Interpretasi kasus, maka disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada neutrofil segmen.
2. Urin Rutin
a. Pemeriksaan makroskopis
Pelaporan hasil, meliputi:
1) Warna: tidak berwarna, kunign uda, kuning kemerahan, merah, putih seperti
susus, coklat seperti the dan lain-lain.
2) Kejernihan: jernih, agak keruh, sangat keruh
3) Bau
b. Pemeriksaan kimiawi
Pelaporan hasil, meliputi:
1) pH
2) Berat jenis
3) Protein
4) Glukosa
5) Keton
6) Bilirubin
7) Darah samar/ Hb
8) Nitrit
9) Urobilinogen
10) Leukosit esterase
c. Pemeriksaan mikroskopik (sedimen)
Pelaporan hasil, meliputi:
1) Epitel:……… /LPK
2) Leukosit:……/LPB
3) Eritrosit:……/LPB normal eritrosit ditemukan 0-2/LPB, leukosit 0-5/LPB
4) Kristal:……….( +/-), jenis:………
5) Silinder:………/LPB
6) Lain-lain:…….(sel ragi/bakteri/protozoa/sperma)
Normal ditemukan silinder hialin 0-2/LPK
3. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan mikroskopik tinja sedan basah langsung (Direct Wet Smear)
Tujuan untuk parasit
a. Mengidentifikasi nematode usus melalui pemeriksaan telur cacing
b. Mengidentifikasi protozoa usus denga menemukan bentuk trofozoit atau kista
c. Memperkirakan derajat infeksi kecacingan pada pasien
1) Warna
2) Bau
3) Konsistensi
4) Lendir
5) Darah
6) Telur cacing
7) Amoeba
8) Larva cacing
9) Eritrosit dan leukosit
10) Lemak
11) Sisa makanan
12) Dll
2.1. Malaria
2.1.1. Pengertian Malaria
Penyakit malaria telah ditemukan sejak zaman Yunani. Penyakit ini banyak ditemukan di
sekitar daerah rawa yang mengeluarkan bau busuk sehingga disebut malaria (mal area = udara
buruk)1. Tahun 1987, Ross menemukan bahwa malaria disebabkan oleh infeksi nyamuk yang
banyak di sekitar rawa, diketahui berasal dari genus Anopheles (Kemenkes, 2011). Sampai saat ini
sudah di temukan lima Plasmodiun spp. yang dapat memginfeksi manusia yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi 2.
2.1.2. Etiologi Malaria
Plasmodium merupakan parasit penyebab penyakit Malaria 2. Plasmodium ini merupakan
protozoa obligat intraselular. Parasit ini menularkan infeksi melalui gigitan nyamuk betina
Anopheles, yang disebut “Vektor Malaria”, yang menggigit terutama pada waktu senja dan subuh
(WHO, 2014). Penularan pada manusia dapat ditularkan langsung melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang tercemar serta ibu hamil kepada janinnya (Rampengan, 2000; Nugroho, 2009).
Dikenal lima macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium knowlesi3.
2.1.3. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu (host).
Faktor parasit meliputi intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit. Faktor penjamu
adalah tingkat endemitas daerah tempat tinggal, usia, status nutrisi dan status imunologi 4.
Selama skizogoni, sirkulasi perifer akan menerima pigmen malaria dan produk samping
parasit seperti membran dan isi sel-sel eritrosit. Pigmen malaria menyebabkan tubuh
mengeluarkan produk asing dan respon fagosit intensif. Makrofag dalam sistem retikuloendotelial
dan sirkulasi akan menangkap pigmen sehingga menyebabkan warna agak kelabu pada sebagian
besar jaringan dan organ tubuh. Pirogen dan racun lain yang masuk ke sirkulasi saat skizogoni
bertanggung jawab mengaktifkan kinin vasoaktif dan kaskade pembekuan darah. Patogenesis dari
malaria lebih menekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah, oleh karena
skizogoni yang menyebabkan kerusakan eritrosit hingga menimbulkan anemia. Berat anemia tidak
sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung
parasit. Pada percobaan binatang dibuktikan adanya gangguan transportasi natrium sehingga
keluarnya dari eritrosit yang mengandung parasit dan tanpa parasit malaria. Diduga toksin malaria
menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat melalui limpa dan
keluarlah parasit. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin pembentukan
antibodi terhadap eritrosit. Suatu bentuk khusus anemia hemolitik pada malaria adalah black water
fever, yaitu bentuk malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, ditandai oleh
hemolisis intravaskular berat, hemoglobinuria, kegagalan ginjal akut akibat nekrosis tubulus
ginjal, disertai angka kematian yang tinggi 4.
Pada infeksi malaria, limpa akan membesar, mengalami pembendungan dan pigmentasi
sehingga mudah pecah. Organ limpa akan dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering
terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi parasit. Malaria kronis
terjadi hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan makrofag. Sindrom pembesaran limpa di
daerah tropis atau akibat malaria kronis biasanya dijumpai bersama peningkatan kadar IgM 4.
Pembesaran hepar juga terjadi pada malaria teruatama sel kupffer yang terlibat dalam
fagositosis. Sebagai akibatnya hati berwarna kecoklatan agak kelabu atau kehitaman. Malaria
kronis terjadi infiltrasi difus oleh sel mononukleus pada preportal yang sejalan dengan
berulanganya serangan malaria. Hepatomegali merupakan sindrom pembesaran hati di daerah
tropis. Nekrosis sentrilobulus terjadi pada syok 4.
Organ lain yang sering terkena oleh malaria adalah otak dan ginjal. Malaria serebral, otak
tampak berwarna kelabu akibat pigmen malaria yang disertai edema dan hiperemis. Perdarahan
terbentuk petekia tersebar pada substansi putih otak dan menyebar sampai ke sumsum tulang
belakang. Organ ginjal, parasit Plasmodium falciparum dapat menyebabkan nefritis, sedangkan
Plasmodium malariae menyebabkan glomerulonefritis kronik dan sindrom nefrotik4.
Sumber :
1. Sutanto, Inge. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009.
2. World Health Organization. World Malaria Report 2013. Switzerland: WHO; 2014.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
4. Sudoyo, Aru, W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed Ke-3 Jilid 6. Jakarta: Interna Publishing;
2014.
5. Centers for Disease Control and Prevention, 2014, CDC-DPDx-Malaria,
http://www.cdc.gov/dpdx/malaria/index.html, Diakses Tanggal 4 Januari 2017
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2008.
Jakarta: Ditjen P2M dan PLP; 2009.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014