Anda di halaman 1dari 25

PERAWATAN BAYI BARU

LAHIR

OLEH :

IDA MARIANA.S.S.SiT.,M.Kes
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim
sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir di semua sistem (Cunningham, 2012). Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Manuaba,
2014).
Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu,
berat badan 2500-4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm,
lingkar kepala 33-35 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung
120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance
Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR)>7, gerakan aktif, bayi langsung
menangis kuat, genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis
yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang sedangkan genetalia
pada perempuan kematangan ditandai dengan labia mayora menutupi labia
minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks sucking sudah
terbentuk dengan baik (Armini, 2017).

2. Klasifikasi bayi baru lahir


Bayi baru lahir dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut (Manuaba,
2014) yaitu :
a. Bayi baru lahir menurut masa gestasinya :

1) Kurang bulan (preterm infant) : <37 minggu


2) Cukup bulan (term infant) : 37-42 minggu

3) Lebih bulan (postterm infant) : 42 minggu atau lebih

b. Bayi baru lahir menurut berat badan lahir:

1) Berat lahir rendah : <2500 gram

2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

3) Berat lahir lebih : >4000 gram

B. Infeksi Pada Bayi Baru Lahir


1. Pengertian infeksi
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi
pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir terjadi pada masa neonatal, intranatal dan postnatal. Infeksi merupakan
respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan
lain. Infeksi terjadi pada kurang dari satu persen bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebab dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir
(Sembiring, 2019).
Gejala bayi yang mengalami infeksi adalah malas minum, bayi tertidur,
tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat menurun, terjadi diare
dengan segala manifestasinya, panas badan bervariasi sampai meningkat,
pergerakan aktivitas bayi makin menurun (Manuaba, 2012).

2. Klasifikasi infeksi
a. Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring, 2019) :
1) Infeksi dini
Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan. Biasanya
didapat dari organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion.
2) Infeksi lanjutan
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir. Biasanya didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan
organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi.
b. Pembagian infeksi menurut besarnya masalah (Saifuddin, 2014)
1) Infeksi berat
a) Sepsis Neonatorum
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang timbul akibat respon
Systemic Imflamatory Respons Syndrome (SIRS) yang terjadi akibat infeksi
bakteri, virus, jamur ataupun parasit yang timbul pada 1 bulan pertama.
Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan diagnose bayi mengalami
sepsis yaitu tergantung faktor risiko mayor dan faktor risiko minor (RSUD
Wangaya, 2018).
Faktor risiko mayor seperti ketuban pecah lebih dari 24 jam, Ibu demam
saat intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 38ºC, korioamnionitis, denyut
jantung janin menetap atau lebih dari 160 kali permenit dan ketuban berbau.
Faktor risiko minor seperti ketuban pecah lebih dari 12 jam, Ibu mengalami
demam saat intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 37,5ºC, nilai APGAR
rendah, berat badan kurang dari 1500 gram, usia gestasi kurang dari 37
minggu, kehamilan ganda. keputihan yang tidak diobati, Infeki Saluran Kemih
(ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati (RSUD Wangaya, 2018).
Untuk menegakkan diagnosa infeksi kriteria adalah minimal bayi
mengalami satu faktor risiko mayor atau dua faktor risiko minor, bayi
mengalami perburukan kondisi dengan respirasi lebih dari 60 kali permenit
dengan atau tanpa retraksi dada, bayi mengalami instabilitas suhu, capillary
reffil time lebih dari tiga detik. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
didapatkan minimal positif pada dua pemeriksaan dengan atau tanpa hasil
kultur darah yang positif (RSUD Wangaya, 2018).
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah septic maker yang
meliputi darah lengkap untuk mengetahui hitung leukosit, neutrofil absolute
dan trombosit, IT rasio untuk mengetahui rasio neutrofil imatur dengan
neutrofil total dan procalsitonin (RSUD Wangaya, 2018).
b) Meningitis
Meningitis biasanya didahului sepsis dan disertai dengan kejang,
fontanel menonjol, kaku kuduk dan opistotonus. Setiap pasien sepsis harus
dilakukan lumbal punksi. Dalam melakukan lumbal punksi penilaian likuor
serebrospinal sangat menentukan derajat infeksi. Jika jumlah sel lebih dari
20 per mm3 dan hasil nonne dan pandy positif, dokter bisa menegakkan
diagnosameningitis (Manuaba, 2012).
c) Pneumonia
Diagnosis pneumonia ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi thoraks.
Tanda dan gejala sangat khas yaitu bayi batuk, sesak nafas, kesulitan nafas,
dan tampak lemah (Manuaba, 2012).
d) Diare
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali
perhari dan berubahnya konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair dengan
atau tanpa darah dan atau lendir berlangsung kurang dari minggu (RSUD
Wangaya, 2018).
e) Tetanus Neontorum
Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani. Masa ikubasi biasanya tiga
sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi
trismus. Mulut mencucu seperti ikan sehingga tidak dapat minum dengan
baik. Kemudian dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum.
Leher menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, disertai dengan suhu
yang meningkat (Saifuddin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Meliya
dkk di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012 dari 262 bayi 78.6%
mengalami infeksi berat dan 21,4% mengalami infeksi ringan. Penyakit
tertinggi yang diderita bayi adalah sepsis neonatorum sebanyak 38,2%.
Penelitian yang dilakukan Putra tahun 2012 di RSUP Sanglah Denpasar
42% kematian bayi disebabkan oleh infeksi berat. Hasil penelitian Aulia
Rahma dkk tahun 2015 di RSUD Sidoarjo bahwa awal Januari 2015 dari
35 bayi yang lahir 17 mengalami infeksi.
2) Infeksi Ringan
a) Omfalitis Ujung pusat seringkali kena infeksi staphylococcus aureus
biasanya mengeluarkan nanah dan sekitarnya merah serta ada edeme.
Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hepar melalui
ligamentumdan menyebabkan abses yang berlipat ganda (Saifuddin,
2014).
b) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi.
Infeksi mula mula terdapat dimulut kemudian di esofagus dan ditraktus
digestifus. Jika terjadi seperti ini bisa menyebabkan diare (Saifuddin, 2014).

1. Penyebab infeksi
a. Infeksi bacterial
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti escherichia
coli, pseudomonas pyocyaneus, lensielia, staphylococcus aureus, dan
coccus gonococcus (Sembiring, 2019).
b. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta antara lain
Cytomegalo Virus (CMV), rubella, parvo virus, HIV. Sedangkan yang sering
menyebabkan infeksi yang didapat antara lain herpes simplex virus,
varicella- zoster virus, hepatitis, Respiratory Syncial Virus (RSV) (Sembiring,
2019).
c. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal maupun
sistemik, infeksi biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi kongenital
yang sering ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis, keduanya sering
menimbulkan kelainan/cacat kongenital (Sembiring, 2019).

2. Faktor-faktor predisposisi infeksi pada bayi baru lahir


a. Faktor maternal
Status sosial ekonomi ibu ras dan latar belakang cendrung
mempengaruhi terjadinya infeksi pada bayi. Ibu yang berstatus sosio
ekonomi rendah menyebabkan nutrisi dan status gizinya tidak baik. Selain
status sosial ekonomi faktor jumlah paritas ibu, umur ibu, kurangnya
perawatan prenatal, ketuban pecah dini dan prosedur selama persalinan
(Sembiring, 2019).
b. Faktor neonatal
Prematuritas merupakan faktor risiko utama untuk infeksi neonatal
umumnya imunitas kurang bulan lebih rendah dari bayi cukup bulan. Laki-laki
dan kehamilan kembar juga ikut mempengaruhi. Insiden infeksi pada bayi
laki- laki empat kali lebih besar dari bayi perempuan, menegaskan
kemungkinan adanya faktor-faktor seks (Sembiring, 2019).

3. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus pada
bayi karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
untuk pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.
c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan benang tali
pusat telah disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola
karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah
menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
d. Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setelah
digunakan).
e. Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya, dengan
mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
f. Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air bersih,
hangat, dan sabun setiap hari.
g. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Setiyani
dkk, 2016).

4. Penatalaksanaan infeksi
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat, berikan Air Susu Ibu
(ASI) perlahan-lahan, perawatan sumber infeksi seperti memberikan salep
yang mengandung neomicin dan bacitracin pada tali pusar yang mengalami
infeksi. Pemberian salep mata gentamicin pada bayi baru lahir. Jika terjadi
infeksi lanjutan segera berikan antibiotik sesuai indikasi (Sembiring, 2019).

A. Karakteristik Ibu
Notoatmodjo (2014) karakteristik seseorang merupakan sifat yang
membedakan seseorang dengan yang lain berupa pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, jumlah anak, dan jumlah keluarga dalam rumah tangga yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Karakteristik ibu sangat mempengaruhi
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir meliputi:

1. Usia ibu
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku,
karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggungjawab,
lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda(Notoatmodjo, 2014).
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Saifuddin,
2014).
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun. Umur yang kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Jika usia
terlalu muda fungsi organ reproduksi belum sempurna sehingga cenderung
melahirkan bayi yang premature sedangkan usia terlalu tua secara kodrat
alamiah organ reproduksi wanita sudah mulai mengendor sehingga
menyebabkan persalinan yang lama (Manuaba, 2012).
Penelitian Suwiyoga (2007) menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antarausia ibu saat melahirkan dengan infeksi atau sepsis neonatorum.
Dimana usia <16 tahun maupun >35 tahun akan sangat berisiko saat
melahirkan.Pada kelompok usia 20-35 tahun dapat terjadi risiko infeksi atau
sepsis neonatorum terhadap bayi yaitu pada ibu-ibu dengan kelahiran paritas
3 atau lebih. Penelitian Simbolon (2006) menyebutkan bahwa 89,6% kejadian
infeksi atau sepsis neonatorum terjadi pada ibu dengan usia 20-35 tahun.

2. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang yang ditempuh seseorang sampai dengan
mendapatkan ijazah. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga
perilaku akan pola hidup, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi (Notoatmodjo, 2014).Ibu yang memiliki pendidikan formal atau
informal rendah dapat mengalami kesulitan dalam menerima informasi kesehatan dan
memilih fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat untuk memeriksakan kehamilan dan
persalinan. Selain itu ibu yang memiliki pendidikan rendah kurang mengerti bagaimana
cara perawatan selama hamil, bersalin, perawatan bayi, dan semasa nifas (Azizah dkk,
2017).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 dibagi menjadi
tiga jenjang yaitu: Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi.

3. Pekerjaan
Status pekerjaan suami dan istri juga mempengaruhi kondisi kehamilan dan bisa
menyebabkan kematian ibu atau bayi karena berkaitan dengan faktor sosial ekonomi
keluarga. Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap akses seorang perempuan dalam
mendapatkan pendidikan, gizi yang baik, dan pelayanan kesehatan yang baik pula. Apabila
ketiga akses tersebut tidak dapat terpenuhi maka meningkatkan risiko terjadinya kematian
ibu dan bayi (Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian Azizah dan Oktiaworo (2017)
mengungkapkan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja selama hamil, yaitu sebagai ibu
rumah tangga (80%), sedangkan ibu yang bekerja (20%).

4. Paritas
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2011)
paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup yaitu kondisi yang
menggambarkan kelahiran sekelompok atau kelompok wanita selama masa reproduksi.
Klasifikasi jumlah paritas dibedakan menjadi:
a. Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama sekali.
b. Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
untuk hidup di dunia luar. Ibu dengan primipara belum pernah mengalami kehamilan,
melahirkan dan kondisi rahim yang baru menyesuaikan akan terjadi perubahan fisik dan
psikologis yang komplek. Komplikasi yang dialami seperti kelahiran premature,
persalinan lama dan kurang informasi tentang persalinan sehingga mempengaruhi
proses persalinan.
c. Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu dan
tidak lebih dari 5 kali. Kehamilan pada ibu dengan multipara dapat dicegah melalui
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada ibu multipara adalah tidak direncanakan
(Padila, 2014). Ibu yang sering melahirkan menyebabkan alat reproduksi mulai
mengendur sehingga mengalami proses persalinan yang lama.
JOB SHEET
PEMERIKSAAN FISIK BBL

I. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir sesuai dengan
prosedur.

II. Dasar Teori


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu hal yang harus dikerjakan dalam rangkaian
pengumpulan data dasar (pengkajian data) pada bayi baru lahir sebagai dasar
dalam menentukan asuhan Keperawatan pada bayi baru lahir.
Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di
bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan
pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai keadaan umum bayi,
menentukan status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam
kehidupan ekstrauteri, dan mencari adanya kelainan/ ketidaknormalan pada bayi.

III. Petunjuk dan keselamatan kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan fisik
2. Perhatikan petunjuk pelaksanaan tindakan
3. Lakukan tindakan secara lembut, hati-hati dan teliti
4. Perhatikan keadaan bayi sebelum bekerja agar tindakan dapat dilaksanakan dengan
baik
5. Letakkan bayi dan alat-alat pada tempat yang aman.

IV. Alat dan bahan


1. Manikin bayi
2. Selimut bayi
3. Pakaian bayi
4. Timbangan bayi
5. Alas dan baki
6. Bengkok
7. Bak instrumen
8. Stetoskop
9. Handschoon 1 pasang
10. Midline
11. Kom tutup berisi kapas DTT
12. Termometer
13. Jam tangan / Stopwatch
14. Tiga buah gelas berisi air chlorin, air sabun, air bersih
15. Baskom berisi klorin 0,5%
16. Lampu sorot
V. Persiapan
1. Persiapan ruang dan tempat pemeriksaan yang hangat, bersih dan rata
2. Siapkan alat dan bahan pemeriksaan yang akan digunakan dengan menyusunnya
secara ergonomis

VI. Prosedur
Pelaksanaan Nilai :
0 : apabila tindakan tidak dilakukan
1 : apabila dilakukan tetapi kurang sempurna/ tidak
tepat 2 : apabila dilakukan dengan benar

NO LANGKAH GAMBAR
.
1. Melakukan informconsent: memberi tahu dan
menjelaskan pada ibu atau keluarga
tentang tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
2. Melakukan anamnesis riwayat dari ibu
meliputi: faktor genetik, faktor lingkungan
sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor
neonatal
3. Menyiapkan alat dan bahan secara
ergonomis (memastikan kelengkapan
alat)

4. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air


mengalir, keringkan dengan handuk bersih,
lalu menggunakan sarung tangan bersih
5. Menjaga suhu bayi dan lingkungan dalam
keadaan sehat
- Gunakan lampu sorot untuk
menghangatkan bayi (jarak lampu sorot
dengan bayi + 60 cm
- AC dan kipas angin tidak boleh
dihidupkan

6. Meletakan bayi pada tempat yang


rata/tempat tidur (upayakan tempat untuk
pemeriksaan aman, menghindari bayi
terjatuh), dan atur posisi bayi dalam keadaan
telentang

7. Mengkaji keadaan umum bayi secara


keseluruhan
- Bayi cukup bulan biasanya ditutupi oleh
vernik kaseosa
- Bibir dan kulit bayi apakah berwarna
merah muda / biru
- Apakah Ekstremitas bayi dapat bergerak
bebas / fleksi
- Bayi bernafas / menangis tanpa
dengkuran atau tarikan dada
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
8. Melakukan penimbangan (berat badan):
- Letakan kain atau kertas pelindung dan
atur skala timbangan ke titik nol sebelum
penimbangan
- Hasil timbangan dikurangi dengan berat
alas dan pembungkus bayi
- Normal: 2500-4000 gram
9. Melakukan pengukuran panjang badan:
- Letakan bayi di tempat yang datar
- Ukur panjang bayi menggunakan alat
pengikur panjang badan dari kepala
sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan
- Normal: 49-50 cm

10. Mengukur lingkar kepala


- Cara: mengukur kepala pada diameter
terbesar yaitu frontali- oksipitalis
- Jika terdapat caput suksedanium, dapat
dilakukan hari ke-2 atau ke-3
- Normal: 33-35 cm

11. Mengukur lingkar dada


- Pengukuran dilakukan dari daerah dada
ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua
putting susu)
- Normal: 30-38 cm

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL


12. Pemeriksaan suhu bayi
- Dilakukan di aksila, 5-10 menit
- Suhu normal bayi 36,5-37,50 C
13. Pemantauan denyut jantung bayi
- Memperhatikan keteraturan denyut
jantung bayi, hitung frekuensinya
selama 1 menit penuh
- Denyut jantung normal 120-160 x/mt

14. Pemantauan pernafasan bayi


- Menghitung pernafasan bayi selama
1 menit penuh
- Memantau adanya apnu dan
dengarkan suara nafas
- Memperhatikan tarikan dada bayi
- Pernafas normal = 40-60 x/mnt

PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


15. Melakukan pemeriksaan kepala
- Raba sepanjang garis sutura dan
fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal
- Fontanel anterior harus diraba, fontanel
yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi
pada mikrosefali
- Periksa adanya tauma kelahiran
misalnya; caput suksedaneum, cephal
hematoma, perdarahan
subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak
- Perhatikan adanya kelainan kongenital
seperti: anensefali, mikrosefali
16. Melakukan pemeriksaan mata
- Periksa jumlah, posisi atau letak mata
- Periksa adanya strabismus yaitu
koordinasi mata yang belum sempurna
- Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea
- Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva
atau retina
- Periksa adanya sekret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan
menyebabkan kebutaan
- Periksa keadaan sclera, apakah
nampak gejala icterus atau tidak
- Kaji eyeblink reflex: refleks gerakan
seperti menutup dan mengejapkan
mata, jika bayi terkena sinar atau
hembusan angin, matanya akan
menutup atau dia akan
mengerjapkan matanya
17. Memeriksa telinga
- Periksa dan pastikan jumlah, bentuk
dan posisinya (simetris atau tidak)
- Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang
- Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas di bagian
atas
- Perhatikan letak daun telinga, daun
telinga yang letaknya rendah (low set
ears) terdapat pada bayi
yangmengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin)
18. Periksa hidung
- Kaji bentuk dan lebar hidung, pada
bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm
- Bayi harus bernapas dengan hidung,
jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas
akarena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring
- Periksa adanya sekret
mukopurulen yang terkadang
berdarah , hal ini kemungkinan
adanya sifilis congenital
- Periksa adanya pernapasa cuping
hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan
19. Melakukan pemeriksaan bibir dan mulut
- Kaji bentuk bibir apakah simetris atau
tidak
- Perhatikan daerah langit-langit mulut
dan bibir jika ada bibir sumbing
- Perhatikan jika ada bercak putih
pada gusi maupun palatum
- Kaji reflex rooting (mencari putting
susu), reflex sucking/menghisap dan
reflex swallowing/menelan

20. Melakukan pemeriksaan leher


- Leher bayi biasanya pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya
- Pergerakannya harus baik, jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan
ada kelainan tulang leher
- Periksa adanya trauma leher yang dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis
- Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi
adanya pembengkakan/pembesaran
kelenjar tyroid dan vena jugularis
21. Melakukan periksa dada
- Periksa kesimetrisan gerakan dada saat
bernapas, pernapasan yang normal
dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan, tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu
diperhatikan
- Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris, cek pengeluarannya
- Payudara dapat tampak membesar
tetapi ini normal
22. Memeriksa bahu, lengan, tangan
- Kedua lengan harus sama panjang,
periksa dengan cara meluruskan kedua
lengan ke bawah
- Periksa jumlah jari, perhatikan
adanyapolidaktili atau sidaktili
- Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormaltas
kromosom, seperti trisomi 21
- Periksa adanya paronisia pada kuku yang
dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan

- Kaji refleks moro dan kemungkinan


adanya fraktur: bayi akan
mengembangkan tanganya ke samping
dan melebarkan jari-jarinya kemudian
menarik tangannya kembali dengan
cepat seperti ingin memeluk seseorang
- Kaji refleks palmar
grasping/menggenggam: timbul bila
kita mengoreskan jari melalui bagian
dalam atau meletakkan jari kita pada
telapak tangan bayi, jari-jari bayi akan
melingkar ke dalam seolah memegangi
suatu benda dengan
kuat
23. Memeriksa abdomen
- Amati tali pusat: pada tali pusat,
terdapat 2 arteri dan 1 vena
- Observasi pergerakan abdomen,
abdomen tampak bulat dan
bergerak serentak dengan
pergerakan dada sat bernafas
- Raba abdomen untuk memeriksa adanya
massa
- Melihat dan meraba bentuk abdomen:
raba apakah ada massa abnormal,
bentuk perut sangat cekung
kemungkinan terdapat hernia
# Tonus otot yang baik : semua
diafragmatika, bentuk abdomen yang ekstrimitas fleksi
membuncit kemungkinan karena
hepato-splenomegali atau tumor lainnya
24. Memeriksa
genetalia Bayi
laki-laki:
- Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm
dan lebar 1-1,3 cm
- Periksa posisi lubang uretra (normal
berada pada ujung penis), prepusium
tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis
- Skrortum harus dipalpasi untuk
memastikan jumlah testis ada dua (bayi
cukup bulan testis sudah turun di
skrotum)
Bayi perempuan:
- Pada bayi cukup bulan labia mayora telah
menutupi labia minora
- Pastikan lubang uretra terpisah dengan
lubang vagina
- Terkadang tampak adanya sekret
berwarna putih atau berdarah dari vagina,
hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding)
25. Memeriksa tungkai dan kaki
- Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki
- Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan,
juga hitung jumlah jari-jari kaki
- Kedua tungkai harus dapat bergerak
bebas, kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur,
kerusakan neurologis
- Mengkaji refleks Babinski: dengan
mengusap /
menekan bagian menonjol dari dasar jari
di telapak kaki bayi keatas dan jari-jari
membuka
26. Periksa spinal/punggung
- Periksa spina dengan cara
menelungkupkan bayi, cari adanya
tanda-tanda abnormalitas seperti spina
bifida, pembengkakan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abdormalitas
medula spinalis atau kolumna vertebra
27. Periksa anus dan rectum
- Periksa adanya kelainan atresia
ani, kaji posisinya
- Mekonium secara umum keluar pada
24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya
mekonium plug syndrom, megakolon
atau obstruksi saluran pencernaan

28. Memeriksa kulit


- Perhatikan kondisi kulit bayi:
warna, ruam, pembengkakan,
tanda-tanda infeksi
- Periksa adanya bercak atau tanda lahir
- Perhatikan adanya vernik kaseosa
- Perhatikan adanya lanugo, jumlah
yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan

29. Menjelaskan pada orang tua hasil


pemeriksaan dan
memberinya konseling
30. Merapihkan bayi dan memberikan pada
keluarganya
kembali
31. Membereskan alat dan bahan yang telah
digunakan
32. Melepas sarung tangan, lalu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir,
mengeringkan dengan
handuk bersih
33. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah
dilakukan

VII. Referensi
Bobak. Keperawatan Maternitas. Penerbit Buku Kedukteran EGC. Jakarta. 2005.
hal 384- 403
Johnson, Ruth. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
2005. hal. 263-273
Henderson, Christine. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2006. hal 385-390
Saifuddin, Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005. hal. 136-138
Saifuddin, Abdul Bari.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2002. hal. N30-N34
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

No. Langkah Nilai


0 1 2
1. Melakukan inform consent: memberi tahu dan menjelaskan pada ibu
atau
keluarga tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
2. Melakukan anamnesis riwayat dari ibu meliputi faktor genetik,
faktor
lingkungan sosial, faktor ibu dan perinatal, faktor neonatal
3. Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis
(memastikan kelengkapan alat)
4. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, keringkan
dengan
handuk bersih, lalu menggunakan sarung tangan bersih
5. Menjaga suhu bayi dan lingkungan dalam keadaan sehat
6. Meletakan bayi pada tempat yang rata/tempat tidur dan atur posisi
bayi
dalam keadaan telentang
7. Mengkaji keadaan umum bayi secara keseluruhan
- Bayi cukup bulan biasanya ditutupi oleh vernik kaseosa
- Bibir dan kulit bayi apakah berwarna merah muda / biru
- Apakah Ekstremitas bayi dapat bergerak bebas / fleksi
- Bayi bernafas / menangis tanpa dengkuran atau tarikan dada

PENGUKURAN ANTROPOMETRI
8. Melakukan penimbangan (berat badan)
9. Melakukan pengukuran panjang badan
10. Mengukur lingkar kepala
11. Mengukur lingkar dada
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
12. Pemeriksaan suhu bayi
13. Pemantauan denyut jantung bayi
14. Pemantauan pernafasan bayi
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
15. Melakukan pemeriksaan kepala
16. Melakukan pemeriksaan mata
17. Memeriksa telinga
18. Periksa hidung
19. Melakukan pemeriksaan bibir dan mulut
20. Melakukan pemeriksaan leher
21. Melakukan periksa dada
22. Memeriksa bahu, lengan, tangan
23. Memeriksa abdomen
24. Memeriksa genetalia
25. Memeriksa tungkai dan kaki
26. Periksa spinal/punggung
27. Periksa anus dan rectum
28. Memeriksa kulit
29. Menjelaskan pada orang tua hasil pemeriksaan dan memberinya
konseling
30. Merapihkan bayi dan memberikan pada keluarganya kembali
31. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan
32. Melepas sarung tangan, lalu mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
33. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai