Anda di halaman 1dari 56

The Prevention and

Management of Tropical and


Infectious Disease
dr. Boy Asido S, SpPD & dr. Charles B, SpPD
PENDAHULUAN
• Penyakit infeksi yang banyak terjadi di
wilayah beriklim tropis → INDONESIA
• Disebabkan oleh berbagai jenis virus,
bakteri, jamur hingga parasite
• Penyebaran atau penularan penyakit
tersebut bisa terjadi secara langsung
(antar orang ke orang lainnya) atau
melalui vektor (misal nyamuk/serangga
lainnya)
10 Besar Penyebab
Kematian (WHO)
• Etiologi: Dengue Fever Virus (DENV)
dengan 4 serotipe
• Infeksi terhadap 1 serotipe
menghasilkan imunitas jangka panjang
namun tidak ada proteksi terhadap
serotipe lainnya
• Transmisi → nyamuk betina Aedes sp.
• Mortalitas → 1-5% tanpa pengobatan
namun derajat parah meningkat 26%
• 50-100 juta infeksi/tahun dengan
setengahnya butuh rawat inap dan
kematiansekitar 12.500-25.000 orang
• Menjadi endemik di Indonesia sejak
tahun 1968
Demam enterik (demam tifoid dan paratifoid) adalah
penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi) dan
paratyphi (S. paratyphi) A dan B.
Infeksi Salmonella dimulai melalui
Kejadian di Indonesia konsumsi makanan atau minuman
terkontaminasi
berhubungan dengan
rumah tangga
(riwayat keluarga dengan
demam tifoid,
tidak cuci tangan
menggunakan sabun,
penggunaan piring bersama
untuk makan,
tidak tersedia tempat buang
air besar di dalam rumah)
Diagnosis definitif adalah isolasi S. typhi atau S. paratyphi dari darah,
sumsum tulang, feses.
Pemeriksaan gold standard untuk demam tifoid adalah kultur darah.
Organisme paling sering ditemukan pada 7 – 10 hari pertama. Sensitivitas
kultur darah sekitar 40 – 60% dan dapat dipengaruhi oleh pengobatan
antibiotik, pengambilan sampel, medium kultur, durasi inkubasi, dan variasi
bakteremia pada pasien.
• Pada pemeriksaan darah perifer dapat ditemukan leukopenia, leukosit normal, atau
leukositosis, aneosinofilia dan limfopenia, juga anemia ringan dan trombositopenia. Laju
endap darah meningkat. SGOT dan SGPT sering meningkat dan akan normal setelah
sembuh. Pemeriksaan serologi seperti Widal dan IgM/IgG Salmonella dapat digunakan
untuk diagnosis.
• The bacteria aren't always detected the first time, so you may need to have a series of
tests.
• The Widal test is unreliable but is widely used in developing countries because of its low
cost.
• Pada uji Widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman dan antibodi yang disebut
aglutinin. Aglutinin O meningkat pada hari ke-6 – 8 dan dapat bertahan hingga 4 – 6
bulan. Aglutinin H meningkat pada hari ke-10 -12 dan dapat bertahan hingga 9 – 12
bulan.
• Uji EIA atau disebut juga uji typhidot mendeteksi antibodi IgM dan IgG spesifik terhadap
membran protein luar Salmonella typhi. Hasil positif dapat ditemukan 2 -3 hari setelah
infeksi. IgG dapat bertahan hingga 2 tahun dan deteksi IgG tidak dapat membedakan
infeksi akut dan konvalesen. Uji typhidot-M hanya mendeteksi antibodi IgM sehingga
lebih spesifik.
Vaksin yang banyak tersedia di Indonesia adalah Vi kapsul
polisakarida. Vaksin boleh diberikan pada usia ≥2 tahun. Dosis
0,5 mL intramuskular atau subkutan, dengan daya proteksi 50 –
80%.9 Imunisasi ulangan setiap 3 tahun.
Konsumsi makanan dan minuman yang higienis tetap dianjurkan
walaupun sudah diberi imunisasi tifoid
• Riketsia → bakteri gram negatif intraselular obligat
• Penyakit zoonosis yang menyebar ke manusia memalui artropoda
(tidak ada transmisi dari orang ke orang lain)
• Tidak bisa tumbuh di media kultur
• Murine typhus akibat R. typhi paling banyak di Indonesia
• Reservoir → kucing, tikus dan opossum
• Sering underdiagnosed → ↑ morbiditas & mortalitas
Cara Penularan
• Patofisiologi → merusak endotel → vaskulitis
di semua organ
• Presentasi Klinis
• Inkubasi → 7-14 hari
• Gejala utama (Trias) → demam tinggi, nyeri kepala,
ruam tidak gatal di badan (mukopapular 78%;
petekie 10%)
• Laboratorium: leukopenia & trombositopenia (fase
awal), leukositosis ringan (fase lanjutan), ↑ AST ALT
LDH ALP, hiponatremia ringan
• Diagnosis konfirmasi → IFA (gold standard),
reaksi serologi (Weil-Felix), PCR
• Komplikasi → pneumonitis, hepatitis, plasma
leakage, meningoensefalitis, gagal ginjal
Terapi
Antibiotik sangat efektif bila dimulai dini → minggu pertama gejala
• Doksisiklin 2x100mg selama 7-10 hari (drug of choice)
• Chlorampenicol 4x500mg (7-10 hari)
• Ciprofloxacin 2x750 mg (5 hari)
Pencegahan
• Pengendalian vektor (misal rodent) dengan racun, trapping, dll
• Mencegah gigitan pinjal/kutu dengan repellent
• Personal hygiene yang baik
• Insektisida untuk menurunkan populasi pinjal/kutu
• Pemasangan tirai jendela untuk mencegah hewan liar masuk ke
rumah
• Potong semak agar tidak menjadi tempat berlindung rodent dan
kucing liar
• Penyakit zoonosis yang paling luas
penyebarannya di dunia
• Salah satu “re-emerging infectious
diseases” (sering terlewatkan diagnosisnya)
• Etiologi → Leptospira sp.
• Leptospira interrogans (patogen)
• Leptospira biflexa (saprofit)
• Reservoir → bintang rumah (anjing,
kucing), ternak (sapi, kerbau, dll) dan
rodent (reservoir utama)
Faktor Risiko
▪ Berjalan di genangan air, aktifitas di daerah banjir
▪ Bertempat tinggal di daerah rawan banjir
▪ Higiene perorangan kurang
▪ Luka terbuka atau kulit pecah
▪ Populasi tikus yang tinggi
▪ Rekreasi (olahraga air, berenang, triathlon dll)
▪ Kontak dengan tanah di daerah endemik (misal berkebun, Bertani,dll)
▪ Faktor risiko berkaitan dengan pekerjaan
Sindrom Klinis
Leptospirosis ringan atau non-ikterik 85-90%
➢Flu-like atau demam akut
➢Sebagian besar kasus di salah-diagnosis sbg penyakit demam lain
➢Pasien mungkin tidak berobat

Leptospirosis berat atau ikterik 5-15%


Weil`s disease (Sindrom Weil) → mortalitas 5 - 30%
Komplikasi pada organ tertentu: perdarahan paru → mortalitas > 60%

Ikterus, perdarahan dan gagal ginjal adalah


indikator utama Leptospirosis berat
Definisi Kasus
Kasus suspek
• Demam akut (>=38.50C) dan/atau
nyeri kepala hebat, dengan
• Nyeri otot
• Malaise dan/atau
• Conjungtival suffusion dan
• Ada riwayat kontak dengan
lingkungan yang terkontaminasi
Leptospira
Kasus Probabel
Unit Pelayanan Kesehatan (tanpa fasilitas Lab)

Kasus Suspect disertai minimal dua dari gejala dibawah ini:


- nyeri betis
- batuk dengan/tanpa batuk darah
- sesak nafas
- ikterus
- manifestasi perdarahan (ptekie, mimisan, hematemesis dll)
- iritasi meningeal
- anuria-oliguria dan/atau proteinuria
- aritmia jantung

Catatan: Kasus probable yang mengarah ke klinis berat segera dirujuk ke RS


Kasus Probabel
Di PPK dengan fasilitas laboratorium

Kasus Suspek dengan

❖ IgM anti Leptospira positif pada tes diagnostik cepat RDT tehnik Lateral-Flow atau
Dri Dot

atau

❖ minimal 3 dari 4 kelainan laboratorium dibawah ini


1. proteinuria, piuria, hematuria
2. lekositosis (neutrofilia: >80%), limfopenia
3. trombosit < 100.000 sel/mm
4. bilirubin > 2mg%; peningkatan ringan SGPT/SGOT, peningkatan amilase atau CPK
Kasus Confirmed

Kasus suspect atau probable disertai salah satu dari


pemeriksaan Lab dibawah ini :

❖ PCR positif (target SecY, LipL32 dll)


❖ Serokonversi MAT dari negatif menjadi positif atau
kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal
❖ Titer MAT ≥ 320 pada satu sampel (pada saat masuk RS) → gold standard
❖ Isolasi bakteri Leptospira dari sampel klinis (darah, urin)
Kasus suspek/probabel (rawat jalan)
• Doksisiklin 2x100mg (7 hari)
• Amoxicilin 3x500mg (7 hari)/ bila alergi diberikan macrolide
Kasus Probabel (rawat inap)
• Ceftriaxon 1-2gr/24jam iv (7 hari)
• Penisilin prokain 1,5 juta IU im/6jam (7 hari)
• Ampisilin 1gram/6jam iv (7 hari)
Terapi suportif
• Keseimbangan cairan dan elektrolit
• Diuretika pada kondisi oliguria
• Ventilator untuk ARDS/gagal napas
• Tranfusi darah (PRC/trombosit)
• Dialisis
PENCEGAHAN
• Melindungi kulit dari kontak langsung terhadap air kotor dengan baju
pelindung, sepatu boots, sarung tangan
• Vaksinasi pada pekerja berisiko tinggi
• Drainase air, desinfeksi tanah menggunakan lime dan hindari kontak
langsung infeksi melalui kulit dan mukosa saluran cerna
• Imunisasi binatang
• Kontrol kontak langsung pada air terkontaminasi leptospira dari urin
tikus
• Individu berpergian ke daerah endemis → doksisiklin 200mg/minggu
• Malaria→ Endemik di Papua dan Kalimantan, infeksi
oleh parasite plasmodium di dalam eritrosit.
• Asia tenggara umumnya→ P falcifarum dan vivax.

• Dibuktikan→ Parasit ditemukan dengan mikroskop, tes


cepat malaria, PCR. Demam, Anemia, Splenomegali.

→ WHO merekomendasikan pengobatan dengan


artemisinin combo tx→ dari studi aquamat dan
seaquamat→ terbukti lebih efektif dari obat2 yg lain.
Diagnosa
• Trias Malaria→ Demam, Menggigil, Berkeringat
• Riwayat ke daerah endemis atau tinggal di daerah endemis
• Riwayat Transfusi

Pada PF → Demam, Anemia, Hepatosplenomegali


Bila hasil pemeriksaan negatif tapi
Klinis positif→ dapat diulang 24 dan
48 jam berikutnya.
Terapi Dihidroartemisinin-Piperakuin(DHP) + Primakuin

Malaria falsiparum dan malaria knowlesi Primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan
pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB

Malaria vivaks dan malaria ovale Primakuin untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis
0,25 mg/kgBB.

Malaria malariae DHP selama 3 hari

Anda mungkin juga menyukai