Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KATARAK

KONSEP DASAR TEORI


A. Pengertian
Katarak adalah mengaburnya lensa, dapat menyerang sebagian atau
keseluruhan lensa tersebut (Evelyn c. Pearce).
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh
atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak
terjadi apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan
mengalami koagulasi pada lensa (Corwin).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Keruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolis normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan).
B. Etiologi
Menurut Ilyas, katarak dapat di sebabkan sebagai berikut:
1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis.
2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh
sinar X atau benda-benda radioaktif.
3. Penyakit mata seperti uveitis.
4. Penyakit sistemis seperti diabetes mellitus.
5. Defek congenital.
C. Klasifikasi
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir.
Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,
dan galaktosemia.
2. Katarak Senile
Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada
beberapa macam yaitu :
a. Katarak Nuklear
Kekeruhan ang terjadi pada inti lensa.
b. Katarak Kortikal
Kekeruhan terjadi pada korteks lensa.
c. Katarak Kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau kortikal.
Berdasarkan stadium katarak senil dibagi menjadi :
1) Katarak Insipient
Katarak yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang berbentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya.
2) Katarak Imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat begian-bagian
yang jernih pada lensa.
3) Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul.
4) Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut hingga korteks lensa mencair
dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
D. Manifestasi Klinis
Secara umum gejala katarak berupa :
1. Merasa ada kabut yang menghalangi disekitar mata.
2. Mata sangat peka terhadap sinar.
3. Bila menggunakan sebelah mata benda yang dilihat menjadi double.
4. Memerlukan cahaya terang agar dapat membaca.
5. Lensa mata berubah menjadi buram dan tidak bening.
6. Sering berganti kaca mata tetapi tetap sulit melihat dengan jelas
E. Pathway

Trauma Degeneratif Perubahan Kuman


A.

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi B.Post Operasi Menghambat jalan cahaya


- Kecemasan - Gangguan rasa
meningkat nyaman (nyeri)
- Resiko - Resiko tinggi Penglihatan Kabur
cidera terjadinya infeksi
- Resiko tinggi
terjadinya injuri :
 Pening - Gangguan sensori persepsi visual
katan TIO. - Risiko tinggi cidera fisik
 Perdar
ahan
intraokuler.
local diinfiltrasikan disekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topical. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak
ekstrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe
ultrasonografi yang dimasukkan melalui inisisi yang lebih kecil dari kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Pada pasien dengna katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangkakn pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia < 40 tahun , pasien dengan katarak presenil terjadi
pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katarak senilis
terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan ketajaman pengelihatan dan silau.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur dan silau.
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kaca mata atau lensa kontak?, apakah pasien
mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?,
apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah
dengan penglihatan lateral atau perifer?.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan
penyakit metabolic lainnya yang memicu resiko katarak.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat kelainan mata pada keluarga, atau
apakah di keluarga ada yang menderita penyakit DM (Diabetes
Mellitus).
2. Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual ( Menurut Gordon)
a. Persepsi terhadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol, dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tidur sering terbangun.
c. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah
sakit menngalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan
muntah, adakah penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan
terakhir.
d. Pola aktivitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas atau
perawatan diri, dengan skor :
0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan dan alat, 4= tergantung pada orang lain/ tidak mampu
melakukan aktivitas sendiri. Skor dapat di nilai melalui :

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Barpakaian/ berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Ambulasi
Naik tangga
Pindah
Belanja
Memasak

e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, baud an frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau, dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimana seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien selama di rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum
sakit hingga saat sakit.
i. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan
j. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada tuhan atas sakit yang di derita.
k. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalah saat menstruasi.

3. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara
lain deposisi pigmen pada lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James).
4. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang bisanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostic, khususnya bila di pertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem


1. DS : Gangguan Gangguan
- Biasanya pasien akan penerimaan rasa nyaman:
mengeluh nyeri pasca sensori; nyeri
operasi. kerusakan
DO : sensori
- Wajah meringis kesakitan, ↓
menangis, atau tampak Prosedur
menahan rasa sakit pembedahan
mungkin ditemukan pada ↓
pasien pasca operasi. Terputusnya
- Kaji PQRS kontinuitas
jaringan


Gangguan rasa
nyaman: nyeri
2. DS : Penurunan tajam Gangguan
- Kemungkinan klien pandangan persepsi
mengatakan kesulitan sensori;
untuk beraktivitas Gangguan penglihatan
- Kemungkinan klien penerimaan
mengatakan sensori;
penglihatannya tidak jelas. kerusakan
DO : sensori
- Klien tampak sulit
beraktivitas Gangguan
persepsi sensori;
penglihatan
3. DS : Katarak Ansietas
- Kemungkinan klien ↓
mengatakan takut tidak Prosedur
berhasil menjalankan pembedahan
operasinya. ↓
- Kemungkinan klien Pre operasi
engatakan gelisah. ↓
- Kemungkinan klien Kurangnya
mengatakan cemas pemahaman
terhadap penyakit yang mengenai
dideritanya. tindakan operasi
DO : ↓
- Biasanya wajah klien Ansietas (cemas)
tampak gelisah

4. DS : Kerusakan Resiko cedera


- Kemungkinan akan terjadi penglihatan
jatuh ↓
DO : Penglihatan
- Biasanya penglihatan klien kabur/ silau
akan berkabut ↓
Resiko cedera

2. Rumusan Diagnosa Berdasarkan Prioritas Masalah


a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
2) Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan pengelihatan.
b. Post Operasi
1) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan pasca operasi.
2) Gangguan sensori perseptual: penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ status organ indra.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasive, port de entri kuman.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi

NDx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat dan durasi gangguan 1. Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang
keperawatan selama … x 24 visual. Dorong percakapan untuk tidak diketahui. Mekanisme koping dapat
jam diharapkan tidak terjadi mengetahui keprihatinan pasien, membantu pasien berkompromi dengan
ansietas dengan kriteria perasaan, dan tingkat kegusaran, ketakutan, depresi, tegang,
hasil : pasien mengucapkan pemahaman. Jawab pertanyaan, keputusasaan, kemarahan dan penolakan.
pemahaman mengenai beri dukungan dan bantu pasien 2. Pengenalan terhadap lingkungan membantu
informasi. dengan metode koping. mengurangi ansietas dan meningkatkan
2. Orientasikan pasien pada keamanan.
lingkungan yang baru. 3. Pasien yang telah mendapat banyak informasi
3. Jelaskan rutinitas persiapan akan lebih mudah menerima pemahaman dan
operasi dan tindakan operasi yang mematuhi instruksi.
akan dilakukan. 4. Pasien yang mengalami gangguan visual
4. Jelaskan intervensi sedetil- bergantung pada masukan indera yang lain
detilnya. Perkenalkan diri anda untuk mendapatkan informasi.
pada setiap interaksi, terjemahkan 5. Pasien mungkin tak mampu melakukan semua
setiap suara asing, pergunakan tugas sehubungan dengan penanganan dan
sentuhan untuk membantu perawatan diri.
komunikasi verbal. 6. Isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama
5. Dorong partisipasi keluarga atau dapat menimbulkan perasaan negative.
orang yang berarti dalam
perawatan pasien.
6. Dorong partisipasi dalam
aktivitas dan pengalihan bila
memungkinkan.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien ketika mampu 1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika
keperawatan selama … x 24 melakukan ambulasi, pre operasi langkah sempoyongan atau tidak mempunyai
jam diharapkan cedera dapat sampai stabil, dan mencapai keterampilan koping utuk kerusakan
dicegah dengan kriteria hasil : penglihatan dan keterampilan penglihatan.
- Pasien menunjukkan koping yang memadai. Gunakan 2. Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan
perubahan perilaku teknik bimbingan penglihatan. resiko cedera.
pola hidup untuk 2. Bantu pasien menata lingkungan. 3. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam
menurunkan factor Jangan mengubah penataan meja, lingkungan
risiko dan melindungi kursi tanpa orientasi terlebih
diri dari cedera. dahulu.
3. Orientasi pasien pada ruangan.
2. Post Operasi
NDx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri. 1. Memberikan informasi untuk membantu dalam
keperawatan selama … x 24 Tentukan karakteristik nyeri, menentukan pilihan/ keefektifsn intervensi
jam diharapkan pasien misalnya terus-menerus, sakit, 2. Pemahaman pasien akan mengundang partisipasi
mengatakan nyerinya menusuk, terbakar. Buat rentang pasien dalam mengatasi permasalahan yang ada.
berkurang atau hilang dengan intensitas pada skala 0-10. 3. Teknik ditraksi merupakan teknik pengalihan
kriteria hasil : 2. Beri penjelasan pada pasien perhatian sehingga mengurangi emosional yang
- Menyangkal tentang penyebab nyeri. kognitif.
ketidaknyamanan 3. Ajarkan teknik pengurangan nyeri 4. Analgetik memblokir jaras nyeri.
mata, dengan teknik ditraksi (napas Ketidaknyamanan mata berat menandakan
- tidak merintih, dalam) perkembangan komplikasi dan perlunya
- ekspresi wajah rileks 4. Berikan obat analgetik sesuai perhatian medis segera. Ketidaknyamanan
dengan advis dokter ringan di perkirakan.

2. Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan ketajaman penglihatan, 1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
keperawatan selama … x 24 catat apakah satu atau kedua mata bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi
jam diharapkan pasien dapat terlibat. secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap
meningkatkan ketajaman 2. Orientasikan pasien terhadap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
penglihatan dalam batas lingkungan, staf, orang lai di Tetapi biasanya hanya satu mata di perbaiki per
normal dengan kriteria hasil: sekitarnya. prosedur.
- Pasien mengenal 3. Observasi tanda dan gejala 2. Memberikan peningkatan kenyamanan dan
gangguan sensori dan disorientasi. Pertahankan pagar kekeluargaan, menurunkan cemas dan
berkompensasi tempat tidur sampai benar-benar disorientasi pasca operasi.
terhadap perubahan, sembuh. 3. Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan
mengidentifikasi atau 4. Anjurkan pasien menggunakan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
memperbaiki kacamata katarak yang tujuannya mengakibatkan bingung pada orang tua.
potensial bahaya memperbesar kurang lebih 25%, Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/ tidak
dalam lingkungan. penglihatan perifer hilang, dan tahu ukuran tempat tidur.
buta titik mungkin ada. 4. Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan bingung penglihatan/
meningkatkan resiko cedera sampai pasien
belajar untuk mengkompensasi.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan pentingnya mencuci 1. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
keperawatan selama … x 24 tangan sebelum menyentuh / mencegah kontaminasi area operasi.
jam diharapkan infeksi tidak mengobati mata. 2. Teknik aseptic menurunkan resiko penyebaran
terjadi dengan kriteria hasil: 2. Gunakan / tunjukkanteknik yang bakteri dan kontaminasi silang.
- Meningkatkan tepat untuk membersihkan mata 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan insisi.
penyembuhan luka dari dalam dengan kapas basah / 4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah
tepat waktu bola kapas untuk tiap usapan, prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
- Bebas drainase, ganti balutan. 5. Sediaan topical digunakan secara profilaksis,
eritema dan demam. 3. Tekankan pentingnya tidak dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
menyentuh / menggaruk mata terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk
yang di operasi. menurukan inflamasi.
4. Observasi / diskusikan tanda
terjadinya infeksi, contoh :
kemerahan, kelopak bengkak,
drainase purulent.
5. Berikan obat sesuai indikasi atau
advis dokter. Antibiotic (topical,
parenteral, subkonjungtiva) dan
steroid.
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami
tingkat perkembangan klien. (Hidayat)
E. Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan
pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan.
Fase evaluasi diperlukan untuk menentukan sejauh mana tujuan perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan (Hidayat)
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,
yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan
dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Hidayat).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2.


Jakarta:Salemba Medika.

NANDA. (2009-2011). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:

EGC.

Sidarta, Ilyas (2009). Ihtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tamsuri, Anas. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai