Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Inflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau
mengurung (sekuester) baik agen yang menimbulkan cedera maupun jaringan
yang cedera tersebut (Dorland, 2010).
Inflamasi dibagi menjadi dua pola dasar, yaitu inflamasi akut dan inflamasi
kronik. Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa hari yang ditandai dengan eksudasi cairan, dan protein
plasma serta akumulasi leukosi tneutrofilik. Sedangkan, inflamasi kronik
berlangsung selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun dan ditandai khas
dengan adanya sellimfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh
darah dan pembentukan jaringan parut (Kumaret al., 2007).
Proses inflamasi dapat terjadi melalui aktivasi pembentukan asam arakhidonat
(AA) dengan menggunakan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat akan
mengaktivasi pembentukan enzim Cyclooxigenase1 dan enzim
Cyclooxigenase 2 (COX-1 dan COX-2) yang berperan penting untuk
meningkatkan proses inflamasi. Inflamasi juga menstimulasi mediator
inflamasi lainnya, salah satunya adalah sitokin Tumor Necrosis Factorα (TNF-
α) yang dapat mengaktifkan faktor transkripsi genetik yaitu nuclear factor kβ
(Nf-kβ) (Michael, 2006; Kumar et al., 2007).
Nf-kβ merupakan faktor transkripsi yang berfungsi mengatur respon inflamasi
dengan memperkuat respon inflamasi dan meningkatkan durasi inflamasi,
sehingga dapat memicu terjadinya inflamasi kronis. Nf-kβ dapat mengaktivasi
pembentukan enzim Cyclooxigenase-2 (COX-2) tanpa aktivasi enzim
fosfolipase A2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa ekspresi COX-2 dapat
dilihat dengan cara melihat kadar neutrofil, limfosit, eosinofil serta makrofag
(Michael, 2006; Naghsvharet al., 2009).
Penyakit inflamasi kronis yang banyak terjadi adalah penyakit sendi rematik
sehingga memerlukan pengobatan jangka panjang. Prevalensi penyakit
rematik di dunia berdasarkan data ACREU (Arthritis Community Research

1
2

and Education Unit) pada tahun 2010, diketahui prevalensi penyaki tsendi
rematik di Amerika pada tahun 2007 mengalami peningkatan sesuai dengan
usia yaitu sebesar 5,4% - 57%, dan di Kanada pada tahun 2008 mengalami
peningkatan dari 2,9% (pada usia 20-34) sampai 43,0% (usia lebih dari 65
tahun keatas) (Wong et al., 2010).
Prevalensi penyakit sendi rematik di Indonesia, berdasarkan data Riset
kesehatan dasar pada tahun 2013, diketahui prevalensi penyakit sendi rematik
tertinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah di Bali (19,3%),
diikuti Aceh(18,3%), Jawa Barat(17,5%) dan Papua(15,4%) (Riskesdas,
2013). Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) adalah obat yang banyak
digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit yang melibatkan proses
inflamasi. Pemakaian obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) banyak
menimbulkan efek samping yaitu ulcus pepticum, analgesic nephropathy,
mengganggu fungsi platelet, dan menghambat induksi persalinan karena
digunakan dalam jangka panjang (Goodman & Gillman, 2008).
Astaxhantin merupakan pigmen merah karotenoid yang berpotensi sebagai
antioksidan, antikanker, antidiabetik dan memiliki efek anti inflamasi pada
lambung, hati, saraf, jantung, mata,
dankulit.Penelitianpadatikusmenunjukkanbahwaastaxanthinmemilikiefekantii
nflamasidenganmenghambataktivasinuclear factor kβ (Nf-kβ) yang
ditandaidenganpenurunanagregasilimfositdanneutrofil.
Astaxanthinjugadiketahuimemberikanefeksitoprotektifpadamukosalambungde
ngancaramencegahperoksidasi lipid padatikus. (Yuan et al., 2011; Bangsawan,
2012 (inpres); Kim et al., 2005).
Vitamin C merupakanvitamin yang larutdalam air. Vitamin C
dikatakanmemilikiefekantioksidanbaikterhadapoksigenreaktifmaupun
nitrogen.Selainberfungsisebagaiantioksidan, vitamin C
jugaberfungsisebagaiantiinflamasidenganmenghambatjaluraktivasinuclear
factor kβ (Nf-kβ) yangmerupakanpengaturutama gen inflamasi (Son et al.,
2004).
Berdasarkanpenelitian-penelitian yang
telahdilakukanmengenaiefekastaxanthindan vitamin C sebagaiantiinflamasi,
3

mendorongpenelitiuntukmengetahuiefekantiinflamasikombinasiastaxanthindos
isbervariasidan vitamin C
dalammeningkatkanefekantiinflamasisehinggadapatdigunakansebagaialternatif
pengobatandalaminflamasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanapengaruhkombinasiastaxanthindan vitamin C
padatikusputihgalurwistar yang diinduksiinflamasidengankaragenin?

C. TUJUAN PENELITIAN
C.1. TujuanUmum
Mengetahuiefekkombinasiastaxanthindan vitamin Cdengan
parameterkadarlimfositdanneutrofilpadatikusputihgalurwistar yang
diinduksiinflamasidengankaragenin
C.2. TujuanKhusus
C.2.a.
Menilaikadarlimfositdanneutrofilpadasediaanapusdarahtepipadatikusputihd
ewasagalurwistar yang telahdiinduksidengankaragenin
C.2.b. Menilaiefekkombinasiastaxanthindan vitamin C
terhadapkadarlimfositdanneutrofilpadasediaanapusdarahtepipadatikusputih
dewasagalurwistar yang telahdiinduksidengankaragenin
C.2.c.Menilaidosisefektifkombinasiastaxanthindan vitamin C sebagaiantiinflamasi

D. MANFAAT PENELITIAN
D.1. BagiPeneliti
Mengembangkan ilmu dan mengaplikasikannya untuk memperoleh suatu
pengobatan di masa depan, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat
terhadap masalah inflamasi yang berkelanjutan.
D.2. BagiInstitusiPendidikanKedokteran
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang farmakologi tentang
efek kombinasi astaxanthin dan vitamin C sebagai antiinflamasi. Sehingga
dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lain yang sejenis dimasa yang
akan datang dengan metode dan variabel yang lebih kompleks, dan turut
berperan dalam meningkatkan bidang penelitian di tingkat fakultas, sebagai
salah satu upaya menerapkan Tri Dharma PerguruanTinggi.
D.3. BagiMasyarakat
4

Memberikan informasi mengenai kegunaan dan efektivitas kombinasi


astaxhantin dan vitamin C sebagai anti inflamasi.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian mengenai uji efek anti inflamasi kombinasi astaxanthin dan vitamin
C dengan parameter kadar limfosit dan neutrofil pada tikus putih galur wistar
yang diinduksi karagenin belum pernah dilakukan hingga saat ini. Beberapa
penelitian sebelumnya yang berhubungan, dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. KeaslianPenelitian

NO JudulPenelitian Metode

1. PanduIndraBangsawan, 2012 (inpres) Metode:


Judul: Dilakukanpengujianefekantiinflamasiastaxanthindeng
“EfekAntiinflamasiAstaxanthinterhadap Volume Edema diinduksidengankaragenin, kemudiandiuk
danEkspresi COX-2 denganPenggunaan Parameter tikusdenganalatplatismometerdandilakukanapusandar
LimfositdanNeutrofilpadaTikusPutihDewasaGalurWistar” Hasil:
Astaxanthindalamdosis 16,32, dan 64 mg/kgBBmenu

2. Nisikhawaet al., 2005 Metode:


Judul: Astaxanthindan vitamin C ditambahk
“Effects of Astaxanthin and Vitamin C on Pevention of kemudiandilakukanhistopatologiuntukmelihat area ul
Gastric Ulcerations in Stressed Rats” Hasil:
Astaxanthindan
ditemukandapatmelindungidariulkuslambungdandike
5

lebihefektifdalamproteksilambungtikus

Anda mungkin juga menyukai