a) Manifestasi ringan
LEPTOSPIROSIS
Sinonim:
Mud/swamp fever, rice field fever, canicola fever, autumn fever, Japanese 7 day fever,
spirochette jaundice,
leptospiral jaundice, swineherds disease
Gambaran umum
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral
dari genus Leptospira
Leptospirosis tersebar luas di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang paling umum (terutama di daerah tropis,
lebih sering terjadi di daerah rural atau pedesaan dibanding daerah urban atau perkotaan) dan
sering tidak terdiagnosis
Leptospirosis pertama kali dideskripsikan oleh Weil (1886)
Masa inkubasi 2-26 hari (biasanya 7-12 hari)
Leptospirosis lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita (pria:wanita = 10:1)
Transmisi leptospirosis antarmanusia sangat jarang terjadi karena manusia merupakan inang
mati bagi persebaran leptospira. Sebaliknya, leptospira dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada tubulus renal hewan yang terinfeksi tanpa menimbulkan penyakit.
Leptospira diekskresikan di urin
Sumber penularan: tikus atau hewan domestik
Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara kontak langsung dengan hewan yang
terinfeksi Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air atau lingkungan yang
terkontaminasi urin yang terinfeksi Leptospira
bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau membran mukosa
Gejala penyakit ini sangat bervariasi, mulai dari demam, ikterus, dan hemoglobinuria, bahkan
dapat menyebabkan kematian penderitanya
Tingkat keganasan serangan leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira dan spesies
hewan yang terinfeksi pada daerah tertentu
Faktor risiko
Lingkungan terkontaminasi, misalnya pascabanjir
Sanitasi buruk atau fasilitas drainase yang tidak adekuat
Terdapat hewan pengerat (tikus) atau hewan domestik (anjing, kucing)
Bekerja atau berjalan tanpa alas kaki
Pekerjaan: petani, tukang kebun, pekerja galian, pekerja tambang, bekerja
berhubungandengan hewan misalnya dokter hewan, staf laboratorium hewan, tentara, nelayan
Aktivitas rekreasional: berenang, berlayar, pelari maraton, bercocok tanam
Transmisi
Leptospirosis dapat ditransmisikan melalui:
1. Kontak langsung dengan urin atau jaringan hewan yang terinfeksi melalui kulit atau
membranmukosa
2. Kontak tidak langsung
kulit yang tidak intak terkena tanah, air, atau tumbuhan yangterkontaminasi atau mengonsumsi
makanan/air yang terkontaminasi
3. Inhalasi droplet dari urin hewan yang terinfeksi
Conjunctival suffusion
1. Leptospirosis anikterik
Fase leptospiremik/inisial:
demam, mialgia, fatigue, yeri kepala berat, nyeri abdomen, epistaksis, conjunctival
suffusion (konjungtivitis tanpa eksudat inflamatorik, disertai kemosis pada fisura
palpebra)
Fase imun:
demam ringan, uveitis
2. Leptospirosis ikterik
Hepar:
Jaundice pada 4-6 hari, bilirubin serum meningkat tajam (20-40 mg/dl), enzim hati
(SGOT/SGPT) meningkat ringan, terjadi nekrosis hepatoseluler
kolestasis intrahepatik, dapat menyebabkan kematian
Renal:
Urinalisis
hematuria/piuria/proteinuria, uremia pre-renal, dapat terjadi oliguria 3.
3. Manifestasi hemoragik
Diagnosis
Permasalahan: belum ada uji diagnostik yang reliable untuk deteksi dini (pada 1
minggu masa sakit), terlambat bila menunggu hasil kultur, PCR bermanfaat sebagai uji
diagnostik namun harganya mahal; tes serologis: muncul (positif) belakangan dan
bertahan lama (angka positif palsu tinggi)
ELISA/SAT:
Bermanfaat untuk diagnosis infeksi baru
Hasil: positif/negatif (cukup antibodi IgM)
Alur Diagnostik
Diagnosis banding
Dapat dikategorikan berdasarkan gambaran klinisnya:
Tata laksana
1.Manifestasi ringan
Terapi oral selama 7-10 hari: doksisiklin 2x100 mg ATAU amoksisilin 4x500 mg ATAU
ampisilin 4x500 mg DAN terapi suportif
Mulai berikan tata laksana sedini mungkin
2. Manifestasi berat Terapi intravena selama 5-7 hari: benzil penisilin 6 juta unit (drug of choice)
efektif bila dimulai dalam 4 hari pertama masa sakit ATAU ampisilin 4x1 g ATAU
sefalosporin generasi ketiga misalnya sefotaksim 3x1 g
Perhatikan:
observasi intensif keadaan umum dan tanda vital pasien, balans cairan, tanda perdarahan, fungsi
renal, fungsi kardiak, fungsi hepar, jumlah trombosit bila terdapat manifestasi perdarahan
terutama pada sindrom Weil (dapat diperlukan transfusi trombosit atau whole blood ), komplikasi
sistem saraf pusat, pasien dengan gagal multiorgan membutuhkan perawatan intensif (ICU). Pada
pemberian penisilin, hati-hati reaksi Jarisch-Herxheimer (reaksi terhadap endotoksin yang
dilepaskan pada kematian organisme berbahaya dalam tubuh, ditandai dengan demam,
menggigil, hipotensi, nyeri kepala, takikardi, hiperventilasi, vasodilatasi, mialgia, anxietas,
muncul dalam beberapa jam setelah pmberian dosis pertama antibiotik dan biasanya bersifat selflimiting).
Pencegahan
Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan mengusahakan sanitasi yang baik, menjaga
higiene personal, mengenakan peralatan pelindung diri saat bekerja, kebersihan air, konsumsi
doksisiklin 200 mg setiap minggu pada kelompok risiko tinggi
Vaksin pada manusia dinilai kurang bermanfaat