MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan
Oleh :
Atikah (20190301199)
2020
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
antara 3%-54% tergantung dari sistem organ yang terinfeksi. Daerah persebaran di
Indonesia yaitu di daerah dataran rendah dan perkotaan seperti Pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan dan Sulawesi.
Berdasarkan masalah diatas maka kelompok tertarik untuk membahas lebih
dalam lagi mengenai penyakit penyakit leptospirosis ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3.4 Fase penyakit lanjut
Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti selaput otak, hati, mata
atau ginjal dan Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita .Gejala yang timbul
lebih bervariasi dibandingkan dengan fase penyakit dini. Apabila demam dengan
gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis. Jika yang diserang
adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan, dan sakit kepala.
pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan
tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan sulit
bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan pembesaran limpa
(splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau perikarditis.
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul jaundis
Sindrom Weil adalah bentuk leptospirosis berat ditandai jaundis, disfungsi ginjal,
nekrosis hati, disfungsi paru-paru, dan diathesis perdarahan Kondisi ini terjadi
pada akhir fase awal dan meningkat pada fase kedua, tetapi bisa memburuk setiap
waktu. Kriteria penyakit Weil tidak dapat didefinisikan dengan baik. Manifestasi
paru meliputi batuk, kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk darah, dan gagal napas
Disfungsi ginjal dikaitkan dengan timbulnya jaundis 4-9 hari setelah gejala awal
Penderita dengan jaundis berat lebih mudah terkena gagal ginjal, perdarahan dan
kolap kardiovaskular.
4
2.3.1 Upaya pencegahan primordial
Upaya pencegahan primordial dimaksudkan untuk mencegah leptospirosis pada
fase prepatogenesis. Yaitu dilakukan dengan cara advokasi dan sosialisasi.
Advokasi dan sosialisasi merupakan kegiatan penting dalam upaya untuk
mendapatkan dukungan dan komitmen politis dan kesadaran semua pihak
pengambil keputusan disuatu daerah/wilayah dan seluruh masyarakat dalam
upaya pengendalian Leptospirosis didaerah endemis dan daerah terancam yang
mempunyai potensi timbulnya penularan leptospirosis.
5
Bakteri ini termasuk dalam ordo Spirochaetales, famili Leptospiracea genus
Leptospira leptospira. Leptospira dapat tumbuh di dalam media dasar yang
diperkaya dengan vitamin, asam lemak rantai panjang sebagai sumber karbon dan
garam amonium; tumbuh optimal pada suhu 28-30°C dalam kondisi obligat aerob
Sistem penggolongan Leptospira yang tradisional genus Leptospira dibagi
menjadi dua yaitu L. interrogans yang patogen dan L. biflexa yang nonpatogen . L.
interrogans dibagi menjadi serogrup dan serovar berdasarkan antigen. Klasifikasi
terbaru dari Leptospira yaitu L. interrogans dibagi menjadi 7 spesies yaitu L.
interrogans, L. weilii, L. santarosai, L . noguchii, L. borgpetersenii, L. inadai, L.
kirschneri dan 5 spesies yang tidak bertitel yaitu spesies 1, 2, 3, 4, dan 5. L. biflexa
dibagi menjadi 5 spesies barn
6
2.4.2 Penularan tidak lansung Terjadi melalui genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan.
7
terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi. Laki-laki memiliki risiko
terkena leptospirosis sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan.
2.4.3.3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor resiko yang penting pada manusia.
Kelompok yang beresiko adalah petani atau pekerja di sawah,
perkebunan tebu, tambang, rumah potong hewan, perawat hewan, dokter
hewan atau orang-orang yang berhubungan dengan perairan, lumpur dan
hewan baik hewan peliharaan ataupun satwa liar. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Agus Priyanto, pekerjaan berisiko mempunyai risiko
17,36 kali terkena leptospirosis. Seperti petani dan nelayan sehingga
selalu kontak dengan air/badan air serta pekerjaan yang sangat
berhubungan dengan hewan.
2.4.3.4. Tingkah Laku
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa perilaku yang buruk merupakan
resiko timbulnya leptospirosis terlihat bahwa perilaku yang buruk
mempunyai peluang 1,36 kali terkena leptospirosis dibandingkan dengan
perilaku yang baik. Hal ini disebabkan penderita leptospirosis w
menggunakan sumber air bersih yang telah tercemar dengan bakteri
leptospirosis atau perilaku kebiasaan membersihkan kaki, tangan, dan
tubuh lainnya tidak menggunakan sabun setelah kontak dengan air yang
tergenang dan telah terkontaminasi dengan bakteri leptospirosis.
2.4.3.5. Pendidikan
Pendidikan responden yang rendah mempunyai resiko yang lebih tinggi
terhadap kejadian leptopirosis dibandingan dengan pengetahuan tinggi.
Pengetahuan yang rendah sangat berhubungan dengan kejadian
leptospirosis, berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa
pengetahuan indivudu yang rendah beresiko 17,7 kali terkena
leptospirosis dibandingkan dengan individu yang berpengetahuan tinggi.
8
disfungsi berat. Sekitar sepertiga kasus yang menderita meningitis aseptik dapat
mengalami nyeri kepala yang periodik. Beberapa pasien dengan riwayat uveitis
leptospirosis mengalami kehilangan ketajaman penglihatan dan pandangan yang
kabur.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang menginfeksi manusia dan hewan
yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira sp. Penyakit ini dikenal juga dengan nama
swineherd’s, demam pesawah (rice-field fever), demam pematang tebu, demam lumpur,
jaundis berdarah, penyakit stuttgant, atau demam canicola. Ada juga yang menyebut
demam Icterohemorrhage sehingga biasa juga disebut penyakit kuning non-virus .
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang berbentuk spiral, tipis,
lentur dengan panjang 10-20 urn dan tebal 0,1 urn serta memiliki dua lapis membran.
Kedua ujungnya mempunyai kait berupa flagelum periplasmik. Bergerak aktif maju
mundur dengan gerakan memutar sepanjang sumbunya. Bentuk dan gerakannya dapat
dilihat dengan mikroskop medan gelap atau mikroskop fase kontras. Leptospira peka
terhadap asam dan dapat hidup di dalam air tawar selama kurang lebih satu bulan,
tetapi di dalam air laut, air selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat .
Riwayat alamiah penyakit leptospirosis melalui lima fase, yaitu : fase
prepatogenesis, fase subklinis / fase inkubasi, fase penyakit dini, fase penyakit lanjut
dan fase terminal.
Pencegahan pada penyakit leptospira melalui 4 upaya, yaitu upaya pencegahan
primordial, upaya pencegahan primer, upaya pencegahan sekunder dan upaya
pencegahan tersier.
Teori paradigma kesehatan lingkungan atau teori sampul penyakit leptospira
adalah sebagai berikut:
3.1.1 Simpul 1 : Agent / sumber penyebab penyakit penyakit ini adalah bakteri
Leptospira interrogans
3.1.2 Simpul 2 : media transmisi leptospirosis dapat melalui penularan langsung dan
tidak langsung
3.1.3 Simpul 3 : penjamu / host leptospirosis adalah manusia dan burung
3.1.4 Simpul 4 : efek / outcome dari leptospirosis adalah meninggal, cacat dan sembuh
Diagnosa leptospirosis dilakukan diagnosa penunjang antara lain dapat dilakukan
pemeriksaan urin dan darah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11