Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

MALARIA

OLEH :

Nama : Mira Boimau

NIM : 133002718

Kelas : A/IV

Prodi : S1 Keperawatan

Mata Kuliah : Manajemen Penyakit Tropis

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

MALARIA

A. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh
nyamuk malaria (Anopheles) betina.
B. Etiologi
Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium
vivax, plasmodium falcipaum, plasmodium malariae, plasmodium ovale. Malaria juga
melibatkan hospes perantara, yaitu manusia maupun vertebrata lainnya, dan hospes
definitive, yaitu nyamuk anopheles.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen ( sporogoni )
dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual ( skizogoni ) dalam badan hospes
vertebra termasuk manusia.
a. Fase aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada
fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan
berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan
merozoit proses ini disebut skizogoni praeitrosit. Lama fase ini berbeda
untuk tiap fase. Pada akhir fase ini , skizon pecah dan merozoit keluar
dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada p. vivax dan p. ovale,
sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat
mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang
eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-
skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan
infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa
prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsic dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala
klinis demam.
b. Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk
ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot ( ookinet ). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista
pecah, ribuan sporozit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Pathogenesis malaria ada 2 cara :
1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam
darah manusia melalui tranfusi, suntikan, atau pada bayi baru
lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi ( congenital ).
C. Manefestasi Klnis
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemic
malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah :
1. Demam
Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporulasi). Pada malaria tertiana (P.vivax dan P.ovale), pematangan skizon
tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke– 3, sedangkan malaria
kuartana (P. malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya
tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodic.
Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit–1 jam),
puncak demam (2–6 jam), dan berkeringat (2–4 jam). Demam akan mereda
secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh
dan ada respons imun.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat
adalah anemia karena P.falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama ( reduced
survival time )
c. Gangguan pembentukkan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang ( diseritropoesis ).
4. Ikterus
disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah
masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak
dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan
dalam jaringan hati.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeiksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan
untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk
cincin.
E. Masalah Keperawatan
1. Umum
a) Hypertermia
b) Perubahan perfusi jaringan
c) Intoleransi aktifitas
d) Kurang pengetahuan
2. Resiko Infeksi
a. Pada Hati
Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b. Pada Ginjal
Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan .
c. Pada Saluran GastroIntestinal
Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan
d. Pada Paru
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolarkapiler (efek inflamasi)
e. Pada Otak
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hivovolemia
F. Penatalaksanaan
Obat malaria tediri dari 5 jenis, antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritosit, yaitu
proguanil, pirimetamin.
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin,
dan amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P.vivax, P.malariae,
P.ovale, adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin.
5. Sporontosid mencegah gamentosid dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Pengobatan penderita malaria secara global WHO telah menetapkan


dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT (Artemisinin Base
Combination Therapy). Golongan Artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama
karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain
itu Artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk
gametosid. Juga efektif terhadap semua spesies, P.falciparum, P.vivax maupun
lainnya. Laporan kegagalan terhadap ART belum dilaporkan saat ini.
G. Komplikasi
Kasus malaria terbanyak adalah malaria falsiparum fatal yang memperlihatkan
keterlibatan susunan saraf pusat. Organ yang terkena adalah :
1. Otak : timbul delirium, disorientasi, stupor, koma, kejang, dan tanda
nuerologis fokal
2. Saluran gastrointestinal : muntah, diare hebat, perdarahan dan malabsorpsi
3. Ginjal : nekrosis tubula akut, hemoglobinuria, gagal ginjal akut
4. Hati : timbul ikteris karena gangguan hepar, billous remittent fever ditandai
dengan muntah hijau empedu karena komplikasi hepar
5. Paru : edema paru
6. Lain-lain : anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia, demam kencing
hitam.
7.
H. Askep Teoritis
1. Pengkajian
a. Biodata pasien
b. Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, sesuai dengan manifestasi klinis
yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya
c. Riwayat Masa Lalu : apakah ada riwayat pasien bepergian ke daerah
endemic malaria, kontak dengan nyamuk.
d. Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka
dikulit, sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri
lambung.
e. Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk
melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang
berbentuk cincin.
f. Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter.
g. Dischart Planning
tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
yaitu dengan cara :
1) Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu
impregnated ( dicelup peptisida : pemethrin atau
deltamethin.
2) Menggunakan obat pembunuh nyamuk : gosok, spray, asap,
elektrik.
3) Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat
menggigit atau harus memakai proteksi ( baju lengan
panjang, kaos stocking ). Nyamuk akan menggigit diantara
jam 18.00 sampai jam 06.00. nyamuk jarang pada
ketinggian di atas 2000 m.
4) Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk
dengan kawat anti nyamuk.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Umum
1) Hypertermia berhubungan dengan peningkatan
metabolisme penyakit
2) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
umum
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaannya
b. Resiko Infeksi
1) Pada Hati
Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik
2) Pada Ginjal
Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume
cairan berhubungan dengan fase diuretic GGA, dengan
peningkatan volume urine dan melambatnya
kemampuan absorpsi tubular.
3) Pada Saluran GastroIntestinal
Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d
kehilangan yang berlebihan : diare berat, muntah,
berkeringat, demam, hiperventilasi
4) Pada Paru
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membrane alveolar-kapiler (efek inflamasi)
5) Pada Otak (9) Perubahan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan hivovolemia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi
tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana,
kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya,
dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan
orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008).
4. Implementasi
Implementasi sesuai intervensi
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan SOAP dan masalah keperawatan
teratasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
NY. Y DENGAN MALARIA
A. Pengkajian
1. Biodata pasien
Nama : Ny. b
TTL : Kupang, 12 juni 1990
Umur : 42 tahun
Alamat : baumata
Agama : kristen
Suku : rote
Status : menikah
Diagnosa : malaria
No. RM : 020520
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien demam, menggigil, mual muntah setiap kali makan, sakit
kepala, dan nyeri perut. Demam yang dirasakan pasien hilang timbul,
klien mengatakan nyeri yang dirasakan berada dalam tingkat sedang
(skala 5) dan klien mengeluh lemah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke rumah sakit karena mengalami mual muntah, setiap
kali makan, demam yang dirasakan pasien sejak dua hari yang lalu.
Setelah dilakukan pemeriksaan dilaboratorium ternyata pasien
menderita malaria.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan asam lambung,
pada 1 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
malaria sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan sama sekali tidak ada anggota keluarga yang
menderita malaria
.

3. Genogram

KETERANGAN :

: Laki-Laki

: Perempuan

X : Pasien
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Composmentis
b. TTV :
TD : 110/70 mmHg
S : 37oC
N : 73 x/i
RR : 18 x/i
c. Kepala
Bentuk : lonjong
Karakteristik rambut : ikal dan hitam
Keluhan yang berhubungan dengan kepala : pasien merasakan pusing
dan sakit kepala
d. Mata
Konjungtiva : anemis
Skera : agak ikterik, terdapat lingkaran hitamdi bawah mata
Rasa sakit : klien merasakan nyeri dibawah mata
Fungsi penglihatan : kurang jelas, klien memakai kaca mata.
e. Hidung
Reaksi alergi : tidak ada
Hygiene : bersih
Fungsi pnciuman : baik
f. Mulut, tenggorokan, leher
Gigi : rapi dan bersih
Lidah : bersih
Higiene : bersih dan tidak berbau
Kesulitan menelan : tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid dan linfe : tidak ada
Mukosa bibir : lembab
g. Paru
I : pergerakan dada simetris, bernafas tidak menggunakan alat bantu.
P : fremitus taktil kiri kanan sama
P : sonor di semua lapang paru
A : vesikuler, wheezing (-)
h. Jantung
I : detak iktus kordis tidak terlihatpada RIC V mid Klavikula sinistra.
P : detk iktus kordis teraba di RIC mid klavikula sinistra
P : pekak pada batas jantung
A : irama teratur, tidak ada bunyi tambahan
i. Abdomen
I : tidak membesar
A : bising usus 17 x/i
P : klien mengeluh nyeri di ulu hati kuardan kanan atas dan tidak ada
teraba massa pada abdomen
P : hipertimpani
j. Integumen :
Warna kulit : sawo matang
Turgor : lembab

Ketika masuk rumah sakit tidak terlihat bintik merah di kulit pasien, tapi pada
saat di lakukan tes rempelit terdapat bintik merah.

B. Analisa Data

Masalah
Data Etiologi keperawatan
DS : Malaria Ganguan rasa
1. Pasien mengeluh nyaman nyeri kronis
: tingkat sedang
nyeri ulu hati Mediator endotoksin makrofag
2. Pasien mengetakan
badannya lemah Parasit
3. Pasien mengeluh
pusing dan kepala Melepaskan mediator
sakit
4. Pasien mengeluh Plasmodium
nyeri saat BAK
5. Nyeri yang Meningkatkan perlekatan eritrosit
dirasakan skala 5
6. Klien mengeluh Panas ireguler, anemia
mual muntah
Suhu tubuh meningkat
DO :
1. Pasien terlihat letih. Protein berkurang
2. Pada palpasi
abdomen klien. Nutrisi berkurang
terlihat meringis
kesakitan saat di Anoreksia
tekan pada bagian
ulu hati. Intake nutrisi menurun
3. Pada perkusi
abdomen terdengar Peningkatan asam lambung
hipertimpani.
TD : 110/70 mmHg Nyeri ulu hati
S : 37oC

DS : Malaria Perubahan nutrisi


1. Pasien mengeluh kurang dari
kebutuhan
mual muntah setiap Mediator endotoksin makrofag
kali makan
2. Pasien mengeluh Parasit
pusing dan sakit
kepala Melepaskan mediator
3. Pasien mengatakan
badanya lemah Plasmodium
4. Pasien mengatakan
nafsu makannya Meningkatnya perlekatan eritrosit
menurun
5. Pasien mengeluh Panas ireguler, anemia
nyeri ulu hati.
Suhu tubuh meningkat
DO :
1. Konjungtiva anemis Protein berkurang
2. Sklera agak ikterik
3. Pasien terliahat letih Nutrisi berkurang
4. Perubahan BB saat
sakit 2 kg Anoreksia
5. Pada palpasi
abdomen klien Intake nurisi menurun
terlihat meringis
kesakitan saat di
tekat di ulu hati
6. Pada perkusi
abdomen terdengar
hipertimpani
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri : kronis tingkat sedang berhubungan dengan
distensi abdomen.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


Gangguan rasa Tujuan : Pain manajement :
nyaman nyeri : 1. Comfort level 1. Monitor kepuasan pasien
kronis tingkat 2. Pain control terhadap manajemen nyeri
sedang berhubungan 3. Pain level 2. Tingkatkan istrahat dan tidur
dengan distensi yang adekuat
abdomen. Setelah dilakukan tindakan 3. kelola anti genetik
keperawatan selama... nyeri 4. jelaskan kepada pasien
kronis pasien dapat berkurang penyebab nyeri
dengan kriteria hasil : 5. lakukan teknik non
1. Tidak ada gangguan tidur farmakologis.
2. Tidak ada gangguan
konsentrasi
3. Tidak ada ganguan
interpersonal
4. Tidak ada ekspresi menahan
nyeri
5. Tidak ada tegangan otot
Perubahan nutrisi Tujuan : 1. Kaji adanya alergi
kurang dari 1. Nutritional status: adequacy 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh of nutrient untuk menentukan jumlah
berhubungan dengan 2. Nutritional status: food and kalori dan nutrisi yang
intake yang tidak fluid intake dibutuhkan pasien.
adekuat. 3. Weight control 3. Monitor adanya penurunan BB
4. Monitor mual muntah
Setelah dilakukan tindakan 5. Monitor intake nutrisi
keperawatan selama... nutrisi 6. Atur posisi semi fowler atau
kurang teratasi dengan indikator: fwoler tinggi selama makan
1. Albumin serum 7. Anjurkan banyak minum
2. Pre albumin serum
3. Hematokrit
4. Hemoglobin
5. Total iron binding c
6. Apacity
7. Jumlah limfosit

E. Implementasi & Evaluasi Keperawatan

diagnosa Implementasi Evaluasi


Gangguan rasa 1. Memonitori kepuasan pasien S:
nyaman nyeri: terhadap manajemen nyeri pasien tidak mengeluh nyeri lagi.
kronis tingkat 2. Meningkatkan istrahat dan O:
sedang berhubungan tidur yang adekuat pasien tampak tenang.
dengan distensi 3. Mengelola anti genetik A:
abdomen. 4. Menjelaskan kepada pasien masalah gangguan rasa nyaman
penyebab nyeri nyeri teratasi.
5. Melakukan teknik non P:
farmakologis. intervensi di hentikan.
Perubahan nutrisi 1. Mengkaji adanya alergi S:
kurang dari 2. Berkolaborasi dengan ahli Pasien mengatakan menghabiskan
kebutuhan tubuh gizi untuk menentukan 2/3 porsi makanan yang diberikan.
berhubungan dengan jumlah kalori dan nutrisi Pasien masi mengeluh mual
intake yang tidak yang dibutuhkan pasien. O:
adekuat. 3. Memonitori adanya Pasien masi terlihat lemah.
penurunan BB A:
4. Memonitori mual muntah Masalah perubahan nutrisi kurang
5. Memonitori intake nutrisi dari kebutuhan tubuh teratasi
6. Mengatur posisi semi fowler sebagian.
atau fwoler tinggi selama P:
makan Intervensi di lanjutkan.
7. Menganjurkan banyak
minum
DAFTAR PUSTAKA

Dongeoes EM, Marlynn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta ; EGC.

Sudoyo. W. Aru, ddk, 1999. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta ; FKUI.

Anda mungkin juga menyukai