MORBILI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing:
Ibu Metia Ariyanti, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Ibu Nursyamsiyah, M.Kep
Ibu Hj. Sri Kusmiati, M.Kes
Ibu Hj. Henny Cahyaningsih, M..Kes., AIFO
Oleh :
P17320121072
2B
2023
BAB I
A. Pengertian
Morbili atau biasa disebut campak menurut WHO adalah penyakit menular
dengan gejala kemerahan berbentuk makulopapular selama tiga hari atau lebih yang
disertai panas 38 derajat celcius atau lebih dan penderita campak awalnya mengalami
tanda dan gejala berupa demam, nyeri tenggorokan, hidung meler (coryza), batuk,
(Cough), bercak koplik, nyeri otot, dan mata merah (conjunctivitis). WHO (2015)
Tahun 2013 : 145.700 kematian (400/ hari = 16/jam, Profil Kesehatan Indonesia
(2012) Di Negara ASEAN, Indonesia peringkat 1 kasus campak terbanyak (15.489
kasus). Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus. Virus ini terdapat dalam darah dan cairan pada jaringan antara
tenggorokan dan hidung.
Morbili atau campak adalah suatu penyakit akut disebabkan oleh virus morbili
yang ditularkan melalui sekret pernafasan atau melalui udara dengan kontak langsung
melalui droplet infeksi dengan daya penularan tinggi dan sangat infeksius selama
masa prodmonal, ditandai dengan demam, malaise, konjungtivitis, pilek dan
trakeobronkitis dengan manifestasi batuk (Maldonado, 2014; Yokata 2013).
Morbili merupakan penyakit infeksi virus akut, sangat menular yang ditandai
dengan beberapa stadium, yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal, stadium erupsi,
dan stadium konvalensi (Ridha, 2014).
B. Etiologi
Morbili adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella, oleh
karena itu morbili atau campak juga sering disebut Demam Rubella. Virus penyebab
campak ini biasanya hidup pada daerah tenggorokan, hidung, dan saluran pernapasan.
Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan droplet infeksi. Virus campak
termasuk golongan Paramyxovirus, virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar
dan bergaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak
dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks
nukleoprotein yang berada dari myxovirus.
Pada saat anak yang terinfeksi bersin atau batuk, virus juga dibatukkan dan
terbawa oleh udara. Anak dan orang lain yang belum mendapatkan imunisasi campak,
akan mudah sekali terinfeksi jika menghirup udara pernapasan yang mengandung
virus. Penyebaran virus juga dapat terjadi jika anak memegang atau memasukkan
tangannya yang terkontaminasi dengan virus ke dalam hidung atau mulut.
Virus campak stabil 1-2 hari pada suhu kamar dan dapat menularkan virus
selama 1-2 hari sebelum timbulnya gejala (sekitar 5 hari sebelum timbulnya ruam)
sampai 4 hari setelah timbulnya ruam (Nelson, 2014).
C. Patofisiologi
Virus morbili akan menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
morbili ditularkan melalui droplet, menempel dan berkembang biak pada epitel
nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga
kemungkinan melalui kelenjar air mata.
2-3 hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal.
Adanya giant cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan
infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan
batuk, pilek makin lama makin berat dana pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada
hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapular
warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan
gejala klinik ensefalitis. Setelah masa konvalesen pada turun dan hipervaskularisasi
mereda dan menyebabkan ruam menjadi semakin gelap, berubah menjadi deskuamasi
dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan
perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
D. WOC
E. Manifestasi Klinis
Masa tunas atau inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari
dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium:
1. Stadium Kataral (Prodromal)
2. Stadium Erupsi
3. Stadium Konvalesensi
Tidak pengobatan yang spesifik untuk mengatasi penyakit morbili. Pada kasus
yang ringan, tujuan terapi hanya untuk mengurangi demam dan batuk, sehingga
penderita merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan lebih baik. Dengan
istirahat yang cukup dan gizi yang baik, penyakit morbili atau campak (pada kasus
yang ringan) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang
berbahaya. Umumnya dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
A. Pengkajian
1. Data identitas
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus menerus
berlangsung 2-4 hari
Anamnesa adanya demam terus menerus berlangsung 2-4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam
kulit.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum : compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor,
koma
b. Tanda-tanda vital : TD (normal, 90-100 mmHg sistolik dan 60 mmHg
diastolik), nadi (80-130x/ menit), respirasi (30-60 napas per menit),
dan suhu (36,6-38 derajat celcius).
c. Ukuran anthropometric : tinggi badan (72-78 cm), berat badan
(8,6-10,7 kg) dan lingkar kepala (46-49 cm)
d. Mata : Konjungtivitis dan fotofobia. Mata akan tampak merah, berair,
dan mengandung eksudat pada kantung konjungtiva.
e. Hidung : Bersin diikuti hidung tersumbat dan menjadi profus pada saat
erupsi mencapai puncak serta menghilang bersamaan dengan
hilangnya panas.
f. Mulut : Biasanya terdapat koplik’s spot. Merupakan bercak-bercak
kecil yang irreguler sebesar ujung jarum atau pasir yang berwarna
merah terang dan bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
g. Telinga : Apakah fungsi pendengarannya baik atau tidak, dilihat ada
sekret atau tidak dan kelainan lainnya yang terjadi pada fungsi
pendengaran.
h. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan
limfoid untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
i. Dada : - Paru, bila terjadi perubahan pola nafas dan ketidakefektifan
jalan nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi
otot bantu pernafasan dan suara nafas tambahan. - Jantung, terdengar
suara jantung 1 dan 2
j. Abdomen : Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit
dapat menurun
k. Punggung : Dilihat apakah ada kelainan pada punggungnya
l. Genitalia dan Anus : Eliminasi dapat terganggu berupa diare, tetapi
untuk eliminasi urine tidak terganggu
m. Ekstremitas : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya.
6. Pemeriksaan tingkat perkembangan
7. Riwayat keluarga
8. Riwayat psikososial
9. Riwayat nutrisi
Apakah oleh orang tuanya dibimbing dalam keagamaan nya atau tidak
Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang mengalami morbili pasti
terganggu dikarenakan adanya demam, fotofobia, konjungtivitis dan gatal
akibat adanya rash pada kulit. Dan juga pola aktivitas pada anak juga
terganggu karena anak mengalami malaise, keadaan umum lemah dan dari
tindakan isolasi pada anak.
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu