Anda di halaman 1dari 11

Skenario

Leptospirosis Ilustrasi kasus:


Seorang pria berusia 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam, nyeri otot, nyeri kepala,
nyeri perut, dan mata tampak sedikit kuning sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan
badannya terasa lemah, mengeluh tidak nafsu makan, mual, dan muntah. Ia mengatakan
rumahnya kebanjiran sepuluh hari yang lalu.
Pertanyaan:
A. Anamnesis lebih lanjut
B. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
C.Diagnosis dan diagnosis banding
D.Terapi yang diberikan
Jawaban:
1. Anamnesis lebih lanjut:
a. Karakteristik demam: lama demam, tipe demam, suhu ketika demam
b. Gejala penyerta demam: nyeri kepala, nyeri perut, nyeri otot, perdarahan, kuning
pada kulit dan/atau mata, serta karakteristik masing-masing gejala
c. Riwayat penyakit atau keluhan serupa di dalam keluarga
d. Riwayat penyakit dahulu (terutama menanyakan riwayat sakit kuning atau hepatitis
sebelumnya)
e. Riwayat terapi atau pengobatan
f. Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria untuk menyingkirkan diagnosis
malaria
g. Riwayat pekerjaan (pekerjaan terkait hewan, petani, pekerja galian, pekerja
pertambangan)
h. Riwayat makan sembarangan untuk menyingkirkan diagnosis tifoid dan hepatitis A
i. Kondisi lingkungan: sanitasi, higiene lingkungan, memelihara hewan atau tidak,
apakah baru terkena banjir atau kondisi yang memungkinkan kontaminasi dengan
urin hewan.
2. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan Pemeriksaan laboratorium: darah rutin
(Hb, leukosit, trombosit, eritrosit), hitung jenis, LED, bilirubin, SGOT/SGPT, ureum,
kreatinin, elektrolit. Pemeriksaan terkait malaria, tifoid, dan hepatitis bila diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan radiologis: rontgen toraks dan
EKG Kultur dan PCR Uji serologis: MAT dan ELISA/SAT (setelah hari ke-7, lebih lanjut
lihat alur diagnostik pada bahan bacaan)
3. Diagnosis: Leptospirosis Diagnosis banding: malaria, demam tifoid, hepatitis viral,
demam dengue
4. Terapi

a) Manifestasi ringan

Oral: Doksisiklin 2x100 mg ATAU amoksisilin 4x500 mg ATAU ampisilin 4x500 mg


DAN terapi suportif.
b) Manifestasi berat IV: benzil penisilin 6 juta unit ATAU ampisilin 4x1 g ATAU
sefalosporin generasi ketiga misalnya sefotaksim 3x1 g

LEPTOSPIROSIS
Sinonim:
Mud/swamp fever, rice field fever, canicola fever, autumn fever, Japanese 7 day fever,
spirochette jaundice,
leptospiral jaundice, swineherds disease

Gambaran umum
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral
dari genus Leptospira
Leptospirosis tersebar luas di seluruh dunia, terutama pada daerah tropis
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang paling umum (terutama di daerah tropis,
lebih sering terjadi di daerah rural atau pedesaan dibanding daerah urban atau perkotaan) dan
sering tidak terdiagnosis
Leptospirosis pertama kali dideskripsikan oleh Weil (1886)
Masa inkubasi 2-26 hari (biasanya 7-12 hari)
Leptospirosis lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita (pria:wanita = 10:1)
Transmisi leptospirosis antarmanusia sangat jarang terjadi karena manusia merupakan inang
mati bagi persebaran leptospira. Sebaliknya, leptospira dapat bertahan hidup dalam jangka waktu
lama pada tubulus renal hewan yang terinfeksi tanpa menimbulkan penyakit.
Leptospira diekskresikan di urin
Sumber penularan: tikus atau hewan domestik
Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara kontak langsung dengan hewan yang
terinfeksi Leptospira atau secara tidak langsung melalui genangan air atau lingkungan yang
terkontaminasi urin yang terinfeksi Leptospira
bakteri masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau membran mukosa
Gejala penyakit ini sangat bervariasi, mulai dari demam, ikterus, dan hemoglobinuria, bahkan
dapat menyebabkan kematian penderitanya
Tingkat keganasan serangan leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira dan spesies
hewan yang terinfeksi pada daerah tertentu

Diagnosis masih sulit dilakukan


Tata laksana akan efektif bila dimulai sedini mungkin (<5 hari)

Gambaran leptospira di bawah mikroskop

Faktor risiko
Lingkungan terkontaminasi, misalnya pascabanjir
Sanitasi buruk atau fasilitas drainase yang tidak adekuat
Terdapat hewan pengerat (tikus) atau hewan domestik (anjing, kucing)
Bekerja atau berjalan tanpa alas kaki
Pekerjaan: petani, tukang kebun, pekerja galian, pekerja tambang, bekerja
berhubungandengan hewan misalnya dokter hewan, staf laboratorium hewan, tentara, nelayan
Aktivitas rekreasional: berenang, berlayar, pelari maraton, bercocok tanam

Transmisi
Leptospirosis dapat ditransmisikan melalui:
1. Kontak langsung dengan urin atau jaringan hewan yang terinfeksi melalui kulit atau
membranmukosa
2. Kontak tidak langsung
kulit yang tidak intak terkena tanah, air, atau tumbuhan yangterkontaminasi atau mengonsumsi
makanan/air yang terkontaminasi
3. Inhalasi droplet dari urin hewan yang terinfeksi

Perjalanan penyakit dan manifestasi klinis

Sindrom pneumonia atipikalMeningoensefalitis aseptikMiokarditis, uveitis kronis

Rontgen toraks pneumonia atipikal

Conjunctival suffusion

1. Leptospirosis anikterik
Fase leptospiremik/inisial:
demam, mialgia, fatigue, yeri kepala berat, nyeri abdomen, epistaksis, conjunctival
suffusion (konjungtivitis tanpa eksudat inflamatorik, disertai kemosis pada fisura
palpebra)
Fase imun:
demam ringan, uveitis
2. Leptospirosis ikterik
Hepar:
Jaundice pada 4-6 hari, bilirubin serum meningkat tajam (20-40 mg/dl), enzim hati
(SGOT/SGPT) meningkat ringan, terjadi nekrosis hepatoseluler
kolestasis intrahepatik, dapat menyebabkan kematian
Renal:

Urinalisis
hematuria/piuria/proteinuria, uremia pre-renal, dapat terjadi oliguria 3.
3. Manifestasi hemoragik

Perdarahan dapat terjadi di saluran napas (hemoptisis), saluran kemih, organ


genital. Umumnya terjadi pada leptospirosis ikterik atau yang sudah mengalami
ARF
4. Manifestasi kardiak Dapat terjadi miokarditis hemoragik, kardiomiopati, gagal
jantung, aritmia, hipotensi, atrial fibrilasi (AF), gangguan konduksi jantung.
Perubahan EKG yang dapat terjadi: abnoralitas segmen ST atau gelombang T yang
tidak spesifik, gambaran low voltage
5. Meningoensefalitis aseptik Jarang terjadi, biasanya terjadi pada fase imun.
Gambaran cairan serebrospinal: peningkatan protein dan limfosit. Gejala: kejang,
ensefalitis, mielitis, polineuropati

Diagnosis
Permasalahan: belum ada uji diagnostik yang reliable untuk deteksi dini (pada 1
minggu masa sakit), terlambat bila menunggu hasil kultur, PCR bermanfaat sebagai uji
diagnostik namun harganya mahal; tes serologis: muncul (positif) belakangan dan
bertahan lama (angka positif palsu tinggi)

Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, trombosit, leukosit, hitung jenis, laju endap


darah, bilirubin serum, SGOT, SGOT, ureum, kreatinin, elektrolit Pemeriksaan
radiologis: rontgen toraks, EKG
uji diagnostik: kultur leptospira, serologis: microscopic agglutination test
(MAT) dan ELISA/ microscopic slide agglutination test (SAT)
Interpretasi:
MAT:
Titer antibodi IgM >1/80 atau IgG >1/400
Kenaikan titer mengindikasikan adanya infeksi baru
Penurunan titer mengindikasikan infeksi di masa lalu

ELISA/SAT:
Bermanfaat untuk diagnosis infeksi baru
Hasil: positif/negatif (cukup antibodi IgM)

Hubungan waktu MAT dan ELISA/SAT Alur diagnostik

Alur Diagnostik

Diagnosis banding
Dapat dikategorikan berdasarkan gambaran klinisnya:

Tata laksana
1.Manifestasi ringan
Terapi oral selama 7-10 hari: doksisiklin 2x100 mg ATAU amoksisilin 4x500 mg ATAU
ampisilin 4x500 mg DAN terapi suportif
Mulai berikan tata laksana sedini mungkin
2. Manifestasi berat Terapi intravena selama 5-7 hari: benzil penisilin 6 juta unit (drug of choice)

efektif bila dimulai dalam 4 hari pertama masa sakit ATAU ampisilin 4x1 g ATAU
sefalosporin generasi ketiga misalnya sefotaksim 3x1 g
Perhatikan:
observasi intensif keadaan umum dan tanda vital pasien, balans cairan, tanda perdarahan, fungsi
renal, fungsi kardiak, fungsi hepar, jumlah trombosit bila terdapat manifestasi perdarahan
terutama pada sindrom Weil (dapat diperlukan transfusi trombosit atau whole blood ), komplikasi
sistem saraf pusat, pasien dengan gagal multiorgan membutuhkan perawatan intensif (ICU). Pada
pemberian penisilin, hati-hati reaksi Jarisch-Herxheimer (reaksi terhadap endotoksin yang
dilepaskan pada kematian organisme berbahaya dalam tubuh, ditandai dengan demam,
menggigil, hipotensi, nyeri kepala, takikardi, hiperventilasi, vasodilatasi, mialgia, anxietas,
muncul dalam beberapa jam setelah pmberian dosis pertama antibiotik dan biasanya bersifat selflimiting).
Pencegahan
Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan mengusahakan sanitasi yang baik, menjaga
higiene personal, mengenakan peralatan pelindung diri saat bekerja, kebersihan air, konsumsi
doksisiklin 200 mg setiap minggu pada kelompok risiko tinggi
Vaksin pada manusia dinilai kurang bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai