Anda di halaman 1dari 46

PENCEGAHAN RE-INFEKSI

PADA PASIEN POST COVID-19

Sumedi., SKep.,Ns.,M.Kep.,Ph.D.
1. Riwayat Pendidikan.
a. D3 Keperawatan, RSPAD Gatot Soebroto Lulus tahun 1992
b. S1 Keperawatan, UI Lulus tahun 2003
c. S2 Keperawatan, UI Lulus tahun 2009
d. S3 Keperawatan, Lincoln University Of College, Malaysia. Tahun 2021
2. Riwayat Pekerjaan
a. PNS di RSUP Persahababatan (Kasi Rawat Jalan, Bidang Pelayanan Keperawatan)
b. Surveyor KARS 2019 s.d saat ini
c. Stikim, Jakarta th 2010 s.d saat ini
d. Stikes St. Carolus, Program S2 Keperawatan Medikal Bedah th 2000 s.d saat ini
e. Universitas Muhamadiyah, Jakarta, Program S2 Keperawatan Medikal Bedah th 2010 s.d saat inI
3. Riwayat Organisasi
a. Ketua Bidang Organisasi dan Hukum, PP HIPMEBI (Pengurus Pusat Himpunan Perawat Medikal Bedah
Indonesia) th 2016 s.d 2021.
b. Ketua Bidang Organisasi dan Hukum, PP IPEGERI (Pengurus Pusat Ikatan Perawat Geriatri Indonesia) th
2019 s.d 2024.
c. Ketua Dewan Pertimbangan, PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Wilayah Jakarta Timur tahun
2016 s.d 2021.
d. Sekertaris Umum, PP FPKHI (Pengurus Pusat Forum Perawat Kesehatan Haji Indonesia), tahun 2017 -2022)
e. Dewan Pertimbangan DPW IPEGERI (Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Perawat Geriatri Indonesia) Jawa
Barat th 2020 s.d 2025.
POKOK BAHASAN

Konsep Dasar Covid-19


Konsep Re-Infeksi Covid-19
Pencegahan re-infeksi Pasien Post
Covid-19
Konsep Dasar Konsep Dasar Covid-19
Penularan COVID 19

Dari Manusia ke Manusia →


Melalui Droplet yang keluar saat
bersin atau batuk → Penularan
lebih agresif
Lama Virus Corona di
Benda Mati
• Aluminium : Sampai 8 Jam
• Handscoon : Sampai 8
Jam
• Besi : 4 Sampai 8 Jam
• Kayu : Sampai 4 Hari
• Kaca : Sampai 4 Hari
• Kertas : Sampai 4 Hari
• Plastik : Sampai 5 Hari | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 1 | Maret 2020| hal. 45
Virus Corona Varian Delta
• Dikenal sebagai B.1617.2.
• WHO telah menetapkan varisn Virus B.1617.2 dalam varian of concern
(VOC) atau daftar varisn virus corona yang perlu diwaspadai
• Pertama kali terdeteksi di India bulan Oktober 2020
• Para ahli mengatakan varian Delta menimbulkan ancaman karena lebih
mudah menular daripada jenis varian lain dan memberikan gejala yang
lebih serius
• Menurut WHO varian Delta yang “sangat menular” dan menjadi varian
domain secara gobal
• Hingga saat ini varian delta sudah menyebar ke 92 negara
• Pemprov DKI melaporkan varian baru corona yang sudah masuk ke DKI,
• Varian delta dilaporkan masih mendominasi varian baru corona di
Jakarta hingga 87 %
Gejala Klinis Varian Delta
Gejala Umum Gejala lain
• Demam • Batuk

• Menggigil • Sesak napas


• Kelelahan
• Pilek (2)
• Kehilangan Indera perasa/penciuman
• Sakit Kepala (1)
• Sakit perut
• Sakit tenggorkan (3) • Mual
• Nyeri di bagian tubuh • Muntah
• Sakit mata (4) • Penurunan nafsu makan
• Nyeri pada persendian
Gejala Klinis Varian Delta
Mengalami keparahan dalam waktu tiga atau empat hari
Pada dewasa muda terasa pilek tapi beda dengan pilek biasa
Menularkan ke orang lain terutama yang belum mendapat vaksinasi
lengkap
Lonjakan kasus di India dan inggris karena lebih mudah menular 40 -50
% daripada varian Alpha (Matt Hancock, Menkes Inggris) yang
sebelumnya lebih banyak Varian Alpha
Fungsi Vaksin Pada Varian Delta

• Penelitian di Jurnal Nature menemukan 20 orang yang menerima dua


dosis vkasin Pfizer-BionTech memiliki antibiotic yang cukup untuk
menetralkan beberapa varian termasuk Varian Delta
• Varian Delta memiliki banyak peluang untuk bermutasi kepada orang
yang belum mendapat vaksinasidan dapat menyebabkna penyakit yang
lebih parah karena tidak memeiliki respon imun yang kuat seperti pada
orang berusia lanjut
• Dr. Stanley H. Weis professor kedokteran di Rutgers New Jersey Medical
School mengatakan, seseorang lanjut usia beresiko tertular walaupun
sudah di Vaksin
• Efektif 33 % untuk varian Delta dan 50 % Varian Alpha, Astra Zaneca 90
%
Fungsi Vaksin Pada Varian Delta

• Penelitian di Jurnal Nature menemukan 20 orang yang menerima dua dosis


vkasin Pfizer-BionTech memiliki antibiotic yang cukup untuk menetralkan
beberapa varian termasuk Varian Delta
• Varian Delta memiliki banyak peluang untuk bermutasi kepada orang yang
belum mendapat vaksinasidan dapat menyebabkna penyakit yang lebih
parah karena tidak memeiliki respon imun yang kuat seperti pada orang
berusia lanjut
• Dr. Stanley H. Weis professor kedokteran di Rutgers New Jersey Medical
School mengatakan, seseorang lanjut usia beresiko tertular walaupun
sudah di Vaksin
• Efektif 33 % untuk varian Delta dan 50 % Varian Alpha, Astra Zaneca 90 %
Delta Plus (AY.1.)
• Varian covid -19 Delta (B.1617.2) yang menyebabkan lonjakan gelombang kedua di
India ternyata sudah bermutasi menjadi Delta Plus (AY.1)
• Tahan terhadap terapi antibody nonoklonal yang baru disetujui oleh Central
Drugs Standart Control Organization (CDSCO) sebagai salah satu pengobatan
Covid
• Merupakan hasil mutase K417N, dalam bentuk mutase protein spiker yang
menyebabkan virus masuk menginfeksi manusia
• Ilmuan Spesialis Sekuensing Genom, Bani Jolly, mengatakan sejumlah kecil
Sekuens Varian Delta yang memiliki mutase lonjakan K417N di Laboratorium
GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) dari 10 negara
• Public Health Englang melaporkan varian Delta Plus dalam 6 genom dari India
tanggal 7 Juni 2021
• Saat in ada 63 genom varian Delta dari sejumlah negara selain India antara lain AS,
Kanada, Inggris, Rusia, Jepang, Portugal, Turki, Nepal dan Swiss
Burhan, E. (2020). Tatalaksana Klinis COVID-19.
PATOGENESIS
Masuknya 2019-nCoV ke dalam
sel menginduksi pelepasan
sitokin

Tingkat sitokin yang tinggi


ditemukan: IL1B, IFNγ, IP10, dan
MCP1 dan kemungkinan
mengaktifkan T-helper-1 (Th1),

Selain itu, meningkatkan sitokin


T-helper-2 (Th2) (misalnya, IL4
dan IL10) yang menekan
peradangan SARS-CoV

Badai Sitokin (Sitokin Storm)


terkait dengan tingkat keparahan
PATOFISIOLO
GI Gambar.– Skema respon inflamasi SARS-
COV-2.
Sistem kekebalan tubuh inang diaktifkan
setelah SARS-CoV-2 berikatan dengan reseptor
ACE2 pada permukaan pneumosit tipe II.
A - Monosit yang direkrut mengeluarkan
sitokin pro-inflamasi, memicu apoptosis
pneumosit;

B - Makrofag yang direkrut melepaskan sitokin


lain yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan akibatnya perekrutan
neutrofil;

C - Neutrofil bermigrasi ke ruang interstitial /


alveolar dan mengalami degranulasi, yang
berpuncak pada kerusakan permanen pada
pneumosit dan sel endotel, mengakibatkan
gangguan penghalang alveolar-kapiler;
Fig.– Scheme of SARS-COV-2 inflammatory response
D - Edema interstisial dan alveolar akibat
transmigrasi protein darah.
Sumber: Sabrina(2020) respiratory medicine. https://www.resmedjournal.com/article/S0954-6111(20)30379-6/fulltext#
Burhan, E. (2020). Tatalaksana Klinis COVID-19.
Stereotypical clinical course of COVID-19 complicated by ARDS. Mean incubation period and
viral load Ct values of days 0, 7, 14 and 21 according to He et al. [12].

Perjalanan klinis
stereotip COVID-19
dengan komplikasi
ARDS.
Masa inkubasi rata-rata
dan nilai Ct Viral load
hari ke 0, 7, 14 dan 21
Median hari dari onset
gejala hingga dispnea
(IQR 4–9 hari), ARDS
(IQR 8–15 hari), dan
keluarnya cairan atau
kematian (IQR 17–25
hari)

Manuel A. Torres Acosta, and Benjamin D. Singer Eur Respir J doi:10.1183/13993003.02049-2020


©2020 by European Respiratory Society
Pulmonologist’S Consensus on Covid-19. International Pulmonologist’s Consensus On Covid-19, 1–37.
Burhan, E. (2020). Tatalaksana Klinis COVID-19.
Konsep Re-Infeksi Covid-19
Definisi
• Kondisi di mana seorang pasien yang pernah terinfeksi
sebuah virus, kemudian setelah beberapa waktu mengalami
gejala penyakit yang sama dan masih positif mengidap
penyakit yang sama pula.
• Antibodi pasien tersebut menurun setelah beberapa bulan
(kurang lebih 4 bulan pada kasus reinfeksi yang dilaporkan
peneliti Hongkong pada Agustus 2020).
• Bisa kembali terkena Covid-19 dengan gejala mirip seperti
infeksi pertama, atau sedikit berbeda.
• Kasus reinfeksi masih sangat sedikit, tapi WHO sudah
mengimbau masyarakat dunia tetap waspada.
• Mutasi virus tidak memberikan gejala yang lebih parah,
hanya saja lebih cepat menular, tapi tetap waspada pada
virus corona dan menerapkan protokol kesehatan karena
bisa terjadi, pada siapapun sehingga lebih bijak dan
waspada akan risiko pandemic.
• Mike Ryan, (WHO) pendekatan kekebalan bersama atau
herd immunity merupakan salah satu untuk menghadapi
pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini dan tapi mash
meragukan antibodi dalam darah saja bisa memberikan
perlindungan maksimal terhadap reinfeksi (tertular
kembali) virus corona.
• Penelitian di Korea menunjukkan bahwa walaupun tidak ditemukan
virus yang dapat bereplikasi 3 minggu setelah onset gejala pertama,
SARS-CoV-2 RNA masih terdeteksi di spesimen pemeriksaan RT-PCR
hingga 12 minggu.
• Bagi penyintas COVID-19 penelitian terbaru juga menunjukkan ada
kemungkinan untuk proses reinfeksi karena antibodi COVID-19 dalam
tubuh diperkirakan akan menghilang dalam 3 sampai dengan 12 bulan.
• Pada April 2020 telah dilaporkan kasus reinfeksi SARS-CoV-2
terkonfirmasi pertama di Amerika. Oleh sebab itu walaupun sudah
dinyatakan sembuh dari COVID-19, tetap harus menjalankan protokol
kesehatan
• Reinfeksi yang terjadi pada donor plasma konvalesen
direkomendasikan untuk melakukan pelacakan donor setelah
melakukan donasi plasma konvalesen sampai dengan 14 hari setelah
donor.
• Apabila ternyata donor tersebut mengalami reinfeksi maka kita tetap
harus prosedur lookback dengan melakukan pelacakan riwayat donor
(waktu donor, tempat dan identitas kantong darah).
• Jika seorang donor kemudian diketahui atau memberitahukan bahwa
dirinya terinfeksi SARS-CoV-2 kembali maka sebaiknya komponen
darah tidak digunakan dan dimusnahkan.
• KASUS REINFEKSI Beberapa penelitian melaporkan adanya kasus reinfeksi
COVID-19 dengan selang waktu terjadinya reinfeksi sangat bervariasi, mulai
dari beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah dinyatakan sembuh.
• Mekanisme reinfeksi masih belum diketahui lebih lanjut. Terdapat laporan
yang menyatakan bahwa kasus reinfeksi terjadi karena ada dua virus dengan
tipe yang berbeda yang menginfeksi seseorang, dimana hal ini sudah
dibuktikan dengan analisis genom.
• Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan terjadinya kasus reinfeksi
dengan tipe virus yang sama.
• Terdapat setidaknya tiga hipotesis lebih lanjut mengenai kasus reinfeksi,
antara lain viral load yang lebih tinggi pada infeksi kedua, kemungkinan
etiologi virus yang lebih virulen pada infeksi kedua, serta peningkatan respon
imun tertentu akibat adanya sel imun yang melemah akibat virus yang
menginfeksi dengan media berupa antibodi. Mekanisme ini serupa dengan
kasus betacoronavirus yang akhirnya dapat menyebabkan sindrom
pernafasan akut yang parah.
• Kekuatan respons tubuh menghasilkan antibodi bergantung pada beberapa
faktor, seperti usia, status nutrisi, tingkat keparahan penyakit, dan pengobatan
atau infeksi tertentu seperti HIV yang melemahkan sistem imun.6-8
• Pada sebagian pasien COVID-19 yang terkonfirmasi melalui tes molekuler (seperti
reaksi berantai polimerase (RT-PCR), respons antibodi dilaporkan lemah,
terlambat, atau tidak terjadi. 6,7,9
• Penelitian mengindikasikan sebagian besar pasien baru memberikan respons
antibodi pada pekan kedua setelah timbulnya gejala.2,6,7,10-14
• Hal ini berarti diagnosis infeksi COVID-19 berbasis respons antibodi baru mungkin
dilakukan pada fase pemulihan, di saat kesempatan intervensi atau interupsi
klinis terhadap penularan penyakit telah terlewat. Deteksi antibodi yang
menyasar antibodi COVID-19 juga menghasilkan kemungkinan bereaksi silang
dengan patogen-patogen lain seperti jenis-jenis coronavirus manusia yang
lain7,15,16 sehingga memberikan hasil positif palsu. Selain itu, kemampuan
deteksi antibodi oleh RDT untuk memprediksi apakah seseorang imun terhadap
reinfeksi virus COVID-19 masih dalam penelitian
• Hasil studi pada pasien yang sembuh tidak dapat terkena
COVID-19, tetapi telah ada laporan yang menemukan
pasien kembali positif rRT-PCR dalam 5-13 hari setelah
negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari
rumah sakit.
• Kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu
pada rRT-PCR saat dipulangkan.34, 157 Peneliti lain juga
melaporkan deteksi SARS-CoV-2 di feses pada pasien
yang sudah negatif berdasarkan swab orofaring.
Referensi : PAK Covid 19 DPP. PPNI (2021)
Pencegahan Re-Infeksi Pasien Post Covid-
19
Pada Pasien yang dicurigai re-infeksi COVID-19 (memiliki 3
gejala utama demam, batuk dan sesak) perlu dilakukan
pengkajian:

 Riwayat Perjalanan: wajib mendapat secara rinci riwayat


perjalanan/kontak Pasien saat ditemukan demam dan penyakit
pernapasan akut.

 Pemeriksaan Fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk dan


sesak napas dan telah kontak dengan orang yang terkonfirmasi
Covid-19, perlu dilakukan isolasi kurang lebih 14 hari.
Pengkajian pada Pasien re-infeksi Covid 19

Keluhan Utama
Kondisi /Riwayat Penyakit
Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Riwayat Alergi
Skrining Nutrisi
Edukasi
TRANSFER PATIENT
NURSING RESPONSIBILITIES IN CARING FOR COVID-19
PATIENTS

PPE
NURSING RESPONSIBILITIES IN CARING FOR
COVID-19 PATIENTS

ENTRY PPE REMOVE ROOM PPE REMOVE


NURSING RESPONSIBILITIES IN CARING FOR COVID-19 PATIENTS

EXIT BATHROOM
Pencegahan
EDUCATION
• Memastikan ketersediaan
perlengkapan kebersihan tangan;
memberikan informasi terbaru
tentang prosedur isolasi, karantina,
berdasarkan pedoman PPI (ANA,
2020). (kontrol, terapi, nutrisi)
Implementasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
• PPI : bagian vital dan terintegrasi dalam managemen klinis pasien dan harus dimulai
dititik pasien masuk ke rumah sakit (IGD)
Standar pencegahan

Pembersihan/perawatan lingkungan
hand hygiene alat pelindung diri rumah sakit

pencegahan tertusuk jarum pencucian dan desinfektan


atau benda tajam managemen pembuangan limbah medis peralatan medis
Sumber gambar: google.com
Health Advice (WHO)
Cegah diri sendiri dari penyakit Cegah orang lain tertular/sakit
Tutup mulut dan hidung
dengan tissue atau siku Hindari bepergian
Hindari kontak ketika batuk atau bersin
langsung tanpa jika sakit atau
terproteksi dengan bepergian ke
orang sakit saluran Terapkan Buang tissue ke tempat tempat outbreak
sampah tertutup
napas dan hewan hand hygiene
peliharaan
Cuci tangan setelah batuk Gunakan masker
ataupun hewan atau bersin atau kontak orang
liar jika sakit
sakit

Makanan yang aman Ketika berbelanja di Pasar Ketika bekerja di Pasar


Cuci tangan setelah
menyentuh hewan atau
produk hewan Gunakan proteksi tubuh, sarung
tangan dan wajah ketika Sering cuci tangan,
Masak matang dan memegang produk hewan terutam setelah
higienis Hindari menyentuh memegang produk hewan

Hindari kontak hewan Lepaskan baju pelindung setelah


sakit dan spoil meat bekerja, cuci setiap hari

Hindari kontak stray Desinfektan tempat


animal dan sampah atau Hindari keluarga terpapar kerja, sehari sekali
cairan pakaian kerja
RAPID TEST
Penanganan COVID-19 di Indonesia menggunakan Rapid Test
Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen.
Pemeriksaan Rapid Test Antibodi dan/atau Rapid Test Antigen
hanya merupakan screening awal.
Rapid Test Antibodi : Spesimen yang diperlukan untuk
pemeriksaan ini adalah darah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
pada komunitas (masyarakat).
Rapid Test Antigen : Spesimen yang diperlukan untuk pemeriksaan
ini adalah Swab orofaring/ Swab nasofaring. Pemeriksaan ini
dilakukan di fasyankes yang memiliki fasilitas biosafety cabinet.
ALUR PEMERIKSAAN RAPID TEST ANTIBODI
ALUR PEMERIKSAAN RAPID TEST ANTIGEN
KESIMPULAN

COVID-19 adalah penyakit baru yang telah


menjadi pandemi.
Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan
yang relatif cepat, memiliki tingkat mortalitas
yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya
terapi definitif.
 Pentingnya pemahaman tentang konsep Covid-19
 Pentingnya pemahaman tentang Re-Infeksi Covid-
19
 Pentingnya pemahaman dan tatalaksana
pencegahan re-infeksi Pasien Post Covid-19
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai