Anda di halaman 1dari 76

FISIOLOGI SISTEM

PENCERNAAN

d r. N u r a i z a M e u t i a , P h . D – d r. E k a R o i n a M e g a w a t i , M . K e s
D E PA R T E M E N F I S I O L O G I FK USU
2020

1
K5

Fungsi Umum Saluran Cerna

Proses Pencernaan Dalam Rongga Mulut

Proses Menelan

2
FUNGSI UMUM SALURAN CERNA

3
Sistem pencernaan berfungsi untuk
menyediakan suplai air, elektrolit, dan nutrient
bagi tubuh secara berkesinambungan.

Dengan proses-proses:
1. perpindahan makanan (motilitas)
2. sekresi cairan cerna
3. digesti
4. absorpsi

4
5
REGULASI UMUM SALURAN CERNA

5 faktor yang berperan dalam regulasi kerja pencernaan:


1. Otonomik otot polos saluran cerna
2. Pleksus saraf intrinsic (pleksus Mienterik dan
Submukosa)
3. Saraf ekstrinsik (sistem saraf otonom; PS & S)
4. Hormonal (khusus saluran pencernaan)
5. Mekanisme lokal
• Local messenger yang berespon terhadap
perubahan pH, osmolaritas, toksin.
Regulasi Umum Saluran Cerna

4
PROSES PENCERNAAN
DALAM RONGGA MULUT

8
SALIVA

• Saliva dihasilkan sebanyak ± 1500 mL / hari.


95% berasal dari kelenjar submandibular (mucin rich
saliva) and kelenjar parotid (serous saliva) .
Lainya berasal dari kelenjar sublingual dan kelenjar
di mukosa buccal dan lidah.

• Cairan saliva bersifat hypotonik dengan pH


hampir 7.0, tapi ketika produksi meningkat, bisa
mencapai 8.0.
9
SALIVARY GLANDS

Terdiri dari kelenjar :


Intrinsik: kelenjar buccal (tersebar di mukosa oral)
dan lidah, menjaga mulut tetap basah.
Ekstrinsik: parotid, submandibular, dan sublingual
• Komposisi:
– Air: 97-99.5%
– Elektrolit (Na+, Cl-, HCO3-)
– Enzim:
• lingual lipase (disekresikan oleh kelenjar
di bagian epitel lidah)
• salivary α-amylase (disekresikan oleh
kelenjar Parotid dan submandibularis).
– Mucin (glycoprotein)
– Immunoglobulin A, lysozyme, lactoferrin, dan
proline-rich proteins.
11
FUNGSI KOMPONEN DALAM SALIVA

• Mucin: melubrikasi makanan, melicinkan rongga mulut


untuk memudahkan mengunyah, menelan, bicara
• Air: melarutkan makanan sehingga dapat menstimulasi
taste buds, membersihkan gigi geligi.
• Lysozyme: antibakteri.
• Basa: menetralkan asam lambung, bila regurgitasi ke
esofagus.
• Lipase dan α-amylase: memulai pencernaan kimiawi
terhadap lemak dan karbohidrat.

12
Regulasi Sekresi Saliva

• Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom


sympathetic dan parasympathetic.
– Norepinephrine menyebabkan sekresi saliva yang
sangat kental, dengan banyak kandungan mucin.
– Acetylcholine menyebabkan produksi saliva yang
banyak, encer, dan mengandung banyak enzim. 13
GIGI GELIGI
• Berdasarkan bentuk dan fungsi, jenis gigi:
– Incisor: seperti pahat, untuk memotong dan
menjepit
– Canine: seperti kerucut, untuk mengoyak dan
menyucuk
– Premolar dan molar: bermahkota besar dan ujung
tumpul, untuk menggiling dan menghancurkan.
2I 1C 2PM 3M
X 2 (32 teeth)
2I 1C 2PM 3M
PENCERNAAN MEKANIS DI MULUT; MASTIKASI

Otot pengunyahan:

Dikontrol oleh nuclei di batang otak, melalui divisi


motorik saraf kranial ke-5: N. Trigeminal.
16
Mekanisme mastikasi: chewing reflex

Adanya makanan di rongga mulut menginisiasi reflex


yang menginhibisi otot mastikasi  kontraksi otot
rahang bawah terhenti sehingga rahang turun ‘drop’
 regangan menginisiasi reflex regang di otot 
terjadi rebound contraction  rahang terangkat dan
mulut menutup  menekan bolus makanan,
terhimpit di dalam rongga mulut   terjadi inhibisi
otot mastikasi kembali  proses berulang-ulang, dan
berhenti ketika makanan sudah ditelan.
17
PENCERNAAN ENZIMATIK

• α-amylase, yang diaktifkan oleh ion Cl– dan


mampu menghidrolisa pati (starch) 
menghasilkan dextrin, maltotriose, dan maltose
• Lingual lipase mencerna trigliserida menjadi asam
lemak (fatty acid) dan 1,2-diasilgliserol.

18
MEKANISME MENELAN

19
Tahapan Proses Menelan:

(1) Fase oral, voluntary stage:


menginisiasi proses.
(2) Fase faringeal: mekanisme
involunter memindahkan
bolus dari faring ke esofagus.
(3) Fase esofageal: mekanisme
involunter memindahkan
bolus ke lambung.

Regulasi: N. Kranialis V, IX, X


20
Fase oral Fase faringeal
Bolus of
food

Tongue
Uvula
Pharynx Bolus
Epiglottis
Epiglottis
Glottis

Trachea Esophagus Bolus

(a) Upper esophageal (b) Upper esophageal (c) Upper esophageal


sphincter contracted sphincter relaxed sphincter contracted

Relaxed Relaxed muscles


muscles Circular muscles
contract, constricting
passageway and pushing Gastroesophageal
Bolus of food bolus down sphincter open

Longitudinal muscles
contract, shortening
passageway ahead of bolus

Gastroesophageal
sphincter closed Stomach

(d) (e)
Fase esofageal 21
Perpindahan Bolus Melalui Esofagus

• Peristaltik: kontraksi otot polos (ring-like


contractions), yang secara progresif dan
cepat mendorong bolus ke bagian
selanjutnya yang belum berkontraksi
• Gelombang peristaltik primer (diatur dari
pusat menelan):berlangsung dari awal
hingga ujung esofagus.
• Gelombang peristaltik sekunder (tidak
melibatkan pusat menelan & tidak disadari
terjadi): untuk membersihkan bolus yang
tersisa.
22
Sfinkter Esophagus Bawah

• The lower esophageal sphincter (LES) atau


gastroesophageal junction bersifat tonik pada saat
istirahat, dan menjadi relaksasi pada saat menelan.
• Sifat tonik menjaga refluks isi lambung ke
esophagus.

• Ketika gelombang peristaltik terjadi di esofagus,


LES mengalami relaksasi  memungkinkan
dilewati bolus.
23
K6

FISIOLOGI LAMBUNG

FISIOLOGI USUS HALUS

24
FISIOLOGI LAMBUNG

25
Fungsi Lambung

(1) Menyimpan bolus makanan hingga dapat diproses


(cerna)
(2) Mencampur dan mengaduk bolus makanan dengan
cairan yang disekresi lambung, hingga terbentuk
campuran semi cair disebut kimus (chyme)
(3) Memindahkan kimus secara bertahap ke usus
halus, dengan kecepatan pindah yang disesuaikan
dengan proses digesti dan absorpsi di usus.

26
Mekanisme Untuk Mencapai Fungsi Tersebut:

1. Terjadi reflex vagovagal (dicetuskan


saat menelan bolus) sehingga
bagian proksimal lambung
berdilatasi (receptive relaxation),
dilanjutkan untuk tetap dilatasi oleh
vagovagal accommodation reflex 
sehingga hanya terjadi sedikit
peningkatan tekanan intra-gastric
meskipun semakin diisi.

27
Mekanisme Untuk Mencapai Fungsi Tersebut:

2. Dengan masuknya bolus ke lambung,


pacesetter zone (di korpus lambung)
memulai gelombang kontraksi 
peristaltik terjadi dari proksimal ke
distal  terjadi proses mengaduk,
mencampur disertai sekresi gastric
juices yang memungkinkan terjadinya
digesti enzimatik.

28
Mekanisme Untuk Mencapai Fungsi Tersebut:

3. Gelombang peristaltic semakin kuat ke arah


antrum dan pilorus  kimus didorong ke arah
pylorus  sebagian akan melalui sfinkter, masuk
ke usus, tapi sebagian besar terdorong kembali
ketika sfinkter pylorus menutup.

29
GASTRIC JUICE

• Setiap hari disekresi 3 – 4 L gastric juice.


• Mengandung pepsinogen dan lipase , HCl, intrinsic
factor, mucins dan HCO3–
• Pada puncak periode sekresi, pH dapat turun
hingga 0.8.
• Makanan yang masuk akan mem-buffer pH
menjadi 1.8 – 4, yang optimal untuk kerja enzim
pepsin dan lipase.
• Keuntungan pH rendah: denaturasi protein
makanan dan efek bactericidal.
30
Regulasi sekresi dan fungsi digesti

• Regulasi sekresi dilakukan oleh neural, dan faktor


lokal di lambung dan usus.

• Pencernaan enzimatik oleh pepsin (pepsinogens


diaktifkan oleh HCl) terhadap protein dan
polypeptides  asam amino
• Pencernaan enzimatik oleh gastric lipase terhadap
triglycerides  fatty acids dan glycerol

31
Regulasi Sekresi HCl

32
Mekanisme Proteksi Lambung Terhadap Asam
Dan Enzim Proteolitik.
Agar asam dan enzim yang dihasilkan di lambung tidak
merusak dinding lambung, terdapat sawar mukosa
(mucosal barrier):

1. Membran bagian luminal bersifat impermeabel terhadap


ion H+
2. Adanya ‘tight junction’, taut erat antar sel epitel.
3. Adanya lapisan mucus, berupa senyawa glycoproteins
yang disebut mucin. Cont.
33
4. Terdapat ion bikarbonat (HCO3– ) yang berada di
lapisan mucus dan bersifat buffer terhadap asam.

Catatan,
• Prostaglandins PGE2 dan PGI2 meningkatkan sekresi
HCO3 –
• Obat-obatan anti inflamasi yang menghambat
cyclooxygenase 1 akan menurunkan produksi
prostaglandin, sehingga dapat menurunkan
mekanisme proteksi mukosa.
34
Pengosongan Lambung

• Proses digesti akan menghancurkan makanan


hingga menjadi partikel kecil (diameter <1mm)
yang tersuspensi di dalam kimus.
• Rata-rata kecepatan air meninggalkan lambung 10-
20 min; sedangkan makanan1-4 jam.

• Setiap 1,5 jam terjadi kontraksi khusus disebut


migrating motor complexes (MMC) di sepanjang
lambung dan usus yang akan ‘menyapu’ indigestible
substances dan bakteri ke usus besar.
35
PENCAMPURAN DAN PENGOSONGAN LAMBUNG

• Kontraksi peristaltik yang dimulai dari fundus 


makanan tercampur dengan sekresi lambung  kimus.
• Ketika antrum berkontraksi, sfinkter pilorus berada
dalam kondisi kontraksi tonik (terbuka sedikit) 
kimus dapat lewat sedikit-sedikit.
• Ketika kontraksi peristaltik mencapai pilorus 
sfinkter tertutup  kimus mengalami retropulsi
Regulasi Pengosongan Lambung;
terutama ditentukan oleh faktor yang berasal dari
usus

37
Faktor Efek terhadap pengosongan lambung

Di dalam lambung
Volume kimus Peningkatan volume  meningkatkan
motilitas
Kepadatan kimus Semakin kental  pengosongan
semakin lambat
Di dalam duodenum
Lemak, asam, hipertonisitas, Kesemua faktor ini menghambat
distensi motilitas dan pengosongan lambung
Di luar sistem pencernaan
Emosi Dapat menghambat atau menstimulasi
Nyeri hebat Menghambat motilitas dan
pengosongan lambung
FISIOLOGI USUS HALUS

39
Fungsi Utama Usus Halus:

1. Menyelesaikan pencernaan/ digesti makanan


2. Mengabsorbsi produk digesti: nutrien, air,
vitamin, dan elektrolit.

Dengan didukung oleh organ aksesori: pancreas,


hepar, dan kandung empedu (gallbladder).

40
Kerja Pencernaan Di Usus Halus

• Usus halus tidak mensekresi enzim pencernan


ke lumen.
• Pencernaan di dalam lumen dilakukan oleh
enzim yang berasal dari pankreas dan bile salt
dari empedu
• Di permukaan luminal sel epitel / mukosa usus
terdapat tonjolan seperti rambut (mikrovilli =
brush border), yang mengandung berbagai
enzim.
• Sitoplasma sel epitel mukosa juga mengandung
sejumlah enzim peptidase
42
Fungsi Duodenum

• Duodenum berfungsi sebagai tempat


pencampuran ( “mixing bowl”)
• Bahan: kimus dari lambung dan sekresi cairan
pencernaan dari pancreas dan hepar-gallbladder

43
Fungsi Jejunum

• Sebagai tempat utama berlangsungnya digesti


secara kimiawi dan proses absorpsi.

44
Fungsi Ileum

• Meneruskan bahan yang tidak diabsorpsi menuju


usus besar.
• Melalui katup/sfinkter ileocecal.
• Sfinkter berperan mengatur perpindahan isi ileum
ke cecum (bagian awal usus besar).

45
Hubungan Kerja Lambung Dengan Kerja Usus
Halus

• Terdapat 2 refleks yang mempengaruhi aktivitas


usus halus akibat inisiasi yang dilakukan reseptor
regang (stretch receptor) di lambung:
– Gastroenteric reflex
– Gastroileal reflex

• Aktivitas yang terjadi dari reflex ini menyebabkan


sekresi dan percepatan motilitas isi usus .
46
47
K7

ORGAN AKSESORI PENCERNAAN

ABSORPSI DI SALURAN CERNA

FISIOLOGI USUS BESAR

48
ORGAN AKSESORI PENCERNAAN

49
PANKREAS
• Kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan 1–2 L/
hari pancreatic juice ke duodenum.
• Mengandung bicarbonate (HCO3–), enzim digesti,
serta precursor enzim digesti (digestive
proenzymes) yang inaktif.

50
51
Regulasi Sekresi Pankreas

3 jenis stimulus yang menyebabkan sekresi:


1. Asetilkolin (dari N.Vagus dan nervus kolinergik
persarafan enterik).
2. Cholecyctokinin (dari mukosa duodenum dan
jejunum; akibat stimulasi mekanis/kimiawi di
usus halus).
3. Sekretin (dari mukosa duodenum; akibat
stimulasi asam di usus halus)

52
53
Hepar dan kandung empedu
• Peran hepar dalam pencernaan adalah
memproduksi empedu (bile) yang disimpan dan
dipekatkan di kandung empedu (gallbladder).

54
• Komponen bile yang berperan dalam pencernaan
adalah: bile salts, lecithin, dan bikarbonat.

55
Bile salts berfungsi untuk:
1. Emulsifying / detergent; mengurangi tegangan
permukaan partikel lipid. Sehingga memudahkan
kerja lipase dalam menghidrolisa lemak.

2. Promote absorption; bagi fatty acids,


monoglycerides, cholesterol, dan lipid lainnya.
56
• Dengan cara menempatkan lipid di
bagian dalam suatu kesatuan dengan bile
salts, yang disebut micelles.
• Micelles bersifat semi-soluble dalam
kimus karena sifat hidrofilik bagian
luarnya.

Memudahkan hasil digesti lipid


disampaikan ke epitel absorpsi.
Tanpa adanya bile salts, 40% asupan
lipid akan terbuang melalui feses.

57
REGULASI SEKRESI GALLBLADDER

• Stimulator:
– Cholecystokinin (CCK)
– Asetilkolin (aktivitas parasympathetic)
– Bahan cholagogues: asam lemak (FA), produk
protein, kuning telur, MgSO4 (stimulator CCK)

• Inhibitor: sympathetic

58
59
ABSORPSI DI SALURAN CERNA

60
• Proses absorpsi terjadi pada umumnya di usus halus.
• Absorpsi dapat terjadi di lambung dan usus besar,
untuk zat tertentu. Sel mukosa lambung dan usus
besar memiliki tight junction dan tidak dipersiapkan
secara spesifik untuk fungsi absorpsi nutrien.
• Zat yang larut lemak seperti alkohol dan aspirin dapat
diabsorpsi di lambung.
• Beberapa senyawa asam dan gas serta kelebihan air
dan elektrolit diabsorpsi di usus besar.

61
aspirin
Sirkulasi Darah Dari Saluran Cerna

Hasil absorpsi akan dibawa


melalui vena porta hepatica
menuju hepar, sebelum
sampai ke sirkulasi sistemik.

Vena porta hepatika berasal


dari 1/3 distal esofagus s/d
rektum
ABSORPSI AIR: DIFFUSION

• Air mengalami absorpsi


dari lumen ke sirkulasi
melalui cara difusi
• Namun air juga dapat
berpindah ke arah
sebaliknya
• Arah perpindahan air
mengikuti perbedaan
osmolaritas antara plasma
dan kimus.
64
Daily Water Turnover

65
ABSORPSI NATRIUM:
ACTIVE TRANSPORT & FACILITATED DIFFUSION
• Natrium (sodium)
ditransport secara aktif
(menggunakan ATP) dari
sel epitel ke paraselular
 sirkulasi
• Perpindahan Na+ ke
paraselular menyebabkan
rendahnya Na+ intrasel
 memfasilitasi lebih
banyak Na+ berdifusi dari
lumen ke intrasel
(facilitated diffusion) 67
ABSORPSI BIKARBONAT:
INDIRECT ABSORPTION

• Bikarbonat disekresikan ke lumen saluran cerna


dari pancreas maupun kandung empedu.
• Ketika Na+ diabsorpsi dari lumen, sejumlah ion H+
akan dipertukarkan
• Bikarbonat (HCO3-) di lumen akan berikatan
dengan H+  H2CO3  disosiasi menjadi H2O
dan CO2
• CO2 berdifusi ke dalam sirkulasi, H2O berdifusi
mengikuti gradien osmosis
68
ABSORPSI KARBOHIDRAT:
Na CO-TRANSPORT dan FACILITATED DIFFUSION
• Karbohidrat diabsorpsi dalam bentuk
glukosa, galaktosa, dan fruktosa
• Glukosa dan galaktosa ditransport
dari lumen (ke dalam sel epitel) oleh
protein transpot bersama-sama
dengan Na+, disebut co-transport
(secondary active transport)
• Selanjutnya glukosa akan menggunakan
protein transport lain, untuk
dipindahkan dari sel epitel ke
paraseluler  sirkulasi
69
• Fruktosa ditransport dengan facilitated diffusion:
Fruktosa yang masuk ke sel epitel difosforilasi dan
diubah menjadi glukosa  sebagaimana glukosa
akan ditransport menggunakan protein transport
untuk berpindah dari sel epitel ke paraseluler 
sirkulasi.

70
ABSORPSI PROTEIN:
Na CO-TRANSPORT DAN FACILITATED DIFFUSION

• Protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino,


dipeptida, dan tripeptida
• Mekanisme transport menggunakan protein
transport yang spesifik bersama Na+, sebagai
mekanisme co-transport
• Sebagian asam amino juga menggunakan
mekanisme transport facilitated diffusion, tidak
memerlukan co-transport dengan Na+.

71
ABSORPSI LEMAK
• Lemak dapat diabsorpsi dalam bentuk
monogliserida (MG) dan asam lemak
bebas (FFA)
• Micelles membawa MG dan FFA ke
mikrovili usus halus  MG dan FFA
berdifusi ke sel epitel  dibentuk
menjadi trigliserida (TG) di reticulum
endoplasma  berikatan dengan
protein membentuk chylomicron 
melalui memban basal sel epitel menuju
pembuluh lymph  menuju sirkulasi

• Sebagian asam lemak rantai pendek dan


medium dapat langsung diabsorpsi ke
sirkulasi dengan cara difusi. 72
FISIOLOGI USUS BESAR

73
Fungsi Usus Besar

(1) Sebagai reservoir.


(2) Mengabsorpsi air dan elektrolit dari sisa kimus (ca.
500–1500 mL) sehingga hanya akan menyisakan
kandungan air sebanyal 150-200 mL.

Fungsi tambahan: pencernaan secara fermentasi


terhadap sisa karbohidrat (indigestible CH) oleh
bakteri anaerob  mengasilkan asam lemak rantai
pendek (SCFA) yang berguna untuk sel epitel kolon,
hepatosit, dan menghasilkan energi.
74
Motilitas Usus Besar

3 tipe motilitas:
• Haustration: kontraksi segmentasi dari setiap
kantung haustra.
• Peristaltik (terdapat pacemaker di kolon
transversa).
• Mass movements; yang timbul 2–3 x/hari.

• Secara umum, motilitas kolon dipengaruhi


reflex gastrokolik.

75
Mekanisme
Defekasi

76
Source of Texts and Figures:

1. Textbook of Medical Physiology, Guyton & Hall


2. Ganong’s Review of Medical Physiology
3. Fundamentals of Physiology, Sherwood L.
4. Human Anatomy and Physiology, Marieb EN
5. Color Atlas of Physiology, Despopoulos & Silbernagl
6. Anatomy & Physiology, Martini FH

Anda mungkin juga menyukai