Anda di halaman 1dari 5

1.

Aspek Epidemiologis Tifoid


1.1. Basil Salmonella dan Reservoir
Basil penyebab tigoid adalah Salmonella Typhi dan paratyphi dari genus Salmonella. Basil ini
adalah gram negative, bergerak, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, tetapi memiliki fimbria,
bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Ukuran antara (2-4)x0,6 mikro m. suhu optimum untuk
tumbuh adalah 37’C dengan PH antara 6-8.
Basil ini dibunuh dengan pemanasan (suhu 60’C) selama 15-20 menit, pasteurisasi, pendidihan
dna khlorinisasi. Masa inkubasi tifoid 10-14 hari dan pada anak-anak masa inkubasi ini lebih
bervariasi berkisar 5-40 hari, dengan perjalanan penyakit kadang-kadang juga tidak teratur.
a. Reaksi Bio kimiawi

Basil salmonella typhi dan paratyphi ini mempunyai struktur yang daoat diketahui secara
serologis.

- Antigen somatic (O)

Merupakan kompleks fosfolipid polisakarida yang tahan terhadap pendidihan, alcohol dan asam.
Aglutinasi O berlangsung lebih lambat dan bersifat kurang imunogenik, namun mempunyai nilai
diagnosis yang tinggi. Titer antibody yang timbul oleh antigen O ini selalu lebih rendah dari titer
antibody H.

- Antigen Flagel

Merupakan protein termolabil dan bersifat sangat imunogenik. Antigen ini rusak dengan
pendidihan dan alcohol, tetapi tidak rusak oleh formaldehid.

- Ntigen Vi

Merupakan antigen permukaan dan bersifat termolabil. Antibody ini yang membentuk dan
menetapkan lama dalam darah dan dapat memberi petunjuk bahwa individu tersebut sebagai
pembawa kuman (karier). Antigen Vi terdapat pada S.typhi, S.paratyphi dan S.dublin.

b. Klasifikasi berdasarkan antigen

Berdasarkan antigen somatic, salmonella dapat dibagi dalam 65 kelompok serologic, tiap
kelompok ditandai dengan huruf A, B, C, D dan lain-lain.

2. Cara penularan dan factor-faktor lain yang berperan


Basil salmonella menular ke manusia melalui makanan dan minuman.jadi makanan atau minuman
yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen feses atau urin dari pengidap tifoid.
Beberapa kondisi kehidupan manusia yang berperan , pada penularan adalah :
- Higen perorangan yang rendah.
- Higien makanan dan minuman yang rendah
- Sanitasi lingkungan yang kumuh.
- Ketersediaan air bersih tidak memadai
- Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat
- Bekum membudayakan program imunisasi untuk tifoid.
- Dll

B. Aspek Klinis Tifoid

1. pathogenesis dan patologi

Demam tifoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau paratyphi, penularan ke manusia melalui
makanan atu minuman yang tecemar dengan feses manusia. Seltelah melewati lambung kuman
memcapai usus halus dan invasi ke jaringan limfoid (plak peyer) yang merupakan tempat predileksi untuk
berkembang biak. Melalui slauran limfe mesentrik kuman masuk aliran darah siskemik (bakterimia 1) dan
mencapai sel2 retikulo endothelial dari hati dan limfa. Fase ini dianggap inkubasi (7-14 hari). Kemudian
dari jaringan ini kuman dilepas ke sirkulasi siskemik (Bakterimia 2) melalui ductus torasikus dan mencapai
organ2 tubuh terutama limfa, usus halus dan kandung empedu.

Kuamn salmonella menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks lipopolisakarida dan dianggap
berperan penting pada pathogenesis demam tifoid. Endotoksin bersifat pirogenik serta dianggap
memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella berkembang biak. Disamping itu merupakan
stimulator yang kuat untuk memproduksi sitokin oleh sel2 makrofag dan sel lekosit di jaringan yang
meradang.

2. Ganbaran Klinis
Beberapa gambaran klinik yang sering pada tifoid diantaranya :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Hepatosplenomegali
e. Bradicardia relative dan gejala lain
3. Komplikasi Tifoid
a. Tifoid toksik
Didapatkan gangguan atau penurunan kesadaran akut dengan gejala delirium sampai koma yang
disertai atau tanpa kelainan neurologis lainnya. Analisa cairan otak biasanya dalam batas2 normal
b. Syok septic
Adalah akibat lanjut dari respon inflamasi seskemik, karena bakteremia salmonella. Disamping
gejala2 tifoid diatas, penderita jatuh ke dalam fase kegagalan vascular (syok). Tensi turun, nadi
cepat dan halus, berkeringat serta akral dingin. Akan berbahaya bila syok menjadi irreversible.`
1) Pendarahan dan Perforasi Intestinal

Pendarahan dan perforasi terjadi pada minggu ke-2 demam atau setelah itu. Pendarahan
dengan gejala berak berdarah atau terdeteksi dengan pendarahan tersembunyi. Perforasi
intestinal ditandai dengan peningkatan frekuansi nadi dan berakhir syok.

2) Peritonitis
Biasanya menyetai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi.

3) Hepatitis tifosa

Demam tifoid yang disertai dengan gejala-gejala icterus, hepatomegaly dan kelainan test
fungi hati dimana didapatkan peniingkatan SPGT, SGOT dan bilirubin darah.

4) Pangkreatitis tifosa

Merupakan komplikasi yang jarang terjadi, gejala-gejalanya sama dengan gejala pangkreaitis
pada umumnya.

4. Gambaran laboratorium tifoid


a. Gambaran darah tepi

Pada pemeriksaan hitung leukosit total terdapat gambaran leukoperi (+ 3000-8000 per
mm3),limfositosis relaif, monositosis , an eosinophilia dan trombositoperia ringan. Terjadinya
leukoperia 25%, namun banyak laporan bahwa leukaosit normal atau dalam batas normal.

b. Test serologi widal

Testserologi widal adalah reaksi antara antigen (suspense salmonella yang telah dimatikan)
dengan agglutinin yang merupakan antibody spesifik terhadap komponen basil salmonella
didalam darah manusia. Prinsip test ini adalah terjadinya reaksi agglutinin dan antigen yang
terdeteksi yakni agglutinin o dan h.

5. Tatalaksana diagnosis
a. Diagnosis klinis

Merupakan kegiatan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan sindrom klinis demam
tifoid.

Daftar gejala klinis

b. Diagnosis komplikasi
1) Tifoid toksik adalah diagnosis klinis. Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan
panas tinggi yang disertai dengan kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai
dari delirium sampai koma.
2) SYOK SEPTIK Penderita dengan sindrom tifoid , panas tinggi serta gejala-gejala toksemia
yang berat. Didapatkan gejala gangguan hemodinamik seperti tensi turun, nadi halus dan
cepat, keringatan dan akral yang dingin.
3) Komplikasi perdarahan di tandai dengan hematoshezia. Tapi dapat juga diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap feses (occult blood test). Komplikasi perforasi ini
ditandai dengan gejala-gejala akut abdomen dan peritonitis. Didapatkan gas bebas dalam
rongga perut yang dibantu dengan pemeriksaan klinis bedah dan foto polos abdomen 3
posisi.
4) HEPATITIS TIFOSA Adalah diagnosis klinis, dimana didapatkan kelainan yakni ikterus,
hepatomegali dan kelainan test fungsi hati.
5) PANKREATITIS TIFOSA Adalah diagnosis klinis dimana didapatkan petanda pankreatitis
akut dengan peningkatan enzim lipase dan amilase. Dapat dibantu dengan USG atau CT.
Scan.
6) PNEUMONIA Juga diagnosis klinis, dimana didapatkan petanda pneumonia. Diagnosis
dapat dibantu dengan foto polos toraks.
6. Tatalaksana dan pengobatan

Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana
kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.

Tujuan Perawatan :

 Optimalisasi pengobatan dan mempercepat penyembuhan


 Observasi terhadap perjalanan penyakit
 Minimalisasi komplikasi
 Isolasi untuk menjamin pencegahan terhadap pencemaran dan atau kontaminasi

a. Tirah Baring

enderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama
perdarahan dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan
kesadaran maka posisi tidur pasien harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk mencegah
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita. Buang air besar dan kecil sebaiknya dibantu
oleh perawat. Hindari pemasangan kateter urine tetap, bila tidak indikasi betul.

b. Nutrisi
 CAIRAN
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan
parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran
serta yang sulit makan. Dosis cairan parenteral adalah sesuai dengan kebutuhan harian
(tetesan rumatan). Bila ada komplikasi dosis cairan disesuaikan dengan kebutuhan. Cairan
harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
 Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulose (rendah
serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid , biasanya
diklassifikasikan atas : diet cair , bubur lunak, tim dan nasi biasa. Bila keadaan penderita baik,
diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim (diet padat dini). Tapi bila penderita dengan
klinis berat sebaiknya dimulai dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara
bertahap sampai padat sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.
 Terapi simtomatik
Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum
penderita :

Anda mungkin juga menyukai