Anda di halaman 1dari 4

Panduan Praktik Klinik

COVID 19
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Islam Sultan Agung edisi Agustus 2021
1 Definisi Kasus Suspek

2 Anamnes Mengeluhkan demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sesak napas dll sesuai dengan
is kriteria suspect dengan kriteria definisi
3 Pemeriks 1. Kesadaran
aan fisik 2. Tanda vital (tekanan darah, laju respirasi, denyut nadi, suhu, saturasi oksigen)
3. Pemeriksaan fisik paru: penggunaan otot bantu napas, pengembangan paru, stem
fremitus, perkusi redup, suara napas dasar bronkial, suara napas tambahan ronki.
4 Pemeriks 1. Laboratorium darah lengkap: Hemoglobin, leukosit, trombosit, neutrofil, limfosit
aan (diff count)
penunjan 2. Pemeriksaan CRP, Ureum, Creat, SGOT, SGPT, GDS, HbA1c, D-DIMER, HIV
g 3. Pemeriksaan Ro thorax : ditemukan infiltrat bilateral terutama diperifer (bilateral
patchy shadowing) ATAU gambaran lain nya sesuai expertise Ahli Radiologi
yang mengarah ke Covid 19
4. Swab Antigen sebagai penapisan pertama. Swab antigen pada kasus masuk
kriterias suspect/probable dilanjutkan pemeriksaan swab PCR.
5. Pemeriksan PCR melalui swab naso faring dan oro faring hari ke 1 dan 2
perawatan
6. Pemeriksaan lain jika ada indikasi atau penyakit comorbid
5 Kriteria Sesuai dengan definisi operasional
Diagnosi Berdasarkan berat ringan manifestasi klinis dibagi menjadi:
s Ringan Sedang Berat
Demam >38 C  Demam >38 C  Demam >38 C
Batuk  Sesak napas, pneumonia berat:
Nyeri batuk menetap  Pasien remaja atau dewasa dengan
Tenggorokan dan sakit demam atau dalam pengawasan
Hidung Tersumbat infeksi saluran napas, ditambah satu
tenggorokan.
 Malaise (tanpa dari: frekuensi napas >30 x/menit,
 Gambaran
pneumonia,
radiologi  distress pernapasan berat,
tanpa komorbid)
tampak  atau saturasi oksigen (SpO2) <93%
infiltrate pada udara kamar.
dengan saturasi
diatas 93%
(room air)
Pasien kritis adalah:
Pasien dengan gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
syok sepsis dan/atau multiple organ failure.
6 Diagnosa COVID 19
Kerja
7 Diagnosa 1. Pneumonia bakterial
Banding 2. Pneumonia virus lain
3. PPOK
4. TB paru
5. Gagal jantung kronik
8 Terapi Terapi non farmakologi pada pasien suspek COVID 19 klinis sedang/berat/kritis.
1. Rawat inap di ruang isolasi pada pasien sedang/berat.
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Pemeriksaan foto torak evaluasi sesuai klinis pasien per 5 hari
4. Dilakukan PCR pada swab naso faring dan oro faring untuk diagnosis pada hari ke
1 dan 2 pada kasus berat dapat diulang pada hari ke 14.
5. Intake kalori adekuat, status hidrasi, diberikan madu dan Habatus Saudah (Nigela
Sativa) sesuai al-Quran dan Hadist

Terapi farmakologi pada pasien suspek Covid 19 rawat inap:


1. Terapi simtomatis sesuai kondisi pasien
(misal: demam dapat diberikan paracetamol, mual dan muntah diberikan
ondancetron dan lansoprazole atau terapi lain sesuai keluhan lain)
2. Suplementasi oksigen sesuai saturasi
3. Dapat diberikan terapi nebulisasi dengan kombinasi beta 2 agonis dan atau
ipratropium broimde untuk mengurangi sesak
4. Azitromicin 1x500mg atau Infus levofloksasin 1x750mg (terapi Antibiotik dapat
dinaikkan menjadi meropenem jika tampak pemberatan infeksi bakterial berat.
Atau cephalosoporin apabila terdapat alergi terhadap levofloksasin atau
azitromicin.
5. Vitamin C intravena 1000mg per 12jam
6. Vitamin D3 2x1000unit
7. Probiotik mencegah dysbiosis gastrointestinal
8. Hepatoprotektor bila SGOT/SGPT meningkat.
9. Terapi lain sesuai komorbid
10. Jika didapatkan komplikasi terapi diberikan sesuai komplikasi. Jika terjadi syok
sepsis tangani syok sesuai alur tatalaksana syok sepsis
11. Salah satu antivirus berikut :
 Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1
dan selanjutnya 2 x 600 mg
Atau
 Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip
12. HFNC pada kasus yang belum mencapai target saturasi > 93 % dengan
penggunaan NRM
13. Ventilasi mekanis pada ARDS atau gagal napas
14. Pada pasien yang membutuhkan oksigenasi (kriteria severe) diberikan steroid
dexametason mulai dosis 6mg/hari IV
15. Pada pasien dengan manifestasi klinis berat dapat diberikan terapi N-acetyl sistein
dosis tinggi yaitu: distres respirasi dengan laju pernapasan ≥ 30 x/menit; SpO2 ≤
93%; PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg.
16. Terapi anti koagulan dengan fondaparinux dapat diberikan dengan dosis 2.5-
5mg/24jam pada pasien dengan klinis berat yaitu: distres respirasi dengan laju
pernapasan ≥ 30 x/menit; SpO2 ≤ 93%; PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg. Atau pada
pasien dengan kadar D-Dimer> 500ng/L. Terapi fondaparinux dapat diagnti
alternatif dengan UFH 5000-7500unit sc/12-8jam
17. Terapi tambahan berupa terapi plasma dapat diberikan pada kasus kasus geriatric
yang masuk kategori infeksi ringan sedang.
18. Terapi tambahan lain (anti interleukin 6 atau IV IG) menyesuaikan kondisi pasien

Keterangan:
*Kasus Pasien suspek COVID-19 dan memenuhi kriteria beratnya penyakit kategori
berat (lihat bab definisi kasus) ditatalaksana seperti pasien terkonfirmasi COVID-19
sampai terbukti bukan.
* Terapi dan pemeriksaan penunjang diatas sesuai dengan kajian literatur saat ini
dibuat. Terapi dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kajian literatur
terbaru
9 Edukasi 1. Etika batuk: tidak buang dahak sembarangan
2. Istirahat dengan nutrisi yang adekuat
3. Minum obat teratur,
4. Melakukan isolasi mandiri sesuai protocol (jika pasien memutuskan isolasi
mandiri)
10 Prognosis Ad vitam : ad bonam tergantung ada tidak komorbid
Ad sanationam : ad bonam tergantung ada tidak komorbid
Ad fungsionam : ad bonam tergantung ada tidak komorbid
11 Kompete Level of competence 4A (Sesuai kompetensi dari kolegium)
nsi
12 Indikator Kesesuaian dokter dalam melakukan terapi
medis
13 Kriteria Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan
pasien pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah
pulang minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
rawat pernapasan sesuai dengan keputusan klinis DPJP
inap

14 Kepustak 1. “Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan obat dari yang Allah haramkan bagi
aan kalian” hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari ‘Abdullah bin Mas’ud
Rodhiyallahu ‘anhu,
2. Pedoman Penanganan Cepat Medis Dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
3. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi
Ke-5 KEMENKES
4. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Sinto R, et al.
Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 :
Review of Current Literatures. 2020;7(1):45–67.
5. PROTOKOL TATALAKSANA COVID-19 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) edisi ke 3 Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN)
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) diterbitkan tahun 2021
6. WHO Therapeutics and COVID-19: living guideline. July 6sth 2021 edition
7. Position paper from the Indonesian Society of Thrombosis and Hemostasis
(InaSTH), Semarang chapter: Management of coagulopathy in COVID-19., Bali
Medical Journal (Bali Med J) 2020, Volume 9, Number 2: 306-312.
8. Russo V, Cardillo G, Viggiano GV, Mangiacapra S, Cavalli A, Fontanella A, et al.
Thromboprofilaxys With Fondaparinux vs. Enoxaparin in Hospitalized COVID-19
Patients: A Multicenter Italian Observational Study. Front Med.
2020;7(November):4–8.
9. N-Acetylcysteine: A potential therapeutic agent for SARS-CoV-2.
https://doi.org/10.1016/j.mehy.2020.109862
10. N-Acetylcysteine Enhances Recovery From Acute Lung Injury in Man.
https://doi.org/10.1378/chest.105.1.190
11. Olaimat AN, Aolymat I, Al-Holy M, Ayyash M, Abu Ghoush M, Al-Nabulsi AA,
et al. The potential application of probiotics and prebiotics for the prevention and
treatment of COVID-19. npj Sci Food [Internet]. 2020;4(1). Available from:
http://dx.doi.org/10.1038/s41538-020-00078-9
12. Yamamoto S, Saito M, Tamura A, Prawisuda D, Mizutani T, Yotsuyanagi H. The
human microbiome and COVID-19: A systematic review. PLoS One [Internet].
2021;16(6 June):1–13. Available from:
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0253293
13. Rastogi A, Bhansali A, Khare N, Suri V, Yaddanapudi N, Sachdeva N, et al. Short
term, high-dose vitamin D supplementation for COVID-19 disease: A randomised,
placebo-controlled, study (SHADE study). Postgrad Med J. 2020;1–4

Penyusus Dr Mohamad Arif SpPD


n KSM Ilmu Penyakit dalam RS Islam Sultan Agung
Staff pengajar Ilmu Penyakit Dalam FK UNISSULA

Anda mungkin juga menyukai