Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2018

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MORBILI

Oleh:
Reza Ahda Kadir, S.Ked
111 2017 2066

Supervisor :
dr. Andi Tenrigangka, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Reza Ahda Kadir

NIM : 111 2017 2066

Judul Laporan Kasus : Morbili

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 22 Maret 2018

Mengetahui,

Supervisor

dr. Andi Tenrigangka, Sp.A

2
BAB I

PENDAHULUAN

Campak atau measles merupakan penyakit akut dengan daya penularan

tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai

eksantema spesifik (koplik’s sign) diikuti ruam makulopapular menyeluruh yang

disebabkan oleh paramyxovirus genus morbillivirus. Penularan terjadi saat 3-5

hari sebelum muncul ruam hinggga 4 hari esudah ruam timbul.1,2

Jumlah kasus campak pada tahun 2009 di Indonesia sebanyak 18.055 kasus

dengan incident rate (IR) 0,77 per 10.000 penduduk, dan 17.139 kasus pada 2010

dengan IR 0,73 per 10.000 penduduk sementara target IR di Indonesia adalah 0

per 10.000 penduduk. Sehingga sebagai upaya mencapai IR tersebut dilakukan

pengendalian campak berupa:3,4

a. Imunisasi rutin  pada bayi 9 bulan dan kegiatan Bulan Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS) pada anak kelas 1 SD (dosis kedua).

b. Imunisasi tambahan berupa Crash Program pada anak balita dan SD di

daerah resiko tinggi.

c. Penguatan surveilans campak.

d. Memperbaiki manajemen kasus melalui pemberian vitamin A dan

antibiotik.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

a. Nama : An. AF

b. Umur : 6 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Alamat : Jl. Mappanyukki

e. Suku/Ras : Bugis

f. Status : Pelajar

g. Agama : Islam

h. Nomor RM : 002407

i. Bangsal/Kamar: Perawatan Ketilang

j. Tgl. Masuk RS: 15 Maret 2018

2.2 ANAMNESIS

2.2.1 Keluhan utama :

Demam

2.2.2 Anamnesis terpimpin :

2.2.2.1 Informasi mengenai keluhan utama

Demam dialami sejak ± 3 hari yang lalu, batuk (+), flu (+).

Terdapat bercak eritema pada seluruh tubuh (+), konjungtivitis (+)

2.2.2.2 Informasi riwayat penyakit terdahulu

4
Riwayat trauma tidak ada. Riwayat bronchopneumonia (+), riwayat

kejang (-)

2.2.2.3 Informasi riwayat penyakit dalam keluarga

Riwayat dalam keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

I. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan - sedang

Kesadaran : Compos mentis, GCS E4 M6 V5

Gizi : Kurang

Tanda Vital

Tekanan Darah :-

Nadi : 92 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 39˚C

BB : 13 kg

o Kepala : Bentuk normal, simetris

o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

Injeksi konjungtiva (+/+)

o Telinga : Serumen (-/-), Membran timpani intak

o Thoraks :

- Paru : Vesicular, ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Jantung : S1/S2 Reg. Gallop (-/-), murmur (-/-)

5
o Abdomen : Datar, tidak teraba pembesaran hati dan limpa,

peristaltik (+) kesan normal

o Ekstremitas : Udema negative pada ekstremitas atas dan bawah

kanan kiri, tidak terdapat atrofi pada otot

ekstremitas

o Dermatologi : Terdapat bercak eritema pada seluruh tubuh

II. RESUME

Seorang anak 6 tahun di rawat di ruang perawatan ketilang RS

Bhayangkara Makassar pada tanggal 15 Maret 2018 dengan keluhan demam

yang dialami sejak ± 3 hari yang lalu, disertai batuk (+), flu (+),

konjungtivitis (+), serta terdapat bercak eritema pada seluruh tubuh. Riwayat

trauma tidak ada, riwayat kejang demam tidak ada. Pasien memiliki riwayat

bronchopneumonia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nadi 92 x/menit,

pernafasan 24 x/menit, dan suhu 39ºC.

III. DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis Klinik : Morbili

IV. PENATALAKSANAAN

● IVFD

● Paracetamol syr 3 dd 1/2

6
● Puyer

V. PROGNOSIS

Qua Ad Vitam : Bonam

Qua Ad Sanationam : Bonam

Ad Fungsionam : Bonam

VI. PEMBAHASAN

Seorang anak 6 tahun di rawat di ruang perawatan ketilang RS

Bhayangkara Makassar pada tanggal 15 Maret 2018 dengan keluhan

demam yang dialami sejak ± 3 hari yang lalu, disertai batuk (+), flu (+),

konjungtivitis (+), serta terdapat bercak eritema pada seluruh tubuh.

Riwayat trauma tidak ada, riwayat kejang demam tidak ada. Pasien

memiliki riwayat bronchopneumonia. Pasien didiagnosis dengan morbili.

Hal ini sesuai dengan literatur yang didapatkan, dimana gejala yang sering

didapatkan pada morbili yaitu cough (batuk), coryza (peradangan selaput

mukosa), dan conjungtivitis. Gejala ini diawali dengan demam. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan nadi 92 x/menit, pernafasan 24 x/menit, dan

suhu 39ºC. Pasien ini diberikan obat antipiretik dan ekspektoran.

Awalnya pasien datang dengan keluhan demam sejak ± 3 hari yang

lalu yang disertai batuk (+), konjungtivitis (+), bercar eritema pada kepala

dan leher hingga ke ekstremitas dan seluruh tubuh. Setelah diberikan

7
antipiretik, demam menurun. Hari ketiga dirawat diruang perawatan

ketilang RS Bhayangkara Makassar, bercak eritema mulai menghilang.

8
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Campak (rubeola atau morbili) adalah penyakit virus yang sangat

menular yang ditularkan melalui droplet dari individu yang terinfeksi.

Virus ini menyebar dengan batuk dan bersin, atau kontak langsung dengan

sekret hidung atau tenggorokan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan

menular di udara atau dipermukaan yang terinfeksi hingga 2 jam. Hal ini

dapat ditularkan oleh individu yang terinfeksi dari 4 hari sebelum onset

ruam sampai 4 hari setelah onset. Jika satu orang menderita penyakit ini,

sebagian besar kontak dekat mereka yang rentan juga akan terinfeksi.

Anak-anak yang tidak diimunisasi berisiko tinggi terkena campak dan

komplikasinya, termasuk kematian.1

II. ETIOLOGI

9
Virus campak adalah virus RNA dengan hanya satu serotipe,

tergolong anggota genus Morbilivirus dari keluarga Paramyxoviridae. Ada

banyak genotipe yang berbeda. Karakteristik molekuler dari genotipe virus

tertentu dapat mengidentifikasi strain wabah saat pengamatan

epidemiologi konsisten. Situs utama infeksi adalah epitel pernafasan

nasofaring.2

III. EPIDEMIOLOGI

Campak disebarkan oleh droplet (bersin atau batuk) atau kontak

langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan orang yang terinfeksi.

Virus ini mungkin tetap infektif pada droplet di udara selama beberapa

jam, terutama dibawah kondisi kelembaban relatif rendah.2

Campak bersifat endemik di seluruh dunia, dengan sekitar 20 juta

kasus terjadi setiap tahun. Di daerah beriklim sedang, wabah umumnya

terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi. Di daerah beriklim

tropis, penularan meningkat setelah musim hujan. Sebelum pengenalan

vaksinasi universal, epidemi campak yang berlangsung tiga sampai empat

bulan terjadi secara konsisten setiap dua sampai lima tahun. Wabah

disebabkan oleh akumulasi individu yang rentan terhadap virus campak,

termasuk orang yang tidak divaksinasi atau sebagian divaksinasi dan

mereka yang divaksinasi namun gagal melakukan serokonversi. Sejak

dimulainya vaksinasi campak universal dengan penurunan sirkulasi virus

10
campak yang meningkat, usia rata-rata dimana infeksi terjadi telah

meningkat.2

Campak masih merupakan penyakit yang umum dan penyebab

kematian dan kecacatan yang penting di negara-negara dengan

infrastruktur kesehatan yang terbatas. Antara tahun 2000 dan 2007 jumlah

kasus campak yang dilaporkan diseluruh dunia turun dua pertiga. Namun,

ada banyak laporan kasus campak yang tidak memadai bahkan di negara-

negara industri. Kematian global akibat campak berkurang sebesar 74%

selama periode ini dari sekitar 750.000 menjadi 197.000. pemnurunan

presentase wilayah terbesar dalam memperkirakan angka kematian

campak selama 2000-2007 terjadi di wilayah Mediterania Timur dan

Afrika.2

Berdasarkan laporan DirJen PP & PL Departemen Kesehatan RI tahun

2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang

dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian

dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia

pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih

banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada

kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).3

IV. FAKTOR RISIKO

Beberapa anak yang terinfeksi virus campak mungkin hanya memiliki

penyakit ringan dengan sedikit tanda atau gejala. Ini sangat beruntung bagi

11
anak tapi membuat diagnosis klinis lebih sulit. Anak-anak lain mungkin

memiliki campak yang sangat parah dengan tanda dan gejala yang lebih

jelas dan umumnya jauh lebih sakit. Anak-anak yang memiliki risiko

paling tinggi terkena campak parah adalah:4

1. Umur muda, terutama mereka yang berusia dibawah satu tahun

2. Kekurangan gizi (anak-anak dengan marasmus atau kwashiorkor)

3. Mereka yang tinggal dalam situasi yang overcrowded dimana mereka

dapat terkena virus sangat tinggi

4. Mereka yang kekebalannya (mekanisme pertahanan tubuh terhadap

infeksi) terpengaruh, seperti anak-anak dengan infeksi HIV, malnutrisi

atau keganasan

5. Mereka yang kekurangan vitamin A

Kekurangan perawatan kesehatan yang memadai untuk anak-anak

dengan campak juga meningkatkan risiko bahwa komplikasi yang tidak

diobati akan berlanjut ke komplikasi parah dan akhirnya sampai mati.

Bahkan ketika sebuah pusat kesehatan berada didekatnya, orang tua

mungkin tidak mengerti kebutuhan untuk membawa anak-anak yang sakit

cukup awal, dan sering mencari pertolongan saat komplikasi telah

berlangsung.4

V. GEJALA KLINIS5,6

Masa inkubasi. 10 – 15 hari

Prodromal. Masa prodromal antara 2 – 4 hari. Demam 38,4 – 40,6ºC.

Rasa tidak enak. Gejala pernafasan bagian atas (coryza, cough). Fotofobia.

12
Konjungitivitis dengan lakrimasi. Edema periorbital. Seiring berjalannya

waktu gejala sistemik mereda.

Exanthem. Pada hari demam keempat, makula dan papula eritematosa

muncul di dahi digaris rambut, dibelakang telinga, menyebar secara

sentrifugal dan inferior untuk melibatkan wajah, batang tubuh,

ekstremitas, telapak tangan / telapak kaki, sampai ke kaki pada hari ketiga.

Lesi awal bisa menjadi konfluen, terutama pada wajah, leher, dan bahu.

Exanthem hilang dalam 4-6 hari.

Enanthem. Gumpalan bintik-bintik putih kebiuran kecil dengan dasar

merah, muncul pada atau setelah hari kedua penyakit demam, terlihat pada

mukosa bukal yang berhadapan dengan gigi premolar, yaitu bintik

komplik yang bersifat patognomonik campak. Muncul sebelum exanthem.

Seluruh mukosa bukal atau bibir dalam bisa meradang.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan: 3,6

- Anamnesis berupa manifestasi klinik, yaitu demam, batuk, pilek,

mata merah, dan ruam yang timbul dari belakang telinga sampai

keseluruh tubuh serta tanda patognomonik bercak Koplik

- Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>38ºC), mata merah,

dan ruam makulopapular

- Isolasi virus dari darah, urin, atau sekret nasofaring

13
- Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan darah berupa leukopenia dan

limfositopenia. Pemeriksaan IgM campak juga dapat membantu

diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan

kedua setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi

setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi

VII. PENATALAKSANAAN

Semua kasus harus disarankan untuk tinggal di rumah dari sekolah,

lembaga pendidikan pasca sekolah menengah, fasilitas penitipan anak,

tempat kerja selama empat hari setelah onset ruam. Serta harus disarankan

untuk menjaga kebersihan tangan dengan baik, hindari berbagi gelas

minum atau peralatan makan dan ketika batuk dan bersin tutup dengan tisu

atau lengan bawah.2

Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa

tirah baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat

diberikan sampai setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan

vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang

meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin

A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan

pneumonia. WHO saat ini merekomendasikan vitamin A untuk semua

anak dengan campak akut, terlepas dari negara tempat tinggalnya. Dosis

berikut, disarankan satu kali sehari selama dua hari:2,3

- 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih

14
- 100.000 IU pada anak umur 6-11 bulan

- 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan

VIII. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga

berupa ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya

stadium prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan

penyebaran ruam makulopapular. Penyakit lain yang menimbulkan ruam

yang sama antara lain:3

- Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa

disertai batuk

- Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang

mereda ketika ruam muncul

- Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium

prodromal

- Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan

demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza

- Penyakit kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan

ruam, tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul

nyeri dan pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak

15
IX. PENCEGAHAN

Campak dapat dicegah dengan imunisasi. Setelah imunisasi, lebih dari

85% anak-anak akan terlindungi dari penyakit ini. Kebijakan WHO untuk

menangani kasus campak, ditekankan bahwa pencegahan primer campak

melalui imunisasi tetap merupakan strategi pilihan terhadap penyakit.

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan

pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun

2020. Strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah:4,7

- Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi campak

≥95% merata di semua tingkatan

- Pelaksanaan Crash program campak pada anak usia 9-59 bulan di

185 kabupaten/kota pada bulan Agustus-September 2016

- Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan hingga 15

tahun secara bertahap dalam 2 fase, yaitu fase pertama pada bulan

Agustus-September 2017 di seluruh Pulau Jawa dan fase kedua pada

bulan Agustus-September 2018 di seluruh Pulau Sumatra, Pulau

Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua

Berdasarkan data surbeilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi

campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak.

Untuk itu diperlukan kampanye pemberian imunisasi MR pada anak usia 9

bulan sampai dengan <15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan

16
merata diharapkan akan membentuk imunitas kelompok (herd immunity),

sehingga dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan

melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.7

17
Dalam situasi yang luar biasa dimana morbiditas dan mortalitas

campak pada bayi dibawah usia 9 bulan merupakan masalah yang

signifikan, diberikan dosis tambahan vaksin campak standar sebagai usia

awal 6 bulan, disamping dosis yang dijadwalkan diberikan sesegera

mungkin setelah usia 9 bulan. Jadwal ini direkomendasikan untuk

kelompok-kelompok tertentu yang berisiko tinggi terhadap kematian

campak, seperti bayi di kamp pengungsi, bayi dirawat di rumah sakit dan

bayi terkena bencana, serta selama wabah campak. Dosis kedua pada usia

9 bulan adalah penting karena respons serologis secara signifikan lebih

rendah sebelum usia ini, menghasilkan tingkat perlindungan yang lebih

rendah.4

18
Gambar 1. Jadwal imunisasi anak rekomendasi IDAI tahun 2017.8

X. KOMPLIKASI

Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:3

- Usia muda, terutama dibawah 1 tahun

- Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)

- Pemukiman padat penduduk yang lingkungan kotor

- Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak infeksi HIV,

malnutrisi, atau keganasan

- Anak dengan defisiensi vitamin

Berdasarkan data surveilans tahun 1985-1992, komplikasi campak

yaitu diare (8%), otitis media (7%), pneumonia (6%), ensefalitis (0,1%),

kejang (0,6-0,7%), dan kematian (0,2%).9 Sedangkan berdasarkan WHO

terbagi atas komplikasi pada campak dan komplikasi berat pada campak:4

Tanda dan gejala komplikasi pada campak4

- Nafas cepat, tapi tidak ada chest indrawing, 40 atau lebih napas per

menit jika berusia lebih dari 1 tahun dan 50 atau lebih napas per

menit jika berusia kurang dari 1 tahun

- Pada beberapa kasus didapatkan dehidrasi

- Stridor hanya ketika anak menangis

- Ulkus mulut tidak mempengaruhi asupan makanan atau cairan

19
- Pus mengalir dari mata

- Otitis media akut, nyeri atau keluarnya cairan dari telinga, durasi

kurang dari 14 hari

- Pneumonia

- Diare

- Infeksi pada mata: konjungtivitis, keratitis

Tanda dan gejala komplikasi berat pada campak4

- Tidak bisa minum atau menyusui

- Kejang

- Gelisah atau tidak sadar

- Ulkus mulut yang dalam dan luas

- Chest indrawing dan pernafasan cepat

- Stridor pada anak yang tenang

- Ulkus kornea atau gangguan penglihatan

- Mastoiditis, nyeri dan pembengkakan tulang di belakang telinga

- Malnutrisi berat

- Dehidrasi berat

XI. PROGNOSIS

20
Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.

Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor risiko

yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang,

kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi

KLB campak.3

XII. KESIMPULAN

Campak merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan

oleh virus campak yang ditularkan melalui perantara droplet. Manifestasi

klinis berupa demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ruam seluruh tubuh.

Tatalaksana umumnya suportif disertai pemberian vitamin A sesuai usia

penderita untuk mencegah angka kejadian komplikasi pada campak.

Pencegahan dilakukan dengan imunisasi vaksin campak ataupun vaksin

MMR.3

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Tommy. Campak. Fak. Kedokteran Unair. Surabaya. 2002:h 1-21

2. Sudarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan

Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012 : h 109-118

3. DITJEN PP & PL. Pedoman Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan

Polio. 2012: h 1-47

4. Sugiasih E. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak di Puskesmas Cepu

dan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun 2012. Semarang. 2012: h 1-120

5. Baehr, M; Frotscher, M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi,

Fisiologi, Tanda dan Gejala Edisi 4.Jakarta : EGC. 2010

6. Setyopranoto, Ismail. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Online on : [13th,

Dec 2016]. Available at :

http://www.kalbemed.com/portals/6/1_05_185strokegejalapenatalaksanaan.pdf

7. Rianawaty, Sri Budhi; et all. Buku Ajar Neurologi. Jakarta :Sagung Seto. 2017

8. Guideline Stroke. Pokdi Stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI). Jakarta, 2011

22
23

Anda mungkin juga menyukai