KATARAK
Keruh
Pembedahan Katarak
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Pada pasien dengna katarak kongenital biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangkakn pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia < 40 tahun , pasien dengan katarak presenil terjadi
pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katarak senilis
terjadi pada usia > 40 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Penurunan ketajaman pengelihatan dan silau.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur dan silau.
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kaca mata atau lensa kontak?, apakah pasien
mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?,
apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah
dengan penglihatan lateral atau perifer?.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien
seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan
penyakit metabolic lainnya yang memicu resiko katarak.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada riwayat kelainan mata pada keluarga, atau
apakah di keluarga ada yang menderita penyakit DM (Diabetes
Mellitus).
2. Pengkajian Bio-psiko-sosial-spiritual ( Menurut Gordon)
a. Persepsi terhadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alcohol, dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tidur sering terbangun.
c. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah
sakit menngalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan
muntah, adakah penurunan berat badan yang drastic dalam 3 bulan
terakhir.
d. Pola aktivitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas atau
perawatan diri, dengan skor :
0= mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan dan alat, 4= tergantung pada orang lain/ tidak mampu
melakukan aktivitas sendiri. Skor dapat di nilai melalui :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Barpakaian/ berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Ambulasi
Naik tangga
Pindah
Belanja
Memasak
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, baud an frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau, dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimana seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien selama di rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum
sakit hingga saat sakit.
i. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan
j. Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada tuhan atas sakit yang di derita.
k. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalah saat menstruasi.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara
lain deposisi pigmen pada lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James).
4. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang bisanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka A- scan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai
alat diagnostic, khususnya bila di pertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
↓
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
2. DS : Penurunan tajam Gangguan
- Kemungkinan klien pandangan persepsi
mengatakan kesulitan sensori;
untuk beraktivitas Gangguan penglihatan
- Kemungkinan klien penerimaan
mengatakan sensori;
penglihatannya tidak jelas. kerusakan
DO : sensori
- Klien tampak sulit
beraktivitas Gangguan
persepsi sensori;
penglihatan
3. DS : Katarak Ansietas
- Kemungkinan klien ↓
mengatakan takut tidak Prosedur
berhasil menjalankan pembedahan
operasinya. ↓
- Kemungkinan klien Pre operasi
engatakan gelisah. ↓
- Kemungkinan klien Kurangnya
mengatakan cemas pemahaman
terhadap penyakit yang mengenai
dideritanya. tindakan operasi
DO : ↓
- Biasanya wajah klien Ansietas (cemas)
tampak gelisah
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan ketajaman penglihatan, 1. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
keperawatan selama … x 24 catat apakah satu atau kedua mata bervariasi, sebab kehilangan penglihatan terjadi
jam diharapkan pasien dapat terlibat. secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap
meningkatkan ketajaman 2. Orientasikan pasien terhadap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda.
penglihatan dalam batas lingkungan, staf, orang lai di Tetapi biasanya hanya satu mata di perbaiki per
normal dengan kriteria hasil: sekitarnya. prosedur.
- Pasien mengenal 3. Observasi tanda dan gejala 2. Memberikan peningkatan kenyamanan dan
gangguan sensori dan disorientasi. Pertahankan pagar kekeluargaan, menurunkan cemas dan
berkompensasi tempat tidur sampai benar-benar disorientasi pasca operasi.
terhadap perubahan, sembuh. 3. Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan
mengidentifikasi atau 4. Anjurkan pasien menggunakan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
memperbaiki kacamata katarak yang tujuannya mengakibatkan bingung pada orang tua.
potensial bahaya memperbesar kurang lebih 25%, Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/ tidak
dalam lingkungan. penglihatan perifer hilang, dan tahu ukuran tempat tidur.
buta titik mungkin ada. 4. Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi
dapat menyebabkan bingung penglihatan/
meningkatkan resiko cedera sampai pasien
belajar untuk mengkompensasi.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan pentingnya mencuci 1. Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
keperawatan selama … x 24 tangan sebelum menyentuh / mencegah kontaminasi area operasi.
jam diharapkan infeksi tidak mengobati mata. 2. Teknik aseptic menurunkan resiko penyebaran
terjadi dengan kriteria hasil: 2. Gunakan / tunjukkanteknik yang bakteri dan kontaminasi silang.
- Meningkatkan tepat untuk membersihkan mata 3. Mencegah kontaminasi dan kerusakan insisi.
penyembuhan luka dari dalam dengan kapas basah / 4. Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah
tepat waktu bola kapas untuk tiap usapan, prosedur dan memerlukan upaya intervensi.
- Bebas drainase, ganti balutan. 5. Sediaan topical digunakan secara profilaksis,
eritema dan demam. 3. Tekankan pentingnya tidak dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
menyentuh / menggaruk mata terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk
yang di operasi. menurukan inflamasi.
4. Observasi / diskusikan tanda
terjadinya infeksi, contoh :
kemerahan, kelopak bengkak,
drainase purulent.
5. Berikan obat sesuai indikasi atau
advis dokter. Antibiotic (topical,
parenteral, subkonjungtiva) dan
steroid.
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
perlindungan bagi klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari klien serta dalam memahami
tingkat perkembangan klien. (Hidayat)
E. Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan dan
pencapaian hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan.
Fase evaluasi diperlukan untuk menentukan sejauh mana tujuan perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan (Hidayat)
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat,
yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara
bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan
dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Hidayat).
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Sidarta, Ilyas (2009). Ihtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Tamsuri, Anas. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta: EGC