Anda di halaman 1dari 39

GAMBARAN DAN PENANGANAN

COVID-19

EFRAIM BIRING
SITUASI GLOBAL DAN NASIONAL
TOTAL KASUS & KASUS BARU
SAMPAI DENGAN 20 MARET 2020

KASUS GLOBAL
167
209.839
negara/wilayah KEMATIAN 8.778
kasus (CFR 4,2 %)
konfirmasi
Kasus COVID-19 di Indonesia
(Sampai Maret 2020)
1. Jumlah orang yang di periksa: 2.028 orang
(28 prov)
2. Kasus Konfirmasi : 369 kasus
3. Negatif covid-19 : 1.643 kasus
4. Meninggal : 32 orang
5. Sembuh : 17 orang
6. Proses periksa : 18

Pada tanggal 11 Maret 2020
WHO akhirnya menyatakan :

Corona virus outbreak


has officially become
PANDEMI
Apa itu coronavirus?
1. coronavirus merupakan virus zoonotic →
transmisi dari hewan ke manusia
2. Virus RNA, gologan coronaviridae,
bersirkulasi di hewan unta, kucing ,luwak
dan kelelawar
3. Hewan yg mengadung coronavirus dapat
menginfeksi manusia
4. Infeksi beta corona virus pd manusia :
• SARS outbreak thn 2003, kasus konfirmasi 8.098
dgn kasus meninggal 774 (10 %), Tahun 2004
kasus tidak ditemukan lagi
• MERS,outbreak thn 2012 jumlah kasus konfirmasi
sampai November 2019 sebanyak 2.494,meninggal
sebanyak 858 (37 %)
5. Kode genetik 2019-nCoV mirip coronavirus SARS-
like kelelawar dan mungkin bermutasi sebelum
menginfeksi manusia →SARS-Cov-2 dgn nama
penyakit COVID-19
Sensitivitas Coronavirus
Coronavirus baru sensitive terhadap pemanasan 56℃
selama 30 menit, secara efektif diinaktifkan oleh alkohol
75%, eter, disinfektan berisi chlorine, formalin, hydrogen
peroxide disinfectant, chloroform dan pelarut lipid .
• Corona virus dapat hidup lebih dari 5 hari pada suhu
22-25°C dan dengan kelembaban relatif 40- 45 %
• Studi menunjukkan SARS-CoV dapat diinaktivasi oleh
sinar UV kondisi basa (pH > 12), atau kondisi asam
(pH < 3)

Chan K, Peiris M, Lam S, Poon L, Yuen K, Seto W. The Effect of Temperature and Relative
Humidity on The Viability of The SARS Coronavirus. Advances in Virology 2011 ; 1-7.
Patogenesis

Hewan Host
pembawa/ perantara:
natural host: Seperti: the
Kelelawar, civet
musang, (musang
ular luwak):
diduga
pada
Virus masuk ke saluran napasSARS
atas  bereplikasi di sel epitel saluran
napas atas  menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut
terjadi shedding virus dari saluran napas dan virus dapat  di
gastrointestinal
 Respon imun innate dan spesifik
Patogenesis
• Masuknya virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus.
• Protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). Sekuens dari RBD (Reseptor-
binding domain) termasuk RBM (receptor-binding motif) pada SARS-
CoV-2 kontak langsung dengan enzim ACE-2
• Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA
genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus.
Patofisiologi
• Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi
keluarnya sitokin2
• ditemukan sitokin dalam jumlah tinggi: IL1B, IFNγ,
IP10, dan MCP1 serta kemungkinan
mengaktifkan T-helper-1 (Th1),
• Selain itu, meningkatkan T-helper-2 (Th2)
cytokines (eg, IL4 and IL10) yang mensupresi
inflamasi berbeda dari SARS-CoV
• Pada pasien 2019-nCoV di ICU  ditemukan
GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang
tidak
membutuhkan ICU  cytokine storm
• cytokine storm  berkaitan dengan derajat
keparahan
Penularan CoV
• Tranmisi dari manusia ke manusia:

• Via droplet saluran napas seperti batuk dan bersin

• Kontak dekat personal (menyentuh atau jabat tangan)

• Menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus disana dan ketika

menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan

• Kontaminasi feses

• Masih dalam penelitian


Transmisi Droplet

• Droplet/percikan : suatu cairan yg berisi partikel dengaNn diameter >


5 µm
• Droplets dapat melampaui jarak tertentu (umumnya 1 m) pada
permukaan mukosa yang rentan, karena ukurannya besar maka
tidak akan bertahan lama di udara
• Produksi droplet pernafasan melalui batuk, bersin atau bicara
• Pathogen yang ditransmisikan melalui droplet: Influenza virus,
SARS coronavirus, adenovirus, rhinovirus, mycoplasma, group A
streptococcus and meningococcus (neisseria),dll
Sindrom klinis berkaitan dengan infeksi nCoV
Uncomplicated Gejala tidak spesifik: demam, batuk, nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, nyeri
illness otot. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal

Pneumonia ringan Pasien dengan pneumonia dengan tidak ada tanda pneumonia berat
Anak-anak : batuk atau sulit bernapas + takipneu
Pne umonia berat Remaja atau dewasa: demam atau curiga infeksi saluran napas, ditambah RR>30x/menit, distress napas berat, SpO2 <90%
udara ruangan
Anak-anak: Batuk/susah bernapas, ditambah setidaknya satu dari hal berikut: sianosis sentral atau SpO2<90%; distress
napas berat (co: grunting, retraksi dinding dada sangat berat), tanda bahaya umum pneumonia: tidak mau nyusu atau
minum, penurunan kesadaran, atau kejang; takipneu

ARDS Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis diketahui
Foto dada (X-ray; CT Scan; atau USG paru): opasitas bilateral, tidak sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps paru,
atau nodul
Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung atau overload cairan. Perlu penilaian objektif seperti
echocardigrafi.

Sepsis Dewasa: disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap infeksi (Score SOFA).
Tanda organ disfungsi: perubahan status mental; susah napas atau napas cepat, saturasi oksigen rendah, urin output
berkurang; HR meningkat; nadi teraba lemah, ektremitas dingin, tekanan darah rendah, kulit mottling, hasil lab:
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia
Anak: curiga infeksi atau terbukti infeksi dan 2≥ SIRS kriteria, yang salah satunya suhu abnormal atau leukosit abnormal

Syok Sepsis Dewasa: persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan, membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan
MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat >2 mmol/L
Anak: hipotensi atau 2-3 dari berikut: perubahan status mental atau bradikardi atau CRT meningkat; vasodilatasi hangat
dengan nadi bounding; takipnea; kulit motling atau petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hiper atau hipotermia.
Demografik dan Klinis
(laporan penelitian 41 pasien pertama Pneumonia nCoV)
Tanda dan gejala yang muncul:
• Demam (98%)
• Batuk (76%)
• Myalgia dan fatique (44%)
• RR>24 (29%)
• Sesak (55%)
• Sakit kepala (8%)
• Diare (3%)
• Dari ke 41 pasien, secara demografik rata rata
usia 49 tahun, tidak ada anak yang terinfeksi,
laki-laki 30 orang dan perempuan 11 orang
• 66% terpapar satu pasar di China
• Semua pasien datang hari ke-7 onset dengan
sesak hari ke-8 dan rata rata hari ke-10 ICU
• Sebaran komorbid terdapat 13 pasien, 8 orang
diabetes, 6 pasien CHF, dan 6 pasien hipertensi
Hasil penunjang (A) CT Toraks
(laporan penelitian 41 pasien pertama Pneumonia nCoV) Transversal, laki-
laki 40 tahun,
menunjukkan
multiple lobular
bilateral dan
area
subsegmental
konsolidasi hari ke-
Pada pemeriksaan 15 setelah onset
penunjang: gejala.
- Leukosit dominan
(B) CT Toraks
normal (45%)
transversal,
- Dominan wanita 53 tahun,
neutropenia opasitas ground-
- D-dimer meningkat glass bilateral
dan area
pada pasien yang subsegmental
berat (ICU) konsolidasi, hari
- Procalsitonin ke-8 setelah onset
gejala.
dominan normal
- Laktat dominan (C) Dan bilateral
meningkat ground-glass
- Dari hasil rongten : opacity setelah
12 hari onset
Kedua paru gejala.
terinfeksi (98% atau
40 dari 41 orang)
Update on clinical features in COVID-19: New study published

1,099 patients with laboratory-confirmed COVID-19 across 552 hospitals in 30 provinces of China.
Signs and symptoms % of patients Median age of patients: 47 years (IQR 35 – 58)
when being admitted to
hospital Median incubation period: 4 days (IQR 2 – 7)

Cough 67.8 3.5% were healthcare workers


Fever 43.8
40.9% had no abnormalities on chest X-ray at time of
Fatigue 38.1
hospital admission
Sputum production 33.7
Shortness of breath 18.7
Median duration of hospitalization: 12 days (Mean
Aches and pains (myalgia) 14.9
12.8 days
88.7% of patients developed fever during their
Low white blood cell count 83.2
hospital stay.

Taken from EPI-WiN Update # 13 03.03.2020


Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. Wei-Jie Guan et al. New England Journal of Medicine, February 28, 2020
DOI: 10.1056/NEJMoa2002032

03/03/2020
Definisi Operasional
Pasien dalam Pengawasan
1. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau
riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak
nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat.# 
DAN
 tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan 
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal*;
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di Indonesia**
2. Seseorang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau ISPA DAN pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau
probabel COVID-19;
3. Seseorang dengan ISPA berat/ pneumonia berat*** di area transmisi lokal di Indonesia**
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan
ORANG DALAM PEMANTAUAN
Seseorang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk.
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
DAN 
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memenuhi salah satu kriteria
berikut:
a. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan
transmisi lokal*;
b. Memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di area transmisi lokal di
Indonesia**
• Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19 tetapi
inkonklusif (tidak dapat disimpulkan).
•  Kasus Konfirmasi
Seseorang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium
positif
Kontak Erat
adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam
radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan, probabel atau konfirmasi) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Kontak erat dikategorikan
menjadi 2, yaitu:
1. Kontak erat risiko rendah
Bila kontak dengan kasus pasien dalam pengawasan.
2. Kontak erat risiko tinggi
Bila kontak dengan kasus konfirmasi atau probabel.
Termasuk kontak erat adalah:
a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat
perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar.
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk tempat kerja,
kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut/kendaraan
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Kegiatan Surveilans
1. Kasus Pasien dalam pengawasan/ODP
Jika ditemukan kasus pasien dalam pengawasan, kegiatan surveilans
dilakukan terhadap kontak erat termasuk keluarga maupun petugas
kesehatan yang merawat pasien.
2 Kontak Erat
Berikut kegiatan yang dilakukan terhadap kontak erat:
a. Kontak erat risiko rendah
Kegiatan surveilans dan pemantauan kontak erat ini dilakukan selama 14
hari sejak kontak terakhir dengan pasien dalam pengawasan. Kontak erat ini
wajib melakukan observasi. Observasi yang dimaksud dalam pedoman ini
adalah karantina. Kontak erat risiko rendah tidak memerlukan pengambilan
spesimen.
Apabila pasien dalam pengawasan dinyatakan negatif COVID-19 maka
kegiatan surveilans dan pemantauan terhadap kontak erat dihentikan.
Apabila pasien dalam pengawasan dinyatakan probabel/positif COVID-19
(konfirmasi) maka pemantauan dilanjutkan menjadi kontak erat risiko
tinggi.
b.Kontak erat risiko tinggi
Kegiatan surveilans terhadap kontak erat ini dilakukan selama 14 hari sejak
kontak terakhir dengan probabel/ konfirmasi. Kontak erat ini wajib dilakukan
observasi dan dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-14).
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat
yang berkompeten dan berpengalaman di lokasi observasi
Bila hasil pemeriksaan laboratorium positif maka pasien dirujuk ke rumah
sakit rujukan
Apabila kontak erat menunjukkan gejala demam (≥38⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan dalam 14 hari terakhir maka dilakukan isolasi
rumah dan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2
3.Orang dalam Pemantauan
Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah
dan dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-
2). Kegiatan surveilans terhadap orang dalam pemantauan
dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala
selama 14 hari
Pelaku Perjalanan Dari Negara/Area Terjangkit
Pelaku perjalanan dari negara/area transmisi lokal yang tidak bergejala
wajib melakukan monitoring mandiri terhadap kemungkinan munculnya
gejala selama 14 hari sejak kepulangan. Setelah kembali dari negara/area
transmisi lokal sebaiknya mengurangi aktivitas yang tidak perlu dan
menjaga jarak kontak (≥ 1 meter) dengan orang lain. Jika dalam 14 hari
timbul gejala, maka segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
dan membawa HAC.
Diagnosis laboratorium: Pengumpulan spesimen
Kultur darah
• kultur darah untuk bakteri, idealnya sebelum terapi antibiotik (jangan menunda terapi antibiotik
dengan menunggu kultur darah)

Sampel spesimen saluran napas


• saluran napas atas (nasofaring dan orofaring)
• saluran napas bawah (sputum, aspirat endotrakeal, atau bilasan broncoalveolar)
• KEDUANYA diambil
• tes nCoV oleh RT-PCR
• mungkin hanya mengambil sampel dari saluran napas bawah jika tersedia segera seperti pasien
dengan ventilator

Serologi
• hanya jika RT-PCR tidak tersedia.

Kasus terkonfirmasi nCoV


• Ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus.
Frekuensi: 2-4 hari sampai 2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta secara klinis perbaikan setidaknya
24 jam. spesimen di ambil sesering mungkin harian bila diperlukan untuk kepentingan PPI.
Terapi dan Monitoring
Isolasi • Semua kasus (ringan-berat)

• Hand hygiene, APD lengkap, Kewaspadaan tertusuk benda


Implementasi PPI tajam, pembersihan alat kesehatan dan lingkungan RS,
waspada pencegahan tindakan saluran napas

Serial foto toraks • Untuk melihat perjalanan atau perkembangan


penyakit

• Target saturasi SpO2≥90% (tidak hamil) ≥92-95% (hamil)


Suplementasi oksigen • Anak dengan tanda kegawatan target SpO2 ≥94%, jika tidak ≥90%
• Sesuai diagnosis klinis, berdasarkan epidemiologi lokal dan
panduan tatalaksana
Antimikroba empiris • Pemberian antibiotik dalam satu jam dari asesmen awal untuk
pasien dengan sepsis
kortikotiroid sistemik tidak • Belum terbukti manfaatnya, cenderung harm, kecuali ada
diberikan rutin untuk tatalaksana indikasi lain
pneumonia virus atau ARDS
Terapi dan Monitoring
Terapi simptomatik • Demam, batuk

Terapi cairan • Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok

Ventilasi Mekanis • Bila gagal napas

• Apabila syok sepsis


Penggunaan vasopressor • norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan dopamin

• Perburukan klinis: gagal napas cepat progresif dan


Observasi sepsis, dan penerapan tatalaksana suportif
segera
Pahami kondisi co-morbid • Pemilahan terapi penyakit penyerta.
pasien untuk menyesuaikan
tatalaksana kondisi kritis dan • Komunikasi dengan pasien dan keluarga: prognosis
Tatalaksana spesifik anti-nCoV

• Belum ada!

• Dilaporkan pemakaian obat anti HIV, Chloroquine

• Ada institusi yang memberikan Oseltamivir

• Vaksin belum ada


Triase: Deteksi dan pemisahan pasien SARI curiga infeksi nCoV

Triase: kontak pertama pasien dengan fasyankes, biasanya IGD; kenali SARI dan tatalaksana sesuai prioritas

Infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute Respiratory Infection-SARI):

Infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk; onset dalam 10 hari terakhir dan perlu
perawatan di RS. Tidak adan demam tidak mengeksklusi infeksi virus

Sumber gambar: https://www.worldaware.com/resources/blog/health-and-travel-implications-novel-coronavirus-activity


Implementasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)
• PPI : bagian vital dan terintegrasi dalam managemen klinis pasien dan harus dimulai
dititik pasien masuk ke rumah sakit (IGD)

Standar pencegahan

hand hygiene alat pelindung diri


Pembersihan/perawatan lingkungan
rumah sakit

pencegahan tertusuk jarum


atau benda tajam pencucian dan desinfektan
Sumber gambar: google.com
managemen pembuangan limbah medis peralatan medis
Implementasi PPI
Triase - Masker medis untuk pasien suspek
- Ruang isolasi atau area terpisah
- Jarak minimal 1 meter dari pasien lain
- Ajari etika batuk dan bersin
- Hand hygiene

Pencegahan transmisi - Gunakan masker medis jika bekerja dalam 1-2 meter dari pasien
droplet - Satu ruang khusus atau disatukan dengan etiologi yang sama
- Jika etiologi tidak pasti, satu group pasien dengan diagnosis klinis sama dan risiko epidemiologi sama, dengan
pemisahan spasial
- Gunakan pelindung mata jika menangani pasien dari jarak dekat
- Batasi aktvitas pasien keluar ruangan
Pencegahan kontak Mencegah dari area atau peralatan yang terkontaminasi
- Gunakan APD lengkap, dan lepas jika keluar
- Jika memungkinkan gunakan alat sekali pakai contoh stetoskop, termometer,
- Hindari mengkontaminasi daerah yang tidak secara langsung terkait perawatan pasien seperti gagang pintu
- Ventilasi ruangan adekuat
- Hand Hygiene
- hindari pemindahan pasien

Penerapan pencegahan seperti: suction, intubasi, bronkoskopi, RJP.


airborne ketika - APD lengkap mencakup sarung tangan, jubah, pelindung mata, masker N95
melalkukan prosedur alat - Gunakan ruangan ventilasi tunggal jika memungkinkan , ruangan tekanan negatif,
saluran napas - Hindari keberadaan individu yang tidak dibutuhkan
- Setelah tindakan tatalaksana sesuai dengan tipe ruangannya
Jenis Masker
Masker N95 :
Dapat menfilter 95% 0.3um partiker dan menahan virus. Digunakan
untuk penyakit yang ditukarkan secara airborne

Masker Bedah :
• Ada 3 lapis, paling luar waterproof untuk mencegah percikan/
droplets masuk ke masker; Lapis tengah untuk filtrasi yang dapat
menahan 90% partiker 5 um. Lapisan dalam digunakan untuk
absorbsi yang lembab/basah

Masker Cotton:
• Efisiensi anti virus rendah, tebal, dan pengap
Kesimpulan
1. Deteksi dini dan memahami respon yang harus dilakukan
2. Memahami alur merujuk,persiapan merujuk dan koordinasi dengan
faskes tujuan sebelum merujuk
3. Tatalaksana kegawatan darurat
4. Sampai saat ini blm ada antivirusnya
PESAN DAN KIE UNTUK MASYARAKAT

• Virus ini dapat dicegah dengan imunitas tubuh yang baik.


• Jaga stamina tubuh dengan konsumsi gizi seimbang.
• Lakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Anda mungkin juga menyukai