“LEPTOSPIROSIS”
DI SUSUN OLEH :
berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan Leptospira. Penyakit ini dikenal
dengan berbagai nama seperti Mud fever, Slime fever (Shlamn fieber), Swam fever,
autumnal fever, infectious jaundice, field fever, cane cutter dan lain-lain.
Leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Hubungan gejala klinis dengan infeksi
oleh serotipe yang berbeda membawa pada kesimpulan bahwa satu serotipe Leptospira
satu gejala seperti meningitis aseptik, dapat disebabkan oleh berbagai serotipe. Karena
itu lebih disukai untuk menggunakan istilah umum Leptospirosis dibandingkan dengan
B. PENYEBAB
Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen berbentuk spiral genus Leptospira, family
motil, obligat, dan berkembang pelan anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies
yaitu L interrogans yang pathogen dan L biflexa bersifat saprofitik (Judarwanto, 2009).
1. Patogen L Interrogans
Terdapat pada hewan dan manusia. Mempunyai sub group yang masing-masing
tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan mamalia lainnya. Hewan peliharaan
yang paling berisiko adalah kambing dan sapi. Resevoar utamanya di seluruh dunia
Menurut penelitian thoriq aziz (2019) gejala yang timbul akibat infeksi Leptospira
(conjunctival suffusion) tanpa disertai eksudat serous/purulen, dan rasa nyeri pada
otot terutama otot betis (nyeri pada daerah gastrocnemius) dan otot punggung.
Gejala-gejala di atas biasanya akan tampak antara 4-9 hari. Masa inkubasi
Leptospirosis terjadi dalam 7-14 hari tetapi dapat pula terjadi dalam 20-21 hari.
Pada penderita yang memiliki kondisi tubuh dan respon imunitas yang baik, maka
ini dan sembuh. Pada pasien yang mengalami gejala klinis tersebut dapat diberikan
segera diberikan ketika mulai tanda dan gejala yang mencurigakan ke arah
Leptospirosis. Gejala klinis tersebut dapat timbul karna dipengaruhi oleh beberapa
Fase akut atau disebut pula sebagai fase septik dimulai setelah masa inkubasi yang
berkisar antara 2–20 hari. Timbulnya lesi jaringan akibat invasi langsung leptospira
dan toksin yang secara teoritis belum dapat dijelaskan, menandakan fase akut.
organisme di dalam darah. Fase kedua atau fase imun ditandai dengan
meningkatnya titer antibodi dan inflamasi organ yang terinfeksi. Secara garis besar
manifestasi klinis dapat dibagi menjadi leptospirosis an-ikterik dan ikterik. 1.
Leptospirosis an-ikterik. Fase septik dengan gejala demam, nyeri kepala, mialgia,
nyeri perut, mual. Dan muntah. Fase imun terdiri dari demam yang tidak begitu
septik sama dengan fase an-ikterik. Manifestasi yang mencolok terjadi pada fase
Meningitis aseptik dan disfungsi ginjal merupakan tanda dari fase imun. Gejala
dapat bertahan hingga 6 hari sampai lebih dari 4 minggu, dengan rata-rata 14 hari.
leptospirosis berat yang disertai ikterus, gagal ginjal, dan perdarahan paru.
Mortalitas tetap tinggi walaupun dengan perawatan ICU dan akan meningkat
apabila perawatan kurang memadai. Kasus leptospirosis berat dapat terjadi tanpa
disertai ikterus. Pada anakanak dan dewasa, leptospirosis ditandai dengan demam,
mialgia, dan nyeri kepala. Letargi, muntah, nyeri perut, fotofobia, artralgia, batuk,
diare, atau konstipasi. Meskipun keluhan demam merupakan gejala utama, suatu
riwayat demam dan 55% kasus pada saat datang tidak terdapat demam. Mialgia dan
nyeri kepala merupakan gejala yang paling banyak dikeluhkan dan merupakan
1. Darah lengkap
2. Fungsi ginjal
3. Fungsi hati
4. Serologi
6. Kultur
Manifestasi klinis :
b. sindrom Weil ditandai dengan ikterus , gagal ginjal , perdarahan dan miokarditis
dengan aritmia •
c. meningitis / meningoencephalitis
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatrics. Leptospirosis. Dalam: Pickering LK, penyuinting. Redbook: Report
of The Committee on Infectious Disease. 25th ed. Elk Grove Village, Il: American Academy of
Pediatrics; 2000:h. 370- 2.
Hickey PW, Denners D. Leptospirosis. Medicine J 2002; 2:h.1-17.
Speck WT, Toltziis P. Leptospirosis. Dalam: Behrman RE, Kliecman RM, Nelson WE, penyunting,
Nelson Textbook of Pediatric; edisi ke-16. Philadelphia, Tokyo: WB.Saunders; 2000, h.908-9.
Chaparro S, Montoya J.G. Borrelia & leptospirosis species. Dalam: Current Diagnosis & Treatment
in Infectious Diseases, Wilson W.R, Sande M.A, penyunting. Edisi pertama. New York, Toronto:
Lange Med Bool/ McGraw-Hill; 2001.h.680-9.
Bannister BA, Begg NT, Gillespie S. Penyunting. Leptospirosis. Dalam: Infectious disease, Bannister
BA, Begg NT, Gillespie S, penyunting. Edisi pertama. Cambridge: Blackwel Scinece 1996.h.195-8