Anda di halaman 1dari 35

MODUL 4

Infeksi Parasit

Gelang putih

Azka anak laki-laki 11 tahun mengeluhkan demam selama 3 hari. Demam sifatnya
hilang timbul, demam disertai suhu tinggi terutama malam hari. Demam disertai dengan keluhan
menggigil. Pasien juga sering berkeringat banyak terutama saat suhu tubuh pasien mulai turun.
Sakit. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum baik, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 86 x/m, laju napas 22 x/m, suhu 37,7 o C, konjungtiva anemis (+/+) dan sclera
ikterik (-/-). Pada pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan kuadran kanan atas dan hepar
teraba ½ dari arcus costa dan ½ ke arah procesus xyphoideus. Limpa teraba pada Schuffner I.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan mikroskopik apus darah tebal dan didapatkan hasil berupa
Plasmodium falciparum (+). Riwayat berkunjung dan bermalam ke daerah endemik malaria (+) 2
minggu sebelum timbulnya gejala. Sealanjutnya pasien diberi terapi berupa cairan Ringer
Laktat , Paracetamol dan antimalarial selama 3 hari. Ibu pasien juga menjelaskan bahwa anaknya
tersebut sekitar 3 bulan lalu juga sering susah makan dan saat buang air besar disertai keluarnya
tiga ekor cacing bewarna putih susu, morfologinya seperti cacing gelang dengan ukuran lebih
kurang 10 cm. Selanjutnya anaknya dibawa ke dokter puskesmas. Dokter puskesmas memeriksa
feses azka di laboratorium dengan pemeriksaan langsung. Hasil laboratorium ditemukan adanya
telur cacing ascaris lubricoides dan trichuris trichiura. Bagaimana anda menjelaskan berbagai
agen penyebab infeksi pada azka?

JUMP 1: TERMINOLOGI

1. Infeksi: adalah proses invasi oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang
menyebabkan sakit ( Potter & Perry, 2005)
2. Parasit: adalah organisme yang hidup pada atau di dalam makhluk hidup lain dengan
menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat lain padanya.
3. konjungtiva anemis : atau conjunctiva pallor ialah suatu kondisi dimana konjungtiva
(selaput lender yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan permukaan luar bola
mata) berwarna putih pucat. Ini salah satu gejala anemia ( hemoglobin kurang dari
normal, normal= 13-16g/dL.
4. sclera ikterik: Ikterus adalah perubahan warna dari sklera, membran mukosa dan kulit
menjadi kuning diakibatkan akumulasi bilirubin di dalam jaringan atau cairan interstitial.
5. Plasmodium falciparum: protozoa parasit, salah satu spesies Plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini masuk pada tubuh manusia
melalui nyamuk Anopheles betina. P. falciparum menyebabkan infeksi paling berbahaya
dan memiliki tingkat komplikasi dan mortalitas malaria tertinggi
6. endemik malaria: penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk.
7. Ringer Laktat: larutan steril yang digunakan sebagai penambah cairan dan elektrolit
tubuh untuk mengembalikan keseimbangannya. Ringer laktat lebih dikenal sebagai
cairan infus.
8. Paracetamol: atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk meredakan sakit kepala dan nyeri ringan, serta demam
9. ascaris lubricoides: cacing gelang yang hidup di usus manusia, yaitu penyebab penyakit
ascariasis alias cacingan pada manusia.
10. trichuris trichiura: cacing cambuk, Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan
trichuriasis atau trichocephaliasis.

JUMP 2: RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana respon tubuh terhadap infeksi parasite?


2. Apa penyebab demam yang hilang timbul serta menggigil?
3. Mengapa azka berkeringat dingin disaat suhu tubuh menurun?
4. Apa penyebab konjungtiva anemis pada malaria?
5. Apa penyebab nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas dan hepar yang teraba?
6. Apa interpretasi limpa teraba pada schuffner 1?
7. Berapa lama infeksi parasite plasmodium falciparum bereaksi dalam tubuh manusia
sehingga timbul gejala?
8. Mengapa diperlukan terapi cairan Ringer Laktat?
9. Apa jenis antimalarial?
10. Apa kaitan adanya cacing gelang dengan susah makan dan susah BAB?
11. Apa dampak adanya telur cacing ascaris lumbricoides pada tubuh?
12. Apa dampak adanya telur cacing trichuris trichuira pada tubuh?

JUMP 3: HIPOTESA

1. Ketika parasit cacing masuk ke dalam tubuh makan akan timbul respon imun yang akan
memusnahkan parasit tersebut.
Jadi yang memediasi respon imun terhadap parasit cacing tersebut :
a. 1. APC (Antigen Prensenting Cell)
b. 2. Th2 (T-Helper type-2)
c. 3. Eosinofil
d. Langkah-langkah respon imun dari parasit cacing :
e. Antigen parasit dikenali sel dendritic yg merupakan sel APC.
f. Setelah dipresentasikan antigen dikenali oleh cell naive CD4+
g. sel naive CD4 yang telah menjadi Th2 & cell mast akan melepaskan sitokinin
berupa IL-4
h. IL-4 memicu STAT 6 & GATA 3 untuk poliferasi & diferensiasi cell vaive CD4
menjadi cell Th2
i. IL-4 juga memicu produksi IgE beban yang berikatan dengan eosinofil lewat
reseptor Fc
j. Sitokin IL-4 & IL-13 akan mengaktifkan jalur makrofag anternatif sehingga
makrofag akan menginisiasi perbaikan jaringan yang rusak. Dapat menyebabkan
fibrosis dari jaringan tersebut.
k. Sel Th2 melepaskan sitokin IL-5 yang akan mengaktifkan eosinofil tuk
melepaskan granulnya. Isi dari granul tersebut bersifat toksik terhadap parasit
cacing sehingga mampu membunuhnya.
Selain itu, sel Th2 juga melespaskan IL-3 yang memicu hipersekresi mukus )
merangsang gerakan peristaltik usus sehingga meningkatkan kemungkinan parasit
caxing terbuang dari pencernaan.
2. Demam merupakan bagian dari proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi
akibat virus, bakteri, atau parasit
Demam pada infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu
pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran
darah (sporulasi).
Berat infeksi pada seseorang ditentukan dengan hitung parasit (parasite count) pada
sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermitten (febris intermitten), dapat juga
remitten (febris remitens) atau terus menerus (febris continua).
3. Aska berkeringat banyak pada saat suhu tubuh turun karena itu merupaka gejala malaria
yang timbul 10-15 hari setelah terinfeksi. Jadi gejala klasik pada penderita malaria yaitu
terjadinya "trias malaria" secara berurutan
a. periode dingin(15-60 menit): muka penderita mulai memerah,nadi cepat,dan
panas badan tetap tinggi beberapa jam,badan menggigil seluruh tubuh
bergetar,dan gigi terantuk-antuk
b. periode panas : muka penderita merah,nadi cepat,dan panas badan tetap tinggi
beberapa jam,diikuti dengan berkeringat
c. periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperatur turun,dan
penderita mulai merasa sehat
4. Merupakan penanda anemia yang disebabkan rupturnya eritrosis, dan pengambilan asam
amino oleh plasmoidium
5. pembesaran hati (hepatomegali) dapat disebabkan karena dilatasi sinusoid karena
banyaknya sporozoit yang bersirkulasi menuju sinosoid hati akibat kecocokan antara
reseptor di hepatosid dengan ligan pada parasit tersebut menyebabkan sinusoid hati
mlebar.Dilatasi ini lah yang paling berperan pada jaringan hati dan terjadi pembesaran
hati .selain karena dilatasi sinusoid hepatomegali juga disebabkan karena hiperplasia
pada retikuloendothelia,membengkaknya jaringan hati karena respon inflamasi terhadapa
sporozoid,dan keberadaan sporozoid didalam hepatosit yang terus bereplikasi dan
berkembang biak
6. Splenomevgali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas dari malaria. Limpa yang
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena penimbunan pigmen eritrosit parasite
dan jaringan ikut bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar
sekitar 3 kali lipat. Lien teraba dibawah arcus cista sinistra, lekukan pada batas anterior. Jika lien
membesar lebih lanjut akan terdorong ke bawah kanan, mendekati umbiloicus dan fossa illiaca
dextra.
7. Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada
di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaraan darah selama kurang lebih ½
jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati
(tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut ekso-eritrositer yang berlangsung selama
kurang lebih dua minggu. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagaian
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun,
akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal
dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaraan darah dan menginfeksi sel darah
merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit, tergatung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi merozoit menjadi skizon, skizon
pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritrositer.(15) Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit) jantan dan
betina.
8. Karena pasien diduga mengalami dehidrasi dan kehilangan banyak cairan tubuh karena
demam yang naik turun sehingga diberikan terapi ringer laktat yg sangat dibutuhkan
untuk mengembalikan fungsi tubuh dan mencegah memburuknya kondisi pasien. Ringer
laktat ini sendiri merupakan cairan infus yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan
anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air.
Biasanya, cairan obat ini diberikan untuk penderita dehidrasi yang mengalami gangguan
elektrolit di dalam tubuh.
9. Anti malaria:
a. • ACT (Artemisinin combination therapy) digunakan jika sudah ada bukti
plasmodium (+)
b. • Non ACT digunakan jika belum ada hasil lab
c. • Tujuan terapi yaitu untuk membunuh semua stadium parasit yang ada dalam
tubuh manusia.

ACT yg tersedia saat ini:

a. Arsuamon = Artesdiaquine = (Artesunat + Amodiakuine)


b. Arterakine = DHP = Dihydroartemisinin + piperaquin
Non ACT:

a. Klorokuin
b. Sulfadoksin
c. kina sulfat
d. primaquin
e. Doksisiklin
f. Tetrasiklin

10. Tidak nafsu makan-> karena adanya respons peradangan/inflamasi di saluran cerna akibat
invasi zat asing/cacing parasit. Cacing ini mendapat nutrisi dari apa yang dimakan oleh
manusia, yaitu karbohidrat dan protein. Cacing ascaris bisa memakan 0, 14 gr
karbohidrat/hari/ekor dan 0,035 protein/hari/ekor sehingga bisa menyebabkan malnutrisi.
Susah BAB-> perkembangan telur cacing yang sangat cepat menyebabkan cacing dapat
ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak di saluran cerna. Jumlah yang sangat
banyak ini menyebabkan cacing membentuk gumpalan padat sehingga daoat
menghambat saluran cerna, akibatnya pasien susah BAB.
11. Cara Penularan Ascariasis memang lebih sering menyerang anak-anak, terutama yang
tinggal di daerah dengan sanitasi dan higienitas yang buruk. Cacing ini masuk ke dalam
tubuh manusia setelah manusia memakan telur cacing Ascaris lumbricoides yang terdapat
di tanah yang bercampur oleh tinja manusia yang mengandung telur cacing ini. Telur
cacing ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Karena anak-anak sering bermain di
tanah yang kotor, infeksi cacing ini dapat terjadi ketika tangan mereka yang kotor masuk
ke dalam mulunya, membawa telur cacing ke dalam saluran cerna. Telur cacing juga
dapat ditemukan di sayuran dan buah-buahan yang ditanam di tanah yang terkontaminasi.

Gejala Setelah masuk ke dalam tubuh cacing ini akan menetas di dalam usus
menghasilkan larva. Larva akan masuk ke dalam aliran darah dan sistem limfe menuju ke
paru-paru dan menimbulkan gejala berupa batuk-batuk, sesak napas, dan wheezing
(mengi). Setelah 6-10 hari berada di dalam paru, larva cacing akan berjalan ke
tenggorokan dan tertelan kembali masuk ke dalam usus.

Di dalam usus, larva cacing akan berkembang menjadi dewasa dan berkembang biak.
Cacing betina berukuran lebih besar daripada cacing jantan dengan ukuran yang dapat
mencapai lebih dari 40 cm ketika sudah dewasa. Cacing betina yang hamil dapat
menghasilkan 200.000 telur dalam sehari, dan telur ini akan dibawa keluar melalui feses.

Pada kasus yang sedang, adanya cacing ini di usus akan menimbulkan gejala berupa :
sakit perut, mual, muntah, diare atau BAB berdarah. Namun infeksi oleh cacing yang
lebih berat (jumlah yang banyak dan ukuran yang besar-besar) dapat menimbulkan
keluhan berupa : sakit perut yang hebat, lemas, muntah, berat badan turun, adanya cacing
di muntahan atau di tinjanya.

Komplikasi Adanya cacing Ascaris lumbricoides di dalam tubuh yang tidak mendapatkan
penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa :
a. Defisiensi zat gizi. Anak-anak yang menderita ascariasi akan kehilangan nafsu
makannya dan dapat mengalami gangguan dalam proses pencernaan. Akibatnya,
zat-zat gizi yang masuk melalui makanan menjadi berkurang dan anak akan
kekurangan zat gizi
b. Menimbulkan hambatan (sumbatan) dalam usus yang selanjutnya dapat
menimbulkan robekan usus (perforasi). Pada kasus yang sangat berat, kumpulan
cacing akan menyumbat usus dan menimbulkan keluhan berupa sakit perut dan
muntah. Hambatan usus yang berlangsung lama lebih lanjut mampu menimbulkan
robekan (perforasi) pada dinding usus dan menimbulkan perdarahan.
12. Dampak adanya telur cacing trichuris trichuira pada tubuh adalah:
a. Nyeri perut , mual dan muntah
b. Berat badan yang menurun
c. Kadang-kadang dapat terjadi prolapse rectum
d. Anemia yang berat
e. Diare yang berdarah
JUMP 4: SKEMA

Parasit

Morfologi, Stuktur, Sifat, Fisiologi dan


Pertumbuhan Parasit

Dasar entomologi Respon imun


Infeksi Parasit
terhadap parasite

Parasite Filariasis Parasite Malaria Nematoda Usus

Farmakologi obat anti parasit

JUMP 5: LEARNING OBJECTIVE

1. Morfologi,struktur,sifat,fisiologi dan pertumbuhan parasite.


2. Respon imun terhadap infeksi parasite
3. Infeksi parasit: nematoda usus
4. Dasar entomologi
5. Aspek parasitologi malaria & filiriasis
6. Farmakologi obat anti parasite

JUMP 7:SHARING INFORMATION

1. Morfologi,struktur,sifat,fisiologi dan pertumbuhan parasite.


Protozo berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata yaitu proto yang artinya
pertama dan zoon yang artinya hewan. Jadi, protozoa adalah hewan pertama. Protozoa
merupakan kelompok lain protista eukariotik. Protozoa meripakan penghuni tempat
berair atau basah, bila keadaan jadi kering maka dia akan membuat cryste (kristal).
Kegiatan hidup di lakukan oleh sel itu sendiri. Di dalam sel terdapat alat-alat yang
melakukan kegiatan hidup. Alat-alat itu misalnya: inti (nukleus), butir inti (nukleolus),
rongga (vakuola), mitokondria.

Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobiknon fotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat


hidup pada lingkung anaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan
ruminansia.

Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme


aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom
hidrogen ke oksigen.

Ada beberapa morfologi protozoa yang diantaranya yaitu:

 Semua protozoa memiliki vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai


pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan
osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies.

 Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif atau bentuk istirahat yang disebut
dengan kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat
membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada
keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel
vegetatifnya.

 Pada Protozoa tidak memiliki dinding sel dan tidak mengandung selulosa atau
khitin seperti pada jamur dan algae.

 Kebanyakan protozoa memiliki bentuk spesifik yang ditandai dengan fleksibilitas


ektoplasma yang ada dalam membran sel.

 Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera memiliki kerangka luar sangat


keras yang tersusun dari Si dan Ca.

 Beberapa jenis Protozoa seperti Difflugia dapat mengikat partikel mineral untuk
membentuk kerangka luar yang keras.

 Beberapa jenis protozoa seperti Radiolarian dan heliozoan dapat menghasilkan


skeleton. Kerangka luar yang keras ini seringh ditemukan dalam bentuk fosil.

 Kerangka luar protozoa jenis Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga


koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur.

 Protozoa merupakan sel tunggal yang dapat bergerak secara khas menggunakan
pseudopodia “kaki palsu”, flagela atau silia namun ada yang tidak bisa bergerak
aktif. Yang berdasarkan alat gerak yang dimiliki dan mekanisme gerakan inilah,
Protozoa dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara
amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina yang bergerak secara amoeboid
dikelompokkan ke dalam Sarcodina yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke
dalam Mastigophora yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam
Ciliophora dan yang tidak dapat bergerak serta merupakan parasit hewan
maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa.
Reproduksi Protozoa

Ciri-ciri prozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia atau flagen,
memiliki membrane sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada yang bisa
berubah-ubah.
Sebagian besar Protozoa berkembang biak secara:

Aseksual (vegetatif) dengan cara :

1. pembelahan mitosis (biner), yaitu pembelahan yang diawali dengan pembelahan


inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan 2 sel
baru.Pembelahan biner terjadi pada Amoeba. Paramaecium, Euglena.
Paramaecium membelah secara membujur/ memanjang setelah terlebih dahulu
melakukan konjugasi.Euglena membelah secara membujur /memanjang
(longitudinal).
2. Spora, Perkembangbiakan aseksual pada kelas Sporozoa (Apicomplexa) dengan
membentuk spora melalui proses sporulasi di dalam tubuh nyamuk Anopheles.
Spora yang dihasilkan disebut sporozoid.

Seksual (Generatif) dengan cara:

 Konjugasi,Peleburan inti sel pada organisme yang belum jelas alat kelaminnya.
Pada Paramaecium mikronukleus yang sudah dipertukarkan akan melebur
dengan makronukleus, proses ini disebut singami.
 Peleburan gamet Sporozoa (Apicomplexa) telah dapat menghasilkan gamet
jantan dan gamet betina. Peleburan gamet ini berlangsung di dalam tubuh
nyamuk.

Siklus Hidup
 Parasit berpindah dari hospes ke hospes lain secara langsung atau melalui
makanan dan air setelah ada di luar badan hospes. Dalam banyak hal, kista
yang dapat bertahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan
dan terhadap zat pencemaan, menjadi bentuk infektifnya, seperti pada berbagai
ameba, flagelata, ciliata. Pada protozoa yang tidak mempunyai bentuk kista,
penularan terjadi dengan bentuk trofozoit, seperti pada Entamoeba gingivalis.
Dientamoeba fragilis, Trichomonas.Pada sporozoa, usus, bentuk infektimya
adalah ookista yang berisi sporozoit.
 Pada banyak parasit darah dan jarmgan yang hidup bergantian dalam hospes
vertebrata (manusia) dan hospes invertebrata (serangga), penularan parasit
terjadi melalui vektor. Misalnya parasit Plasmodium ditularkan oleh
nyamuk Anopheles dan vektor Trypanosoma adalah lalat Glossina. Dalam badan
vektor,  parasit mengalami perkembangan sampai menjadi bentuk infektif.
Meskipun daur hidup parasit memerlukan dua hospes, penularan secara
langsung tanpa perkembangan dalam tubuh vektor dapat terjadi dengan kontak
atau dengan perantaraan serangga penggigit. Parasit malaria dapat ditularkan
dengan transfusi darah

2. Respon imun terhadap infeksi parasite

Penyakit infeksi parasite dapat disebabkan oleh protozoa, cacing dan juga
ektoparasit. Dikarenakan parasit memiliki daur hidup yang rumit maka respon
imun tubuh kurang bermakna dalam perlawanan terhadap parasit sehingga banyak
yang berkembang menjadi penyakit kronis.

a. Imunitas bawaan terhadap parasite


Meskipun berbagai protozoa & cacing mengaktifkan imunitas nonspesifik
melalui mekanisme yang berbeda, mikroba tsb biasanya dapat tetap hidup
atau berkembang biak dalam pejamu dikarenakan ia dapat beradaptasi dan
resisten thd system imun penjamu. Respon nonspesifik protozoa adalah
fagositosis, tetapi banyak parasite tsb resisten terhaap efek bakterisidal
makrofag, bahkan beberapa diantaranya ada yang hidup didalam
makrofag. Fagosit juga menyerang cacing dan melepas bahan mikrobisidal
untuk mebunuh mikroba yang terlalu besar untuk dimakan. Banyak cacing
yang memiliki lapisan permukaan yang tebal sehingga resisten thd
mekanisme sitosidal neutrophil dan makrofag. Beberapa cacing juga
mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif. Banyak parasite juga
mengembangkan terhadap efek lisis komplemen.
b. Imunitas spesifik
Berbagai protozoa dan cacing bebeda dalam besar, struktur, sifat
biokimiawi, siklus hidup, dan patogenesisnya. Hal tsb menimbulkan
respon imun spesifik yang berbeda pula. Infeksi cacing bisanya kronik dan
kematian pejamu akan merugikan parasit sendiri. Infeksiyg kronik itu akan
menimbulkan rangsangan antigen persisten yang meningkatkan kadar
imunoglobulin dal sirkulasi dan pembetukan kompleks tubuh.

jjh
3.Infeksi parasit: nematoda usus

nematoda usus dibagi atas dua

kelompok yaitu (Safar, 2010) :

1. Soil Transmitted Helminth atau cacing yang ditularkan melalui tanah adalah cacing yang dalam siklus
hidupnya memerlukan stadium hidup di tanah untuk berkembang menjadi bentuk infeksi bagi manusia.
Tanah yang terkontaminasi oleh telur cacing semakin meluas terutama di sekitar rumah pada penduduk
yang mempunyai kebiasaan membuang tinja di sembarang tempat, hal ini akan memudahkan terjadinya
penularan pada masyarakat. Tanah merupakan hospes perantara atau tuan rumah sementara tempat
perkembangan telur-telur atau larva cacing sebelum dapat menular dari seorang terhadap orang lain.
Jenis-jenis STH antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm, dan Strongyloides
stercoralis (Safar, 2010).

2. Non-Soil Transmitted Helminths, yang merupakan nematoda usus yang di dalam siklus hidupnya tidak
membutuhkan tanah, ada 3 jenis spesies yang termasuk kelompok ini yaitu : Enterobius vermicularis
(cacing kremi) menimbulkan menterobiasis dan Trichnella spiralis dapat menimbulkan Trichinosis serta
parasit yang paling baru ditemukan yaitu Cappilaria phillipinensis (Safar, 2010).

B. Jenis Jenis Soil Transmitted Helminth


1. Cacing Ascaris lumbricoides
a. Etiologi dan habitat cacing Ascaris lumbricoides
Habitat Ascaris lumbricoides pada usus halus, manusia merupakan tuan rumah definitif
dan tidak membutuhkan tuan rumah perantara (Natadisastra, 2009).
b. Morfologi cacing Ascaris lumbricoides
Cacing dewasa merupakan Nematoda usus terbesar, berwarna putih, kekuningan sampai
merah muda, sedangkan pada cacing mati akan berwarna putih. Badan bulat memanjang, kedua
ujung lancip, bagian anterior lebih tumpul daripada posterior. Pada bagian anterior terdapat
mulut dengan tiga lipatan bibir (1 bibir di dorsal dan 2 di ventral), pada bibir, tepi lateral terdapat
sepasang papil peraba (Natadisastra, 2009).
Cacing jantan, memiliki ukuran panjang 15-30 cm x lebar 3-5 mm; bagian posterior
melengkung ke depan; terdapat kloaka dengan 2 spikula yang dapat ditarik. Cacing betina,
berukuran panjang 22-35 cm x lebar 3-6 mm ; vulva membuka ke depan pada 2/3 bagian
posterior tubuh terdapat penyempitan lubang vulva yang disebut sebagai cincin kopulasi. Seekor
cacing betina menghasilkan telur 200.000 butir sehari, dapat berlangsung selama hidupnya kira
kira 6-12 bulan.
c. Siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides
Larva terbawa aliran darah ke hati, jantung kanan, akhirnya ke paru paru. Untuk sampai
ke paru paru, membutuhkan waktu 1-7 hari setelah infeksi. Selanjutnya larva keluar dari kapiler
darah masuk ke dalam alveolus, terus ke broncheolus, broncus, trackhea sampai ke laring yang
kemudian akan tertelan masuk ke esophagus, ke lambung dan kembali ke usus halus untuk
kemudian menjadi dewasa, selama berada di dalam paru paru larva mengalami penyilihan kulit
kedua dan ketiga. Waktu yang diperlukan oleh larva untuk bermigrasi, mulai dari larva
menembus mukosa usus, ke paru paru dan berakhir di lumen usus 10-15 hari, sedangkan waktu
yang dibutuhkan mulai berada di dalam usus yang kedua kalinya sampai menjadi cacing
dewasa yang dapat menghasilkan telur 6-10 minggu (Natadisastra, 2009).
Siklus hidup dalam tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya
dapat mengandung telur askariasis yang telah dibuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21
hari, jika terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur cacing ascaris dan
tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur cacing Ascaris,
maka telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah dan akan beredar mengikuti system peredaran, yakni hati, jantung, dan
kemudian berhenti di paru paru.

B.CACING Trichuris trichiura


a. Etiologi, habitat dan hospes cacing Trichuris trichiura
Sinonim, trichocephalus dispar, cacing cambuk, whipworm. Habitat, di dalam usus besar
terutama caecum, dapat pula pada colon dan appendix tempat manusia merupakan hospes
difinitif, pernah juga ditemukan mirip cacing ini pada babi dan kera (Natadisastra, 2009).
b.Morfologi cacing Trichuris trichiura
Cacing dewasa menyerupai cambuk sehingga disebut cacing cambuk. Tiga perlima
bagian anterior tubuh halus seperti benang, pada ujungnya terdapat kepala (trix = rambut, aura=
ekor, cephalus = kepala), esophagus sempit berdinding tipis terdiri satu lapis sel, tidak memiliki
bulbus esophagus. Bagian anterior yang halus ini akan menancapkan dirinya pada mukosa usus.
Dua perlima bagian posterior lebih tebal, berisi usus dan perangkat alat kelamin (Natadisastra,
2009).
Cacing jantan memiliki panjang 30-45 mm, bagian posterior melengkung ke depan
sehingga membentuk satu lingkaran penuh, pada bagian posterior ini terdapat satu spikulum
yang menonjol keluar melalui selaput retraksi. Cacing betina panjangnya 30-50 mm, ujung
posterior tubuhnya membulat tumpul. Organ kelamin tidak berpasangan (simpleks) dan berakhir
di vulva yang terletak pada tempat tubuhnya mulai menebal. Telur, berukuran 50 x 25 m,
memiliki bentuk seperti tempayan, pada kedua kutubnya terdapat operculum, yaitu menonjol.
Dindingnya terdiri atas dua lapis bagian dalam jernih, bagian luar berwarna kecoklat-coklatan.
Sehari, tiap ekor cacing betina menghasilkan 3000-4000 telur dimana telur ini terapung dalam
larutan garam jenuh (Natadisastra, 2009).
c. Siklus hidup cacing Trichuris trichiura
Telur yang keluar bersama tinja, dalam keadaan belum matang (belum membelah), tidak
infektif. Telur demikian ini perlu pematangan pada tanah selama 3- 5 minggu sampai terbentuk
telur infektif yang berisi embrio di dalamnya, dengan demikian cacing ini termasuk “Soil
Transmitted Helminth” tempat tanah berfungsi dalam pematangan telur (Natadisastra, 2009).
Manusia mendapat infeksi jika telur yang infektif tertelan, selanjutnya di bagian
proksimal usus halus telur menetas larva keluar dan menetap selama 3-10 hari, setelah dewasa
cacing akan turun ke usus besar dan menetap dalam beberapa tahun. Waktu yang diperlukan
sejak telur infektif tertelan sampai cacing betina menghasilkan telur 30-90 hari, seperti juga pada
Ascaris lumbricoides siklus hidup
Trichuris trichiura merupakan siklus langsung karena keduanya tidak membutuhkan tuan rumah
perantara (Natadisastra, 2009)

3. Cacing Hookworm
a. Morfologi cacing Hookworm
Habitat dalam usus halus terutama di daerah jejunum, sedangkan pada infeksi berat dapat
tersebar sampai ke colon atau duodenum. Cacing dewasa yang masih hidup berwarna putih abu
abu sampai kemerah merahan, pada cacing betina, Nectator americanus menyerupai huruf S
(Natadisastra, 2009). Ancylostoma duodenale memiliki buccal capsule lebih besar daripada
Nectator americanus, memiliki dua pasang gigi ventral yang runcing (triangular cutting plate)
dan sepasang gigi dorsal rudimenter. Cacing jantan berukuran 8-11 mm x 0,5 mm, bursa
kopulasi melebar seperti payung dengan dorsal rays tunggal, bercabang pada ujungnya, didapat
dua spikula yang letaknya berjauhan serta ujungnya runcing. Cacing betina berukuran 10-13 mm
x 0,6 mm pada ujung posterior terdapat spina kaudal, vulva terletak pada bagian posterior
pertengahan tubuh (Natadisastra, 2009).
Telur berbentuk oval, tidak berwarna, berukuran 40 x 60 m, dinding luar dibatasi oleh
lapisan viteline yang halus, diantara ovum dan dinding telur terdapat ruangan yang jelas dan
bening. Telur yang baru keluar bersama tinja mempunyai ovum yang mengalami segmentasi 2,4
dan 8 sel. Jumlah telur yang dihasilkan Ancylostoma duodenale sekitar 10.000-20.000. Jumlah
telur per hari yang dihasilkan oleh seekor cacing betina Nectator americanus sekitar 9000-
10000.
b. Siklus hidup cacing Hookworm
Telur keluar bersama tinja pada tanah yang cukup baik, suhu optimal yaitu 23- 30C dalam
24-48 jam akan menetas, keluar larva Rhabditiform yang berukuran (250- 300) x 17 m larva ini
mulutnya terbuka dan aktif makan sampah organic atau bakteri pada tanah sekitar tinja, pada hari
kelima, berubah menjadi larva yang lebih kurus dan panjang disebut larva filariform yang
infektif. Larva ini tidak makan, mulutnya tertutup esophagus panjang, ekor tajam, dapat hidup
pada tanah yang baik selama 2 minggu. Larva yang menyentuh kulit manusia biasanya antara 2
jari kaki atau dorsum pedis melalui folikel rambut, pori pori kulit maka akan masuk ke dalam
kapiler darah terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti Ascaris lumbricoides. Waktu yang
diperlukan dalam pengembaraan sampai ke usus halus kira kira 10 hari (Natadisastra, 2009).
Cacing dewasa dapat hidup selama kurang lebih 10 tahun. Infeksi per oral jarang terjadi,
tapi larva juga dapat masuk ke dalam badan melalui air minum atau makanan yang
terkontaminasi. Siklus hidup berlaku bagi kedua spesies cacing tambang.

4.Dasar entomologi

Entomologi adalah ilmu yang mempelajari serangga (insecta). Akan tetapi, arti ini seringkali
diperluas untuk mencakup ilmu yang mempelajari Arthropoda (hewan beruas-ruas) lainnya, khususnya
laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing dan kerabatnya (Millepoda dan
Centipoda.

penggolongan serangga.

- Apiology (melittology), adalah ilmu yang khusus mempelajari lebah.

- Coleopterology, adalah ilmu yang khusus mempelajari kumbang.

- Dipterology, adalah ilmu yang khusus mempelajari lalat.

- Hemipterology, adalah ilmu yang khusus mempelajari kepik.

- Lepidopterology, adalah ilmu yang khusus mempelajari kupu-kupu dan ngengat.


- Myrmecology, adalah ilmu yang khusus mempelajari semut.

- Orthopterology, ilmu yang khusus mempelajari belalang, jengkrik, kecoak dan sebangsanya

Entomologi terapan kini telah terspesialisasi kedalam sub-sub disiplin yang lebih khusus yaitu :

-Entomologi Forensik memfokuskan kajian pada penyelidikan kematian manusia dengan menggunakan
serangga sebagai petunjuk. Jenis, fase kehidupan dan suksesi serangga yang berasosiasi dengan mayat,
misalnya berbagai jenis lalat seperti Cochliomyia macellaria, Hydrotaea aenescens, dan  Sarcophaga
haemorrhoidalis dan kumbang bangkai seperti  Nicrophorusorbicollis dan Necrophila americana dapat
digunakan untuk memprediksi saat dan lokasi kematian manusia yang bersangkutan.

- Entomologi kedokteran (Medical Entomology), memfokuskan kajian pada golongan serangga


pengganggu manusia, baik yang langsung (penyengat/menggigit mangsa seperti tawon, lebah, kutu dan
serangga berbisa lainnya), maupun yang tidak langsung (vektor penyakit seperti lalat, nyamuk,kecoak,
pinjal/kutu).

- Entomologi Peternakan (Veterinary Entomology), memfokuskan kajian kepada serangga yang


mengganggu pada peternakan baik yang bersifat langsung seperti caplak, kutu yang bersifat ektoparasit
pada hewan ternak maupun yang berperan sebagai vektor penyakit. Hewan dapat berfungsi sebagai
inang alternatif bagi berbagai pathogen penyebab penyakit pada manusia dan tidak jarang serangga
berperan sebagai vektornya. Misalnya penyakit malaria dapat ditularkan dari kera ke manusia dan
sebaliknya, dengan vektor perantara adalah nyamuk Anopheles. Penyakit flu burung (avian influensa)
dapat ditularkan dari unggas ke manusia.

- Entomologi perkotaan (Urban Entomology), secara khusus mengkaji serangga-serangga yang menjadi
masalah dikawasan perkotaan, Disini lebih difokuskan pada serangga-serangga yang berasosiasi dengan
manusia (fasilitas manusia) yang masih hidup seperti kecoak, lalat, nyamuk, dan rayap diperumahan,
hotel, apartemen, gudang, perkantoran, kapal laut, pesawat udara.

- Entomologi Kehutanan (Forest Entomology), disini pengkajian lebih difokuskan pada serangga-
serangga yang berada pada ekosistem hutan baik serangga yang bermanfaat seperti lebah madu
berperan sebagai produsen dan polinator di ekosistim hutan, dan sebagian rayap (Capritermes) dapat
berperan sebagai serangga saprofit yang membantu menguraikan materi organik berupa serasah dan
pohon tumbang di ekosistem hutan. Sedangkan kelompok rayap lain (Coptotermes) berperan sebagi
hama merusak hutan jati.

- Entomologi Pertanian (Agricultural Entomology), fokus kajian pada serangga-serangga yang berasosiasi
dengan ekosistem pertanian seperti tanaman hortikultura, tanaman pangan dan perkebunan baik yang
menguntungkan seperti serangga pollinator, peredator dan parasitoid maupun serangga herbivor yang
berperan sebagai hama yang dapat merusak semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun,
bahkan sampai ke buah dan biji yang sudah tersimpan di gudang.

Kelompok serangga-serangga menguntungkan, kelompok ini antara lain dibagi menjadi:


- Serangga yang dapat menghasilkan sesuatu yang akan memberi nilai tambah di dalam kehidupan
manusia. Sebagai contoh: Apis spp. (penghasil madu),  Bombyx mori (penghasil sutera), Laccifer
lucca (penghasil politur).

- Serangga yang dapat meningkatkan produksi hasil panen (polinator) contoh lebah (Apis mellifera),
kupu-kupu (Papilio menon)

- Serangga sebagai musuh alami seperti predator, contoh Mantis regilosa (walang sembah), Ophius sp.
(predator hama buah), parasitoid (beberapa famili Hymenoptera)

- Serangga yang dapat menguraikan sisa materi organik (detritus dan sampah) misalnya bangsa lalat dan
kumbang. Kelompok serangga-serangga yang merugikan, dapat dibagi antara lain:

- Serangga hama tanaman, contoh Nilaparvata lugens (hama tanaman padi),  Bactrocera spp (hama/lalat


buah),Tribolium sp. (hama gudang).

- Serangga sebagai pembawa penyakit atau vektor, misalnya Anopheles spp. (vektor penyakit


malaria), Aedes aegypti (vektor penyakit demam berdarah),  Culex quinquifasciatus (vertor penyakit kaki
gajah /filariasis, Musca domestica, vektor penyakit diare dan disentri.

5.Aspek parasitologi malaria & filiriasis

A.malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah merah disebabkan oleh parasit plasmodium
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

Klasifikasi Parasit Malaria


Menurut World Health Organization (WHO) malaria dapat diklasifikasikan menjadi 5 yaitu
a.Plasmodium falciparum
Plasmodium falsiparum merupakan jenis yang paling berbahaya karena siklus perkembangan
yang cepat merusak sel darah merah dan dapat menyumbat aliran darah sehingga dapat mengakibatkan
anemia dan cerebral. Malaria ini dapat berkembang dengan baik di daerah tropis dan sub tropis, dan
mendominasi di beberapa negara seperti Afrika dan Indonesia.
b.Plasmodium vivax
Plasmodium ini tersebar di daerah tropis dan sub-tropis seluruh dunia. Hidup pada sel darah
merah, siklus seksual terjadi pada 48 jam. Menyebabkan penyakit tertian yang ringan dimana demam
terjadi setiap tiga hari. Parasit ini bisa dorman di hati manusia “hipnozoid” dan dapat kambuh setelah
beberapa bulan bahkan tahun.
C.Plasmodium ovale
Plasmodium ovale banyak ditemukan di Afrika terutama Afrika Barat dan pulau-pulau di Pasifik
Barat, morfologi mirip Plasmodium vivax. Menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna
ovale, dapat dorman dihati manusia.
c.Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana. Siklus di sel darah merah terjadi selama
72 jam dan menimbulkan demam setiap empat hari.
E.Plasmodium knowlesi
Parasit ini merupakan kasus baru yang hanya ditemukan di Asia Tenggara, penularannya melalui
monyet (monyet berekor panjang, monyet berekor coil) dan babi yang terinfeksi. Siklus
perkembangannya sangat cepat bereplikasi 24 jam dan dapat menjadi sangat parah. P. knowlesi dapat
menyerupai baik Plasmodium falciparum atau Plasmodium malariae. Seorang penderita dapat
dihinggapi lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection).
Infeksi campuran Plasmodium falciparum dengan vivax atau malariae merupakan infeksi yang paling
sering terjadi.

Siklus Hidup Malaria Siklus hidup parasit


A.Siklus hidup plasmodium di tubuh manusia (siklus aseksual)
Parasit yang masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terifeksi (sporozoid)
akan menginfeksi sel di hati dan akan melakukan replikasi aseksual menjadi schizon, schizon akan pecah
dan menghasilkan banyak merozoid biasanya sekitar 2000-40.000 tergantung dari jenis spesies, menjadi
matur “merozoid” terjadi 10-14 hari sampai beberapa siklus (siklus eksoeritrositic). .
Merozoid selanjutnya akan menyebar ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel darah merah,
pada P.vivax dan P. ovale tidak semua parasit menyebar ke aliran darah ada yang dorman di hati dan
dapat aktif kembali. Merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan berkembang menjadi parasit
dengan bentuk cincin karena adanya vakuola di dalam sel parasit sehingga sel inti berada di tepi
(tropozoit). Tropozoit matur bentunya lebih besar sehingga bentuk cincin terlihat jelas. Tropozoit
kemudian bereplikasi aseksual dengan pembelahan inti menjadi schizon yang terdiri dari 10-30 inti
bergantung species parasitnya.
Schizon yang telah matur akan pecah dan melepaskan banyak merozoid baru yang akan
menginfeksi sel darah merah lainnya (siklus eritrositer). Siklus replikasi menyebabkan banyak eritrosit
yang pecah dan rusak, berulangnya replikasi dan kerusakan menyebabkan timbulnya gejala klinis.
Periode sejak gigitan nyamuk yang infektif sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai masa inkubasi
intrinsik.
Setelah beberapa kali bereplikasi, beberapa tropozoid berkembang menjadi gamet jantan
(mikrogametosit) dan betina (makrogamet) pada tahap inilah parasit akan terbawa nyamuk saat
menghisap darah manusia yang terinfeksi dan akan berkembang di dalam tubuh nyamuk.
b.Siklus hidup plasmodium di tubuh nyamuk (pembiakan seksual/ sporogoni)
Mikrogamet dan makrogamet yang terhisap dari darah manusia yang terinfeksi, akan terjadi
perkawinan silang antara jantan (mikrogamet) dan betina (makrogamet) menjadi zigot, zigot
berkembang dan memanjang menjadi ookinete yang akan menembus dinding lambung (midgut)
selanjutnya menjadi ookista. Ookista yang telah matur akan pecah menghasikan ribuan sporozoid baru
yang akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar ludah. Proses perkembangan dari
zigot sampai sporozoid membutuhkan waktu 12-14 hari disebut masa inkubasi ekstrinsik Berikut adalah
tabel lama siklus ekso-eritrositik dan eritrositik pada masing-masing spesies plasmodium
Gejala klinis malaria
Plasmodium falciparum mempunyai periode yang lebih pendek 12 hari (9-14) dan periode yang
paling panjang adalah P. malariae 28 hari (18-40 hari) sementara untuk malaria vivax 12-17 hari, 17 hari
(16-18 hari) pada Plasmodium ovale
a. Demam
Gejala paroksisme, yang terdiri dari 3 stadium berurutan terjadi selama 8-12 jam:
1) Menggigil. Terjadi setelah pecahnya skizon dalam sel darah merah yang diikuti keluarnya zat-zat
antigen. Proses menggigil berlangsung 15 – 60 menit.
2) Demam. Timbul setelah menggigil, biasanya sekitar 37,5 - 40° C pada penderita hiperparasitemia
(hitung parasit >5%), suhu bisa meningkat sampai >40° C. Wajah memerah, kulit kering dan terasa panas
seperti terbakar, frekuensi napas meningkat, nadi penuh dan berdenyut keras, sakit kepala semakin
hebat, muntah-muntah, kesadaran menurun, sampai timbul kejang (pada anak-anak). Proses demam
berlangsung 2 - 6 jam.
3) Berkeringat. Timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme yang menjadikan
produksi keringat bertambah. Proses ini berjalan 2 - 4 jam. Setelah berkeringat biasanya penderita
merasa sehat kembali, 2-3 hari kemudian serangan demam akan terulang kembali.
b. Splenomegali (pembesaran limpa)
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis. Limpa merupakan organ
retikuloendotelial, plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan selsel
radang menyebabkan limpa bengkak dan terasa nyeri. Lamalama konsistensi limpa menjadi keras karena
bertambahnya jaringan ikat.
c.Anemia
Anemia atau penurunan kadar hemoglobin darah disebabkan penghancuran sel darah merah yang
berlebihan oleh parasit malaria. Anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel darah merah di
sumsum tulang dan umur sel darah merah yang lebih pendek.Plasmodium falciparum biasanya
menginfeksi semua sel darah merah, sehingga malaria falciparum lebih besar mengakibatkan anemia.
Infeksi P. vivax dan ovale menginfeksi sel darah merah muda saja dan P. malariae menginfeksi sel darah
merah tua saja sehingga pada infeksi jenis ini tidak menimbulkan anemia namun pada infeksi kronik
dapat menimbulkan anemia berat.
d.Malaria berat
Malaria berat biasanya terjadi oleh infeksi Plasmodium falciparum. Diagnosis klinis malaria berat yaitu
adanya satu atau lebih komplikasi, seperti malaria serebral, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru,
hipoglikemia (kadar gula).

B.Filariasis
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi sitemik bersifat kronis dan
menahun.
Etiologi Filariasis
Di Indonesia ditemukan tiga jenis parasit penyebab filariasis limfatik pada manusia yaitu,
a. Wuchereria bancrofti
Jenis cacing ini ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi, Pekalongan dan
sekitarnya.Yang ditularkan oleh nyamuk Culex, dapat ditemukan di dalam darah tepi pada malam hari.
Sedangkan Whucheriria bancrofti yang ditemukan dipedesaan dengan endemis tinggi terutama di Irian
Jaya (Papua) yang ditularkan melalui Anopheles, Culex dan Aedes.
Pada Wuchereria bancrofti, mikrofilarianya berukuran ±250µ, cacing betina dewasa berukuran
panjang 65 – 100mm dan cacing jantan dewasa berukuran panjang ±40mm. Di ujung daerah kepala
membesar, mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir (Oral stylet) Bentuk cacing ini gilig
memanjang, seperti benang. Jika terlalu banyak jumlahnya cacing yang berada dipembuluh darah, maka
dapat menyumbat aliran limfa sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini
menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut
mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.Larva ini dapat berpindah ke peredaran
darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat
menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk, nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan
tertular penyakit ini.
b. Brugia malayi
Cacing dewasa umumnya mirip dengan Wuchereria bancrofti, hanya saja cacing B. malayi lebih kecil.
Panjang cacing betina beriksar 43 hingga 55 mm, sedangkan panjang cacing jantan berkisar 13 hingga 23
mm. Cacing dewasa dapat memproduksi mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria tersebut
memiliki lebar berkisar 5 hingga 7 um dan panjang berkisar 130 hingga 170 um.
Biasanya, vektor yang umum berperan dalam penyebaran B. malayi adalah nyamuk yang berasal
dari genera Mansonia dan Aedes.Ketika nyamuk menghisap darah manusia, nyamuk yang terinfeksi
B.malayi menyelipkan larva B.malayi ke dalam inang manusia. Dalam tubuh manusia, larva B.malayi
berkembang menjadi cacing dewasa yang biasanya menetap di dalam pembuluh limfa. Cacing dewasa
dapat memproduksi mikrofilaria yang dapat menyebar hinggamencapai darah tepi. Ketika nyamuk
menggigit manusia yang telah terinfeksi, mikrofilaria dapat terhisap bersamaan dengan darah kedalam
perut nyamuk. Setelah masuk kedalam tubuh nyamuk, mikrofilaria meninggalkan selubungnya.
Mikrofilaria kemudian berenang melalui dinding proventikulus b. Brugia malayi Cacing dewasa
umumnya mirip dengan Wuchereria bancrofti, hanya saja cacing B. malayi lebih kecil. Panjang cacing
betina beriksar 43 hingga 55 mm, sedangkan panjang cacing jantan berkisar 13 hingga 23 mm. Cacing
dewasa dapat memproduksi mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria tersebut memiliki lebar
berkisar 5 hingga 7 um dan panjang berkisar 130 hingga 170 um. Biasanya, vektor yang umum berperan
dalam penyebaran B. malayi adalah nyamuk yang berasal dari genera Mansonia dan Aedes.Ketika
nyamuk menghisap darah manusia, nyamuk yang terinfeksi B.malayi menyelipkan larva B.malayi ke
dalam inang manusia. Dalam tubuh manusia, larva B.malayi berkembang menjadi cacing dewasa yang
biasanya menetap di dalam pembuluh limfa. Cacing dewasa dapat memproduksi mikrofilaria yang dapat
menyebar hinggamencapai darah tepi. Ketika nyamuk menggigit manusia yang telah terinfeksi,
mikrofilaria dapat terhisap bersamaan dengan darah kedalam perut nyamuk.
Setelah masuk kedalam tubuh nyamuk, mikrofilaria meninggalkan selubungnya. Mikrofilaria
kemudian berenang melalui dinding proventikulus dan porsi kardiak (bagian dalam perut nyamuk),
hingga mencapai otot toraksis (otot dada). Di dalam otot toraksis, larva filaria berkembang menjadi larva
tahap akhir.
Larva tahap akhir berenang melalui homocoel (rongga tubuh) hingga sampai pada prosbosis (sungut)
nyamuk. Ketika tiba di dalam probosis nyamuk, cacing tersebut siap menginfeksi inang manusia yang
selanjutnya infeksi B.malayi terbatas pada wilayah Asia.
Beberapa negara yang mempunyai prevalensi B.malayi antara lain adalah Indonesia, Malaysia,
Filipina, dan India. Kehidupan cacing ini biasanya berada pada manusi dan hewan (kera, anjing, kucing).
Terdapat dua bentuk B. malayi yang dapat dibedakan bedasarkan periodisitas mikrofilarianya pada
darah tepi. Bentuk yang pertama, bentuk periodis nokturnal, hanya dapat ditemukan pada darah tepi
pada malam hari.Bentuk yang kedua, bentuk subperiodis, dapat ditemukan pada darah tepi setiap saat,
hanya saja jumlah mikrofilaria terbanyak ditemukan di malam hari.
c. Brugia timori
Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang membulat ekornya
berbentuk seperti pita dan agak bundar pada tiap sisi terdapat 4 papil sirkum oral yang teratur pada
bagian luar dan bagian dalam membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan
ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar.
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan microfilaria di jumpai
didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W. bancrofti,
sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai 55 mm, dan cacing jantan
23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat
mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260 mikron pada B.malayi
dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B.malayi adalah bentuk ekornya yang mengecil, dan
mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. Pada B.malayi bermacam-
macam, ada yang nocturnal periodic nocturnal subperiodic, atau non periodic, B. timori bersifat periodic
nokturna. Brugia timori ditularkan oleh Anopheles didalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria yang
terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding lambung dan berkembang
dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian berpindah ke probosis. Saat
nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas
tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian
akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.

Gejala Klinis
a.Mikrofilaremia tanpa gejala
Seseorang yang akan mengalami infeksi penyakit Filariasis tidak akan langsung menunjukan
gejala, walaupun tidak menunjukan gejala pada fase inilah sebenarnya telah terjadi kerusakan system
limfa dan ginjal dan terjadilah perubahan sistem kekebalan tubuh pada manusia.
b. Gejala klinis akut
1) Adenolimfangitis Akut Demam berulang-ulang selama 3–5 hari, demam dapat hilang bila beristirahat
dan muncul kembali setelah bekerja berat, pembengkakan getah bening limfadenopati, bagian yang
terinfeksi akan merasakan, kemerahan dan bengkak dikarenakan adanya penumpukan cairan.
2) LimfangitisFilaria Akut Gejala ini tidak disertai dengan terjadinya demam, namun pada gejala ini akan
muncul benjolan kecil pada bagian tubuh seperti, pada sistem kelenjar getah bening dan skortum.
c. Gejala klinis kronik
Gejala ini berupa pembesaran yang sangat jelas dilihat dengan kasap mata yaitu pembesaran
menetap pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar.Gejala kronis terdiri dari limfa edema, limfa
scortum, kiluria, dan hidrokel.Limfa scortum adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit
scortum, kadang pada kulit penis, sehingga mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar membasahi
pakaian. Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah diginjal (pelvis
renalis) sehingga cairan limfe dan darah masuk kedalam saluran kemih dan pelebaran kantung buah
zakar karena terkumpulya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis.
Seseorang yang menderita filariasis dapat didiagnosis secara klinis dengan cara sebagai berikut.
Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilaria di dalam darah pada pemeriksaan sediaan darah tebal.
Pengambilan darah dilakukan malam hari karena mikrofilaria aktif malam hari dan banyak beredar
dalam sistem pembuluh darah. Setelah membuat sedian darah maka dilakukan pemeriksaan sedian
tersebut. Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum.
SIKLUS FILARIASIS
1. Mereka berkembang pada orang dewasa yang umumnya tinggal di limfatik.
2. Cacing betina berukuran panjang 80 hingga 100 mm dan diameter 0,24 hingga 0,30 mm, sedangkan
cacing jantan berukuran sekitar 40 mm kali 0,1 mm. Orang dewasa menghasilkan mikrofilaria berukuran
244 hingga 296 μm kali 7,5 hingga 10 μm, yang berselubung dan memiliki periodisitas nokturnal, kecuali
mikrofilaria Pasifik Selatan yang tidak memiliki periodisitas yang ditandai. Mikrofilaria bermigrasi ke
getah bening dan saluran darah bergerak aktif melalui getah bening dan darah .
3. Seekor nyamuk mencerna mikrofilaria selama makan darah.
4. Setelah menelan, mikrofilaria kehilangan selubungnya dan beberapa di antaranya bekerja melalui
dinding proventrikulus dan bagian jantung dari usus tengah nyamuk dan mencapai otot toraks.
5. Di sana mikrofilaria berkembang menjadi larva
6. tahap pertama dan selanjutnya menjadi larva infektif tahap ketiga.
7. Larva infektif tahap ketiga bermigrasi melalui hemocoel ke prosbocis
8. nyamuk dan dapat menginfeksi manusia lain saat nyamuk makan darah.

5.Farmakologi obat anti parasite

Anda mungkin juga menyukai