(COVID-19)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SPO Tanggal Terbit :
Halaman : ½
Klinik Pratama
Rawat Inap dr.Novi Ocviyanthi
Husada
1. Pengertian Corona Virus Infection Diseases atau COVID-19 adalah
penyakit menular yang berasal dari virus SARS-CoV-1.
Sejak diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus
COVID-19 telah menyebar di seluruh provinsi dan
mengalami peningkatan jumlah kasus. Virus penyebab
COVID-19 memiliki beberapa varian baru dari virus SARS-
CoV 2 seperti varian Alpha (B.117), Beta (B1.351), Delta
(B.1.617) dan yang terbaru adalah varian Omicron
(B.1.1.529) yang penyebarannya di berbagai daerah di
Indonesia dengan risiko penularan tinggi dan menyebabkan
penurunan efikasi vaksin. Kasus terkonfirmasi COVID- 19
di Indonesia sejumlah 6,12 juta kasus dimana 157.000
kasusmeninggal dunia. Diperlukan penatalaksanaan kasus
yang baik agar tidak menyebabkan peningkatan kasus
kematian.
2. Tujuan Sebagai acuan langkah – langkah untuk penegakan dan
diagnosis penanganan Corona Virus Infection Diseases atau
COVID-19
3. Langkah – langkah
a) Melakukan anamnesa
Keluhan pasien covid 19 sangat bervariasi mulai dari
tidak ada keluhan dan gejala sampai gejala berat.
Derajat gejala COVID-19 dapat diklasifikasikan ke
dalam tanpa gejala/asimptomatis, gejala ringan,
gejala sedang, gejala berat, dan kritis.
ditanyakan:
a. Riwayat infeksi akut COVID-19, terkonfirmasi
maupun suspek
b. Keluhan saat ini,
c. Onset dan durasi keluhan pasca COVID-19,
d. Riwayat komorbid dan penyakit lainnya.
b) Melakukan pemeriksaan fisik :
Pasien Dewasa:
a. Tanpa Gejala
(asimptomatik) tidak ditemukan gejala klinis.
b. Gejala Ringan
o Pasien dengan gejala tanpa ada bukti
pneumonia virus atau tanpa hipoksia
o Status oksigenasi: SpO2 ≥ 95% dengan udara
ruangan.
c. Gejala Sedang
o Tanda klinis pneumonia
o Status oksigenasi: SpO2 ≥ 93% dengan udara
ruangan.
d. Gejala Berat
o Tanda klinis pneumonia, ditambah satu dari:
frekuensi nafas >30x/menit, distress
pernafasan berat.
o Status oksigenasi: SpO2 < 93% dengan udara
ruangan.
e. Kritis
Gejala klinis Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis, atau
kondisi lainnya yang membutuhkan alat
penunjang hidup seperti ventilasi mekanik atau
terapi vasopreso
Pasien Anak dan Remaja:
a. Tanpa Gejala (asimptomatik):
Tidak ditemukan gejala klinis.
b. Gejala Ringan
Gambaran klinis gejala ringan dan tidak
ditemukan nafas cepat
c. Gejala Sedang
1) Gejala klinis pneumonia, takipnu, dapat
disertai ronki atau wheezing pada auskultasi
paru tanpa distres napas dan hipoksemia.
2) Takipnu = Frekuensi napas <2 bulan:
≥60x/menit, 2–11bulan: ≥50x/menit, 1–5 tahun:
≥40x/menit, >5 tahun: ≥30x/menit.
d. Gejala Berat
Tanda klinis pneumonia berat berupa napas
cuping hidung, sianosis, dan retraksi subcostal.
d. Kritis
Pasien mengalami perburukan cepat menjadi
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
atau gagal nafas, atau terjadi syok, ensefalopati,
kerusakan miokard atau gagal jantung,
koagulopati, gangguan ginjal akut, dan disfungsi
organ multipel atau manifestasi sepsis lainnya.
c) Menentukan diagnose
Kasus COVID-19 diklasifikasikan menjadi kasus
suspek, kasus probabel, dan kasus konfirmasi.
Klasifikasi kasus COVID-19 tersebut berdasarkan
penilaian kriteria klinis, kriteria epidemiologis, dan
kriteria pemeriksaan penunjang.
d) Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
a. Tanpa gejala
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak
pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi, baik
isolasi mandiri di rumah maupun di fasilitas publik
yang dipersiapkan pemerintah (isolasi terpusat).
b) Pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Pelaksanaan isolasi mandiri dan isolasi terpusat
sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d) Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina
untuk pemantauan klinis
2) Farmakologi
a) Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid,
dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang
rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum
terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE
inhibitor dan Angiotensin Receptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam
atau Dokter Spesialis Jantung
b) Vitamin C, dengan pilihan;
(1) Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari)
(2) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral
(selama 30hari)
(3) Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2
tablet/24 jam (selama 30 hari),
c) Vitamin D
Dosis 1000 - 5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk
tablet,kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah,
tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14
hari.
d) Obat-obatan suportif baik tradisional
(Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia
(OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan
tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
e) Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat
diberikan.
b. Gejala Ringan
1) Isolasi dan Pemantauan
a) Isolasi mandiri di rumah/fasilitas isolasi terpantau
selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala
ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka
isolasi dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah
dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah atau di fasilitas publik yang
dipersiapkan pemerintah.
b) Pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fsailitas pelayanan kesehatan.
c) Pelaksanaan isolasi mandiri dan isolasi terpusat
sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
d) Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol
ke FKTP terdekat.
2) Farmakologis
a) Vitamin C dengan pilihan:
(1) Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari)
(2) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral
(selama 30hari)
(3) Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2
tablet /24 jam (selama 30 hari),
b) Vitamin D
Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah,
tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14
hari.
c) Antivirus : Sesuai dengan ketersediaan obat di
fasyankes masing-masing
(1) Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-5), ATAU
(2) Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per
12 jam, selama 5 hari, ATAU
(3) Nirmatrelvir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg
dalam bentuk kombinasi), Nirmatrelvir 2 tablet per
12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12 jam, diberikan
selama 5 hari
d) Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila
demam.
e) Obat-obatan suportif baik tradisional
(Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia
(OMAI) yang teregistrasi di
BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan
namun dengan tetap memperhatikan perkembangan
kondisi klinis pasien.
f) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.
c. Gejala Sedang
Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-
19/Rumah Sakit Darurat COVID-19
d. Gejala Berat/Pneumonia Berat dan Kritis
Rujuk ke Rumah Sakit diutamakan yang memiliki
ruang isolasi Intensive Care Unit (ICU) atau High
Care Unit (HCU)
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. UGD
2. Ruang Pemeriksaan Umum
9. Dokumen 1. Dokter Operator
Terkait
10. Rekaman Tanggal mulai
No Yang diubah Isi perubahan
Histori diberlakukan
Perubahan