Anda di halaman 1dari 16

Leptospirosis

Sejarah1
• 1870 Heidelberg, Jerman. Dikenal sebagai “Weil’s Disease” dengan
gejala demam, kuning, hepatomegaly, splenomegaly dan penurunan
fungsi ginjal)
• 1915 Eropa, Disebabkan oleh Leptospira Icterohemorrhagiae yang di
kultur dari darah Guinea Pig dan gejala klinis kronis kegagalan ginjal
• 1915 Asia Tenggara, Jepang dan China, dikenal sebagai penyakit
“Akiyama (Musim gugur)” karena diderita oleh petani di musim gugur
• 1917 Vektor leptospira ditemukan berasal dan dibawa dari tikus
• 1935 Michin dan Azinov bahwa transmisi penyakit bisa kepada hewan
vertebrae lainnya, infeksi kemanusia merupakan “dead end host”
Distribusi Penyakit1

• Berdasarkan laporan beberapa tahun terakhir, insiden kasus Leptospirosis secara


global di perkirakan dari 0,1-1 per 100.000 per tahun di daerah beriklim sedang
dan 10-100 per 100.000 pertahun di daerah tropik lembab.

• Sedangkan tahun 2014 hingga bulan Oktober dilaporkan sebanyak 411 kasus
dengan kematian sebanyak 56 kasus (CFR 13,63%). Terjadi peningkatan angka
kematian karena terjadi KLB di Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Tengah karena
intensitas hujan yang tinggi berakibat tejadinya banjir
Definisi1,2
• Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri
berbentuk spiral dari genus Leptospira yang pathogen, yang ditularkan secara
langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia.
Etiologi1,2

• Leptospirosis disebabkan oleh organisme pathogen dari genus


Leptospira yang termasuk dalam ordo Spirochaeta dalam Famili
Trepanometaceae.

• Ukuran bakteri ini 0,1 mm x 0,6 mm sampai 0,1 mm x 20 mm.


Leptospira dapat di warnai dengan pewarnaan karbolfuchsin. Namun
bakteri ini hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap.
Bakteri ini bersifat aerob obligat dengan pertumbuhan optimal pada
suhu 280C-300C dan pH 7,2 – 8,0. Masa inkubasi 7-10 hari.
Leptospira sp. 1

• L. alexanderi, L. mayottensis

• L. borgpetersenii L. noguchii
L. santarosai
• L. interrogans
L. weilii.
• L. kirschneri
Resevoir1

• Leptospirosis di Indonesia terutama disebarkan oleh tikus yang melepaskan


bakteri melalui urin ke lingkungan. Reservoir yang tahan terhadap infeksi bakteri
Leptospira tikus got (Rattus Norvegicus) kebun/ladang (Rattus exulans) akan
menjadi sumber penularan pada manusia dan hewan. Sedangkan tikus yang peka
terhadap infeksi bakteri Leptospira seperti tikus rumah asia (Rattus tanezumi),
tikus got (Rattus norvegicus).
Siklus Hidup
Faktor Resiko1
Faktor Pekerjaan:
• Pertanian atau binatang, pekerja peternakan, pekerja perkebunan karet, pekerja
abbatoir, pengolahan ikan dan unggas, laboratorium, tukang sampah, dsb.
Faktor Kebiasaan Sehari-hari
• tidak memakai alas kaki, kebiasaan mandi di sungai, perilaku hidup bersih yang
kurang baik seperti keberadaan sampah di dalam rumah dan kurang pengetahuan
tentang Leptospirosis.
Faktor Lingkungan dan Tempat tinggal
• seperti di daerah rawan banjir, daerah kumuh, persawahan/perkebunan dan
tempat rekreasi (kolam renang, danau).
Gambaran Klinis3
• Fase Leptospiraemia
- Hari 1 – 2: Nyeri kepala, sakit otot, hiperestesi kulit, demam tinggi,
mual/muntah, mencret
- Hari 3-4 konjungtiva suffision fotofobia;
- Hari 4-7 hepatosplenomegaly dan limfadenopati
• Fase Imun
- Terjadi terjadi setelah 7-21 minggu setelah onset demam mencapai 40
derajat celcius, dengan titer antibody meningkat. Dapat dijumpai juga
leptospira dalam urin
Gejala Klinis1
• Gejala Suspek
• Gejala Probable
a) Nyeri betis;
1) Nyeri otot;
b) Ikterus;
2) Lemah (malaise) dengan atau tanpa;
c) Oliguria/anuria;
3) Conjungtival suffusion (mata merah tanpa
d) Manifestasi perdarahan;
eksudat);
e) Sesak nafas;
f) Aritmia jantung;
g) Batuk dengan atau tanpa hemoptisis;
h) Ruam kulit.
i) Fotofobia
j) Mual, muntah
Laboratorium1,3
Kasus Probable
• Trombositopenia <100 000 sel/mm;
• b) Lekositosis dengan neutropilia> 80%;
• c) Kenaikan bilirubin total >2gr% atau amilase atau CPK;
• d) Pemeriksaan urin proteinuria dan/atau hematuria.

Kasus Konfirmasi
1)Isolasi bakteri Leptospira dari spesimen klinik;
2) PCR positif;
3) Sero konversi MAT dari negatif menjadi positif atau adanya kenaikan titer 4x dari pemeriksaan awal;
4) Titer MAT 320 (400) atau lebih pada pemeriksaan satu sampel.
Tatalaksana3
Indikasi Regimen Dosis
Doksisiklin 2 x 100 mg
Leptospirosis ringan
Ampisilin 4 x 500 – 750 mg
Amoksisiklin 4 x 500 mg
Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam iv
Leptospirosis sedang/berat
Ampisilin 1 gram / 6 jam iv
Amoksisiklin 1 gram / 6 jam iv
Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg / minggu
Prognosis1
Jika tidak ada icterus, penyakit jarang fata. Pada kasus dengan icterus,
angka kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun dan pada usia lanjut
mencapai 30 – 40 %
Terima Kasih
Daftar Pustaka
1. KEMENKES. Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014
2. Haake, D. K, Levett, P. N. Leptospirosis in Human. HSS Public Access;
2015
3. Setiati, dkk. Buku Ajar Illmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi Vi. Interna
Publishing; 2014

Anda mungkin juga menyukai