Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

A. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya
(Smeltzer & Suzanne C).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi
klinis panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, serta btuk kering dan produktif (Hidayat)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi
bercak-bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat
di sekitar bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau bilateral
(Putri)
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen
sampai ke bronkus )Sujono dan Sukarmin)
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai, lobuslus terdekat (Muscari).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang
disebbakan baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang
ditandai dengan bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru
(Mitchell et al).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh bakteri
atau virus.
B. Etiologi
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Penyebab paling sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza,
Proteus sp dan pseudomonas aeruginosa (Putri).
C. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke
dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan
ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri
2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya
diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan
perjalanan penyakit maka hal itu akan menyebabkan peradangan
parenkim.
Pathway
Jamur, virus, bakteri, protozoa

- Penderita yang dirawat di RS


- Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS

Saluran pernapasan atas

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
(bakteri/virus/jamur) pirogen stat
Pelepasan histamin endogen
Kuman terbawa di saluran cerna
Hipertermia
(36,4-37,50 C)
Proses peradangan
Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus  Malabsorbsi

Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus


Peningkatan metabolisme

Diare
Akumulasi secret di bronkus

Mucus bronkus meningkat


Kehilangan cairan aktif
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas Bau mulut tidak sedap
Suara napas tambahan (+) Resiko kekurangan volume cairan Infeksi saluran
(Ronkhi, crackles.) pernapasan bawah
Anoreksia
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


alveoli
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Gangguan pertukaran gas
Gangguan difusi dalam plasma PaO2 pada bayi: 45-95 mmHg
PaCO2 normal pada bayi : 27-40 mmHg

Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah


Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat

Ketidakefektifan pola napas Fatique


RR normal : 40-60 x/menit

Intoleransi aktivitas
F. Penatalaksanaan
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh
sesak nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronkopneumonia mulai dirasakan saat penderita mengalami
batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat
bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun
sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak
sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada
terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas
krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat
merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/
asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
- Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada
saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap
tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/
kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang,
biasanya terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap
(misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk gergaji)
Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
- Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk
bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya :
meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung)
- Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter AP ( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
- Bunyi : crackels lembab, kasar
- Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu-
abu keseluruhan.
2) Sirkulasi
- Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
- Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi
jantung / takikardi berat, disritmia Distensi vena leher
(penyakit berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan
penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang berhubungan
dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit /
membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
- Gejala : Mual / muntah, nafsu makan buruk / anoreksia
( emfisema), ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernafasan
- Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal
dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
- Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi . Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap
aktifitas atau istirahat
- Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum /
kehilangan masa otot.
5) Integritas ego
- Gejala : Peningkatan faktor resiko
- Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka
rangsang
6) Hygiene
- Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari
- Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
- Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor
lingkungan. Adanya infeksi berulang.
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien
bronkopneumonia adalah sebagai berikut menurut Hidayat.
1) Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2) Pemberian oksigenasi yang adekuat
3) Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4) Pemberian nutrisi yang adekuat
5) Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak
perlu antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat
klien harus dirawat inap. Antibiotic yang mungkin diberikan
adalah penosolin prokain dan kloramfenikol atau kombinasi
ampisilin dan kloksasilin atau eritromisin dan kloramfenikol
dan sejenisnya.
2. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Ketidakefektifan pola napas
b. Ketedakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipertermi
d. Intoleransi aktifitas
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
f. Gangguan pertukaran gas
3. Rencana Keperawatan
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d mucus Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
dalam jumlah Respiratory status : Airway oral/tracheal
berlebihan patency (0410) suctioning
Kriteria hasil : 2. Auskultasi suara
1. Mendemonstrasikan batuk napas sebelum dan
efektif dan suara napas sesudah suctioning
yang bersih, tidak ada 3. Informasikan kepada
sianosis dan dispneu klien dan keluarga
(mampu mengeluarkan tentang suctioning
sputum, mampu bernapas 4. Minta klien napas
dengan mudah, tidak ada dalam sebelum
pursed lip) melakukan
2. Menunjukkan jalan napas suctioning
yang paten (Klien tidak 5. Berikan O2 dengan
merasa tercekik, irama menggunakan nasal
napas, frekuensi 6. Anjurkan pasien
pernapasan dalam rentang untuk istirahat dan
normal, tidak ada suara napas dalam setelah
napas abnormal) kateter dikeluarkan
3. Mampu mengidentifikasi dari nasotrakeal
dan mencegah factor yang 7. Monitor status
dapat menghambat jalan oksigen pasien
napas. 8. Anjurkan keluarga
bagaimana
melakukan suction
9. Hentikan suction dan
berikan oksigen
apabila psien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll
Airway Management
(3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik
lift atau jaw thrust
bila perlu.
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi
dada bila perlu.
5. Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
6. Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan.
7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan
status O2
2. Gangguan NOC NIC
pertukaran gas b.d Respiratory status : Gas Airway Management
ventilasi-perfusi. Exchange (0402) (3140)
Respiratory status : 1. Buka jalan napas
ventilation(0403) menggunakan teknik
Vital sign status (0802) lift atau jaw thrust
Kriteria hasil : bila perlu.
1. Klien mampu 1. Posisikan pasien
mendemonstrasikan untuk
peningkatan ventilasi dan memaksimalkan
oksigenasi yang adekuat ventilasi
2. Memelihara kebersihan 2. Identifikasi pasien
paru-paru dan bebas dari perlunya pemasangan
tanda-tanda distress alat jalan napas
pernapasan buatan.
3. Mendemonstrasikan batuk 3. Lakukan fisioterapi
efektif dan suara napas dada bila perlu.
yang bersih, tidak ada 4. Keluarkan secret
sianosis dan dispneu dengan batuk atau
(mampu mengeluarkan suction
sputum, mampu bernapas 5. Auskultasi suara
dengan mudah, tidak ada napas, catat adanya
pursed lip) suara tambahan.
4. Tanda-tanda vital dalam 6. Berikan
rentang normal bronkodilator bila
perlu
7. Atur intake cairan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
8. Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory Monitoring
(3350)
1. Monitor rata-rata
kedalaman, irama
dan usaha respirasi.
2. Catat pergerakan
dada, amati
kesimetrisan,
penggunana otot
tambahan, retraksi
otot subklavikular
dan interkostal.
3. Monitor suara napas
seperti dengkur
4. Monitor pula pola
napas bradipneu,
takipneu,
hiperventilasi,cheyne
stoke
5. Monitor otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
6. Auskultasi suara
napas, catat area
penurunan/ tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan.
7. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crackels dan ronkhi
pada jalan napas.
8. Auskultasi suara paru
untuk mengetashui
hasil tindakan

3. Intoleransi NOC NIC


aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
ketidakseimbanga Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan
n antara suplai Self care: ADLs (0300) tenaga rehabilitasi
dan kebutuhan Kriteria hasil : medik dengan
oksigen 1. Berpartisipasi dalam merencanakan
aktivitas fisik tanpa program yang tepat.
disertai peningkatan 2. Bantu klien untuk
tekanan darah, nadi dan mengidentifikasi
RR aktivitas yang mampu
2. Mampu melakukan dilakukan.
aktivitas sehari-hari 3. Bantu memilih
(ADLs) secara mandiri. aktivitas yang
3. Tanda-tanda vital normal konsisten sesuai
4. Energy psikomotor dengan kemampuan
5. Level kelemahan fisik, psikologi dan
6. Mampu berpindah: dengan social
atau tanpa bantuan alat 4. Bantu untuk
7. Status kardiopulmonari mengidentifikasi dan
adekuat mendapatkan sumber
8. Sirkulasi status baik yang diperlukan untuk
9. Status respirasi: pertukaran aktivitas yang
gas dan ventilasi adekuat diinginkan.
5. Bantu klien membuat
jadwal latihan di
waktu luang.
6. Bantu keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
7. Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual.
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management
dari kebutuhan fluid intake (1008) (1100)
tubuh b.d Nutritional status: nutrient 1. Kaji adanya alergi
ketidakmampuan intake (1009) makanan
menelan makanan Weight control (1006) 2. Kolaborasi dengan
Kriteria hasil : hali gizi untuk
1. Adanya peningkatan berat menentukan jumlah
badan sesuai dengan kalori dan nutrisi yang
tujuan dibutuhkan pasien.
2. Berat badan ideal sesuai 3. Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan protein
3. Mengidentifikasi dan vitamin C
kebutuhan nutrisi 4. Berikan subtansi gula.
4. Tidak ada tanda-tanda mal 5. Yakinkan diit yang
nutrisi dimakan mengandung
5. Menunjukan peningkatan tinggi serat untuk
fungsi pengecapan dari mencegah konstipasi
menelan. 6. Ajarkan
6. Tidak terjadi penurunan pasien/keluarga untuk
BB yang berarti membue=at catatan
makanan harian
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
8. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition
Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah.
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb dan kadar Ht
11. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Catat adanya edema,
hipereremik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral.
13. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
5. Hipertermia b.d NOC: NIC
proses penyakit - Thermoregulation (0800) Penanganan Demam
(3740)
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor suhu setiap
keperawatan selama 3x24 jam
4 jam sekali
klien menunjukan
2. Monitor kehilangan
Thermoregulasi yang baik
dengan criteria hasil sebagai cairan
berikut : 3. Monitor warna kulit
dan suhu
1. HR klien dalam rentang
4. Monitor tekanan
normal (Neonatus 120-
darah, denyut
140 rpm)
jantung, dan
2. Suhu tubuh klien dalam
respirasi, jike
batas normal (36,5 –
dibutuhkan
37,50 C untuk aksila)
5. Monitor level
3. Tidak ada perubahan
kesadraan
warna kulit
6. Monitor nilai WBC,
4. RR dalam batas normal
Hgb, dan HCt
(30-60 rpm)
7. Monitor masukan
dan keluaran cairan
8. Beri obat antiseptik,
jika dibutuhkan
9. Beri obat penurun
panas
10. Ganti pakaian
pasien dengan
pakaian tipis
11. Kaji peningkatan
pengeluaran dan
masukkan dari
cairan
12. Beri cairan IV
13. Aplikasikan
compress hangat
dengan handuk di
lipatan paha dan
ketiak

6. Resiko NOC : Fluid Management (4120)


Kekurangan - Fluid Balance (0601) 1. Kaji cairan yang disukai
Volume Cairan - Hydration (0602) klien dalam batasan
b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi diet.
volume cairan selama 3 x 24 jam klien 2. Rencanakan target
aktif terbebas dari resiko pemberian asupan
kekurangan cairan dengan cairan untuk setiap sif,
criteria hasil sebagai berikut : misalnya siang 1000
1. Mempertahankan urine ml, sore 800ml, dan
output sesuai usia dan BB malam 200ml.
2. Tanda-tanda vital dalam 3. Kaji pemahaman klien
batas normal tentang alasan atau
3. Tidak ada tanda-tanda pentingnya
dehidrasi (elastisitas kulit mempertahankan
baik, mukosa lembab, dan hidrasi yang adekuat
tidak ada rasa haus dan metode yang dapat
berlebihan). digunakan untuk
mempertahankan
hidrasi yang adekuat.
4. Catat asupan dan
haluaran.
5. Pantau asupan cairan
per oral, minimal
1500ml/24 jam.
6. Pantau haluaran cairan,
minimal 1000-
1500ml/24 jam. Pantau
penurunan berat jenis
urine.
7. Timbang berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan
mengenakan pakaian
yang sama. Penurunan
BB 2% - 4%
menunjukkan dehidrasi
ringan; penurunan BB
5% - 9% menunjukkan
dehidrasi sedang.
8. Pantau kadar elektrolit
urine dan serum, BUN,
dan osmolalitas,
kreatinin, hematrokit,
dan hemoglobin.
9. Jelaskan bahwa kopi,
teh, dan jus buah
anggur merupakan
diuretik dan dapat
menyebabkan
kehilangan cairan.
10. Pertimbangkan
pengeluaran cairan lain
akibat demam, diare,
dan drainase tubuh.

7. Ketidakefektifan NOC : NIC :


pola napas b.d - Respiratory Status :
- Airway Management
hiperventilasi Airway Pattency(0410)
(3140)
- Vital Sign Status (0802)
1. Buka jalan napas
Setelah dilakukan intervensi
menggunakan teknik
selama 3 x 24 jam klien akan
lift atau jaw thrust
menunjukkan pola napas yang
efektif, dengan KH : bila perlu.
1. TTV dalam batas normal 2. Posisikan pasien
2. Irama dan frekuensi napas untuk
dalam rentang normal memaksimalkan
3. Tidak suara napas ventilasi
tambahan 3. Identifikasi pasien
4. Tidak ada pernapasan bibir perlunya pemasangan
dan cuping hidung alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi
dada bila perlu.
5. Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
6. Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan.
7. Berikan
bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan
status O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan
oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi
klien
4. Observasi adanya tanda
tanda hipoventilusi
5. Monitor adanya
kecemasan klien
terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring
(6680)
1. Monitor TD, nadi,
suhu dan RR klien
2. Monitor kualitas
nadi
3. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola
pernapasan
abnormal.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Subjektif : data berdasarkan keluhan yang disampaikan klien setelah
dilakukan tindakan.
Objektif : data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung kepada
klien setelah dilakukan tindakan.
Analisis : masalah keperawatan yang terjadi akibat perubahan status
klien dalam data subyektif dan obyektif.
Planning : perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan
atau dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the
management of Common Childhood Illnesses 2th Edition. Switzerland:
WHO. http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book
%20high%20res_0.pdf
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Dwijaya, A. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam
Pemberian Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal
Demam di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai
Medan. Medan : Repository USU.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 19.00 WIB.
Ghofarina, Ruffaedah. 2011. Asuhan Keperawatan Anak pada An.Z dengan
Bronkopneumonia di R.Lukman RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
Digilib Unimus: Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-
2-babii.pdf diakses pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 01. 50 am.
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications
2012-2014. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
diakse pada tanggal 30 Maret 2014 pukul 20.00 WIB.
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Cotran ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 .
Mosby : United States of America.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta :
EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Putri, ES. 2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/4/Chapter
%20II.pdf . diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul 01.45 am.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak Ed.1.
Graha Ilmu : Jogjakarta.
Soemantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Sisem Pernapasan. Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai