Anda di halaman 1dari 60

PENGENALAN

COVID-19

DR dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K)

PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA


ISI MATERI

1. Pendahuluan
2. Definisi COVID-19
3. Etiologi, patogenesis dan transmisi COVID-19
4. Gejala COVID-19
5. Faktor Risiko COVID-19
6. Diagnosis COVID-19
7. Komplikasi COVID-19
8. Contoh kasus
1. Pendahuluan

• Outbreak novel coronavirus SARS-


CoV‐2 (coronavirus disease 2019- COVID-19), pada awalnya bulan
Desember 2019, episentrum di provinsi Hubei China dan
kemudian menyebar ke seluruh dunia.
• Tanggal 30 Januari 2020, WHO Emergency Committee mendekla
-rasikan COVID-19 sebagai global health emergency
• Tanggal
11 March 2020, WHO mendeklarasikan COVID‐19 sebagai
PANDEMI
Jumlah kasus COVID-19 di dunia

28 March 2020 :
• 591 971 cases
• 27 090
deaths.
Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia

30 March 2020 :
• 1.414 cases
• 122 deaths
• 75 recovered
2. Definisi

• COVID-19 adalah penyakit infeksi


yang disebabkan oleh Coronavirus
Severe Acute Respiratory Syndrome-
CoV-2 (SARS-CoV-2).
• COVID-19 adalah nama penyakit
• SARS-CoV-2 adalah virus
penyebabnya
Manifestasi klinis

• Manifestasi klinis bervariasi :


• Tanpa gejala (asymptomatic)
• Ringan (uncomplicated
iliness)
• Pneumonia ringan
• Pneumonia berat
• Pneumonia berat dan
berkomplikasi (ARDS,sepsis,
syok sepsis)
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Severity-of-coronavirus-cases-in-China-1.png
Definisi Pneumonia

Patogen Penyebab Pneumonia

• Pneumonia adalah radang paru karena mikroorganisme,


tidak termasuk oleh krn TB
• Klasifikasi: CAP; HAV; VAP Salah satunya: Coronavirus
• Pneumonia dapat menyerang siapa aja, terbanyak pada
balita dan lanjut usia
Sumber gambar:
- https://i.pinimg.com/236x/7c/10/c8/7c10c8a776e53a6cc5ed4d710c0da622--bronchitis-death.jpg
- https://wittysparks.com/pneumonia-causes-symptoms-treatment/]
- https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-pneumonia-atau-bronkopneumonia/15438
3. Etiologi, patogenesis dan transmisi

3.1. ETIOLOGI :

• Etiologi : Coronavirus jenis baru


• Coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama awalnya
2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).
• Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama virus tersebut
Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
• Coronavirus tipe baru ini merupakan tipe ketujuh yang diketahui di
manusia.
• Sekuens genom dari Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui
hampir mirip dengan SARS-CoV dan MERS-CoV
Apa itu Coronavirus?
• Coronavirus merupakan virus Zoonotic → transmisi dari
hewan ke manusia
• Coronavirus merupakan RNA virus, bersirkulasi di hewan,
seperti unta, kucing, dan kelelawar.
• Hewan dengan coronavirus dapat berkembang dan Gambaran mikroskopik 2019-nCoV

menginfeksi manusia → kasus MERS dan SARS serta


kasus outbreak saat ini (2019-nCoV)
• Epidemi dua betacoronavirus → SARS dan MERS →
10.000 kasus (tingkat kematian 10 % untuk SARS dan
37% untuk MERS)
• Kode genetik 2019-nCoV mirip Corona virus SARS-like
Kelelawar, dan mungkin bermutasi sebelum menginfeksi
manusia → setelah diteliti lebih lanjut → mirip
coronavirus di ular (Ular makan kelelawar). Ular di jual di
Pasar Tradisional di Wuhan.
Sumber gambar: https://www.gisaid.org/fileadmin/_processed_/csm_betacoronavirus_Wuhan_Jan_2020_a80d7aa623.png
3.2. Patogenesis

Hewan Host
pembawa/ perantara:
natural Seperti: the
host: civet
Kelelawar, (musang
musang, luwak):
ular diduga
pada SARS
Virus masuk ke saluran napas atas → bereplikasi di sel epitel saluran
napas atas → menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
shedding virus dari saluran napas dan virus dapat → di gastrointestinal
→ Respon imun innate dan spesifik
https://ewn.co.za/2020/01/23/nicd-has-measures-in-place-to-detect-coronavirus-in-sa
http://tuberculosisomg.blogspot.com/p/transmission.html
3.2. Patogenesis
• Masuknya virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus.
• Protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). Sekuens dari RBD (Reseptor-
binding domain) termasuk RBM (receptor-binding motif) pada
SARS-CoV-2 kontak langsung dengan enzim ACE-2
• Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA
genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus.
• Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi
keluarnya sitokin2
• ditemukan sitokin dalam jumlah tinggi: IL1B, IFNγ,
IP10, dan MCP1 serta kemungkinan mengaktifkan
T-helper-1 (Th1),
• Selain itu, meningkatkan T-helper-2 (Th2)
cytokines (eg, IL4 and IL10) yang mensupresi
inflamasi berbeda dari SARS-CoV
• Pada pasien 2019-nCoV di ICU → ditemukan
GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang
tidak membutuhkan ICU → cytokine storm
• cytokine storm → berkaitan dengan derajat
keparahan
3.3. Transmisi/Penularan COVID-19

• Tranmisi dari manusia ke manusia:

• Via droplet saluran napas seperti batuk dan bersin

• Kontak dekat personal (menyentuh atau jabat tangan)

• Menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus disana dan

ketika menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan

• Kontaminasi feses

• Terdapat kasus, satu pasien, → “a suspected super-spreader” diduga

telah menularkan ke 15 staff di satu rumah sakit


4. Gejala klinis

Demam Flu/Batuk Nyeri tenggorokan Kesulitan bernapas

KENALI SARI (Severe acute respiratory infection)

Definisi SARI : Infeksi saluran napas akut dengan riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk; onset dalam 10 hari
terakhir dan perlu perawatan di RS. Tidak adanya demam tidak mengeksklusi infeksi virus

Sumber gambar: https://www.worldaware.com/resources/blog/health-and-travel-implications-novel-coronavirus-activity


Gejala Klinis
Huang et.al (Lancet,2020) *:
• Wang Et. Al (JAMA, • Demam (98%)
2020) • Batuk (76%)
• Demam (98,6%) • Myalgia dan fatique (44%)
• Lemah (69,6%) • Batuk berdahak (28%)
• Sesak (55%)
• Batuk kering
• Sakit kepala (8%)
(59,4%)
• Batuk darah (5%)
• Diare (3%)

• Dari ke 41 pasien, secara demografik rata rata usia 49 tahun, tidak ada anak
yang terinfeksi, laki-laki 30 orang dan perempuan 11 orang
• Semua pasien datang hari ke-7 onset dengan sesak hari ke-8 dan rata rata hari
ke-10 ICU
• Sebaran komorbid terdapat 13 pasien, 8 orang diabetes, 6 pasien CHF, dan 6
pasien hipertensi
Onset perjalanan gejala klinis

Masa inkubasi
menurut WHO
antara 2 sd 14 hari

Lama gejala
• Ringan : 2 minggu
• Berat-kritis: 3-6 mgg
5. Faktor risiko
• Populasi rentan
1. Usia lanjut (umumnya > 60 tahun)
2. Populasi dengan komorbid
• Perokok
• Penyakit jantung dan pembuluh darah (termasuk hipertensi)
• Diabetes
• Penyakit paru kronik
• Gizi kurang
• Kanker
• Kondisi imunitas rendah...................... DLL
• Dapat mengenai usia produktif
• Anak-anak jarang
6. Diagnosis

▪ Anamnesis
• Gejala klinis
• Riwayat perjalanan
• Riwayat kontak dengan penderita covid-19
• Riwayat bekerja/berkunjung di area/tempat ada kasus covid-19
▪ Pemeriksaan Fisis
▪ Pemeriksaan Penunjang
• Hematologi : Darah perifer lengkap dengan diff count
• Radiologi (Foto toraks/CT scan toraks)
• Pemeriksaan RT-PCR
Penunjang Diagnosis :
Hematologi

• Leukosit dominan normal (45%) ->


leukopeni
• Dominan neutropenia
• D-dimer meningkat pada pasien
yang berat (ICU)
• Procalsitonin dominan normal
• Laktat dominan meningkat
• CRP meningkat pada kasus berat

Huang et.al LANCET, 2020. Laporan penelitian 41 pasien pertama


Pneumonia nCoV
Penunjang Diagnosis
Radiologi

1. Foto toraks = lesi kedua paru (98% atau 40 dari 41 orang)


Gambaran foto toraks tidak spesifik, umumnya infiltrat/opasitas
bilateral.

2. CT scan toraks : tidak direkomendasikan sbg skrining


Gambaran CT scan toraks :
- opasitas ground glass
- crazy paving patterns
- pola distribusi perifer bilateral
Gambaran foto toraks
Radiologi :
CT scan toraks
Penunjang Diagnosis:
Pemeriksaan RT-PCR coronavirus SARS-COV-2

Dari bahan :
- Swab tenggorok (nasofaringeal swab)
- Sputum
- BAL (bronchoalveolar lavage)
Diagnosis laboratorium: Pengumpulan spesimen
Kultur darah
•kultur darah untuk bakteri, idealnya sebelum terapi antibiotik (jangan menunda terapi antibiotik dengan
menunggu kultur darah)

Sampel spesimen saluran napas


•saluran napas atas (nasofaring dan orofaring)
•saluran napas bawah (sputum, aspirat endotrakeal, atau bilasan broncoalveolar)
•KEDUANYA diambil
•tes nCoV oleh RT-PCR
•mungkin hanya mengambil sampel dari saluran napas bawah jika tersedia segera seperti pasien dengan
ventilator

Serologi
•hanya jika RT-PCR tidak tersedia.

Kasus terkonfirmasi nCoV


•Ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi:
2-4 hari sampai 2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta secara klinis perbaikan setidaknya 24 jam.
spesimen di ambil sesering mungkin harian bila diperlukan untuk kepentingan PPI.
DEFINISI OPERASIONAL UNTUK DIAGNOSIS

1. PASIEN DALAM PENGAWASAN (PDP) = suspek


2. ORANG DALAM PEMANTAUAN (ODP)
3. ORANG TANPA GEJALA (OTG)
4. KASUS KONFIRMASI
1.Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

1. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38oC) atau
riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/ sesak
nafas/ sakit tenggorokan/ pilek/ pneumonia ringan hingga berat.#
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*.
1.Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

2. Seseorang dengan demam (≥38oC) atau riwayat demam atau


ISPA
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19;
1. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

3. Seseorang dengan ISPA berat/ pneumonia berat*** yang


membutuhkan perawatan di rumah sakit
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
*** ISPA berat atau pneumonia berat

Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran
napas, ditambah satu dari: frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan berat,
atau saturasi oksigen (SpO2) <90% pada udara kamar.

Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%;
- distres pernapasan berat (seperti mendengkur, tarikan dinding dada yang berat);
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
- Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea :<2 bulan,
≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit;>5 tahun, ≥30x/menit.
2.Orang dalam pemantauan (ODP)
1. Seseorang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk.
DAN
tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*

2. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit


tenggorokan/batuk
DAN
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi COVID-19.
3. Orang Tanpa Gejala (OTG)

• Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular


dari orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG)
merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-
19.
Kontak erat
• Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam
ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam
pengawasan atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga
14 hari setelah kasus timbul gejala.

• Termasuk kontak erat adalah:


• Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat
perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar.
• Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk tempat kerja, kelas,
rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.
• Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut/kendaraan dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
4. KASUS KONFIRMASI

Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan


hasil pemeriksaan tes positif melalui
pemeriksaan PCR.
7. Komplikasi
Komplikasi tersering :
1. ARDS (acute Respiratory Distress Syndrome)
2. Sepsis
3. Syok sepsis
4. AKI (acute kidney injury)
5. Acute cardiac injury, termasuk miokarditis
6. Gangguan fungsi liver
7. Infeksi skunder (hospital acquired, Ventilator associated)
8. Tromboemboli
Komplikasi
Complication Risk % cases
ARDS Medium 15-33%
Acute liver injury Medium 14-53%
Acute cardiac injury Low 7-20%
Secondary infection Low 6-10%
Acute respiratory failure Low 8%
Acute kidney injury Low 3-8%
Septic shock Low 4-8%
DIC Low 71%
Rhabdomyolisis Low 1 cases reported
Pregnancy related complication Low Still unclear

https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/3000168/complications
Risiko kematian

• Tingkat kematian 2‐3% (global 3,4%)


• Tingkat kematian di Indonesia (per tgl 28/3/2020)= 8,8%
• Sebagian besar pasien yang meninggal adalah pasien usia
tua dan pasien dengan penyakit penyerta,
• Pasien termuda yang meninggal usia 48 tahun perempuan
dengan memiliki riwayat diabetes, hipertensi, gagal
ginjal, dan stroke.
8. Alur dan Tatalaksana
• Triase : deteksi dini pasien OTG, ODP dan PDP COVID-19
• Mengenal kriteria ringan, sedang dan berat
• Mengenali gambaran klinis
Infeksi Saluran Napas Akut Ringan

Pneumonia ringan

Pneumonia berat

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Sepsis

Syok septik
38
Kriteria Ringan, sedang, berat

40
Sindrom klinis berkaitan dengan infeksi nCoV
Uncompli Gejala tidak spesifik: demam, batuk, nyeri tenggorokan,
cated kongesti hidung, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
illness Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
Pneumoni Pasien dengan pneumonia dengan tidak ada tanda pneumonia
a ringan berat
Anak-anak : batuk atau sulit bernapas + takipneu
Pneumoni Remaja atau dewasa: demam atau curiga infeksi saluran
a berat napas, ditambah RR>30x/menit, distress napas berat, SpO2
<90% udara ruangan
Anak-anak: Batuk/susah bernapas, ditambah setidaknya satu
dari hal berikut: sianosis sentral atau SpO2<90%; distress napas
berat (co: grunting, retraksi dinding dada sangat berat), tanda
bahaya umum pneumonia: tidak mau nyusu atau minum,
penurunan kesadaran, atau kejang; takipneu
Sindrom klinis berkaitan dengan infeksi nCoV
ARDS Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis
diketahui
Foto dada (X-ray; CT Scan; atau USG paru): opasitas bilateral, tidak
sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps paru, atau nodul
Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung atau
overload cairan. Perlu penilaian objektif seperti echocardigrafi.
Sepsis Dewasa: disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap infeksi
(Score SOFA).
Tanda organ disfungsi: perubahan status mental; susah napas atau napas cepat,
saturasi oksigen rendah, urin output berkurang; HR meningkat; nadi teraba
lemah, ektremitas dingin, tekanan darah rendah, kulit mottling, hasil lab:
koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia
Anak: curiga infeksi atau terbukti infeksi dan 2≥ SIRS kriteria, yang salah satunya
suhu abnormal atau leukosit abnormal
Syok Sepsis Dewasa: persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan,
membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum
laktat >2 mmol/L
Anak: hipotensi atau 2-3 dari berikut: perubahan status mental atau bradikardi
Terapi dan Monitoring
Isolasi • Semua kasus (ringan-berat)

• Hand hygiene, APD lengkap, Kewaspadaan tertusuk benda


Implementasi PPI tajam, pembersihan alat kesehatan dan lingkungan RS,
waspada pencegahan tindakan saluran napas

Serial foto toraks • Untuk melihat perjalanan atau perkembangan penyakit

• Target saturasi SpO2≥90% (tidak hamil) ≥92-95% (hamil)


Suplementasi oksigen • Anak dengan tanda kegawatan target SpO2 ≥94%, jika tidak
≥90%
• Sesuai diagnosis klinis, berdasarkan epidemiologi lokal dan
panduan tatalaksana
Antimikroba empiris • Pemberian antibiotik dalam satu jam dari asesmen awal untuk
pasien dengan sepsis
kortikotiroid sistemik tidak
• Belum terbukti manfaatnya, cenderung harm, kecuali ada
diberikan rutin untuk tatalaksana
indikasi lain
pneumonia virus atau ARDS
Terapi dan Monitoring
Terapi simptomatik • Demam, batuk

Terapi cairan • Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok

Ventilasi Mekanis • Bila gagal napas

• Apabila syok sepsis


Penggunaan vasopressor
• norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan dopamin

• Perburukan klinis: gagal napas cepat progresif dan


Observasi sepsis, dan penerapan tatalaksana suportif segera

Pahami kondisi co-morbid pasien • Pemilahan terapi penyakit penyerta.


untuk menyesuaikan tatalaksana • Komunikasi dengan pasien dan keluarga:
kondisi kritis dan prognosis prognosis
Tatalaksana medis
Pencegahan komplikasi
Hasil antisipasi Intervensi
Mengurangi waktu pemakaian - Penggunaan protocol penilaian setiap hari untuk menentukan kesiapan
ventilasi mekanik invasif bernapas spontan
- Minimal sedasi berkelanjutan atau intermiten, targetkan titik akhir titrasi
atau interupsi harian sedasi infus
Mengurangi insiden VAP - Intubasi oral lebih baik
- Posisi semi-recumbent
- Penggunaan system penyedot tertutup
- Penggunaan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasiep
- Ganti penukar penghangat kelembaban ketika tidak berfungsi setiap 5-7
hari
Mengurangi insiden - Penggunaan profilaksis farmakologis (heparin 5000 unitSC 2x sehari); jika
tromboemboli kontraindikasi gunakan profilaksis mekanik
Mengurangi insiden infeksi - Pemasangan sesuai SOP standar PPI dan pengingat pencabutan jika tidak
terkait kateter dibutuhkan
Mengurangi insiden ulkus - Balikkan pasien setiap 2 jam
dekubitus
Mengurangi insiden ulkus - Pemberian nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak masuk RS)
peptikum dan perdarahan GI - Pemberian H2RB atau PPI pada pasien dengan risiko GI bleeding
Mengurangi insiden kelemahan - Mobilisasi aktif dini ketika sudah aman dilakukan
terkait ICU
Pedoman isolasi diri

47
9. Tatalaksana pemeriksaan dengan rapid
test

48
Alur Pemeriksaan
Menggunakan
Rapid Test
Antigen

49
Alur Pemeriksaan
Menggunakan
Rapid Test
Antibodi

50
51
52
53
10. Pencegahan dan strategi pengendalian secara umum

Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat :


• Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan
hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %,
jika air dan sabun tidak tersedia.
• Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dicuci.
• Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
• Saat anda sakit gunakan masker medis.
• Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang
sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
• Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan.
• Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh. 54
55
Pencegahan umum

Menjaga Stamina
Perilaku hidup bersih dan sehat

Makanan sehat bergizi


11. CONTOH KASUS DI SINGAPURA

57
58
59
Tingkatkan
TERIMA
kewaspadaan,
KASIH kurangi kepanikan!

Ini masalah dunia, juga masalah


negara kita.

Mari Bersatu lawan Corona


Kita bisa!

Anda mungkin juga menyukai