Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit
ini disebut juga Weil disease, Conicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever,atau
Swineheard disease. Pada tahun 1886 Adolf Weil pertama kali melaporkan penelitian
tentang penyakit ini, ia menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan
gejala demam, icterus, pembesaran hati dan limpa, serta kerusakan ginjal. Pada tahun
1915 Inada menemukan penyebab leptospirosis adalah Spirocheate aicterohemorrhagie.
Di China penyakit ini disebut sebagai penyakit akibat pekerjaan (occupational disease)
karena banyak menyerang para petani. Di jepang penyakit ini disebut dengan penyakit
demam musim gugur. Penyakit ini juga banyak ditemukan di Rusia, inggris, Argentina,
dan Australia.
Di Indonesia gambaran klinis leptospirosis dilaporkan pertama kali oleh Van deer Scheer
di Jakarta pada tahun 1892, sedangkan isolasinya dilakukan oleh Vervoot pada tahun
1922. Di berbagai daerah di tanah air, sudah berhasil di isolasi berbagai serovar, antara
lain Leptospira bataviae, L. javanica, L. australis, L. semaranga, L. icterohaemorrhaguae,
L. canicola, dari Jakarta, Ambarawa, Riau, Bangka, dan Bogor.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah yang dimaksud Leptospirosis?
Apa etiologi dari Leptospirosis?
Sebutkan manifestasi klinis dari Leptospirosis?
Bagaimana patofisiologi dari Leptospirosis?
Bagaimana pengkajian pada Leptospirosis?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi dari Leptospirosis.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari Leptospirosis.
3. Mahasiswa mampumenyebutkan manifestasi klinik dari Leptospirosis.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi Hemoroid.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dari Leptospirosis.
6. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Hemoroid.

1
BAB II

KONSEP TEORI

2.1.Definisi
Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyakit
ini disebut juga Weil disease, Conicola fever, Hemorrhagic jaundice, Mud fever,atau
Swineheard disease. Pada tahun 1886 Adolf Weil pertama kali melaporkan penelitian
tentang penyakit ini, ia menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan
gejala demam, icterus, pembesaran hati dan limpa, serta kerusakan ginjal. Pada tahun
1915 Inada menemukan penyebab leptospirosis adalah Spirocheate
aicterohemorrhagie.
Di China penyakit ini disebut sebagai penyakit akibat pekerjaan (occupational
disease) karena banyak menyerang para petani. Di jepang penyakit ini disebut dengan
penyakit demam musim gugur. Penyakit ini juga banyak ditemukan di Rusia,
inggris, Argentina, dan Australia.
Di Indonesia gambaran klinis leptospirosis dilaporkan pertama kali oleh Van
deer Scheer di Jakarta pada tahun 1892, sedangkan isolasinya dilakukan oleh Vervoot
pada tahun 1922. Di berbagai daerah di tanah air, sudah berhasil di isolasi berbagai
serovar, antara lain Leptospira bataviae, L. javanica, L. australis, L. semaranga, L.
icterohaemorrhaguae, L. canicola, dari Jakarta, Ambarawa, Riau, Bangka, dan Bogor.

2.2.Epidemologi
Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, baik di Negara berkembang maupun
Negara maju, di daerah pedesaan dan perkotaan. Suatu penelian melaporkan 31%
abak di daerah perkotaan dan 10% anak di pinggiran kota pernah terpapar leptospira,
yang ditunjukkan dengan adanya antibody terhadap leptospira.
Di Inodensia, penyakit ini tersebar di pulau Jawa, Sumsel, Riau,
Sumbar, Sumut, Bali, NTB, Susel, Sulut, Kaltim, dan Kalbar. KLB tercatat terjadi di
Riau (1986), Jakarta (2002) (diperoleh 138 spesimen dengan 44,2% positif), Bekasi
(2002), dan Semarang (2003)
Leptospira dapat menyerang semua jenis mamalia seperti tikus, anjing,
kucing, landak, sapi, burung, dan ikan. Hewan yang terinfeksi dapat tanpa gejala
sampai meninggal. Suatu laporan hasil penelitian tahun 1974 di Amerika Serikat
menyatakan 15-40% anjing terinfeksi, dan penelotian lain melaporkan 90% tikus

2
terinfeksi leptospira. Hewan-hewan tersebut merupakan vector penyakit pada
manusia. Manusia merupakan ujung rantai penularan penyakit ini.
Manusia yang beresiko tertular adalah pekerjaannya berhubungan dengan
hewan liar dan hewan peliharaan seperti peternak,petani, petugas laboratorium, hean
dan bahkan tentara. Wanita dan anak di perkotaan sering terinfeksi setelah berenang
dan piknik di luar rumah. Orang yang hobi berenang termasuk yang sering terkena
penyakit ini.
Angka kematian akibat penyakit ini relative rendah, tetapi meningkat dengan
bertambahnya usia. Mortalitas bisa mencapai lebih dari 20% bila disertai icterus dan
kerusakan ginjal. Pada penderita yang berusia lebih dari 51 tahun , mortalitasnya
mencapai 56%.

2.3.Etiologi
Genus leptospira yang termasuk dalam ordo spirocheata dari family trepanometaceae
adalah bakteri yang berbentuk seperti benang dengan panjang 6-12 m. Spesies L.
innterogans adalah spesies yang dapat menginfeksi manusia dan hewan. Saat ini
terdapat minimal 180 serotipe dam 18 serogroup yang sudah teridentifikasi dan
hampir setengahnya terdapat di Indonesia.
Karena ukurannya yang sangat kecil, leptospira hanya dapat dilihat dengan
mikroskop medan gelap atau mikroskop electron. Bakteri leptospira berbentuk spiral
dengan ujung-ujung seperti pengait. Bentuk yang demikian menyebabkan leptospira
dapat bergerak sangat aktif untuk maju, mundur arau berbelok. Bakteri ini peka
terhadap asam. Meskipun didalam air tawar dapat bertahan hidup sampai sekitar satu
bulan, namun dalam air yang nekat seperti air selokan, air kencing atau, air laut,
leptospira akan cepat mati.
Lingkungan yang sesuai untuk hidup leptospira adalah tanah panas dan
lembab seperti kondisi daerah tropis. Bakteri ini dapat hidup sampai 43 hari pada
tanah yang sesuai dan sampai beberapa minggu dalam air terutama air tawar. Urine
seekor sapi yan terinfeksi dapat mengandung 100 juta leptospira/mm.

2.4.Manifestasi Klinis
Penyakit ini merupakan penyakit infeksi system akut yang ditandai dengan vaskulitis
yang menyeluruh. Masa inkubasi 7-12 hari, bahkan ditemukan antara 2-20 hari.
(Sumarmo,2002)
3
Dalam perjalanan penyakit dibedakan dalam 2 fase :
1. Fase 1 atau septicemia, berlangsung 4-7 hari. Pada hari fase ini, leptospira
menghilang dari darah, dari cairan serebrospinal dan jaringan lain, kecuali
squeous humor mata dan prenkin ginjal.
2. Fase 2, awal fase ini ditandai dengan meningkatnya titer antibody leptospira
secara cepat, oleh sebab itu fase ini disebut juga fase imun. Fase 2 berlangsung 4-
30 hari. Pada saat ini terjadi leptospiura yang dapat berlangsung selama 1 minggu
sampai 1 bulan. Meningitis, ganguan hati dan ginjal,akan mencapai puncaknya
pada fase ini.
Beberapa peneliti menyebutkan adanya fase ke-3 dan fase konvalesense. Fase ini
terjadi antara minggu ke-2 dan ke-4, pada saat ini demam dan nyeri dapat timbul
kembali.

2.5.Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai leukositosis, normal atau menurun,
hitung jenis leukosit, terdapat peningkatan jumlah netrofil. Leukositosis dapat
mencapai 26.000 per mm pada ke adaan anikterik.
2. Pemeriksaan fungsi ginjal
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Pemeriksaan laboratorium khusus
- Pemeriksaan mikroskopik dan immunostaining
- Pemeriksaan molekuler
- Biakan
- Inokulasi hewan percobaan

2.6.Penatalaksanaan
Leptospirosis ringan cukup diatasi dengan istirahat dirumah, diberikan obat penurun
panas dan antibiotic untuk kuman Leptospirosis (dexocilin). Pasien juga diberikan
obat simptomatis sesuai dengan keluhan pasien. Pemberian nutrisi juga perlu
diperhatikan karena nafsu makan biasanya menurun. Perlu pemberian nutrisi
seimbang dengan kebutuhan kalori dan disesuaikan keadaan fungsi hati serta ginjal
yang menurun.

4
Untuk leptospirosis yang cukup berat, pengobatan dengan Benzyl Penicillin 6-
8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicilin 4-5 MU/hari kemudian
dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya lama
pengobatan 5-6 hari.
Jika pasien alergi penicillin digunakan tentracyline dengan dosis asal 500mg,
kemudian 2500 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500 mg/ 6 jam
peroral selama 6 hari. Atau Erythromcin dengan dosis 250 mg/ 6 jam selama 5 hari.
Tetracyline dan Erythomicyn kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.
Pemberian Ceftriaxone dosis 1 g. iv. Selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda
dengan pengobatan menggunakan penicillin.
Oxtetracyline digunakan dengan dosis 1.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g.
tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa peneliti tidak dapat
mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal.

2.7.Pencegahan
Sanitasi lingkungan harus diperhatikan terutama di daerah peternakan, pemotongan
hewan atau dikolam renang. Kapanye rumah yang antitikus (rat proof) perlu
dilakukan. Perlindungan bagi pekerja peternakaan yang harus diberikan adalah sepatu
bot, sarung tangan, masker dan baju pelindung. Imunisasi bagi yang sering
berhubungan dengan hewan penularan juga perlu dilakukan.
Penyuluhan tentang higine pribadi dan penularan penyakit ini akan membantu
untuk mencegah KLB. Kewaspadaan petugas kesehatan dapat berupa pengawasan
situasi pascabanjir, mengisolasi hewan sakit dari rumah penduduk dan daerah wisata
(sebagai perlindungan dari urin hewan), vaksinasi hewan peliharaan dengan strain
local , serta mengontrol vector bila diperlukan. Kewaspadaan ini diperlukan sebagai
upaya untuk mencegah penyebaran penyakit.

2.8.Penularan
Infksi pada manusia dapat menjadi melalui beberapa cara berikut ini :
1. Kontak dengan air, tanah, dan lumpur yang tercemar bakteri.
2. Kontak dengan organ, darah dan urin hewan terinfeksi
3. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi

5
Berdasarkan berbagai data, infeksi yang tersering adalah melalui cara pertama.
Bakteri masuk ketubuh manusia melalui kulit yang lecet atau luka dan mukosa,
bahkan dalam literature disebutkan bahwa penularan penyakit ini dapat melalui
kontak dengan kulit intak (sehat) tertama bila di kontak lema dnegan air. Hewan
penular utama pada manusia adalah tikus. Di Amerika serikat penularan terbesar
adalah anjing. Di Indonesia, infeksi ini banyak terjadi di daerah baniir. Detergen
bahkan dengan konsentrasi rendah sekalipun, terbukti dapat menghambat
perkembangan hidup leptospira.
Faine S. menyatakan bahwa terdapat tiga pola epidemologi leptospira, yaitu :
1. Penularan via kontak langsung, biasanya pada daerah beriklim sedang, sering
terjadi di peternakan sapi dan babi.
2. Penularan atau penyebaran penyakit karena kontaminasi yang luas pada
lingkungan, biasanya pada iklim tropis-basah ( musim hujan ). Paparan pada
manusia secara lebih luas tidak terbatas karena pekerjaan.
3. Penularan via infeksi rodensia pada lingkungan perkotaan yang kumuh.

2.9.Patofisiologi
Leptospirosis masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran
darah dan berkembang lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh kemudian terjadi
respon imunologi, baik secara seluler maupun humoral sehingga infeksi ini dapat
ditekan dan terbentuk antibody spesifik, walaupun demikian beberapa organisme ini
masih bertahan. Pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti didalam ginjal di
mana sebagaian mikro organisme akan mencapai convulused tubules, bertahan di
sama dan dilepas melalui urin. Leptospirosis dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8
hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun kemudian leptospirosis dapat hilang dengan fegositosis dan
mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya ditemukan
dalam jaringan ginjal dan okuler leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.PENGKAJIAN
a. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, Demam tinggi, sakit kepala, malaise (
lemah / lesu), muntah, konjungtivitis ( radang mata ), rasa nyeri otot betis dan
punggung. Gejala-gejala tersebut akan tampak antara 4 9 hari.
b. Riwayat Masa Lalu : riwayat pasien tentang kontak dengan lingkungan sekitar
secara spesifik seperti air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni
hewan penderita leptospirosis, yang masuk kedalam tubuh manusia melalui
selaput lender ( mukosa ) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang
terkontaminasi urine hewan terinfeksi leptospira
c. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka dikulit,
sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri lambung.
d. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
bakteri antraks, dan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui kelainan
perdarahan, dan komplikasi.
e. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
f. Dischart Planning:
Kalau ada tawaran daging murah, jangan dibeli, mungkin sekali daging
tersebut berasal dari tempat pemotongan gelap yang tidak terjamin.
Jaga lingkungan sekitar secara spesifik seperti air, tanah atau tanaman
yang telah dikotori oleh air seni hewan penderita leptospirosis .
Masyarakat agar membeli daging dari rumah pemotongan hewan yang
mempunyai izin operasi dan ditandai dengan stempel/cap pada daging.
Seyogyanya juga membeli daging dari pasar swalayan atau kios kios
daging yang memiliki izin, bersih dan hygiene.

3.2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Hypertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit
b) Nyeri ( kepala, dada, persendian ) akut berhubungan vasospasme
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

7
d) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses
penyakit dan penatalaksanaannya
e) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
f) Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan berhubungan
dengan fase diuretic GGA, dengan peningkatan volume urine dan
melambatnya kemampuan absorpsi tubular
g) Curah jantung menurun berhubungan dengan degenerasi sel-sel otot miokard.
h) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolar- kapiler ( efek inflamasi )

3.3.PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Umum
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Hypertemi berhubungan Tujuan : Mandiri
dengan peningkatan Setelah dilakukan tindakan pantau tanda vital,
metabolism penyakit , keperawatan selamaTujuan : perhatikan
ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan adanyadiaphoresis
DS : Demam keperawatan selama 3 X 24 berikan pakaian
DO :suhu meningkat, akral jam, suhu tubuh klien kembali tipis, longgar
panas ,kulit kering normal sesuai dengan
Kriteria hasil : kebutuhan
Suhu tubuh 36-37C berikan kompres
Akral teraba hangat hangat air biasa
Kulit lembab anjurkan pasien
banyak minum
kolaborasi
pemberiananti
piuretik

8
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2 Nyeri (kepala,dada, Tujuan : Mandiri
persendian)akut Setelah dilakukan kaji skala nyeri ,lokasi nyeri,
berhubungan tindakan keperawatan identitas nyeri
viasospasme, ditandai 3 X 24 jam ,nyeri monitor tanda- tanda vital
dengan : berkurang sampai berikan posisi yang nyaman
DS :nyeri dengan hilang . pertahankan lingkungan yang
DO :Wajah meringis Klien tenang
melaporkan diskusikan dengan pasien
nyeri dan keluarga penyebab nyeri
berkurang s/d diskuikan mengenai
hilang pentingnya posisi atau ltak
ekspresi wajah tubuh yang normal
tidak tegag lakukan teknik massage atau
/meringis rellaksasi
tanda-tanda berikan bantuan sesuai
vital dalam kebutuhan
batas normal o Kolaborasi
skala nyeri pemberian obat analgetik

NO DIAGNOSA TINDAKAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
3 Intoleran aktivitas Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan bantu
kelemahan umum ,ditandai keperawatan 3 X23 Jam , kebutuhan
dengan aktivitas klien meningkat klien
DS:- secara normal anjurkan klien
DO :Malaise, bedrest Ktiteria hasil : untuk
klien dapat melakukan
beraktivitas dengan aktivias secara

9
bantuan minimal bertahap
meningkatnya fungsi bantu klien
bagian tubuh yang latihn ROM
sakit aktif dan pasif
tingkatkan
aktivitas dan
partisipasi
dalam
merawat diri
sendiri sesuai
kemampuan
observasi
adanya daerah
yangmenglami
nyeri

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTRVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
4 Kurang pengetahuan Tujuan :setelah dilakukan Mandiri
berhubungan dengan kurang tindakan kep kaji tingkat
informasi tentang proses keperawatan selama 2 X 24 pengetahuan
penyakit dan jam pengetahuan klien klien tentang
pentalaksanaanya , ditandai meningkat. penyakitnya
dengan : Kriteria hasil: jelaskan
DS : - klien mengerti dan tentang proses
DO :tampak bertanya kenapa memahami penyakit penyakit
ikterik yang dialaminya cara penularan
klien dapat dan
menjelaskan pencegahanna.
penyakit yang Tinjau factor
dialaminya resiko

10
klien dapat individual dan
bekerjsama dalam bentuk
tindakan penularan
keperawatan Kolaborasi
Terapi obat-
obatan efek
samping,
ketaatan
program

B. Resiko Infeksi ( Resiko Komplikasi )


1. Pada Hati

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
5 Perubahan status nutrisi : kurang Tujuan: Mandiri
dari kebutuhan tubuh Seetelah dilakukan Pantau
berhubungan dengan kegagalan tindakan pemasukan
untuk memenuhi kebutuhan keperawatan selama diet /jumlah
metabolic, ditandai dengan: 3 X24 jam, kalori
DS :muntah kebutuhan nutrisi Timbang berat
DO:nafsu makan menurun klien terpenuhi. badan setiap
Kriteria hasil : hari
Berat badan klien Berikan makan
meningkat sedikit tetapi
Klien menghabiskan sering
porsi makan Diskusikan
Klien tampak lebih makanan yang
segar dan disukai klien
bersemangat Sajikan dalam
keadaan

11
hangat
Berikan
lingkungan
yang nyaman
Anjurkan
makan posisi
duduk tegalk
Diskusikan
pentingnya
asuopan nutrisi
dalam
penyembuhan
Kolaborasi
Pemberian
vitain nafsu
makan

2. Pada Gagal Ginjal

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
6 Ketidak seimbangan cairan Tujuan: Mandiri
elektrolit :kurang volume Setelah dilakukan tindakan Lakukan
cairan berhubungan dengan keperawatan selama 3X 24 UMU selama
fase diuretic GGA , dengan jam kebutuhan cairan klien 24 jam secara
peningkatan volume urin dan terpenuhi . akurat
melambatnya kemampuan Kriteria hasil : Berikan asupan
absorbs tubular , ditandai Intake dan output cairan sesuai
dengan cairan blance indikasi
DS :muntah Tidak terjadi Pantai denyut
DO: oedem, dehidrasi jantung
hipovolemik Turgor kulit normal ,tekanan darah ,

12
Tidak terjadi cvp.
oedem Pantau tanda-
tanda dehidrasi
Kaji tingkat
kesadaran
,gelisah, status
mental
Kaji turgor
kulit, pantau
adanya oedem
Kolaborasi
Pemberian
terapi sesuai
indiksi,pemerik
saan
laboratorium

3. Pada Jantung

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
7 Urah jantung menurun Tujuan : setelah Mandiri
berhubungan dengan dilakukan tindakan Kaji frekuensi , irama
degenerasi sel-sel otot asuhan keperawatan , bunyi jantung
miokard , ditandai dengan: selama 3X 24 jam curah auskultasi nadi apical
DS : - jantung mencukupi untuk Observasi tanda-
DO : TTV abnormal kebutuhan individual tanda vital
Kriteria hasil : Pantau urine,
Menunjukan penurunan kepekatan,
tanda vital dalam kosentrsi urine
batas normal Kaji perubahan
Bebas gejala sensori,latergi,
gagal jantung bingung disorientasi,

13
Ikut serta aktivitas cemas ,depresi
yang mengurangi Anjurkan istirahat
beban jantung batasi aktivitas
Tinggikan
kaki,hindari tekanan
bawah lutut,
Kolaborasi
Berikan oksigen
sesuai indikasi

4. Pada Paru

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
8 Gangguan pertukaran gas Tujuan : Mandiri
berhubungan dengan Setelah dilakukan Kaji frekuensi
perubahan membrane alveolar- tindakan asuhan ,kdalaman
kapiler (efek inflamasi ), keperawatan selama 3 X pernapasan, catat
ditandai dengan 24 Jam , kebutuhan penggunaan otot
DS : - oksigen mencukupi akssori , napas bibir
DO : RR meningkat , sesak kebutuhan individual Tinggikan kepala
Kriteria hasil : tempat tidur
Menunjukan Dorong pasien
perbaikan ventilsi bernapas dalam
dan perlahan
oksigenasijaringa Dorong
n adekuat mengeluarkan
GDA dalam sputum
rentang normal Auskultasi bunyi
Bebas gejala nafas
distress Awasi tingkat
pernafasan kesadaran
Berpartisipasi Berikan lingkungan

14
dalam program tenang,batasi aktivita
pengobatan dalam pasien
tingkat Awasi tanda
kemampuan klien vital,irama jantung ,
kolaborasi
Berikan oksigen
hasil GDA

5. Pada Otak

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
9 Perubahan perfusi jaringan Tujuan: Mandiri
serebral berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi tanda-
dengan hivovolemia keperawatan selama 3 X 24 tanda vital
ditandai dengan : Jam , fungsi serebral Evaluasi keadaan
DS : meningkat , deficit , neurologi pupil,cacat ukuran
DO: Sianosis dapat diperbaiki ketajaman, kesamaan
Kriteria hasil : antara kiri dan kanan
Mempertahankan ,dan reaksi terhadap
tingkat kesadaran biasa cahaya
/ perbaikan ,kognisi dan Kaji respon
fungsi motoric/sensorik motoric terhadap
Mendemonstrasikan perintah yang
tanda vital stabil dan sederhana
taka da tanda- tanda Hindari
pemningkatan TIK pemakaian bantal
besar pada kepala,
pertahankan letak
leher dan kepala
pada posisi tengah
Berikan waktu
istirahat diantara

15
waktu aktifitas
keperawatan dan
batasi waktu
setiap prosedur
tersebut
Berikan
lingkungan
nyaman dan
tenang
Kolaborasi
Berikan oksigen
terapi sesuai
indikasi

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


1. Hypertemi berhubungan dengan peningkatan metabolism penyakit
Mandiri
a. Memantau tanda-tanda vital dan memperhatikan adanya diaphoresis
b. Memberikan pakaian yang tipis , terang longgar sesuai kebutuhan
c. Memberikan kompres hangat air biasa
d. Mengajukan pasien banyak minum

Kolaborasi

a. Memberikan antipiuretik

2. Nyeri (kepala dada persendian) akut berhubungan dengan vasospasme

Mandiri

a. Mengkaji skala nyeri , lokasi nyeri , intensitas nyeri


b. Memonitor tanda-tanda vital
c. Memberikan posisi yang nyaman
d. Mempertahankan lingkungan yang tenang
e. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga penyebab nyeri

16
f. Mendiskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak yang normal
g. Melakukan teknik massnge atau relaksasi
h. Melakukan bantuan sesuai kebutuhan kolaborasi
i. Memberikan obat analgetik

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


a. Membantu kebutuhan klien
b. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
c. Membantu klien melakukan latihan ROM aktiv dan pasif
d. Meningkatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri
sesuai kemampuan
e. Mengobservasi adanya daerah yang menglami nyeri

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan


penatalaksanaannya

Mandiri

a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya


b. Menjelaskan tentang proses penyakit cara penularan dan
pencegahannya.
c. Meninjau factor resiko individual dan bentuk penularan

Kolaborasi

a. Menerapi obat-obatan efek samping, ketaatan program

5. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Mandiri

a. Memantau pemasukan diet atau jumlah kalori


b. Menimbang berat badan setiap hari
c. Memberikan makan sedikit tetapi sering
d. Mendiskusikan makanan yang disukai klien
e. Mensajikan dalam keadaan hangat

17
f. Memberikan lingkungan yang nyaman
g. Menganjurkan makan posisi duduk tegalk
h. Mendiskusikan pentingnya asuopan nutrisi dalam penyembuhan

Kolaborasi

a. Memberikan vitain nafsu makan

6. Ketidakseimbangan cairan elektrolit kurang volume cairan berhubungan


dengan fase diuretic,GGA,dengan peningkatan volume urin dan melambatnya
kemampuan absorsi tubular.

Mandiri

a. Melatih UMU selama 24 jam secara akurat


b. Memberikan asupan cairan selama 24 jam sesuai indikasi
c. Memantau denyut jantung , tekanan darah , CVP
d. Memantau tanda-tanda dehidrasi
e. Mengkaji tingkat kesadaran , gelisah , status mental
f. Mengkaji turgot kulit dan pantau adanya oedem

Kolaborasi

a. Memberiakan terapi sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium

7. Curah jantung menurun berhubungan dengan digenerasi sel-sel otot miokard

Mandiri

a. Mengkaji frekuensi , irama bunyi jantung, auskultasi nadi apical,


palpasi nadi perifer
b. Mengobservasi tanda-tanda vital
c. Memantau urine, penurunan kepekatan, kosentrsi urine
d. Mengkaji perubahan sensori,latergi, bingung disorientasi, cemas
,depresi
e. Menganjurkan istirahat batasi aktivitas
f. Meninggikan kaki,hindari tekanan bawah lutut,

18
Kolaborasi

a. Memberikan oksigen sesuai indikasi

8. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar


kapiler

Mandiri

a. Mengkaji frekuensi ,kedalaman pernapasan, catat penggunaan otot


akssori , napas bibir
b. Meninggikan kepala tempat tidur
c. Mendorong pasien bernapas dalam perlahan
d. Mendorong mengeluarkan sputum
e. Mengauskultasi bunyi nafas
f. Mengawasi tingkat kesadaran
g. Memberikan lingkungan tenang,batasi aktivita pasien
h. Mengawasi tanda vital,irama jantung ,

Kolaborasi

a. Memberikan oksigen hasil GDA


9. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan hivovolemia

Mandiri

a. Mengobservasi tanda-tanda vital


b. Mengevaluasi keadaan pupil,cacat ukuran ketajaman, kesamaan antara
kiri dan kanan ,dan reaksi terhadap cahaya
c. Mengkaji respon motoric terhadap perintah yang sederhana
d. Menghindari pemakaian bantal besar pada kepala, pertahankan letak
leher dan kepala pada posisi tengah
e. Memberikan waktu istirahat diantara waktu aktifitas keperawatan dan
batasi waktu setiap prosedur tersebut
f. Memberikan lingkungan nyaman dan tenang

Kolaborasi

19
a. Berikan oksigen terapi sesuai indikasi

3.5 Implementasi sesuai intervensi

20
BAB IV

KASUS

Seorang perempuan usia 30 tahun di rawat di ruangan anggrek dengan keluhan awal
demam ,mata paanas ,pusing ,mual,nafsu makan menurun ,myeri otot,lemas ,diare
mulai tadi pagi ,mata merahkeluhan sudah di rasakan sejak 2 hari yang lalu.menurut
pasie di rumahnya banyak tikus berkeliaran,hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kult
teraba panas ,terdapat injeksi konjungtiva ,BU: 36X/menit,N+88x/meit ,S=38,9c TD
=110/70 mmHg,hasil laboratorium menunjukkan peingkatan LED dan leukosit

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 30tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Alamat : Karang Pucung Rt 10 / Rw 05 Majenang, Cilacap

Masuk Rumah Sakit : 28 september 2017, jam 11.00

No Regristrasi : 101791

II. ANAMNESA

A. Keluhan Utama : pasiein menggeluh sesak nafas

B. Riwayat Penyakit Sekarang

21
Pasien datang ke rumah sakit Dely husada dengan keluhan awal demam ,mata panas
,pusing ,mual,nafsu makan menurun ,myeri otot,lemas ,diare mulai tadi pagi ,mata
merah keluhan sudah di rasakan sejak 2 hari yang lalu.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya, Klien tidak memiliki alergi

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak memiliki penyakit menurun

III. PEMERIKSAAN BI-B6

Keadaan Umum : Tampak gelisah

Kesadaran : Compos mentis ( 4 5 6)

Vital sign : TD : 110/70mmHg

S : 38,9 C

N : 88X/menit

RR : 36X/menit

A. B1 ( Breating)

- Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri RR:21 x/mnt, retraksi tak
ada, ketinggalan gerak tidak ada

- Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri sama

- Perkusi : suara sonor

- Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

B. B2 ( Blood)

22
- Inspeksi : ictus cordis tidak teraba TD : 90/60 mmHg, N:83x/mnt, S:36,8 C

- Palpasi : nadi teraba

- Perkusi :suara pekak

- Auskultasi : suara S1,S2 terdengar

C. B3 (Brain)

- Inspeksi : pupil isokor, reflek cahaya positif, konjungtiva anemis,tidak ada


benjolan

D. B4 (Bladder)

- Inspeksi : warna urin kuning

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

E. B5 (Bowel)

- Inspeksi : abdomen kanan dan kiri simestris

- Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada uluh hati

- Perkusi : tidak kembung (BAB tidak teratur)

Feses keras berlendir dan berdarah, warna coklat matang

- Auskultasi : bising usus lambat 3x/mnt

F. B6 (Bone)

- Inspeksi : ekstremitas atas dan bawah tidak oedem,

5 5

23
5 5

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hematologi Hasil tes Nilai Normal

Leokosit 11000 4000-10000/ mm2d

LED 22 0-20mm/jam

V. ANALISA DATA

Symtom Etiologi Problem


DS : Peningkatan metabolisme Hipertermi
Pasien mengatakan badan
penyakit
lemas, pusing, mata terasa
panas, mual, nafsu makan
menurun
DO :
Mata merah, pasien tampak
lesu, akral panas, kulit tampak
kering
TD : 110/70mmHg
S : 38,9 C
DS:pasien mengatakan nyeri Viasospasme Gangguan rasa nyaman
pada dada kepa dan persendian disebabkan karena nyeri
DO: wajah menyeringai
P : nyeri bertambah apabila
terlalu banyak gerak, nyeri
berkurang apabila pasien
tenang
Q : seperti ditusuk tusuk
R : dada, kepala, persendian
S : Hilang timbul
DS : - kurangnya informasi tentang Kurangnya pengetauan
DO : pasien dan keluarganya penyakit tersebut
tampak bertanya-tanya kenapa
pasien bisa menderita penyakit
tersebut

24
DS : - Kelemahan umum Intoleran aktivitas
DO :
Pasien kesulitan untuk bergerak
karena apabila terlalu banyak
bergerak maka pasien akan
bertambah sesak
Pasien tampak lemas
disebabkan karena pasein tidak
nafsu makan
DS : pasien mengatakan mual kebutuhan metabolic perubahan nutrisi kurang dari
dan muntah
DO : pasien tidak menghabiskan kebutuhan tubuh
jatah makan dari RS

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hypertemi berhubungan dengan peningkatan metabolism penyakit


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan viasosvasme
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit tersebut
4. Kelemahan umum berhubungan dengan intoleran aktivitas
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan metabolic

VIII. RENCANA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan masa anal atau anus yang di
tandai dengan benjolan di daerah anus rasa nyeri dan gatal pada anus.

IX. INTERVENSI DAN RASIONAL

TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam skala nyeri pada pasien berkurang

Skala nyeri pada pasien berkurang menjadi 3 Kaji karakteristik, intensitas dan
lokasi

25
nyeri. Membantu menentukan intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan
dan evaluasi terhadap terapi.

Pantau tanda-tanda vital. - Perubahan frekuensi jantung menunjukkan bahwa


pasien mengalami nyeri.

- Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan koping pasien dengan


memfokuskan kembali perhatian.

Kaji hal-hal yang dapat meningkatkan

rasa nyeri. Digunakan sebagai dasar dari tindakan selanjutnya.

Hindarkan hal-hal yang dapat

menimbulkan nyeri Menghindarkan stimulasi yang dapat mengakibatkan peningkatan


rasa nyeri, seperti mengurangi frekuensi dan durasi kontak dengan bagian yang dirasa
nyeri

26
Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi Relaksasi digunakan untuk mengurangi
stimulus nyeri, dan mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Dorong klien untuk ambulasi dini.

Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran


flatus

Kolaborasi Berikan analgesik sesuai

indikasi.

Meningkatkan kenyamanan dan untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

27
28
4.1 Kesimpulan
Leptospirosis adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang
bisa menyerangsemua jenis mamalia seperti sapi,tikus,kucing,anjing. Hewan
yang terinfeksi Leptospira dapat tanpa gejala sampai meninggal. Orang yang
beresiko terkenal adalah orang yang bekerja berhubungan dengan hewan liar
dan peliharaan seperti peternak,petani, petugas laboratorium dan tentara.

Pencegahan Leptospirosis adalah dengan sanitasi lingkungan yang


harus diperhatikan terutama di daerah peternakan, pemotongan hewan atau
dikolam renang.
Perlindungan bagi pekerja peternakaan yang harus diberikan adalah
sepatu bot, sarung tangan, masker dan baju pelindung. Imunisasi bagi yang
sering berhubungan dengan hewan penularan juga perlu dilakukan
Penularannya yakni bakteri masuk ketubuh manusia melalui kulit yang
lecet. Dan hewan penular utama pada manusia adalah tikus dan anjing

4.2 Saran
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit Leptospirosis agar kita
dapat mencegah hal itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih belum kesempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.

29

Anda mungkin juga menyukai