Anda di halaman 1dari 78

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

COVID-19

Dr. Melly Miranda, M.Ked(Paru), Sp.P


Melaporkan kasus PNEUMONIA
TIONGKOK
Misterius yang tidak diketahui
31 Desember 2019
penyebabnya.
Memberi nama virus baru tersebut
 Severe acute respiratory syndrome
WHO
coronavirus-2 (SARS-CoV-2)
11 Febuari 2020
Nama penyakitnya
 Coronavirus disease 2019 (COVID-19).

INDONESIA Kasus COVID-19 pertama kali


02 Maret 2020 dilaporkan sejumlah dua kasus
CORONAVIRUS

• VIRUS ZOONOTIK
( Transmisi dari hewan -
manusia )

• VIRUS RNA strain


tunggal positif, berkapsul
dan tidak bersegmen,
genus betacoronavirus.

• STRUKTUR seperti
kubus dengan protein S
berlokasi di permukaan
virus.
Sebaran Covid-19 7 September 2021
Patogenesis

Hewan Host
pembawa/ perantara:
natural host: Seperti: the
Kelelawar, civet
musang, (musang
ular luwak):
diduga pada
SARS
Virus masuk ke saluran napas atas  bereplikasi di sel epitel saluran
napas atas  menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
shedding virus dari saluran napas dan virus dapat  di gastrointestinal
 Respon imun innate dan spesifik
https://ewn.co.za/2020/01/23/nicd-has-measures-in-place-to-detect-coronavirus-in-sa
http://tuberculosisomg.blogspot.com/p/transmission.html
Patogenesis
• Masuknya virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus.
• Protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). Sekuens dari RBD (Reseptor-
binding domain) termasuk RBM (receptor-binding motif) pada SARS-
CoV-2 kontak langsung dengan enzim ACE-2
• Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA
genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis
virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus.
Patofisiologi
• Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi
keluarnya sitokin2
• ditemukan sitokin dalam jumlah tinggi: IL1B, IFNγ, IP10,
dan MCP1 serta kemungkinan mengaktifkan T-helper-1
(Th1),
• Selain itu, meningkatkan T-helper-2 (Th2) cytokines (eg,
IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi berbeda dari
SARS-CoV
• Pada pasien 2019-nCoV di ICU  ditemukan GCSF,
IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα konsentrasi lebih
tinggi dibandingkan yang tidak membutuhkan ICU 
cytokine storm
• cytokine storm  berkaitan dengan derajat
keparahan
Penularan CoV
• Tranmisi dari manusia ke manusia:

• Via droplet saluran napas seperti batuk dan bersin

• Kontak dekat personal (menyentuh atau jabat tangan)

• Menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus disana dan ketika

menyentuh mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan

• Kontaminasi feses

• Masih dalam penelitian

• Terdapat kasus, satu pasien,  “a suspected super-spreader” diduga telah

menularkan ke 15 staff di satu rumah sakit (serang dokter meninggal)


Manifestasi Klinis Covid-19
Derajat Gejala Gejala
Tanpa Gejala tidak ada keluhan dan gejala klinis.
(asimptomatik)
Gejala Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang
muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik
lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset
gejala pernapasan juga sering dilaporkan Anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

Status oksigenasi : SpO2 > 95% dengan udara ruangan.


Gejala Sedang pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat.
Status oksigenasi : SpO2 93 - 95 % dengan udara
ruangan.
Gejala Berat pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari:
frekuensi napas
> 30 x/menit, distres pernapasan berat.
Status oksigenasi : SpO2 < 93% pada udara ruangan.
Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), sepsis dan syok sepsis.
DIAGNOSIS

 Metode yang dianjurkan untuk deteksi virus adalah amplifikasi asam nukleat dengan
real-time reversetranscription polymerase chain reaction (rRT-PCR) dan dengan
sequencing

 WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi, yaitu dari saluran
napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau saluran napas bawah [sputum,
bronchoalveolar lavage (BAL), atau aspirat endotrakeal]

 Sampel diambil selama 2 hari berturut turut untuk PDP dan ODP, boleh diambil sampel
tambahan bila ada perburukan klinis. Pada kontak erat risiko tinggi, sampel diambil pada
hari 1 dan hari 14
DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN ANTIGEN ANTIBODI

 IgM dan Ig A akan meningkat setelah hari ke 3-6 setelah


onset gejala.

 Ig G akan meningkat pada hari ke 10-18 setelah onset


gejala.
PARAMETER PEMERIKSAAN DARAH RUTIN PASIEN COVID-19

 Kadar ⬆ dalam 4-6 jam kondisi inflamasi dan berlipat


CRP ganda setiap 8 jam.
 Nilainya bisa 100-1000% dari normal.

DARAH LENGKAP (DL):


NLR (NEUTROFIL LIMFOSIT RASIO)
 - cut off 3.13
 - peluang menjadi pasien ICU --> usia >50 thn,
 WBC : (N)atau ⬆ NLR > 3.13
 Limfosit absolut ⬇  - isolasi rumah atau di rumah sakit : usia < 50
 CRP : ⬆ thn, NLR <3.13
 Eosinofil : ⬇  - Limfositopenia absolut terjadi pada kasus
 Trombosit : ⬇ berat
 - kematian : Neutrofil absolut ⬆, Limfosit absolut
 ( Pada kasus berat ) ⬇, NLR ⬆
RADIOLOGIS

 Gambaran pencitraan yang diketahui dari CT awal pada kasus


COVID-19 termasuk bilateral, multi-lobar GGO dengan
distribusi perifer atau posterior (atau keduanya), terutama di
lobus bawah dan lebih jarang di lobus tengah kanan.
 Konsolidasi ditumpangkan pada GGO sebagai presentasi
pencitraan awal ditemukan dalam sejumlah kecil kasus,
terutama pada populasi lansia.
 Penebalan septum, bronkiektasis, penebalan pleura, dan
keterlibatan subpleural adalah beberapa temuan yang kurang
umum, terutama pada tahap akhir penyakit.
 Efusi pleura, efusi perikardial, limfadenopati, kavitasi, tanda
halo CT, dan pneumotoraks adalah beberapa temuan yang
jarang tetapi mungkin terlihat dengan perkembangan penyakit.

13
Baca Lebih Lanjut: https://www.ajronline.org/doi/full/10.2214/AJR.20.23034
PROTOKOL
TATALAKSANA COVID-
19
TATA L A K S A N A PA S I E N T E R K O N F I R M A S I C O V I D - 1 9
TANPA GEJALA
1. Isoman 10 hari sejak terdiagnosis konfirmasi
2. Vit C Vit C non acidic 500 mg 6 – 8 jam po (14 hari)/ Vit
C isap 2 x 500 mg po (30 hari)/ multivitamin (disarankan
C,B,E,Zink) 1 – 2 tablet / 24 jam (30 hari)
3. Vit D 1 x 1000 IU pc atau 1 x 5000 IU pc
4. Obat suportif lainnya
DERAJAT RINGAN
Gejala (+) Pneumonia (-)

1. Isoman 10 hari sejak onset gejala + 3 hari bebas gejala demam dan
gangguan pernapasan
2. Vit C Vit C non acidic 500 mg 6 – 8 jam po (14 hari) /Vit C isap 2 x
500 mg po (30 hari)/ multivitamin (disarankan C,B,E,Zink) 1 – 2
tablet / 24 jam (30 hari)
3. Vit D 1 x 1000 IU pc atau 1 x 5000 IU pc
4. Favirapir loading dose 1600 mg /12/po H1 selanjutnya 2 x
6 0 0 m g po H2-H5
5. Obat simtomatik + Th/ komorbid
DERAJAT SEDANG
Gejala (+) Pneumonia (+) SpO2 >93%

1. Rawat di RS + bed rest


2. Vit C 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9% drip IV habis
d a l a m 1 jam
3. Vit D 1 x 1000 IU pc atau 1 x 5000 IU pc
4. Favirapir : loading dose 1600 mg /12/po H1 selanjutnya 2 x 600 mg po
H2-H5 atau Remdesivir: 200 mg iv drip H-1 selanjutnya 1 x 100 mg iv
drip H2-5/ H2-10
5. Antikoagulan LMWH/UFH sesuai DPJP
6. Obat simtomatik + th/ komorbid
DERAJAT BERAT/KRITIS
Gejala (+) Pneumonia (+) SpO2 ≤ 93%

1. Rawat di RS + bed rest


2. Vit C : 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0.9% drip IV habis dalam 1 j a m
3. Vit B1 : 1 x 1 amp iv
4. Vit D : 1 x 1000 IU pc atau 1 x 5000 IU pc
5. Favirapir : loading dose 1600 mg /12/po H1 selanjutnya 2 x 600 mg po H2-H5 atau
Remdesivir : 200 mg iv drip H-1 selanjutnya 1 x 100 mg iv drip H2-5/ H2-10
6. Deksametason 6 mg/24 jam H1-10 (di RS 1 x 1 amp iv) ≈ metilprednisolon 32 mg
≈hidrokortison 160 mg
7. Obat simtomatik + Th/ komorbid
8. Antikoagulan LMWH/UFH sesuai DPJP
Tromboprofilaksis
- Indikasi :
Covid 19 gejala
sedang – berat
Kontraindikasi:
• perdarahan aktif
• trombositopenia
berat
• skor IMPROVE
TERAPI ATAU TINDAKAN LAIN
• Jika diduga ko-infeksi Influenza
Oseltamivir • Dosis 2 x 75mg po

• WHO menganjurkan pada covid berat saja


Antibiotik • Pada gejala lain sesuai indikasi

• Pada covid ringan – sedang


Antibodi • Contoh: bamlanivimab, casirivimab, sotrovimab,
monoclonal vilobelimab, regdanvimab

• Indikasi: pasien covid 19 yang baru saja masuk rawat inap dengan
Janus Kinase peningangkatan oksigen dengan cepat dengan inflamasi sistemik
• Baricitinib 1 x 4 mg po 14 hari
Inhibitor (JAK)
Penelitian di Indo: 1 juta sel/kgBB
meningkatkan laju kesintasan 2,5 x lebih tinggi
Sel Punca dibanding plasebo

• Penelitian belum banyak


• Disarankan pada kondisi berat dan kritis
IVIG • Dosis: 0,3 – 0,5 gr/kgBB/hari selama 3 atau 5 hari

Terapi Plasma • Indikasi: covid 19 berat


• Masih dalam penelitian tapi berdasarkan systematic
Konvalesen review pada Cochrane library, TPK tidak memiliki
(TPK) keuntungan dalam tatalaksana covid sedang dan
berat/kritis
• Memiliki potensi antiviral

Ivermectin • Di Indonesia masih menunggu uji klinis


• WHO tidak mrekomendasikan kecuali dalam rangka uji klinis

• Sebagai mukolitik + antioksidan


NAC • Dosis: 1200 mg/hari dibagi 2-3 kali

• Hipotesis: mengurangi pematangan virus efek protektif


pada stadium awal
Spironolakton • Masih dalam penelitian
• Dosis 2 x 100 mg selama 5 hari

• 1 RCT: menurunkan kebutuhan oksigen, lama rawat,

Kolkisin dan menurunkan RCT


• Masih dalam penelitian
• Dosis berbeda-beda di berbagai RCT
ALUR DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN
INFLUENZA A BARU H1N1

dr. Melly Miranda, M.Ked(Paru), Sp.P


PENDAHULUAN

• Swine flu = flu babi = flu Mexico = flu A baru H1N1


• Akhir Maret 2009 Mexico melaporkan suspek H1N1 pada manusia 3.852, 9
diantaranya suspek dan meninggal 177 orang konfirmasi 9 orang
• Tgl 29 April 09 WHO  pandemi fase 5
• 11 Juni 2009 WHO  pandemi fase 6
• Jumlah negara yang sudah ada kasus 135 negara
( 6 Juli 2009) dengan angka kematian 0,4 %
bandingkan flu burung angka kematian 60,7%
• Jumlah kasus di Indonesia pada 15 Juli 112 kasus
ETIOLOGI
• Orthomyxovirus tipe subtipe h1n1, h1n2, h3n2 dan
h2n2
• Pada babi yang sering h1n1 h1n2, h3n1,h3n2
• Di AS h1n1 ditemukan sebelum tahun 1988
• h3n2 diisolasi dari babi agustus 1998
• strain virus yang ditemukan saat ini
perpaduan dari 4 strain virus influenza a subtipe
h1n1yaitu swine amerika utara, avian amerika utara,
influenza manusia dan swine flu asia dan eropa
• babi potensial sebagai “periuk pengaduk”
SIFAT VIRUS
• Mati jika dipanaskan 1600F atau 700C
• Mati dengan alkohol 70%
• Mati dengan lisol 5%
• Mati dengan pemutih
• Dapat hidup 2 jam diluar tubuh
CARA PENULARAN
• Droplet dari bersin dan batuk
• Kontak langsung
• Kontak tidak langsung ; misal peralatan yang
tercemar
• Menular antar manusia
• Tidak menular dengan makan babi yang dimasak
Influenza H1N1 vs H5N1 Manusia
MASA INKUBASI
• Masa inkubasi 1-7hari
• Sering terjadi 1-4 hari
• Periode infeksius H1N1 pada manusia menular pada satu
hari sebelum onset sakit sampai 7 hari setelah onset ,
pada anak dapat menular sampai 10 hari
DEFINISI KASUS (WHO)
• KASUS SUSPEK
seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut berupa demam
≥ 380C mulai dari ILI (Infuenza Like Illness) sampai pneumonia,
ditambah satu keadaan di bawah ini:

• dalam 7 hari sebelum sakit kontak dengan kasus konfirmasi H1N1


• dalam 7 hari sebelum sakit berkunjung ke area yang terdapat satu
atau lebih kasus konfirmasi H1N1
DEFINISI KASUS (WHO)
• KASUS PROBABEL
Seseorang dengan gejala diatas disertai dengan hasil pemeriksaan lab positif
terhadap influenza A tetapi tidak dapat diketahui subtipenya dengan
menggunakan reagen influenza musiman

ATAU

Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran pernapasan akut


yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi
(kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan kasus probabel atau konfirmasi
DEFINISI KASUS (WHO)
• KASUS KONFIRMASI
Seseorang dengan gejala di atas sudah dikonfirmasi lab influenza
H1N1dengan pemeriksaan satu atau lebih test di bawah ini;
• Real time PCR
• Kultur virus
• Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza H1N1 dengan
tes netralisasi
Gejala pada manusia

• Gejala flu A (H1N1) pada


manusia secara umum sama
dengan flu musiman mulai dari
tanpa gejala sampai pneumonia
dan meninggal
• Banyak kasus tak terdeteksi
dengan survelen fllu musiman
• Beberapa kasus tak ada riwayat
kontak dengan babi atau
lingkungan yang ada babi
GEJALA KLINIS
GEJALA KLINIS
GEJALA MEXICO US
Panas 56/57( 98 %) 262/292(90%)
Batuk 49/52( 94%) 249/296(84%)
Sesak 23/29 (79%) -
Sakit kepala 35/44 (80%) -
Rhinorrhea 34/41 (83%) -
Nyeri tenggorok - 176/290(61%)
Diare - 65/249(26%)
Mual / muntah - 54/221(34%)
Jumlah Penderita Influenza A Baru (H1N1)
yang Dirawat Inap Berdasarkan Gejala
Klinis
Bulan Mei - 8 Juli 2009

Sesak naf as
Letih - lesu

2 3 Sakit persendian
5 5
6 7 Muntah
37 7 Diare
20
34 30 Sakit kepala
Mual
Sakit tenggorokan
Pilek
Batuk
Demam
LABORATORIUM
• Untuk mendiagnosis, spesimen respiratori

• harus diambil secepat mungkin setelah onset

• Apusan /aspirasi nasofaring atau


bilasan/aspirasi hidung
• Kalau tidak bisa dengan cara diatas kombinasi

apusan hidung dengan apusan orofaring


• Pasien dengan intubasi dapat diambil secara

aspiras endotrakeal
PEMERIKSAAN LAINNYA

• Pemeriksaan hematologi : Hb, leukosit, trombosit,


limfosit total
• Pemeriksan kimia darah
• Analisa gas darah
• Pemeriksaan lab lainnya sesuai perjalanan
penyakit
• Pemeriksaan radiologis
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
• Pemeriksaan Hemoglobin , leukosit, trombosit, hitung jenis
leukosit, limfosit total
• Mexico 20 Mei 2009 :
- leukopenia dan limfopenia pada pasien yang dirawat
- peningkatan aminotransferase, laktat dehidrogenase
( 100% dari 16 kasus fatal )
- peningkatan sangat tinggi kreatinin dan fosfokinase,
- gagal ginjal pada 50% kasus yang dirawat
- sekunder dari rabdomiosis dan mioglobinuria pada
beberapa kasus
• Pemeriksaan lainnya tergantung indikasi
PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
• Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral , jika diperlukan
dapat dilakukan CT scan toraks.
• Di Mexico pada pasien dengan pneumonia berat terdapat
infiltrat multifokal termasuk alveolar noduler secara
bersamaan terdapat ARDS dan multi organ failure
( 24% dari kasus fatal ).
• Pasien yag dirawat di California 15 dari 25
( 60%) pada foto toraks diduga pneumonia termasuk 10
dengan infiltrat multi lobar dan 4 ( 13%) membutuhkan alat
bantu napas.
13-07-2009
PEMEDRIKSAAN MIKROBILOGI
• Hanya sedikit pasien yang telah mendapat antibiotika
sebelum masuk rumah sakit, tetapi terdapat empiema,
pneumonia necrotizing, koinfeksi bakteri dan VAP,
• Di Mexico ditemukan koinfeksi bakteri pada 3 kasus fatal.
Pada peneltian awal dengan metode deteksi molekuler
ditemukan 2 kasus koinfeksi (1 S. pneumoniae,1
adenovirus ) dari 21 kasus berat yang fatal.
RENCANA PENATALAKSANAAN
• Pengendalian infeksi
• APD
• Airborne/droplet
• Kamar isolasi / tekanan negatif
• Pengobatan :
• Spesifik Oseltamivir/Zanamivir
• Perawatan kritikal respirasi
• Alat bantu napas mekanik
• Profilaksis
PENGOBATAN
• Pengobatan diberikan untuk kasus suspek,
probable dan konfirmasi
• Antiviral yang dapat diberikan golongan
penghambat neuromiridase yaitu osetalmivir
dan zanamivir
• Diberikan dalam 48 jam pertama
• Pada flu musiman jika diberikan lebih dari 48
jam tetap mempunyai keuntungan dalam hal
angka kematian dan lama rawat
• Di Amerika dan Mexico H1N1 resisten
amantadin dan rimantadin
OSELTAMIVIR

• Kontraindikasi untuk anak di bawah 1 tahun dan yang


alergi
• Pengobatan antiviral awal yang direkomendasi
• Diberikan secepat mungkin
• Pada flu H5N1 walaupun sudah lebih dari 48 jam tetap
diberikan karena replikasi virus lebih panjang dari pada flu
musiman
ZANAMIVIR
• Dalam bentuk inhalasi
• Bentuk IV  dalam penelitian
• Efektif untuk flu musiman
• Menurunkan gejala influenza 1- 3 hari
• Menurunkan komplikasi infeksi saluran napas bawah
• Dapat diberikan pada bayi < 1 tahun
• Dapat dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya pada
perempuan hamil
PADA ANAK
• Data mengenai keamanan Osetalmivir terbatas  tidak dapat
dberikan pada anak kurang dari 1 tahun kalau zanamivir dapat
diberikan
• Data dari Amerika efek samping yang berat pada osetalmivir jarang
terjadi
• Komplikasi pada anak lebih sering dari dewasa
• IDSA merekomendasikan karena anak mempunyai angka kematian
dan kesakitan yang tinggi
• Pada anak ≤ 18 tahun tidak boleh diberikan aspirin  risiko Reye
Syndrome
PEREMPUAN HAMIL
• Osetalmivir dan zanamivir pada perempuan hamil 
kategori C
• Belum ada uji klinis terhadap ibu dan janinnya
• Harus ada konsultasi dengan keluarga dan dokter ahli
• Kehamilan bukan kontraindikasi
• Zanamivir inhalasi dapat diberikan
Tabel 2. Dosis Antiviral pada Influenza A (H1N1)
ANTIBIOTIK
• Bila ada pneumonia pengobatan antibiotik direkomendasikan

sesuai dengan evidence based pedoman pengobatan pneumonia


di masyarakat, antibiotik diberikan sesuai dengan pedoman lokal
• Perlu diketahui bahwa pada influenza musiman infeksi sekunder

yang terjadi disebabkan oleh Staphylococcus aureus mungkin


secara cepat menjadi progersif, necrotizing dan dalam beberapa
area dapat disebabkan MRSA
KORTIKOSTEROID
• Pemberian ruitin kortikosteroid harus dihindari - laporan dokter2

di Mexico kortikosteroid tak menguntungkan.


• Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi akan menyebabkan efek

samping yang serius dan terbukti akan meningkatkan replikasi


virus pada SARS dan pada infeksi virus saluran napas lainnya,
dan juga meningkatkan angka kematian pada flu burung.
ALUR TATALAKSANA H1N1 KASUS TERBATAS (PRA PANDEMI)
Rujukan : Datang
*KKP
sendiri
*UPK lain

Poliklinik
IGD

Triase

Ya Tidak
Suspek

Ruang isolasi H1N1


Tatalaksana
(periksa PCR dan
Sesuai
Serologi H1N1)
diagnosis

Membaik Memburuk Ruang Isolasi


ICU

Klinis,foto toraks membaik


PCR ulangan negatif

Pulang
ALUR TATALAKSANA H1N1 (PANDEMI)
Datangsendiri
Datang sendiriatau
atau
rujukan
rujukan

Triasesuspek
Triase suspek
H1N1
H1N1

Klinisringan
Klinis ringan Klinisberat
Klinis berat
Klinissedang
Klinis sedang

Ruangisolasi
isolasi Ruangisolasi
Ruang isolasi
Dipulangkan:
Dipulangkan: Ruang
ICU
ICU
pengobatan
pengobatan
simptomatisKIE
simptomatis KIE

Influenza like illness (ILI) :


Demam > 380C, nyeri otot, batuk dan
Memburuk nyeri tenggorok. Gejala lain adalah:
Memburuk
pilek, sakit kepala, diare, gangguan
Membaik
Membaik saluran cerna
Kriteria klinis:
Kriteria ringan :

• Tanpa gejala
• Demam < 38 0C , tanpa sesak
• Tanpa pneumonia
• Tidak ada komorbid (misalnya asma, DM, PPOK, obesiti,
kurang gizi)
• Usia muda

Catatan: rawat jalan dengan KIE dan pengawasan


Kriteria sedang :

• ILI dengan komorbid


• Sesak napas
• Pneumonia
• Usia tua
• Hamil
• Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah

Catatan: rawat di ruang isolasi


Kriteria berat :

• Pneumonia luas
• Gagal napas
• Sepsis
• Syok
• Kesadaran menurun
• ARDS
• Gagal multi organ

Catatan : rawat di ICU


Kebijakan Perawatan RS Saat Pandemi
• REDEFINISI KASUS PANDEMI: demam/ILI/ISPA
• INDIKASI RAWAT hanya yang memerlukan perawatan/tindakan
medis yang hanya tersedia di RS, kelompok RISTI, memiliki
prognosis baik
• Pasien yang dalam kondisi baik di rawat di rumah (home
care/home isolation).
RS bukan sebagai tempat isolasi atau investigasi
INDIKASI RAWAT

Prapandemi/ (H5N1) Pandemi (H1N1)

• Pencegahan penularan semua suspek • Penyelamatan 


• Isolasi ketat (airborne) - sakit berat
• Diagnostik konfirmasi - perlu tindakan
• Pengobatan/penyembuhan medis
- risiko kematian
(bayi/usia lanjut,
penyakit kronis)
- hamil
• Ringan  rawat dirumah
Tatalaksana Klinis
• Diagnosis berdasarkan gejala klinis dan laboratorium rutin dan kimia.
• Lab dan radiologi untuk evaluasi/penilaian perjalanan penyakit dan hasil
pengobatan
• Tidak setiap pasien perlu konfirmasi dengan PCR/virologi.
• Pemberian antiviral : - Efektifitas? Resistensi?
• Antibiotika infeksi sal pernapasan
• Penunjang/suportif
• Prinsip: Perawatan Medis + Dalin Airborne
PERAWATAN PASIEN DI RUMAH
• Cek dengan petugas kesehatan  perawatan khusus
misal : perempuan hamil, diabetes, sakit jantung, asma,
emfisema
• Cek dengan petugas kesehatan haruskah diberi antiviral
• Tinggal dirumah 7 hari mulai dari sakit sampai panas
hilang
• Istirahat yang cukup
PERAWATAN PASIEN DI RUMAH
• Minum cairan (air putih, air kaldu, minuman OR, cairan yang
mengandung elektrolit ) untuk mencegah dehidrasi
• Tutup dengan tisu jika batuk atau bersin
• Cuci tangan dengan sabun atau alkohol sesudah batuk atau
bersin
• Hindari kontak dengan satu sama lain
• Tidak kerja atau sekolah jika sakit
• Waspada dengan gejala atau tanda emergensi yang menbutuhkan
perhatian medik
Obat-obatan untuk mengurangi gejala flu
• Cek dengan petugas
kesehatan atau farmasi
• Untuk mengetahui benar/
aman obatnya
• Jangan berikan aspirin
untuk anak ≤ 18 tahun 
Reye Syndrome
• Anak < 2 tahunobat
tanyakan petugas kesehatan
Keadaan emergensi untuk dirawat di fasiliti kesehatan
• Sulit bernapas atau nyeri dada
• Bibir biru atau ungu
• Muntah dan tak dapat menjaga keseimbangan cairan
• Tanda-tanda dehidrasi
• Respon menurun atau confused
• Kejang
AVIAN INFLUENZA :
TATALAKSANA

dr. Melly Miranda, M.Ked(Paru), Sp.P


Jump directly from birds
to human without
undergoing genetic change

The new strain


may further
evolve to spread
from person to
person. If so, a
Human influenza A flu pandemic
strain
could arise.

Bird influenza A
strain

Jump directly The new strain can


from birds to spread from the
animal host and intermediate host to
then to humans humans
without
undergoing
genetic change
Kelompok resiko tinggi

• Petani, pekerja peternakan, petugas pemroses produk-produk


peternakan (jagal, pedagang)
• Petugas yang terlibat pada pembantaian, transport, atau
pembuangan limbah peternakan yang terinfeksi flu burung
• Petugas laboratorium yang menangani spesimen pasien flu
burung / hewan sakit
• Petugas kesehatan, keluarga yang merawat, atau yang
kontak erat dengan pasien flu burung
Triase di IGD
• Seleksi penderita Flu Burung dengan semua petugasnya
menerapkan Standard Universal Precaution
• Seleksi oleh perawat terlatih dengan pedoman gejala dan
faktor risiko Flu Burung
• Seleksi oleh dokter Triage untuk anamnesis dan
pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang Dx: Lab sederhana, Foto Toraks
• Menentukan dipulangkan atau dirawat Inap
Definisi Kasus :

• Possible case
• Probable case
• Confirmed case
Possible Case (Tersangka)
• Mereka dengan gejala saluran nafas akut :
• Demam lebih dari 38°C
• Batuk, Nyeri tenggorokan
ditambah salah satu dari berikut ini
• Kontak dengan penderita influenza A (H5N1) yang sudah
pasti selama masa penularan ATAU
• Kurang dari 1 minggu terakhir mengunjungi peternakan di
daerah KLB HPAI ATAU
• Bekerja di laboratorium yang memproses sampel dari orang /
binatang yang disangka terinfeksi HPAI
Probable Case
• Mereka dengan gejala sesuai Possible Case
DAN
• Adanya bukti laboratorium terbatas positif terinfeksi
virus influenza A/H5
ATAU
• Uji Imunofluorescence positif untuk antibodi terhadap
virus influenza A/H5
ATAU
• Tidak terbukti adanya penyebab yang lain
Confirmed Case (Pasti)
• Mereka dengan gejala sesuai Possible Case

DAN
• Hasil biakan virus positif influenza A (H5N1)
ATAU
• Uji RT-PCR positif untuk virus influenza A/H5
ATAU
• Titer antibodi (uji Imunofluorescence) terhadap virus influenza
A/H5 meningkat 4 kali lipat dalam selang waktu 2 minggu
Tatalaksana di Ruang Isolasi

☻Pasien dirawat dalam ruang isolasi kewaspadaan thd penularan


mel. udara (transmisi airborne)
☻Terapi simtomatis gejala flu
☻Hidrasi infus atau minum banyak
☻Melengkapi foto toraks, laboratorium
☻Oksigenasi (SO2 > 90%)
☻Bila terjadi Gagal Nafas  Respirator
Alat Pelindung Perorangan (APP)

• Kewaspadaan universal dg kewaspadaan tambahan:


kewaspadaan thd penularan airborne
• Cuci tangan
• Masker N95, minimum masker bedah
• Pelindung wajah/kacamata google
• Apron/gaun pelindung
• Sarung tangan
• Pelindung kaki (sepatu)
Uji laboratorium

• Isolasi virus dari bahan:


• darah
• Internal organ /alat dalam : paru, jantung, ginjal, dll
• Apusan hidung dan mulut
• Serologi: Antibodi detection (ELISA/EIA, HI, CFT) Antigen
detection (HI, IF/TA)
• Indonesia laboratorium rujukan: Badan Litbang Kes.
Pengobatan Suportif

• Pengobatan simtomatik untuk demam, nyeri kepala, dan


myalgia (Parasetamol, hindari Salisilate untuk pasien < 18
tahun)
• Antitusif sesuai kebutuhan
• Hidrasi & tirah baring selama fase akut. Jangan terburu-
buru kembali melakukan aktivitas
• Antibiotik hanya untuk pneumonia bakterial, otitis media /
sinusitis. Pilihan empiris meliputi 3rd gen. Cephalosporin /
Extended spectrum Quinolone
Kriteria penggunaan
respirator / ruang intensif
• RR > 30/mnt (anak  40/mnt)
• Sesak Napas
• Rasio PaO2/FIO2  250
• Foto Toraks infiltrat bertambah > 50%, atau mengenai banyak lobus
• Sistolik  90 mHg, Diastolik  60 mHg
• Syok Septik
• Membutuhkan terapi Vasopresor
• Fungsi ginjal memburuk (s. kreat  4 mg/dl)
• Membutuhkan ventilator mekanik
Thank You

Anda mungkin juga menyukai