Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU
■ Demam tifoid adalah penyakit sitemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi, ditandai dengan demam, bakteremia dengan multiplikasi bakteri di dalam
fagosit mononuclear di hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan peyer’s patches.
Epidemiologi
■ Diperkirakan per tahunnya ada 11-18 juta kasus dengan 128-190 ribu kematian
■ CFR secara umum 2.49% (1.68%–3.89%), CFR kasus di rumah sakit 4.45%
(2.85%–6.88%)
■ Usia puncak insiden 5-12 tahun
■ Usia < 5 tahun :
– 85% usia 2-4 tahun
– 27% usia 1-2 tahun
– 4% usia <1 tahun
Global Typhoid
Fever Incidence: A
Systematic Review
and Meta-analysis.
Clinical Infectious
Diseases.2019;68(S2
):S105–16
ETIOLOGI
Salmonella enterica serovar typhi
■ Batang Gram negatif
■ Berflagella, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob
■ Punya 3 antigen
– Antigen O
■ Lipopolisakarida (LPS), disebut endotoksin
■ Kurang imunogenik
■ Faktor virulensi
– Antigen H
■ Sangat imunogenik,
– Antigen Vi
■ Titer yang menetap merupakan penanda carrier
PATOGENESIS
S typhi masuk melalui makanan/minuman (1000-1 juta bakteri)
Masuk ke submucosa usus halus (ileum dan yeyunum), hipertrofi peyer’s patch
Multiplikasi bakteri di organ RES : hati dan kandung empedu, limpa, sumsum
tulang
■ Diagnosis pasti/terkonfirmasi:
– Isolasi S.typhi pada kultur mikrobiologi (gold standard)
– Spesimen :
Spesimen Waktu pemeriksaan Positivity rate
Sumsum tulang - 55-67%
Darah Akhir minggu I, awal minggu II 40-80%
Urin Minggu II – III 58%
Feses Minggu II - III 30%
Pemeriksaan penunjang
■ Darah lengkap
– Anemia
– Lekopenia
– Limfositosis relatif
– Trombositopenia
– Aneosinofilia
■ Pemeriksaan serologis
– IgM anti Salmonella (Tubex TF ®, Typhidot ®)
– Widal test
Lestari RP. Sari Pediatri 2017;19(3):139-44
Pemeriksaan serologi part 1
Widal test
■ Sensitifitas dan spesifisitas rendah
■ Di daerah endemis bisa menyebabkan overdiagnosis
■ Titer antigen O meningkat hari 6 – 8, titer antigen H meningkat hari 10 – 12
■ Hasil bisa dipengaruhi oleh
– Stadium/perjalanan penyakit
– Pemberian antibiotik
– Teknik pemeriksaan lab
– Endemisitas
– Vaksin
Pemeriksaan serologi part 3
Widal test
■ Positif palsu, cross-reactivity dengan :
– non-typhoidal Salmonelosis
– Infeksi Enterobacteriaceae lain
– Infeksi virus dengue
– Malaria
■ Hasil dianggap positif jika (klinis harus sesuai)
– Titer antigen O ≥ 1/320 pada pemeriksaan tunggal
– Kenaikan titer ≥ 4 kali pada pemeriksaan kedua dengan interval 1-2
minggu
Tatalaksana
■ Tatalaksana umum : nutrisi dan hidrasi
■ Antibiotik :
– Lini pertama
■ Chloramfenicol, 100mg/kgbb/hari, dibagi 4 dosis, 14 hari
■ Amoksisilin, 100-150mg/kgbb/hari, dibagi 3 dosis, 14 hari
■ Cotrimoxazole, trimetropim 8mg/kgbb/hari, dibagi 2 dosis, 14 hari
– Lini kedua
■ Ceftriaxone, 80mg/kgbb/hari, tiap 12 atau 24 jam, 7-14 hari
■ Cefixime, 15-20mg/kgbb/hari, tiap 12 atau 24 jam, 7-14 hari
■ Azirhromycin, 10mg/kgbb/hari, sekali sehari, selama 7 hari
Terapi adjuvan
Dexamethason
■ Dexamethasone direkomendasi pada pasien sangkaan demam tifoid yang
disertai kondisi delirious, obtunded, stuporous, comatose, or in shock.
■ Dosis awal 3 mg/kgbb, selanjutnya 1 mg/kgbb setiap 6 jam untuk 8 dosis (48
jam selanjutnya)
■ 38 pasien demam tifoid berat, usia 5-54 tahun, kultur positif, mendapatkan
chloramphenicol, 20 subjek diberi high dose dexamethasone dan 18 diberi
placebo (NS)
■ CFR : 10% (2/20) vs 55.6% (10/18), p=0.003