu meningkat
- Tonsil T2/T2 hipremis, pseudomembran warna keabuan jika dikerok jadi berdarah
- SaO2 96-98%
- Bullneck (+)
- Stridor
PP
- Eritrosit normal
- Hb normal
- Leukositosis
- Trombosit normal
Hasil swab membrane : gambar tidak sama ya. (Cuma dapat digoogle)
Intinya ditemukan ada bakteri basil.
Jawaban
1. Dx Kerja : Probable Tonsilitis difteri berat et causa C. Difteri
DD banding : Angina Plaut Vincent, Tonsilitis folikularis
2. Ax : nyeri telan, demam, air liur berlebih, teman kelas mengalami hal serupa
(kemungkinan tertular), tidak vaksinasi (tidah ada pertahanan tubuh khusus difteri),
pedesaan (jauh dari jangkauan kesehatan), sikat gigi 1x (kurang menjaga kebersihan
mulut)
PF : Deman (37,9), stridor, bullneck (+) , pembesaran tonsil dan
pseudomembran (warna abu, setelah kerok berdarah)
PP : swab pseudomembran (ada bakteri basil)
3. Kultur dari swab tenggrokan pakai Lofller atau telurite 🡪 harapannya menemukan C.
difteriae
4. Tatalaksana
Medikamentosa:
- ADS (Anti difteri serum) 80.000 IU
Sebelumnya dilakukan skin test terlebih dahulu dengan cara mencampurkan ADS 0,1
+ 0,9% NaCL perbandingan 1:1.1000 secara i.c kemudian diperiksa setelah 20 menit,
apabila ada indurasi >10mm maka skin test positif (alergi)
- Penicilin G dosis 100.000 IU/kgBB per 6 jam (max. 2 Juta IU) selama 14 hari
atau Penicilin prokain 50.000 IU /kgBB per 6 jam selama 14 hari 🡪 jika alergi bisa
kasih eritromisin 50mg/kgBB PO 3-4x/hari selama 10 hari
- Kortikosteroid (Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu)
- Paracetamol 500 mg prn
Nonmedikamentosa :
- Infus RL 20tpm
- Bed rest 2-3 mgg dalam ruang isolasi (bila terjadi miokarditis, bed rest lebih lama)
- Bila ada tanda obstruksi jalan napas : Trakeostomi (menurut Jackson II dan III) 🡪
dalam kasus ini tidak perlu
- Aspirasi sekret secara periodik (pada difteri laring)
- Pemberian cairan dan dietetik
- sesuai dg kondisi (diet lunak, saring, cair kalo perlu dg sonde)
- Menjamin kemudahan defekasi (laksansia)
- Imunisasi : 3 bulan setelah dinyatakan sembuh
Boleh pulang jika
- Kelainan klinis & fisis sudah tidak ditemukan
- Biakan 2 kali berturut-turut negatif (bila keadaan memungkinkan)
- EKG normal 3 kali berturut-turut
- Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan dan defekasi
- Pemberian imunisasi sesuai status imunisasi
5. Lakukan biakan dan uji shick
MALARIA VIVAX
(File Kating)
Anamnesis:
Seorang pria usia dewasa (lupa) datang dengan keluhan demam selama beberapa
hari terakhir. Demam terus menerus. Demam disertai menggigil, kemudian setelah
menggigil, pasien keringetan.
Pasien juga mengeluh pegal-pegal (nyeri otot) di seluruh tubuh, mual, pusing,
badan lemes. Pernah mengalami gejala serupa sekitar 5 tahun yang lalu, sudah
berobat dan sembuh.
Tinggalnya di Banjarnegara. Dia ngekos disana. Sudah berkeluarga, tapi LDR gitu
sama keluarganya. Kerjaannya jualan es dawet (kalo ga salah). Temen-temen
kosannya ada juga mengalami gejala serupa.
Pemeriksaan fisik:
Konjungtiva anemis
Hepatomegali.
Pemeriksaan lab:
Darah rutin:
Hb: 10 (lupa tepatnya berapa, yg jelas anemia ringan)
Ht : lupa
Leukosit: kayaknya meningkat
Trombosit: Normal
Darah lengkap:
Pemeriksaan mikroskopis apusan darah:
Anamnesis :
pak Tono Mengeluh demam 7 hari yang lalu menggigil keringat banyak keluhan
lain mual, muntah, pegal2
RPD : 5 th yll pernah mengalami sebelumnya
RPsosek : Pekerja di banjarnegara
PF:
BB : 60kg, TB : 170cm
TD : 120/70
HR : 96x /menit
RR : 20x/menit
T : 38, ... C
head to toe
konjugtiva anemis (+)
sklera ikteri (-)
thypoid tongue (-)
hepar teraba 2 jari BACD
splen schuffner 3
Rumple Leed (-)
PP :
Hb turun
Ht normal
leukosit normal
trombosit normal
ADT : Skizon plamodium vivax (eritrosit membersar, schufner dots)
pertanyaan :
1. DD
2. Diagnosis kerja
3. alasan diagnosis
4. patomekanisme demam
5. Talak medikamentosa
1. Diagnosis Banding
Diagnosis banding:
- Demam dengue
- Demam tifoid
- Leptospirosis
- Infeksi akut virus lainnya
- Malaria falciparum
- Malaria ovale
- Malaria malariae
2. Dx : Malaria vivax
3. Alasan diagnosis
Anamnesis:
- Trias Malaria (Demam tinggi, menggigil, dan berkeringat)
- Mialgia
- Sakit kepala
- Mual muntah
- Hepatomegali
- Anemia
- Riwayat bepergian dari tempat endemik
- Tinggal di tempat endemik
- Riwayat transfusi darah
PF:
- Demam (>37,5 ºC aksila)
- Konjungtiva anemis atau telapak tangan pucat
- Hepatomegali
- Splenomegali (lupa ada splenomegali juga apa nggak)
Pemeriksaan Lab:
Pemeriksan sediaan darah merupakan GOLD STANDARD!
Terdiri dari apusan darah tipis dan tebal.
Alasan kalo itu malaria vivax:
5 tahun yang lalu pernah punya gejala yg sama!! curiga relapse.
Walaupun statement orang di tempat tinggalnya juga ada yang punya gejala sama
agak ngejebak (Karena bisa aja dia ketularan, tapi bukan relapse/kambuh).
Tapi pikirkan relapse dulu yang pertama kali!
Pemeriksaan apusan darah tebal ditemukan tropozoit dengan ciri-ciri:
- Eritrosit yang terinfeksi lebih besar daripada eritrosit normal (yg tidak
terinfeksi) jelas banget ngebedain sama malaria falciparum.
- Sitoplasma ameboid (gak teratur, seperti amuba)
- Ditemukan Schuffner’s dots
4. Patofisiologi Demam
Harus tau siklus dari Plasomodium dulu:
Pada siklus eritrositik.
Skizon darah pecah mengeluarkan bermacam-macam antigen
merangsang makrofag, monosit atau limfosit keluarkan sitokin, seperti
TNF, IFN, IL-1, IL-6 dibawa ke aliran darah Hipotalamus (tepatnya
di endotelium) merangsang asam arakhidonat mengeluarkan
prostaglandin meningkatkan termal set poin produksi panas dan
konservasi panas demam menggigil berkeringat (pada saat sudah
mencapai termal set point)
5. Penatalaksanaan
Farmakologi:
Kemaren kalo gak salah BB bapaknya itu 60 kg.
Malaria vivax.
Kausatif:
Jadi pengobatan lini pertamanya: DHP3 4 tab (DHP selama 3 hari, setiap
harinya minum 4 tablet) PQ14 1 tab (Primakuin selama 14 hari, setiap
harinya 1 tab)
Lini kedua : Kina 3x2,5 slm 7 hari, primakuin selama 14 hari tiap hr 1 tab.
Tips: kalo untuk pengobatan malaria yang dewasa (berarti hapalin BB >40
kg sama > 60 kg. Angkanya juga lebih cantik kan hehe)
Simptomatik
Demam Paracetamol 3 x 500 selama 5-7 hari
Anemia Sulfat ferrosus 1 x tab mg 300 selama 3-5 hari
Bisa ditambahkan vitamin C juga.
Mual Domperidon 3 x 10 mg prn mual
Nonfarmakologi:
1. Istirahat cukup, kalo perlu gak kerja dulu (bed rest)
2. Gunakan kelambu/obat nyamuk saat tidur (biar ga digigit nyamuk, jadi
mencegah penularan ke orang lain)
3. Makan makanan bergizi (tinggi kalori, protein, dan yang kaya zat besi)
4. Menghindari aktivitas di luar rumah saat malam
5. Minum obat hingga tuntas
6. Ke dokter lagi jika keadaan tidak membaik
PUYER SOCA LEPTOSPIROSIS
Tn. Budi 45 tahun datang dengan keluhan demam sudah 7 hari. Sebelumnya sudah minum obat
puskesmas selama 3 hari namun tidak membaik. Tuan budi juga merasakan lemah letih lesu dan
nyeri otot seluruh tubuh terutama daerah betis. Bak bab normal
Keadaan umum tampak lemah sadar. Pemeriksaan fisik didapatkan nadi 110/70. Hr 110. Suhu 39. Rr
22x/mnt
Conjunctiva suffusion (+). Sklera ikterik (+). Tifoid tounge (-). Tidak ada bintik merah di seluruh tubuh
2minggu yg lalu cerita kpd istrinya, gagal panen, karena banjir dan dilanda hama tikus
Soal
1. Dx kerja
2. Alasan dx (faine criteria)
3. Patogenesis
4. Versi ringan/berat? (Alasan)
5. Terapi farmako & nonfarmako
1. Leptospirosis berat
2. Jawabanku :
Faine criteria dilihat dari 3 kriteria :
a) Dari manifestasi klinis : demam sudah 7 hari tak kunjung sembuh, lemah, letih,
lesu,nyeri kepala, nyeri otot betis, conjuctiva suffusion, sklera ikterik
b) Dari PP : leukositosis, IgM leptospirosis +, widal H +1/160
c) Dari lingkungan/ epidemiologi : petani, lingkungan banjir, terserang hama tikus
Kalau mau yang lebih lengkap persis tabel Faine ya gini jadinya :
Part A : data klinis ditemukan nyeri kepala, demam lebih dari 39, conjuctival suffusion, calf
pain, sklera ikterik
Part B : faktor epidemiologi ditemukan pasien berada di tempat dg musim hujan hingga
banjir, selain itu tempat kerja pasien yang diduga terkontaminasi oleh tikus sebagai hewan
pembawa leptospirosis
Part C : pada temuan laboratorium dan bakteriologikal ditemukan IgM leptospira +
3. Bakteri masuk melalui kulit normal pasien karena kontak yang lama dengan bakteri
bakteri menghasilkan endotoksin dan lipopolisakarida Fase leptospiraemia/septikemia
yang berlangsung 4-7 hari jika tidak ditangani dengan baik Fase imun terjadi pada hari
ke 7 weil disease.
Pada fase leptospiraemia terjadi respon inflamasi dengan pengeluaran sitokin dan
prostaglandin manifestasinya jadi ada demam mendadak, nyeri kepala, nyeri tekan otot,
ruam kulit, mual, muntah. Pada fase ini bakteri dapat ditemukan di darah (bisa dilihat dari
mikroskop dark field) dan LCS.
Pada fase imun telah terjadi respon imunitas seluler dan humoral dengan pengaktifan
makrofag dan neutrofil serta leukositosis. Gejala khas pada fase imun ada conjuctival
suffision, demam sampai tinggi sekali, dan meningeal aseptis. Pada fase ini bakteri tidak
dapat ditemukan di darah dan LCS, hanya dengan IgM Leptospira.
4. Pasien mengalami leptospirosis berat/ fase ikterik. Nama lainnya weil disease. Karena sudah
ada ikterik pada pasien (sklera ikterik).
5. Non farmako : tirah baring, diet lunak, pakai alas kaki tiap keluar rumah, makan makanan
bergizi, cuci tangan setelah beraktifitas
Farmako : Penisillin 2 jt per unit per 6 jam IV, ceftriaxon 2x1 gr per 6 jam IV, Sistenol 3x1,
IVFD kristaloid 20 tpm, kanul nasal 02 2-4 liter/menit, rujuk spPD