Di susun oleh :
Agus Joko Prasetyo NIM.19214001
Riana Barita B NIM.19214002
Eristia Novarianda NIM.19214003
Dewi Ultari Srimentari NIM.19214004
Astika NIM. 19204007
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................4
B. TUJUAN PENULISAN............................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................6
A. KONSEP PENYAKIT HIV/AIDS............................................................6
1. Pengertian..................................................................................................6
2. Klasifikasi..................................................................................................7
3. Etiologi......................................................................................................8
4. Tanda dan Gejala.......................................................................................8
5. Patofisiologi...............................................................................................9
6. Penatalaksanaan medis............................................................................10
B. CARA PENULARAN.............................................................................12
C. PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD
TRANSMISSON (PMTCT)...............................................................................16
1. Pengertian................................................................................................16
2. Tujuan, Sasaran dan Stategi Program PMTCT.......................................16
3. Bentuk – Bentuk Intervensi PMTCT.......................................................17
4. Kebijakan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi........................20
5. Jalinan Kerjasama Kegiatan PMTCT antara Sarana Kesehatan dan
Organisasi Masyarakat....................................................................................30
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................33
1. Pengkajian Keperawatan.........................................................................33
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................36
3. Intervensi Keperawatan...........................................................................36
BAB III..................................................................................................................41
PENUTUP..............................................................................................................41
A. KESIMPULAN.......................................................................................41
B. SARAN...................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Betancourt et al (2010) bahwa 2/3 ibu HIV positif yang hamil
di negara berkembang tidak memiliki akses pada pengobatan untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke bayi (mother-to-child HIV transmission/MTCT).
Masalah tersebut mengakibatkan 370.000 kasus HIV baru di antara bayi
setiap tahun. Diantara 1,5 juta ibu hamil yang HIVpositif setiap tahun di
negara berkembang, hanya kurang lebih sepertiganya menerima terapi
pemberian ARV selama kehamilan, pertolongan persalinan dengan Caesar,
pemberian susu formula pada bayi yang dilahirkan dan kebanyakan upaya itu
tidak sesuai karena ketidakpatuhan ibu hamil yang mengidap HIV tersebut
sehingga tidak berhasil mencegah MTCT (Agadjanian dan Hayford, 2009).
Mengetahui status HIV secara dini pada waktu hamil sangat bermanfaat
untuk perempuan khususnya ibu hamil dan bayinya. Kemampuan perempuan
untuk mengatasi kesehatan dan kehidupan sendri perlu ditingkatkan bila dia
mengetahui dirinya HIV-positif, ibu dapat mencegah terjadinya penularan
pada bayinya.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang
menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau
merusak fungsinya. Setelah infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah, dan pengidap nya menjadi lebih rentan terhadap infeksi
(Nasution et al., n.d.)
3. Klasifikasi
Klasifikasi HIV/AIDS pada oran dewasa menurut CDC (Centers for
Disease Control) dibagi atas empat tahap, yakni :
4. Etiologi
a. Gejala Mayor
1) Penurunan berat badan > 10% dalam 1 bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologi
5) Demensia/ HIV enselofat.
b. Gejala Minor
1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2) Dermatitis generalisat
3) Kandidias orofaringeal
4) Herpes simpleks kronis progresif
5) Limfadenopati generalisata
6) Retinitis virus sitomegalo
7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8) Herpes zoster multisegmental
9) Herpes zoster berulang
6. Patofisiologi
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh
HIV dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4.
Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat
memerantarai fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor
permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120
dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan
perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel
sasaran.
7. Penatalaksanaan medis
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik di bagi menjadi tiga, yaitu:
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Tes Antibody
3) Pelacakan H yang terdiri dari:
a) Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T
Limfosit, sell T4 Hel per, T8 (sel supresor sitopatik), P24,
Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi dan Tes PHS
b) Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan
saraf)
c) Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan
Gallium, Biopsi.
b. Pengobatan
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan
untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka
yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya
permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis
direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap
HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka
suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum
ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif
(HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan :
Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'),
mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam
mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA
(contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
1) Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's)
memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan
reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim
tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi
turunan kedalam sel-sel. Obat-obatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
2) Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan
menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul
pada sel tuan rumah dan dilepaskan.
Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang
wanita yang mengidap HIV(+) dapat menularkan HIV kepada
bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui.
Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan
bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan
terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia
untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–
obatan tersebut adalah:
1) Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian
panjang dari 14–28 minggu selama masa kehamilan. Studi
menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan
mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada
kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan.
Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas
38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari
Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
2) Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam
masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar
2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan
penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada
ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa
persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu
dosis dalam 3 hari.
8. Cara Penularan
Menurut Permenkes (2013) dalam (Nasution et al., n.d.), Human
Immunidefeciency Virus (HIV) dapat masuk ke tubuh memlaui tiga cara,
yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum sunti yang tidak steril
atau terkontaminasi HIV dan penularab HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke
janin dalam kandungan.
1. Hubungan seksual
Penularan melalui hungungan seksual adalah cara yang paling
dominan dari semua cara penularan. Paling sering, infeksi HIV menyebar
dengan melakukan hubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi.
Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui selaput vagina, vulva,
penis, rektum, atau mulut selama seks. Transmisi oral seks juga mungkin
(Tran, 2014). Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama
sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki
(homoseksual) yang sebahagian besar dipengaruhi oleh faktor perilaku
(WHO/UNAIDS (2009) dalam (Nasution et al., n.d.).
Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang
yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik
kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan
HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan
HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman. karena
kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran
cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita
mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita
melakukannya secara aman dengan memakai kondom. Seorang Odha
kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan
gejala klinis. Kondisi ini disebut “asimptomatik” yaitu tanpa gejala. Pada
orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS.
Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko
menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah
terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah
masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan
lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup
rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di
dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih
tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke
aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
AIDS tidak ditularkan melalui :
a. Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum
bersama.
b. Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC
umum, dan kolam renang.
c. Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
d. Lewat keringat, atau gigitan nyamuk
2. Pajanan oleh darah, produk darah atau organ dan jaringan yang terinfeksi
Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji
saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit
suntikan, atau penggunaan alat medis lainnya yang dapat menembus kulit
yang dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit,
poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat penusuk/jarum, juga pada
pengguna napza suntik (Permenkes, 2013).
3. Penularan dari ibu ke anak
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya
selama masa kehamilan, saat persalinan dan menyusui (Permenkes,
2013). WHO/UNAIDS (2009) melaporkan terjadi peningkatan signifikan
usia anak dibawah 15 tahun terinfeksi HIV dengan perkiraan 1.2 - 2.9
juta. Penularan dari ibu ke anak dapat terjadi karena faktor
biologi(Inherited Biological Risk) dimana infeksi ditularkan secara
langsung dari ibu ke janin yang di kandungnya.
a. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak
dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi
dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak
oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
1) Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama
malaria) pada plasenta selama kehamilan.
2) Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya
muatan virus pada saat itu.
3) Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
4) Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak
langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan ibu ke anak.
b. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar
jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane
mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat
dipersingkat dengan section caesaria.
c. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui
ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui
bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan
HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui
bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
1) Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara
eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian
campuran.
2) Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan
putting susu dan infeksi payudara lainnya.
3) Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar
kemungkinan infeksi.
4) Status gizi ibu yang buruk secara langsung (transfusi darah,
produk darah atau tranplatasi organ tercemar HIV).
C. PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSON
(PMTCT)
1. Pengertian
Pelayanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak Prevention
of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari
pelayanan perawatan, dukungan dan Pengobatan/CST bagi pasien
HIV/AIDS. Pelayanan PMCT menjadi perhatian karena epidemic
HIV/AIDS di Indonesia meningkat dengan cepat, dimana penularan HIV
dari ibu ke anak terus meningkat seiring bertambahnya jumlah perempuan
pengidap HIV , dari data pada tahun 2008 dari jumlah ibu hamil yang
mengikuti test HIV sebanyak 5.167 orang dimana 1.306 (25%) diantaranya
positive HIV. Meningkatnya jumlah perempuan hamil yang positif, akan
meningkat pula kebutuhan untuk layanan PMTCT berdasarkan hasil
proyeksi dan pemodelan epidemic HIV, jumlah ibu hamil yang positif
memerlukan pelayanan PMTCT akan meningkat dari 5.730 orang pada
tahun 2010 menjadi 8170 pada tahun 2014.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata Klien
b. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat
kelainan imun. Umur ,kronologis pasien juga mempengaruhi
imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan
melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker
adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini
harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status
imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit
serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
1) Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik,
limfoma, kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik
congenital.
2) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia
congenital, protein liosing enteropati (peradangan usus).
c. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah, intoleransi aktivitas, progresi malaise,
perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon
fisiologi aktifitas (Perubahan TD, frekuensi Jantung dan
pernafasan).
2) Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama
pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi
perifer, pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan, mengkuatirkan
penampilan, mengingkari diagnosa, putus asa dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri dan
marah.
4) Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau
tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare
pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal, perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi
dan gusi yang buruk, edema
6) Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
7) Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,
kerusakan status indera, kelemahan otot, tremor, perubahan
penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks
tidak normal, tremor, kejang, hemiparesis.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala, nyeri
dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan
rentan gerak, pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif,
batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas,
adanya sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka, transfusi darah,
penyakit defisiensi imun, demam berulang, berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit, luka perianal / abses,
timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan
umum, tekanan umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi,
menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan, herpes genetalia.
12) Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi,
kesepian, adanya trauma AIDS.
Tanda : Perubahan interaksi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu
yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah
suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relative
lama karena penurunan system kekebalan tubuh yang disebaban infeksi HIV.
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus
itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat
menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin
dari infeksi HIV. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses
melahirkan, karena pada saat terjadi konntak secara langsung antara darah ibu
dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat mengenai bayi. Bayi juga dapat
tertular virus dari ibu sewaktu dalam kandungan atau juga dari pemberian
ASI, sehingga ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI.
E. SARAN
Nasution, D. S. S., Kp, S., Kep, M., & Mat, S. (n.d.). Asuhan Keperawatan Pada
Ibu Hamil Resiko Tinggi: HIV-AIDS Dengan Melibatkan Masyarakat. 113.
Noer, Sjaefullah, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3, Jilid I, FKUI,
Jakarta.
Wahyuni, S. (2018). Kepatuhan ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas
dalam pelaksanaan program pencegahan penularan HIV. Jurnal Kebidanan
dan Keperawatan Aisyiyah, 12(1), 38–45. https://doi.org/10.31101/jkk.123