Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN SUSPEK COVID-19 PADA TN.T 7 MARET 2022


DI IGD RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Mentari Cahyaningtyas 1901034

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEPERAWATAN


STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul laporan : Laporan Resume Asuhan Keperawatan Gawat Darurat


dengan Suspek Covid-19 pada Tn.T di IGD Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2022

Nama : Mentari Cahyaningtyas

NIM : 1901034

Laporan Resume Asuhan Keperawatan Stase Gawat Darurat ini telah di responsi
dan disetujui oleh pembimbing klinik maupun pembimbing akademik STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Yogyakarta, 12 Maret 2022

Pembimbing Klinik 1 Pembimbinng Klinik 2

Ns. Dewi Purnasiwi, S.Kep., M.Kep. Masyanto, AMK.

Pembimbing Akademik

Isnanto, S.Kep., Ns., MAN.


LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tn.T DENGAN SUSPEK COVID-19

Nama : Mentari Cahyaningtyas

NIM : 1901034

Tempat / Ruang Praktek : Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta / IGD

Tanggal Praktek : 07 Maret 2022

KONSEP DASAR

A. Definisi Covid-19

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit

pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui

menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek

hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)

dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru

yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19.

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus

yang baru ditemukan. Virus ini memiliki tingkat mutasi yang tinggi dan

merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia dan binatang

dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik, gejala

ringan sampai berat, bahkan sampai kematian. Virus baru dan penyakit yang

disebabkannya ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan,


Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-19 ini sekarang menjadi sebuah

pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia. (WHO 2020).

B. Etiologi

Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini

utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan

unta. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini

masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan

wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu

Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of

Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2, (Susilo et al. 2020).

C. Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan

sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan

memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory

syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi

gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan

outbreak di kemudian hari.[2,3]

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)

menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang

ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil

sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor

ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai


pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki

fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang. Setelah terjadi fusi

membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA

virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk

kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi

dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein

struktural dan tambahan. (dr. Audric Albertus, 2020)


Pathway
D. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara

bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun

dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam,

rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri

dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit

tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.

Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%

kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit

sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan

5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan

dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal

multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat

kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang

sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan

paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan,

(Kemenkes, Juli 2020).

E. Penatalaksanaan Medis

1. Tanpa Gejala

a. Isolasi dan Pemantauan


1) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan

spesimen terdiagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah

maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah

2) Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas fasilitas kesehatan

tingkat pertama (FKTP)

3) Kontrol di FKTP terdekat selama 10 hari Karantina untuk

pemantauan klinis

b. Non Farmakologis Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu

dikerjakan (leaflet untuk dibawa kerumah):

1) Pasien:

a) Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat

berinteraksi dengan anggota keluarga

b) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand

sanitizer sesering mungkin

c) Jaga jarak dengan keluarga (Physical Distancing)

d) Upayakan kamar tidur sendiri/terpisah

e) Menerapkan etika batuk (diajarkan oleh tenaga medis)

f) Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun

g) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap

harinya (sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore)

h) Pakaian yang telah terpakai sebaiknya dimasukkan dalam

kantong plastik/wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian


kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci segera masukkan

ke mesin cuci

i) Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)

j) Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau

keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38 C

2) Lingkungan sekitar:

a) Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara

b) Membuka jendela kamar secara berkala

c) Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan

kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung

tangan dan google)

d) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau Hand

Sanitizer sesering mungkin

e) Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau

bahan desinfektan lainnya.

3) Keluarga:

a) Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien

sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit

b) Anggota keluarga senantiasa pakai masker

c) Jaga Jarak minimal 1 meter dari pasien

d) Senantiasa mencuci tangan

e) Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih


f) Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara

tertukar

g) Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkin tersentuh

pasien misalnya gagang pintu dll.

c. Farmakologi

1) Bila terdapat penyakit penyerta/ komorbid, dianjurkan untuk tetap

melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien

rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat

ACE inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu

berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter

Spesialis Jantung.

2) Vitamin C untuk 14 hari, dengan pilihan :

a) Tablet vitamin C non Acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14

hari)

b) Tablet hisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)

c) Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E

dan Zink

3) Vitamin D - Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam

bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet

hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) - Obat : 1000-5000 IU/hari

(tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU)

4) Obat-obatan suportif baik tradisional (fitofarmaka) maupun obat

modern asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat


dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap

memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien

5) Obat-Obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.

2. Derajat Ringan

a. Isolasi dan Pemantauan

1) Isolasi mandiri dirumah/fasilitas karantina selama maksimal 10

hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan

gangguan pernafasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi

dilanjutkan hingga gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas

gejala. Isolasi dapat dilakukan mandiri di rumah maupun di

fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.

2) Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan

kondisi pasien.

3) Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP

terdekat.

b. Non Farmakologis

Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi

tanpa gejala)

c. Farmakologis

1) Vitamin C untuk 14 hari, dengan pilihan : - Tablet vitamin C non

Acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) - Tablet hisap vitamin

C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) - Dianjurkan multivitamin

yang mengandung vitamin C,B, E dan Zink


2) Vitamin D 18 - Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam

bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet

hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) - Obat : 1000-5000 IU/hari

(tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU)

3) Azitromisin 1x 500 mg per hari selama 5 hari

4) Antivirus: - Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7

hari (terutama bila diduga ada infeksi influenza) ATAU -

Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12

jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 mg (hari ke 2-5)

5) Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam

6) Obat-obatan suportif baik tradisional (fitofarmaka) maupun obat

modern asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat

dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap

memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien

7) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.

3. Derajat Sedang

a. Isolasi dan Pemantauan

1) Rujuk ker Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah

Sakit Darurat COVID-19

2) Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah

Sakit Darurat COVID-19

b. Non Farmakologis
1) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status

hidrasi/ terapi cairan, oksigen

2) Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dnegan

hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP,

fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala.

c. Farmakologis

1) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis

dalam 1 jam diberikan secara drip intravena (IV) selama

perawatan

2) Azitromisin 500 mg/ 24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)

atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila

curiga ada infeksi bakteri : dosis 750 mg/24 jam per iv atau per

oral (untuk 5-7 hari), ditambah

3) Salah satu antivirus berikut : - Favipriavir (Avigan sediaan 200

mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya

2x 600 mg (hari ke 2-5) atau Remsedivir 200 mg IV drip (hari ke-

1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

4) Antikoagulan (LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

5) Pengobatan simtomatis f) Pengobatan komorbid dan komplikasi

yang ada

4. Gejala Berat atau Kritis

a. Isolasi dan Pemantauan


1) Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara

kohorting 20

2) Pengambilan swab untuk PCR dilakukan di hari ke 1 dan 2 untuk

penegakan diagnosis

b. Non Farmakologis

1) Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status

hidrasi (terapi cairan) dan oksigen

2) Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan

hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP,

fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostatis, LDH, D-dimer

3) Periksa foto toraks serial bila perburukan

4) Monitor tanda-tanda sebagai berikut :

a) Takipnea, frekuensi nafas  30x/min

b) Saturasi oksigen dengan Pulse Oximetry 93% (di jari)

c) PaO2/fiO2  300 mmHg - Peningkatan sebanyak > 50% di

keterlibatan area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam

2448 jam,

d) Limfopenia progresif,

e) Asidosis laktat progresif.

5) Monitor keadaan kritis

a) Gagal nafas yang membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau

gagal multi organ yang memerlukan perawatan ICU


b) Bila terjadi gagal nafas disertai ARDS pertimbangkan

penggunaan ventilator mekanik

c) 3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan

penyakit yaitu sebagai berikut : Gunakan High flow nasal

cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical ventilation

(NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas, HFNC

lebih disarankan dibandingkan NIV: Pembatasan resusitasi

cairan terutama pada pasien dengan edema paru, posisikan

pasien sadar dalam posisi tengkurap (Awake prone position)

6) Terapi Oksigen (Nasal Cannula, NRM, HFNC)

7) NIV

8) Ventilator

9) ECMO

c. Farmakologis

1) Vitamin C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis

dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama

perawatan

2) Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena

3) Vitamin D

a) Suplemen : 400IU-1000 IU/ hari (tersedia dalam bentuk

tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap,

kapsul lunak, serbuk, sirup)


b) Obat : 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000

IU dan tablet kunyah 5000 IU)

4) Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)

atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila

curiga ada infeksi bakteri : dosis 750 mg/24 jam per iv atau per

oral (untuk 5-7 hari)

5) Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-

infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi

klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien.

Pemeriksaan kultur darah 22 harus dikerjakan dan pemeriksaan

kultur sputum ( dengan kehati-hatian khusus) patut

dipertimbangan

6) Antivirus :

a) Favipriavir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12

jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2x 600 mg (hari ke 2-5)

b) Remsedivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg

IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10)

7) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

8) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau

kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus

berat dengan ventilator

9) Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada


10) Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai dengan

pedoman tatalaksana syok yang sudah ada

11) Obat suportif lainnya dapat diberikan terapi tambahan, sesuai

dengan kondisi klinis pasien dan ketersediaan di fasilitas

pelayanan kesehatan masing-masing apabila terapi standar tidak

memberikan respon perbaikan. Pemberian dengan pertimbangan

hati-hati dan melalui diskusi dengan tim COVID-19 rumah sakit.

Contohnya anti-IL 6 (tocilizumab), plasma konvalesen, IVIG atau

Mesenchymal Stem Cell (MSCs)/ sel punca, terapi plasma

exchange (TPE) dan lain-lain. (Burhan et al. 2020)

F. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian/krisis situasional

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

3. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan Proses infeksi

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus-kapiler
G. NCP Teori

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF: LATIHAN BATUK


EFEKTIF
a. Definisi : melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus
dari secret atau benda asing di jalan nafas.
b. Observasi :
c. ✓Identifikasi kemampuan batuk
d. ✓Monitor adanya retensi sputum
e. ✓Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
f. Teraupetik :
g. ✓Atur posisi semifowler atau fowler
h. ✓Buang secret pada tempat sputum
i. Edukasi :
j. ✓Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
k. ✓Anjurkan Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu selama 8 detik → ulangi sebanyak 3 kali ✓Anjurkan batuk
dengan kuat langsung setelah Tarik nafas dalam yang ke 3
l. Kolaborasi :
m. ✓Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran →
Jika perlu
2. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF: MANAJEMEN JALAN
NAFAS
a. Definisi : mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas.
Observasi ▪ Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) ▪
Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing, ronkhi) ▪
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Teraupetik ▪ Posisikan
semifowler atau fowler ▪ Berikan minum hangat ▪ Lakukan
penghisapan lendir kurang dari 15 detik Edukasi ▪ Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari → Jika tidak ada kontraindikasi Kolaborasi ▪
Kolaborasikan pemberian terapi mukolitik atau ekspektoran atau
bronkodilator → Jika perlu
3. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF: MANAJEMEN
ISOLASI
a. Definisi: mengindentifikasi dan mengelola pasien yang beresiko
menularkan penyakit, menciderai, atau merugikan orang lain.
Observasi ▪ Identifikasi klien yang membutuhkan isolasi Teraupetik ▪
Tempatkan satu pasien satu kamar ▪ Sediakan seluruh kebutuhan
harian dan pemeriksaan sederhana di kamar klien ▪ Dekontaminasi
alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan ▪ Lakukan
kebersihan tangan pada 5 momen ▪ Pasang alat proteksi diri sesuai
SPO ▪ Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan klien ▪
Minimalkan kontak dengan klien → sesuai kebutuhan ▪ Batasi/ tidak
boleh ada pengunjung ▪ Pastikan kamar klien selalu dalam kondisi
bertekanan negative
4. GANGGUAN PERTUKARAN GAS: PEMANTAUAN RESPIRASI
a. Definisi : Mengumpulkan dan menganalisa data untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dari kefektifan pertukaran gas Observasi ▪
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas ▪ Monitor pola
nafas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik) ▪ Monitor saturasi oksigen ▪ Monitor nilai AGD
Teraupetik ▪ Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi ▪
Informasikan hasil pemantauan → Jika perlu
5. GANGGUAN PERTUKARAN GAS: TERAPI OKSIGEN
a. Definisi : memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan Obervasi ▪ Monitor
kecepatan aliran oksigen ▪ Monitor efektifitas terapi oksigen (seperti
oksimetri, Analisa Gas Darah) ▪ Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen Teraupetik ▪ Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea → Jika perlu ▪ Gunakan oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas klien Kolaborasi ▪ Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
6. GANGGUAN PERTUKARAN GAS: MANAJEMEN ASAM BASA
a. Definisi : Mengidentifikasi, mengelola, dan mencegah komplikasi
akibat ketidakseimbangan asam basa Observasi ▪ Identifikasi
penyebab ketidakseimbangan asam basa ▪ Monitor frekuensi dan
kedalaman nafas ▪ Monitor irama dan frekuensi jantung ▪ Monitor
perubahan pH, PCO2, dan HCO3 Teraupetik ▪ Ambil specimen darah
arteri untuk pemeriksaan AGD ▪ Berikan oksigen sesuai indikasi
Kolaborasi ▪ Kolaborasi pemberian ventilasi mekanik → Jika perlu

7.
PENGKAJIAN RESUME KASUS GAWAT DARURAT

Nama Mahasiswa : Mentari Cahyaningtyas


Semester :6
Tempat Praktek : IGD RS Bethesda Yogyakarta
Tanggal Pengkajian : 07 Maret 2022
Jam Pengkajian : 08.00 WIB

DATA KLIEN
A. DATA UMUM

1. Nama inisial klien : Tn.T


2. Umur : 54 tahun
3. Alamat : Yogyakarta
4. Agama : Kristen
5. Tanggal masuk RS : 07 Maret 2022
6. Nomor Rekam Medis : 05XXXX
7. Diagnosa Medis : suspek Covid-19
8. Tingkat kegawatan : II
B. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airway (jalan nafas)

Tidak ada hambatan jalan napas, pasien mampu bernapas spontan.

Airway clear.

2. Breathing

RR : 32X/Menit, Pasien mengatakan sesak napas, PF : pola napas

takipnea, tampak retraksi dada, auskultasi paru terdengar suara krekels di

lapang paru bagian bawah, SpO2 90%.

3. Circulation
Pasien mengatakan lemas, makan dan minum sedikit. Saat dikaji TD :

90/50 mmHg diukur di lengan kanan, frekuensi nadi 130x/menit teraba

kuat diukur di brachialis kanan. Suhu pasien 38,5℃ dikur dijidat

menggunakan thermometer gun, CRT 3 detik.

4. Disabillity

Kesadaran kompos mentis, tidak terdapat kelemahan, GCS : E=4 V=5

M=6.

C. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : Pasien mengatakan Gangguan Ketidakseimbangan

sesak napas pertukaran gas ventilasi perfusi

DO : RR : 32X/Menit, ,

PF : pola napas takipnea,

tampak retraksi dada,

auskultasi paru terdengar

suara krekels di lapang

paru bagian bawah,

SpO2 90%.

2. DS : Pasien mengatakan Hipertermia Proses penyakit

lemas, makan dan (infeksi)

minum sedikit.

DO : Saat dikaji TD :

90/50 mmHg diukur di


lengan kanan, frekuensi

nadi 130x/menit teraba

kuat diukur di brachialis

kanan. Suhu pasien

38,5℃ dikur dijidat

menggunakan

thermometer gun, CRT 3

detik, pasien suspek

Covid
D. RENCANA DAN IMPLEMENTASI

Tanggal/ Data Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi

jam

07/03/2022 jam DS : Pasien Gangguan pertukaran Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Memonitor S:


tindakan frekuensi, frekuensi irama, Pasien mengatakan
08.03 mengatakan sesak gas berhubungan
keperawatan 5 menit irama, kedalaman dan masih terasa sesak
napas dengan
maka pertukaran kedalaman, upaya nafas nafas
DO : RR : 32X/Menit, ketidakseimbangan gas meningkat dan upaya pasien O:
dengan kriteria hasil nafas 2. Memonitor pola RR : 24x/menit
, PF : pola napas ventilasi perfusi
sebagai berikut : 2. Monitor pola nafas pasien Pola nafas masih
takipnea, tampak
1. Dipsnea nafas 3. Auskultasi takipneu
retraksi dada, menurun dengan 3. Monitor bunyi napas A : Masalah belum
RR saturasi pasien teratasi
auskultasi paru
16-24x/menit oksigen 4. Memonitor P : Lanjutkan
terdengar suara
2. Bunyi nafas 4. Atur interval saturasi oksigen intervensi
krekels di lapang paru tambahan pemantauan pasien
menurun respirasi 5. Memberikan
bagian bawah, SpO2
3. Pola nafas sesuai oksigen NRM
90%.
membaik kondisi 10 liter
pasien
5. Dokumentasi
hasil
pemantauan
6. Informasikan
hasil
pemantauan
7. Monitor
kecepatan
aliran
oksigen
8. Monitor
efektifitas
terapi
oksigen
9. Siapkan dan
atur peralatan
pemberian
oksigen
10. Kolaborasi
penentuan
dosis oksigen

07/03/2022 jam DS : Pasien Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda – 1. Monitor suhu S : -
tindakan tanda vital tubuh sampai O :
08.05 mengatakan lemas, berhubungan dengan
keperawatan 3 jam 2. Identifikasi stabil Suhu : 380C
makan dan minum Proses penyakit
maka termogulasi penyebab 2. Monitor Nadi : 120x/menit
sedikit. (infeksi) membaik dengan hipertermia tekanan darah, RR : 30 x/menit
kriteria hasil sebagai 3. Berikan cairan frekuensi TD : 90/70 mmHg
DO : Saat dikaji TD :
berikut : oral pernapasan dan Suhu tubuh pasien
90/50 mmHg diukur
1. Suhu kulit 4. Anjurkan tirah nadi masih teraba hangat
di lengan kanan, membaik baring 3. Monitor suhu A : Masalah belum
2. Suhu tubuh Kolaborasi kulit terasi
frekuensi nadi
dalam rentang pemberian 4. Tingkatkan P : Lanjutkan
130x/menit teraba
36,5℃-37,5℃ cairan dan asupan cairan intervensi
kuat diukur di elektrolit dan nutrisi yang
intravena, jika adekuat
brachialis kanan.
perlu 5. Kolaborasi
Suhu pasien 38,5℃
pemberian
dikur dijidat antipiretik

menggunakan

thermometer gun,
CRT 3 detik, pasien

suspek Covid
H. PENGKAJIAN SEKUNDER

1. . Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan Utama
Sesak napas
b. Keluhan Tambahan :
Saat dikaji pasien mengatakan demam ± 10 hari, seluruh tubuh terasa panas,
batuk tapi dahak sulit keluar, mual, tidak muntah, badan lemes, nafsu makan
berkurang, makan dan minum sedikit, tenggorokan nyeri. Pasien mengatakan
nyeri seperti tergores, dengan skala nyeri 3.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan sesak napas dan tenggorokan nyeri sejak 2 hari yang lalu,
batuk tapi dahak sulit keluar, demam sejak 10 hari yang lalu, seluruh tubuh
terasa panas, sudah opname di RSPR ± 4 hari (3-6 Maret 2022) tapi keluhan
belum berkurang, mual, nafsu makan menurun, makan dan minum sedikit,
badan terasa lemas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik Fokus
TD : 90/60 mmHg di ukur di lengan kanan
Nadi : 116x/menit teraba kuat
RR : 26x/menit
Suhu : 38,50C
SpO2 : 97%
Bentuk kepala oval, rambut hitam, tidak tampak bekas luka, wajah simetris, mukosa
bibir kering, tampak kemerahan di faring sebelah kanan pasien. Kesadaran compos
mentis, GCS : E : 4 V : 5 M : 6. BB 65 kg TB 160 cm.
Inspeksi : bentuk dada datar, tampak retraksi dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di lapang paru.
Auskultasi : suara paru krekels pada paru kanan dan kiri bawah.
Inspeksi : bentuk perut buncit
Perkusi : bising usus 12x/menit
Palpasi : nyeri tekan di ulu hati
Perkusi : tympani

3. Data Penunjang
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai
Hemoglobin 14,9 g/dL 13,2 – 17,3
Leukosit 13,02 ribu/mmk (H) 4,5 – 11,5
Eosinofil 0,0 % 2–4
Basofil 0,9 % 0–1
Segmen neutrofil 50,3 % 50 – 70
Limfosit 42,2 % 18 – 42
Monosit 6,6 % 2–8
Limfosit total 5,5 1,5 – 3,7
Rasio neutrofil limfosit 1,18 < 3,13
Hematokrit 45 % 40 – 54
Eritrosit 4,97 juta/mmk 4,5 – 6,2
RDW 12,2 % 11,5 – 14,5
MCV 90,6 fL 80 – 94
MCH 29,9 pg 26 – 32
MCHC 33 g/dL 32 – 36
Trombosit 107 ribu/mmk (L) 150 – 450
MPV 9,7 fL 7,2 – 11,1
PDW 22,4 fL 9 – 13
SGPT 52,5 U/L 0 – 55
SGOT 114,7 U/L 5 – 34
GDS 102,6 mg/dL 70 – 140
Ureum 39,8 mg/dL 17-54
Creatinin 1,34 mg/dL (H) 0,73 – 1,18
Natrium 132,4 mmol/L (L) 136 – 146
Kalium 3,9 mmol/L 3,5 – 5,1
Radiologi :
Hasil MSCT Thorax : mengarah gambaran minimal bronchopneumonia
4. Terapi Medik
- Levofloxacin 1 x 750 mg IV
- Paracetamol 3 x 500 mg tablet per oral
A. ANALISA DATA PENGKAJIAN SEKUNDER
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS :
- Pasien mengatakan sesak
napas Bersihan jalan nafas Sekresi yang

- Pasien mengatakan batuk tidak efektif tertahan

dahak tapi sulit keluar


- Pasien mengatakan badan
terasa lemas
DO :
- RR : 26 x/menit
- Pasien tidak dapat
mengeluarkan dahak saat
batuk
- SpO 97%
2. DS :
- Pasien mengatakan mual,
tidak muntah, badan lemas
- Pasien mengatakan nafsu Risiko Syok Hipotensia /

makan berkurang kekurangan volume

- Pasien mengatakan makan cairan

dan minum sedikit


DO :
- RR : 26 x/menit
- Nadi : 116 x/menit
- TD : 90/60 mmHg
- Mukosa bibir kering
- Tampak kemerahan di
faring sebelah kanan
pasien
3. DS :
- Pasien mengatakan
tenggorokan nyeri
- Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen pencedera

seperti tergores fisiologis

- Pasien mengatakan skala


nyeri 3
- Pasien mengatakan nafsu
makan dan minum
menurun
- pasien mengatakan nyeri
tekan pada ulu hati
DO :
- Pasien tampak lemas
- Tampak kemerahan di
faring pasien bagian kanan
B. RENCANA DAN IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam Data Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Kep
7 Maret 2022 DS : Bersihan Setelah 1. Monitor pola 1. Memonitor pola S :
10.30 - Pasien jalan nafas dilakukan napas napas pasien Pasien
mengatakan tidak efektif tindakan 2. Monitor bunyi 2. Memonitor bunyi mengatakan
sesak napas berhubungan keperawatan napas tambahan napas pasien masih sesak
- Pasien dengan kurang dari 30 3. Monitor sputum 3. Memonitor sputum nafas sedikit
mengatakan sekresi yang menit 4. Berikan oksigen, pasien berkurang
batuk dahak tertahan diharapkan jika perlu 4. Memberikan terapi O :
tapi sulit bersihan jalan 5. Kolaborasi oksigen Pasien
keluar nafas pasien pemberian 5. Mengkolaborasikan tampak
- Pasien ekspektasi bronkodilator, pemberian sudah
mengatakan meningkat bila perlu bronkodilator sedikit
badan terasa dengan kriteria nyaman,
lemas hasil : SpO 99%
- SpO 97% - Batuk A : Masalah
DO : efektif bersihan
- RR : 26 meningkat jalan nafas
x/menit - Produksi teratasi
- Pasien tidak sputum P :
dapat Lanjutkan
mengeluarkan menurun intervensi
dahak saat - Dispnea
batuk membaik
- Frekuensi
napas
membaik
7 Maret 2022 DS : risiko syok setelah 1. Monitor status 1. Memonitor S:
10.35 - Pasien berhubungan dilakukan kardiopulmonal frekuensi nafas dan Pasien
mengatakan dengan tindakan 2. Monitor status kekuatan nadi mengatakan
mual, tidak hipotensia / keperawatan cairan pasien lemas
muntah, kekurangan selama kurang 3. Berikan oksigen 2. Memonitor status sedikit
badan lemas volume dari 30 menit untuk cairan pasien berkurang
- Pasien cairan diharapkan mempertahankan 3. Memberikan terapi Pasien
mengatakan risiko syok saturasi oksigen oksigen mengatakan
nafsu makan menurun > 94% 4. Memasang IV sudah mau
berkurang dengan kriteria 4. Pasang IV infus, sedikit
- Pasien hasil : kristaloid 20tpm makan dan
mengatakan - Tekanan minum
makan dan darah O:
minum membaik Pasien
sedikit - Tekanan terlihat lebih
nadi
DO : membaik segar
- RR : 26 - Frekuensi A : Masalah
x/menit nadi syok teratasi
- Nadi : 116 membaik sebagian
x/menit - Anoreksia P :
- TD : 90/60 menurun Lanjutkan
mmHg intervensi
- Mukosa bibir
kering
- Tampak
kemerahan di
faring sebelah
kanan pasien
7 Maret 2020 DS : Nyeri akut Setelah 1. Identifikasi lokasi 1. Mengidentifikasi S:
10.40 - Pasien berhubungan dilakukan karakteristik lokasi karakteristik, Pasien
mengatakan dengan agen tindakan nyeri, durasi, durasi, frekuensi mengatakan
tenggorokan pencedera keperawatan frekuensi, dan kualitas nyeri
nyeri fisiologis kurang dari 30 kualitas, intensitas nyeri lumayan
- Pasien menit intensitas nyeri 2. Mengidentifikasi berkurang
mengatakan diharapkan 2. Identifikasi skala skala nyeri pasien Pasien
nyeri seperti tingkat nyeri nyeri 3. Memberikan teknik mengatakan
tergores menurun 3. Berikan tehnik nonfarmakologi skala nyeri
- Pasien dengan kriteria nonfarmakologi untuk mengurangi berkurang
mengatakan hasil : untuk mengurangi rasa nyeri menjadi 2
skala nyeri 3 - Keluhan rasa nyeri O : pasien
- Pasien nyeri 4. Kolaborasi terlihat lebih
mengatakan menurun pemberian tenang dan
nafsu makan - Tekanan analgetik rileks
dan minum darah A : Maslah
menurun membaik nyeri akut
- pasien - Nafsu teratasi
mengatakan makan sebagian
nyeri tekan membaik P : lanjutkan
pada ulu hati intervensi
DO :
- Pasien
tampak lemas
- Tampak
kemerahan di
faring pasien
bagian kanan

Anda mungkin juga menyukai