1. SARS
● 1. Patofisiologi SARS
● Tanda:
● a.Ada membran tebal warna abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan tonsil ( ciri khas ).
● b.Sakit tenggorokan dan suara serak.
● c.Sakit ketika menelan.
● d.Kelenjer getah bening di leher membengkak.
● e.Kesulitan bernafas dan nafas cepat.
● f.Keluar cairan dari hidung.
● g.Demam dan menggigil.
● h.Malaise.
● Gejala umum yang timbul berupa:
a. Demam tidak terlalu tinggi.
b. Lesu dan lemah.
c. Pucat.
d. Anoreksia.
● Gejala khas yang menyertai:
a. Nyeri menelan.
b. Sesak nafas.
c. Serak.
Gejala lokal:
○ Nyeri menelan
○ bengkak pada leher
○ pembengkakan pada kelenjar regional, sesak
nafas, serak sampai stridor
Tes amplifikasi asam nukleat (NAAT)
● sistem NAAT memiliki kemampuan melakukan tes secara otomatis penuh yang mengintegrasikan pemrosesan sampel
serta kapasitas ekstraksi, amplifikasi, dan pelaporan RNA. Sistem-sistem tersebut memberikan akses pada tes di
wilayah-wilayah dengan kapasitas laboratorium yang terbatas serta waktu ketersediaan hasil yang cepat saat
digunakan untuk tes di dekat pasien. Validasi data dari sebagian asai ini sekarang sudah tersedia. Saat menjalankan
asai-asai ini di tempat-tempat tertentu, staf yang melakukan tes harus cukup dilatih, kinerjanya harus dinilai di tempat
tersebut, dan harus ada sistem pemantauan kualitas. Metode amplifikasi/deteksi tambahan yang dapat bermanfaat
seperti CRISPR (yang menarget klaster urutan berulang palindromik pendek berjarak reguler), teknologi amplifikasi
asam nukleat isotermal (seperti amplifikasi isotermal mediasi lingkar transkripsi balik (RT-LAMP), dan asai
mikrolarik molekuler sedang dikembangkan atau dikelola agar dapat dipasarkan Validasi kinerja analitis dan klinis
asai-asai ini, demonstrasi potensi kegunaan operasionalnya, pembagian cepat data, serta pengkajian darurat atas
peraturan tentang tes berkinerja baik yang dapat diproduksi disarankan agar dilakukan untuk meningkatkan akses
pada tes SARS-CoV-2. Hasil NAAT positif lemah perlu diinterpretasi secara hati-hati, karena beberapa asai terbukti
menghasilkan sinyal palsu dengan nilai Ct yang tinggi. Saat hasil tes terbukti invalid atau diragukan, pengambilan
sampel pasien harus diulang dan pasien dites lagi. Jika sampel-sampel tambahan dari pasien tidak tersedia, RNA harus
diekstraksi kembali dari sampel awal dan dites lagi oleh staf yang banyak berpengalaman. Hasilnya dapat
dikonfirmasi melalui tes NAAT alternatif atau pengurutan virus jika beban virusnya cukup tinggi. Laboratorium
didorong untuk mencari konfirmasi laboratorium referensi atas setiap hasil yang tidak terduga. Satu atau lebih hasil
negatif tidak selalu menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2 Sejumlah faktor dapat menimbulkan hasil
negatif pada orang yang terinfeksi, seperti:
● - kualitas spesimen yang buruk karena berisi terlalu sedikit material pasien
● - spesimen yang diambil terlalu lama dalam perjalanan penyakit, atau spesimen yang
diambil dari bagian tubuh yang tidak mengandung virus pada waktu diambil
● - penanganan dan/atau pengiriman spesimen yang tidak tepat
● - alasan-alasan teknis di dalam tes, seperti hambatan PCR atau mutasi virus.
2.Tes diagnostik cepat berdasarkan deteksi antigen
● Saat menggunakan asai serologis di laboratorium klinis, disarankan agar validasi atau
verifikasi mandiri atas asai tertentu dilakukan. Bahkan jika tes di pasaran telah diizinkan
untuk digunakan dalam kedaruratan, verifikasi mandiri (atau validasi, jika diwajibkan
oleh otoritas setempat) masih perlu dilakukan. Protokol dan contoh serta saran terkait
verifikasi mandiri ini sudah tersedia Setiap tes serologis berbeda. Dalam hal tes yang
tersedia di pasaran, ikuti instruksi penggunaan dari pembuatnya. Penelitian menunjukkan
bahwa beberapa asai di pasaran yang mengukur Ig total atau IgG berkinerja baik.
Sebagian besar penelitian ini tidak menunjukkan kelebihan IgM dibandingkan IgG,
karena IgM tidak muncul jauh sebelum IgG . Peran tambahan tes IgA dalam diagnosis
rutin masih belum dipastikan. Untuk konfirmasi infeksi baru, sera akut dan konvalesen
harus dites menggunakan asai semikuantitatif atau kuantitatif. Sampel pertama diambil
pada fase akut penyakit, dan sampel kedua diambil minimal 14 hari setelah sera awal
diambil.
4.Test Diagnostic Difteri
● 1.Anamnemis
● 1). Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi
yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
● Terapi oksigen
● Humidifikasi dengan nebulizer
● Fisioterapi dada
● Pengaturan cairan
● Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
● Obat inotropik
● Ventilasi mekanis
● Drainase empiema
● Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
● 2) Terapi antibiotik
● Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk
SARS karena menyajikan fitur non-spesifik dan cepat
tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari
pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang
sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi
terhadap patogen pernafasan Common per nasional
atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-
diperoleh atau nosokomial pneumonia.
● Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat
ditarik. Selain efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik
immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan
makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan.
● SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan
penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih baik
bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja.
● Antibiotik :
● 1.Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
● 2.Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
2.Penatalaksana Flu Burung
● 1) Melakukan infestigasi pd pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di bbrp
daerah KLP flu burung pd ayam di indonesia ( utk mengetahui infeksi flu burung pd
manusia)
● 2) Melakukan monitoring sec. ketat thd org2 yg pernah kontak dgn org yg
diduga terkena flu burung hingga terlewati 2x masa inkubasi yaitu 14 hr
● 3) Menyipakan 44 RS diseluruh indonesia utk menyiapkan ruangan
observasi thdp px yg di curigai mengidap avian influienza
● 4) Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko
● 5) Menginstruksikan kepada gebernur pemerintah propinsi untuk
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya
flu burung di wilayah masing- masing
● 6) Menigkatkan upaya penkes masyarakat dan membangun
jejaring kerja engan berbagai pihak untuk edukasi terhadap
masyarakat agar masyarakat waspada dan tidak panic
● 7) Meningkatkan koordinasi dan kerja sama denagn
departemen pertanian dan pemda dalam upaya
penanggulangan flu burung
● 8) Mengupayakan informasi yang meliputi aspek lingkungan
dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber
penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari depkes ,
deptan, dan WHO.
4.Penatalaksana Difteri
● Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin oral atau suntikan, atau
eritromisin selama satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan
tonsilektomi/adenoikdektomi.
Doumo
Arigatou
Gozaimasu