TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
(Harijanto, 2001:1)
b. Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut atau kronik disebabkan
1. Anatomi
Darah lebih berat dan lebih kental dibandingkan air. Cairan ini
memiliki rasa dan bau yang khas, serta PH 7/4 (7,35-7,45). Warna darah
bervariasi dari merah cerah sampai merah tua kebiruan bergantung pada
kadar oksigen yang dibawa sel darah merah. Volume darah total sekitar 5
liter. Pada laki-laki dewasa berukuran rata- rata dan kurang sedikit dari
berbanding terbalik dengan jumlah cairan dalam tubuh. Volume ini juga
Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil, cekung pada kedua
sisinya sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua bulan sabit yang
saling bertolak belakang dan berdiameter 7,65 mm. Dalam setiap mililiter
asam animo. Mereka juga memerlukan diit seimbang yang berupa zat besi.
2. Fisiologi
Sel darah merah dibentuk dalam sum-sum tulang terutama dari tulang
pendek, pipih dan tidak beraturan dan jaringan kanselus pada ujung tulang
pipa dan dari sum-sum dalam batang iga, iga dan dari sternum. (Evelyn
C.Piere, 2006:133)
Sel darah merah biasanya bersirkulasi selama 120 hari septum menjadi
rapuh dan mudah pecan walaupun sel darah merah matang tidak memiliki
mampu mengkonsumsi ATP untuk waktu yang terbatas ini. Fragmen sel
oleh mikrofag dalam limfa, hati, sum-sum tulang dan jaringan tubuh lain.
empedu
3. Sebagian besar zat besi yang dilepas oleh hem akan diambil untuk
2004:222)
3. Etiologi
dan ditularkan oleh nyamuk species anopeles betina. Selain itu gigitan nyamuk
malaria dapat ditularkan langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik
4. Patofisiologi
Daur hidup specieses malaria terdiri dari fase seksual (sporogoni) yang
berlangsung pada nyamuk anopeles dan fase aseksual yang berlangsung pada
manusia yang terdiri dari fase eritrosit dan fase yang berlangsung didalam
a. Fase aseksual
Pada fase jaringan sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati
berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini skizon pecah dan
demam.
b. Fase seksual
didalam darah penderita yang terhisap oleh nyamuk pada saat minum
Selanjutnya dalam 18-24 jam terbentuk ookinet matang yang motil dari
menjadi oosit.
5. Manifestasi klinis
1. Demam
meningkatriya temperature
b. Periode panas
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, penderita
ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih
c. Periode berkeringat
tidur bila penderita Bila penderita bangun akan merasa dan dapat
dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan
3. Anemia
Gejala anemia merupakan gejaia yang senna dijumpai paua UUCKSI
d. Eritrofagositosis
4. Ikhterus
laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini
terjadi jika parasit - parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi,
5. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan mikroskopis
2) Pemeriksaan biomokular
lengkap
a) Pemeriksaan hematologi
Anemia normokromik normositer merupakan kaedah
yang tepat.
6. Penatalaksanaan
5-12 liter. Indikasinya bila parasit >10% atau bila bilirubin > 19 mg%
Pemberian nutrisi
7. Komplikasi
Pasien dengan malaria berat dan berkomplikasi dapat ditemukan dalam
dibangunkan tetapi tidak disertai dengan penyebab lain apa pun pada
b. Kejang umum
c. Anemia normositik
d. Gagal ginjal
e. Hipoglikemia
g. Edema paru
j. Hiperpireksia
k. Hiperparasitemia
l. Hemoglobinuria malaria
8. Prognosis
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P, vivax pada umumnya baik, tidak
berlangsung sampai 3 bulan atau lebih atau lebih lama karena mempunyai
penyulit prognosis menjadi buruk apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan/ cairan
Muntah, mual
secara khusus
7. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing Nyeri tubuh, kelemahan Mengigil, terasa
capek
8. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejal : Nyeri kepala, epigastrium, tubuh, nyeri tekan pada limpa, perut
9. Pernapasan
10. Keamanan
kemerahan
a) Pemeriksaan hematologi
trombosit normal
B. Diagnosa
mual/muntah
C. Intervensi
4. Anjurkan kedinginan,peningkata
peningkatan
n suhu secaraaktual
asupan cairan
selain itu alkohol dapat
5. Berikan
mengeringkan kulit
selimut
pendingin/ 4. Penggantian
mengurangi demam
pada hipotalamus
meskipun demam
2 Tujuan: Menunjukkan 1. Kaji riwayat mungkin dapat berguna
peningkatan berat nutrisi, termasuk
5. Observasi dan
3. Mengawasi penurunan
catat keiadian
berat badan atau
mual/muntah,
efektifitas intervensi
flatus dan gejala
nutrisi
lain yang
4. Makan sedikit
berhubungan
dapat menurunkan
6. Berikan dan
kelemahan
bantu higiene
meningkatkan
mulut yang baik
pemasukan juga
sebelum dan
mencegah
sesudah makan,
gunakan sikat gigi distensi gaster
halus untuk
5. Gejala GI dapat
penyikatan yang
menunjukkan efek
lembut
anemia pada organ
7. Konsul pada ahli
6. Meningkatkan nafsu
gizi
makan dan pemasukan
oral, menurunkan
pertumbuhan bakteri,
meminimalkan
kemungkinan infeksi
7. Membantu dalam
4. Mempertahankan
4. Pantau
keseimbangan cairan,
masukan
mengurangi rasa haus
makanan dan
dan melembabkan
amati
membran mukosa
kebiasaan
makan
pengunjung,
telepon dan
5. Hipotensi, postural
gangguan berulang
atau hipoksia serebral
tindakan yang tidak
misalnya: tehnik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi), tertawa,
terapeutik
3. Evaluasi
kehilangan
nyeri/kontrol
aturan
pengobatan bila
perlu
BAB III
A. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian, penulis dapat melakukan pengumpulan data yang
dahulu.
B. Saran
Dalam pengumpulan data ini penulis melakukan hubungan baik dengan dan
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedoteran Edisi 3 Jilid I. Jakarta ; Media
Aesculapius.
Noer Sjaifoellah. 1996. llmu Per.yakit Dalam. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI.
Sloane Elheel. 2004. Anatomi dan Fisioiogi Untuk Pemuia. Jakarta, EGC.
DOSEN PENGAMPU :
HARYANTO, S.Kep,Ns.,MSN.,Ph.D
OLEH :
DEWI ULTARI S
LAILA ISTIQOMAH
HENNY H