Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA

A. Pengertian

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh

plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya

bentuk aseksual didalam darah. (Sudoyo Aru, dkk).

Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan parasit dari

kelompok plasmodium yang berada didalam sel darah merah, atau sel hati

yang ditularkan oleh nyamuk anopheles. Sampai saat ini telah teridentifikasi

sebanyak 80 spesies anopheles dan 18 spesies diantaranya telat dikonfirmasi

sebagai vektor malaria. Penyakit malaria adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh sporozoadari genus plasmodium yang berada di dalam sel

darah merah, atau sel hati. Sampai saat ini dikenal cukup banyak spesies dari

plasmodia yang terdapat pada burung, monyet, kerbau, sapi, binatang melata.

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan

oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan

splenomegali (Mansjoer).

Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan

oleh parasit plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk anopeles (Tjay &

Raharja).

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 1
B. Etiologi

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yang selain

menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan burung,

reptile dan mamalia.

Plasmodium terdiri dari 4 spesies : ( Sudoyo Aru, dkk.)

1. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria)

2. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertian (Bening Malaria)

3. Plasmodium malariae

4. Plasmodium ovale

Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan pembuluh darah kapiler di

otak karena menurunnya aliran darah efektif dan adanya hemolisa sel darah.

Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi Plasmodium falciparum yang ditularkan

oleh nyamuk anopheles betina (Combes; Coltel; Faille; Wassmer; Grau).

a. Morfologi Plasmodium falciparum

1) Tropozoit awal :  berbentuk cincin yang sangat halus, ukurannya 1/5

eritrosit, dan tidak berpigmen.

2) Tropozoit yang sedang berkembang : (jarang terlihat dalam darah

perifer) berbentuk padat, ukurannya kecil, pigmennya kasar;  berwarna

hitam; dan jumlahnya sedang,

3) Skizon imatur : (jarang terlihat dalam darah perifer) ukurannya hampir

mengisi eritrosit, bentuknya padat, dan pigmennya tersebar.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 2
4) Skizon matur : (jarang terlihat dalam darah perifer) bentuknya

bersegmen, pigmen berwarna hitam dan berkumpul di tengah,

ukurannya hampir menutupi eritrosit.

5) Makrogametosit : waktu timbulnya 7-12 hari, jumlahnya dalam darah

sangat banyak, memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit,  berbentuk

bulan sabit (ujung bulat atau runcing), sitoplasmanya  berwarna biru

tua, pigmennya bergranul hitam dengan inti bulat.

6) Mikrogametosit : waktu timbul, jumlah dan ukurannya sama dengan

stadium makrogametosit, sitoplasmanya berwarna biru kemerahan,

berbentuk ginjal dengan ujung tumpul, pigmennya  bergranul gelap. 

b. Siklus Hidup Plasmodium (CDC, 2010)

1) Siklus Hidup pada Manusia

a) Sporozoit melalui gigitan nyamuk anopheles betina masuk ke

jaringan sub kutan lalu beredar dalam darah menuju hepar dan

menyerang sel hepar.

b) Parasit berkembang biak dan setelah 1-2 minggu skizon pecah dan

melepasakan merozoit yang lalu masuk aliran darah untuk

menginfeksi eritrosit.

c) Dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi skizon yang pecah

untuk melepaskan merozoit yang punya kemampuan menginfeksi

sel eritrosit baru. Proses perkembangan aseksual ini disebut

skizogoni.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 3
d) Selanjutnya, setelah 48 jam eritrosit yang terinfeksi (skizon)  pecah

dan 6 - 36 merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah

lainnya. Siklus ini disebut siklus erirositer.

e) Setelah 2-3 minggu siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang

menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual (gamet

jantan dan betina).

2) Siklus Hidup pada Nyamuk

a) Nyamuk anopheles betina : menghisap darah yang mengandung

gametosit pembuahan menjadi zigot.

b) Zigot akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus

dinding lambung nyamuk.

c) Pada dinding luar lambung nyamuk, ookinet akan menjadi ookista

dan selanjutnya mengeluarkan sporozoit.

d) Sporozoit bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

C. Klasifikasi

Berdasarkan jenis parasit yang menginfeksi, malaria dikelompokkan

menjadi 4 macam yaitu : malaria tertian, merupakan malaria yang paling

ringan dan disebabkan oleh plasmodium vivax dengan gejala demam dapat

terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi

selama dua minggu setelah infeksi). Malaria tropika yaitu malaria yang

disebabkan oleh plasmodium falcifarum dan merupakan penyebab sebagian

besar kematian akibat malaria. Hal ini dikarenakan organism bentuk ini sering

menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan akhirnya


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 4
bias berujung pada kematian. Malaria kuartana, adalah jenis malaria yang

diinfeksi oleh plasmodium lariae, memiliki masa inkubasi lebih lama

dibandingkan dengan jenis malaria yang lain, tapi gejala pertama biasanya

tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut

kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari. Jensi malaria ini mirip dengan

malaria tertian.

D. Tanda dan gejala

Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah

non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas);

atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu

parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:

- menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam

eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-

dingin.

- demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam

dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita

hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih

dari 40 derajad celcius

- berkeringat (sel ama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat

- gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah.

Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi

tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 5
merasa sehat kembali. Di daerah endemis malaria dimana penderita

telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas

timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala

tersebut- kadang muncul gejala lain.

Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau

lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat

1) Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,

sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering

tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat

melakukan pekerjaan biasa.

a. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas

Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi

keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat

bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada

beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba

di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan

anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 6
lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan,

mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

b. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat

adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh

penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat

hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit

karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal.

411).

c. Ikterus

ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat

kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian

sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik : Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah

merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel

darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan

semua bilirubin yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler : Penurunan penyerapan dan konjugasi

bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut

dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif : Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu

keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus

obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 7
E. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

1. Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh

nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam

eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan

betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh

Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari

gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi

dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3

minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay &

Rahardja, 2002, hal .162-163).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit

membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit.

Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah

menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai

ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan

masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam

badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001,

hal. 409).

2. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi

parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 8
sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di

sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami

pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari

kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di

dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam

darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel

darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam

100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal

dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran

yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang

baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus.

Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di

sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara

lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“.

Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di

lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah

merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan

oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar

semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap

sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

Patogenesis malaria ada 2 cara;

a. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 9
b. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah

manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui

plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital)

F. Pathway

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 10
G. Komplikasi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 11
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering

disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-

gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti

pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh

penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang

fatal.

Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria

berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan

satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

1. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau

lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran

harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah

dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.

2. Acidemia/acidosis ; PH darah <>respiratory distress.

3. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau

miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,

talasemia/hemoglobinopati lainnya.

4. Gagal ginjal akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa

atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai

kreatinin > 3 mg/dl.

5. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress

syndrome).

6. Hipoglikemi : gula darah <>

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 12
7. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10°C:8).

8. Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai

kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler

9. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam

10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan

karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)

11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jaringan otak.

H. Pemeriksaan penunjang

1. Happus darah tepi

 Tetes darah tepi dengan pewarnaan gimsa (spesies parasit)

 Tetes tebal (lebih sensitive dekteksi parasit)

2. Res serosol

 IFA (inderat Flovorescen Antibody)

 IHA (interean Hemoglotinatiaon)

 Untuk diagnostik akut (+) bila beberapa hari setelah infeksi parasit

3. Pemeriksaan GBC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 13
I. Penatalaksaan

Penatalaksanaan malaria berdasarkan penyebabnya yaitu :

1. Malaria Falciparum tanpa komplikasi

Tabel pengobatan lini pertama pada malaria falciparum

Hari Jenis Obat Jumlah Et per menurut kelompo Umur

tabl hari k
2-11 bln 1-4 th 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
1 Artesunat ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
2 Artesunat ½ 1 2 3 4

Amodiakuin ½ 1 2 3 3-4
3 Artesunat ½ 1 2 3 4

Amodiakuin 1/4 1/2 1 1 1/2 2

Komposisi obat :

 Artesunat : 50 mg/tablet

 Amodiakuin : 200 mg/tablet ~ 153 mg amodiakuin base / tablet

 Semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia < 1 tahun) diberikan

tablet

Primakuin : (1 tablet berisi 15 mg primakuin basa) dengan dosis 0,75

mg/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari I (hari pertama minum obat). Dosis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 14
pada tabel diatas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak

ditimbang berat badannya.

Artesunat : 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari I, hari

II, dan hari III ditambah amodiakuin : 25 mg basa/kgBB selama 3 hari

dengan pembagian dosis : 10 mg basa/kgBB/hari/oral pada hari I dan hari

II, serta 5mg basa/kgBB/oral pada hari III.

2. Malaria vivax / ovale

Tabel Pengobatan lini pertama pada malaria vivax / ovale

Hari Jenis Obat Jumlah Tablet Per Menurut Kelompok Umur

hari
0-1 bln 2-11 1-4 5-9 thn 10-14 thn >15

bln thn thn


1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4

Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
3 Klorokuin 1/8 - ¼ ½ ¾ 3x2

Primakuin -
4-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan :

 Klorokuin : hari I dan II : 10 mg/kgBB, hari III : 5 mg/kgBB

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 15
 Primakuin : 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari

3. Malaria berat

Pada malaria berat diberikan untuk lini pertama yaitu Artemether injeksi

diberikan secara intramuskuler selama 5 hari. Setiap ampul Artemether

berisi 80 mg/ml. Dosis dan cara pemberian Artemether yaitu:

 Untuk dewasa : dosis inisial 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke 1,

diikuti 80 mg (1 ampul) IM pada hari ke 2 s/d ke 5.

 Dosis anak tergantung berat badan yaitu :

Hari I : 3,2 mg/KgBB/hari

Hari II-V : 1,6 mg/kgBB/hari

Untuk lini kedua diberikan Kina per infus / drip. Cara pemberian kina per

infus yaitu :

 Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCI 25% dosis 10 mg/kgbb

(1 ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCI 25%) yang dilarutkan dalam

500ml dekstrose 5% atau NacI 0,9 % diberikan selama 8 jam terus-

menerus sampai penderita dapat minum obat atau Kina HCI 25% (per

infus), dosis 10mg/Kg BB/4 jam diberikan setiap 8 jam sampai

penderitadapat minum obat.

 Dosis anak-anak : Kina HCI 25%(per infus), dosis 10 mg/kgBB (bila

umur <2 bulan : 6-8 mg/kgBB) diencerkan dengan 5-10cc dekstrosa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 16
5% atau NaCI 0,9% per kgBB diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8

jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.

Bila tidak memungkinkan pemberian Kina per infus maka kina dapat

diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian

intramuskulare yaitu Kinin antipirin dengan dosis: 10 mg/kgbb IM

(dosis tunggal).

J. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Data dasar

1) Identitas Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin,

agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 17
Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab

serta hubungannya dengan klien.

2) Riwayat penyakit dahulu : Berupa penyakit dahulu yang pernah

diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.

3) Riwayat penyakit sekarang : Meliputi alasan masuk rumah sakit,

kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang

mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.

4) Riwayat kesehatan keluarga : Terdapat anggota keluarga yang

menderita penyakit Malaria.

5) Data biologis

 Pola nutrisi Pola minum

 Pola eliminasi ; Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung

masukan cairan (Brunner & Suddarth, 2002).

 Pola istirahat dan tidur

 Pola kebersihan

 Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari

(Brunner and Suddarth, 2000).

6) Data psikologis

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 18
 Status emosi : Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan

kondisi yang dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth,

2002).

 Gaya komunikasi : kesulitan berbicara dalam kalimat

panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus (Doenges,

et, al, 1999).

 Pola interaksi : tidak ada sistem pendukung, pasangan,

keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang

lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999).

 Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau

menyangkal.

7) Data sosial

 Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang

malaria (Soeparman, et, al, 1998).

 Hubungan sosial : kurang harmonisnya hubunan sosial

merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur

(Brunner & Suddarth, 2002).

 Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol,

sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).

8) Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual

(Brunner &Suddarth, 2002).


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 19
b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum lemah

2) Kesadaran composmentis sampai koma

3) Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.

4) Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.

5) Hidung : pernafasan cuping hidung.

6) Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan

mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi.

7) Ekstremitas : ekstremitas berkeringat (Brunner & Suddarth).

2. Diagnosa keperawatan

a. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung

sirkulasi kuman pada hipotalamus

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh asupan

makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/ muntah

c. Nyeri akut b.d respon inflamasi sistemik, myalgia, atralgia, diaphoresis

d. Resiko syok (hipovolemia) b.d penurunan volume darah ke jaringan

tubuh (hipovolemia, anemia)

3. Rencana keperawatan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 20
a. Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung

sirkulasi kuman pada hipotalamus

Tujuan : Thermoregulation

Kriteria hasil : Fever treatment

1) Suhu tubuh dalam rentang normal

2) Nadi dan RR dalam rentang normal

3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

1) Monitor suhu sesering mungkin

2) Monitor IWL

3) Monitor warna dan suhu kulit

4) Monitor tekanan darah, nadi dan RR

5) Monitor penurunan tingkat kesadaran

6) Monitor WBC, Hb, dan Hct

7) Monitor intake dan output

8) Berikan anti piretik

9) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

10) Selimuti pasien

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 21
11) Lakukan tapid sponge

12) Kolaborasi pemberian cairan intravena

13) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

14) Tingkatkan sirkulasi udara

15) Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh asupan

makanan yang tidak adekuat ; anorexia; mual/ muntah

Tujuan :

- Nutritional Status

- Nutritional Status : food and fluid

- Intake

- Nutritional Status : nutrient intake

- Weight control

Kriteria hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tinggi badan

- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 22
- Menunjukkan peningkatan fungsi pencegahan dari menelan

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5) Berikan substansi gula

6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsulkan dengan hli gizi)

8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian

9) Monitor jumlah nutrisi tentang kebutuhan nutrisi

10) Kaji kempuan pasien untuk emndapatkan nutrisi yang dibutuhkan

c. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi sistemik, myalgia,

atralgia, diaphoresis

Tujuan :

- Pain level

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 23
- Pain control

- Comfort level

Kriteria hasil :

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien

4) Kaji kultur yang mempengaruhiu respion nyeri

5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 24
6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan

8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan

9) Kurangi faktor presipitasi nyeri

10) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi

dan inter personal)

11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

12) Ajarkan tentang non tehnik non farmakologi

13) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

14) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

15) Tingkatkan istirahat

16) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan neri tidak

berhasil

17) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

d. Resiko syok (hipovolemia) b.d penurunan volume darah ke jaringan

tubuh (hipovolemia, anemia)

Tujuan :
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 25
- Syok prevention

- Syok management

Kriteria Hasil :

- Nadi dalam batas yang diharapkan

- Irama jantung dalam batas yang diharapkan

- Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan

- Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan

- Natrium serum dbn

- Kalium serum dbn

- Klorida serum dbn

- Kalsium serum dbn

- Magnesium serum dbn

- PH darah serum dbn

Intervensi :

1) Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut

jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill

2) Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan

3) Monitor suhu dan pernafasan

4) Monitor Input dan Output

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 26
5) Pantau nilai labor (Hb, Ht, AGD dan elektrolit)

6) Monitor hemodinamik invasi yang sesuai

7) Monitor tanda dan gejala asites

8) Monitor tanda awal syok

9) Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk

menigkatkan preload dengan tepat

10) Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas

11) Berikan cairan IV dan atau oral yang tepat

12) berikan vasodilator yang tepat

13) ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya

syok

14) ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatsi gejala

syok

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses


keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik
dan perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam
memahami tingkat perkembangan klien.

5. Evaluasi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 27
Evaluasi respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan
dan pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses
keperawatan. Fase evaluasi diperlukan untuk menentukan sejauh mana
tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 28
Anon. 2007. Plasmodium falciparum. [Online] Available at: HYPERLINK

www.kalbe.co.id www.kalbe.co.id [Accessed 18 Mei 2014] Combes

Divisi penyakit tropic dan infeksi departemen penyakit dalam FK USU/ RS

H.adam malik. 2008. Tetanus. [Online]Available at: HYPERLINK

“ocw.usu.ac.id”ocw.usu.ac.id [Accessed 18 Mei 2014]

Dondorp, Arjen M. 2005.Pathophysiology, clinical presentation and treatment of

cerebral malaria, 10, pp67-77. [Online] Available at: HYPERLINK

“www.neurology-asia.org” www.neurology-asia.org [Accessed 18 Mei 2014]

Endang Haryanti Gani . 1992. Penatalaksanaan Malaria Berat Masa Kini. [Online]

Available at: HYPERLINK “www.kalbe.co.id” www.kalbe.co.id [Accessed 18

Mei 2014]

Iskandar Zulkarnain dan Budi Setiawan. 2007. Malaria Berat dalam: Buku ajar

Ilmu Penyakit Dalam jilid III ed IV . Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu

Penyakit Dalam. 1745-7

J.A. Berkley, Mwang, F. Mellington, S. Mwarumba and K. Marsh. 1999. Cerebral

malaria versus bacterial meningitis in children with impaired consciousness.Q J

Med oxford Journal , 92, pp151 – 57.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


ITKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TA 2020/2021
IDRIYANTI PRATAMA SAPUTRI, S.Kep 29

Anda mungkin juga menyukai