Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORUM

Disusun oleh :

1. Irma Krismawati (P1337420518058)

2. Wiesnu Styamahendra (P1337420518093)

3. Agung Dwi Laksono (P1337420518094)

4. Silvia Nurulita (P1337420518101)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini terselesaikan dengan

baik..Mempersembahkan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN SEPSIS NEONATORIUM” yang menurut saya dapat

memberikan manfaat bagi kita.

Melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan minta maaf karena terdapat

kesalahan dalam penulisan yang saya buat.Dengan ini, saya mempersembahkan

makalah ini dengan penuh rasa terima kasih.

Magelang, 17 Juni 2019

Penyusun
BAB I

PENAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat

dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir.Di negara berkembang

hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya dengan

sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi

baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis

bayi baru lahir.

Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi,

BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis

neonatorum merupakan salahsatu masalah yang dapat menyebabkan kematian pada

bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000

kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara

20%-30%.

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana

terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis

neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa

pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka

kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab kematian


utamapada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi.Kerentanan

neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003)

Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam

beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan dalam

pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis

neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi, dan

dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu sepsis neonatorium ?

2. Apa saja klasifikasi dari sepsis neonatorium ?

3. Bagaimana etiologi dari sepsis neonatorium ?

4. Apa tanda dan gejala dari sepsis neonatorium ?

5. Bagaimana patofisiologi dari sepsis neonatorium ?

6. Bagaimana patway dari sepsis neonatorium ?

7. Apa saja komplikasi bila klien terkena sepsis neonatorium ?

8. Apa pemerikaan penunjang untuk sepsis neonatorium ?

9. Bagaiamana asuhan keperawatan pada klien dengan sepsis neonatorium ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dari sepsis neonatorium

2. Mengetahui klasifikasi dari sepsis neonatorium

3. Mengetahui etiologi dari sepsis neonatorium

4. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan sepsis

neonatorium
5. Mengetahui patofisiologi dari sepsis neonatorium

6. Mengetahui patway dari sepsis neonatorium

7. Mengetahui komplikasi yang muncul akibat dari sepsis neonatorium

8. Mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk klien dengan sepsis

neonatorium

9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan sepsis neonatorium


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Sepsis neonatorium atau septicema neonatorum merupakan keadaan dimana

terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah diseluruh tubuh yang terjadi pada bayi baru

lahir 0-28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati,2009)

Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonates yang disebabkan oleh

bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013)

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama

empat minggu pertama kehidupan.Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500

atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

2.2 KLASIFIKASI

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan

menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis)

dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis)

Sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) merupakan infeksi perinatal yang

terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh

pada saat proses kelahiran atau in utero. Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit

ibu atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran bayi. Incidence
rate sepsis neonatorum awitan dini adalah 3.5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan

15-50% pasien tersebut meninggal .

Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) terjadi disebabkan kuman yang

berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah 72 jam kelahiran. Proses infeksi

semacam ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk

didalamnya infeksi karena kuman nasokomial (Aminullah, 2010).

2.3 ETIOLOGI

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,

virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri

seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia

Coli, Group B streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya

sepsis pada neonatus adalah:

1. Perdarahan

2. Demam yang terjadi pada ibu

3. Infeksi pada uterus dan plasenta

4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)

5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

2.4 TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik

serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang

dapat ditemukan pada neonatus yang menderita sepsis :

1. Tanda dan gejala umum.

Hipertermi atau hipotermi atau bahkan normal, aktivitas lemah atau tidak ada

dan tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba.

2. Tanda dan gejala pada saluran pernapasan.

Dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernapasan, merintih,mengorok,

sianosis dan pernapasan cuping hidung.

3. Tanda dan gejala pada sistem kardiovaskuler.

Hipotensi, kulit lembab, pucat , takikardi, bradikardi, edema, henti jantung

4. Tanda dan gejala pada saluran cerna.

Distensi abdomen, malas atau tidak mau minum, muntah, diare, menyusu

buruk, peningkatan residu lambung selama menyusui

5. Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat.


Reflek moro abnormal, iritabilitas, kejang, hiporefleksi, fontanel anterior

menonjol, pernapasan tidak teratur, tremor, koma.

6. Tanda dan gejala hematologi.

Tampak pucat, ikterus, ptekiae, purpura, perdarahan, splenomegaly, pucat,

ekimosis.

2.5 PATOFISIOLOGI

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.Pelepasan

endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan

ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan

metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak

kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis

metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation

(DIC) dan kematian

Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara, yaitu :

a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir.

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus

masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi
adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes,

sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur

ini antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.

b. Pada masa intranatal atau saat persalinan.

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks

naik mencapai korion dan amnion.Akibatnya, terjadi amnionitis dan

korionitis.Selanjutnya kuman melalui umbilikalis masuk ke tubuh bayi. Cara lain,

yaitu saat persalinan. Cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi

dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan

infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut, infeksi pada janin dapat

terjadi melalui kulit bayi dan port the entry lain saat bayi melewati jalan lahir yang

terkontaminasi oleh kuman (misalnya : herpes genitalis, candida albican dan n.

Gonorrea).

c. Pada masa pascanatal atau sesudah persalinan.

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi

nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat pengisap lendir,

selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau

profesi lain dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial


2.6 PATWAY

Bakteri dan virus Penyakit infeksi yang diderita ibu

Masuk Ke neonates

Masa antenatal Masa intranatal Pascanatal

Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan serviks Infeksi nosocomial

dari lingkungan

diluar Rahim

melewati plasenta dan Naik ke karoin dan amnion Melalui alat : melalui

Umbilikus selang, ,NGT, dot

Masuk kedalam tubuh bayi Amnionitis dan Karionitis

Melalui sirkulasi darah janin Kuman melalui umbilicus

Masuk ketubuh janin

SEPSIS

Instabilitas Termoregulasi Sistem Kardiovaskuler Sistem Pencernaan

Menyusu Buruk

Hipertermi Hipotensi Kulit lembab,


Pucat dan sianosis Dehidrasi

Devisit volume cairan

2.7 KOMPLIKASI

1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice

Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan

septik.Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang

berkurang.Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik

dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak

disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat

menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu

banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ

hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati

akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.

2. Dehidrasi

Kekurangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang,

tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..

3. Hiperbilirubinemia dan anemia

Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan

pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang
sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan

hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut

oksigen).Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu

mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat

infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel

darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat

dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi

hemoglobin sering terjadi.

4. Meningitis

Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui

aliran darah.

5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)

Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang

mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan

mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan

darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu

terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagiandari evaluasi

diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran
pernapasan.Dalam kasus ini, radiografidada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat

fokus, penebalanpleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms

udaradibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-

kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis

spesifik, seperti didugaosteomyelitis atau necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006)

Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan

diagnosis.Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk

menentukan pilihan antibiotik yang tepat.Pada hasil pemeriksaan darah tepi,

umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan

trombositopenia.Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis

sudah jelas.Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal,

usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau

hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis,

setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama.

Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika.

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein

(CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul

pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)

2.9 PENATALAKSANAAN

a. Perawatan suportif

Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk

menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk


mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit

(Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:

1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus

dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.

2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,

maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang

sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus

menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk

memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan

dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.

3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau

sianosis

4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai

5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan

perdarahan

6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut

kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.

7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi

nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli

b. Terapi pengobatan

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya


memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah

diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah

ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012)

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata klien berisi tentang : Nama,No. Register, umur, Jenis Kelamin, Alamat,

Tanggal Lahir, Tgl MRS , Tanggal Pengkajian, Diagnosa Medis

b. Riwayat kesehatan : kaji riwayat kesehatan klien yang dialami sekarang, dahulu,

dan keluarga

c. Riwayat kehamilan kaji kenaikan BB selama hamil , penyakit yang diderita ibu

saat hamil , keluhan apa saja yang dirasakan ibu saat hamil, dan apakah ibu

mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.

d. Riwayat kelahiran: berapa lama ibu saat melahirkan , apakah ada komplikasi

atau tidak, bagaimana cara persalinan , dimana melahirkannya, berapa usia

gestasi dan bagaimana kondisi air ketubannya.

e. Riwayat post natal : Pernapasan/usaha bernapas (dengan/tanpa bantuan) , Tonus

otot, Skor APGAR untuk mengetahui konsisi kesehatan bayi,Kebutuhan

resusitasi adakah jenis dan lamanya


f. Pola pengkajian Gordon

1. Nutrisi : asupan makanan dan cairan untuk memenuhi kebutuhan

metabolic

2. Eliminasi : kaji kebiasaan BAB dan BAK , karakteristik, warna dan

frekuensi

3. Aktifitas latihan : latihan fisik, pola aktifitas yang memerlukan

penggunaan energy dan memberikan istirahat.

4. Istirahat tidur : keefektifan periode tidur dan istirahat . kaji adanya

perubahan pola tidur atau tidak

5. Psikososial : pola stress termasuk system pendukung.

g. Pemeriksaan fisik (head toe toe)

a) Keadaan Umum

Pemeriksaan meliputi : status kesadaran (komposmentis , apatis ,

somnolen, semikoma, koma), RR,Suhu, Nadi (normalnya bayi 120-

160x/menit)

b) Kepala dan rambut

Pemeriksaan meliputi : Kebersihan (bersih/ tidak), Keadaan rambut,

Keadaan kulit kepala, Caput succedanum cefalohematom, Sutura sagitalis

(tepat/terpisah/menjauh) Distribusi rambut merata/tidak merata.

c) Mata

Mengkaji kondisi Konjungtiva Ikterik/ tidak ,apakah mata simetris kanan

dan kiril
d) Hidung

Apakah ada pernafasan cuping hidung dan apakah ada sekresi

e) Telinga

Keadaan telinga apakah bersih atau tidak, apakah ada sekresi dan

bagaimana bentuk telinga.

f) Mulut dan Tenggorokan

Ada kah jamur (stomatitis, moniliasis), kelainan bibir dan rongga mulut

(gnato/labio/palate skizis),bagaimana reflek menelan lemah atau tidak,

warna bibir

g) Leher

Adakah vena jugularis apakah ada pembesaran ,Arteri karotis : tidak ada

pembesaran ,Pembesaran tiroid/limfe ada atau tidak.

h) Dada/Thorak (jantung dan Paru)

Bagaimana bentuk dada simetris, RR, IC tidak tampak atau

Nampak,Palpasi = fremitus vocal sama kedua sisi, IC apakah teraba,

Perkusi = sonor ICS 1- ICS V, pekak dari ICS IV - ICS V lateral sinistra,

Auskultasi = Vesikuler, ada/ tidak ada bunyi tambahan

i) Ekstremitas atas

Tonus otot (keadaan otot ), Trauma, deformitas ada atau tidak ada,

Kelainan struktur ada atau tidak ada, CRT (capillary refill time)

normalnya adalah kurang dari 2 detik.


j) Perut

Bising usus normal atau tidak, Ascites ada atau tidak ada, kondisi massa

tidak teraba massa Turgor kulit , Vena apakah ada nyeri tekan /tidak

k) Genetalian dan Anus

Kondisi anus bersih atau tidak , apakah ada kelainan apa tidak.

l) Ekstremitas bawah

Tonus otot kadaaan otot bagian bawah

m) Integumen

Warna kulit, Kelembaban,Lesi : tidak ada

h. pengkajian antropometri

Berat badan bayi normal , Panjang badan ,Lingkar kepala normal, Lingkar

dada, dan Lingkar lengan atas normal pada bayi

i. reflek primitif

Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif, Reflek menghisap: kuat, lemah,

Reflek menjejak: baik, buruk

2. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


infeksi atau inflamasi ditandai dengan ibu mengatakan anaknya sudah demam

selama 2 hari, pemeriksaan tanda- tanda vital RR: 50 x/menit, suhu : 38o c

,nadi 150x/menit

Etiologi : Instabilitas Termoregulasi


Masalah : Hipertermi

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


volume bersirkulasi akibat dehidrasi di tandai dengan Ibu pasien mengatakan

bibir bayi berwarna kebiru-biruan

Etiologi : Hipotensi kulit lembab dan sianosis

Masalah : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang ditandai


dengan ibu mengatakan bayinya tidak mau minum hanya minm asi 50 cc

ASI/24 jam

Etiologi : Dehidrasi

Masalah : Defisit Volume Cairan

3.Intervensi

Diagnosa 1 (hipertermi)

 Observasi suhu dan TTV

 Nursing treatment : Dorong konsumsi cairan

 Edukasikan kepada keluarga mengenai tindakan-tindakan untuk mencegah

kondisi sakit berhubungan dengan panas ( hindari pakaian yang terlalu tebal,

berwarna gelap dan gunakan pakain yang mudah menyerap keringat)

 Kolaborasi dengan dokter pemberian obat penurun panas

Diagnose 2 (Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer)


 Perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi perifer,edema, pengisian perifer,

warna, dan suhu ekstremitas).

 Pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin.

 Pantau status cairan

Diagnose 3 (Defisit volume cairan )

 Observasi membran mukosa kering , turgor kulit yang kurang baik.

 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien.

 Berikan pengetahuan tntang pentingnya cairan untuk mempertahankan

keseimbangan volume cairan adekuat kepada keluarga pasien.

 Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pemberian IV dan pemeriksaan

labolatorium
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SEPSIS NEONATORIUM

Kasus:

Ny.X pergi ke rumah sakit dengan keluhan anaknya laki-lakinya yang berusia

25 hari mengalami demam sudah 2 hari, ibu pasien mengatakan bahwa anaknya

terdapat tanda tanda seperti bibir membiru, demam, menangis kurang dan daya

menghisap lemah. Bayinya hanya minum 50 cc ASI/24 jam. BAK 2 kali dalam

sehari, BAB kurang lebih 1 kali dalam sehari, konsistensi BAB bayinya lembek,

berwarna kuning.Ibu mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh bidan. Hasil

pemeriksaan fisik didapatkan RR: 50 x/menit, suhu : 38o c, nadi 150x/menit, keadaan

bayi somnolen, kulit terlihat ikterik,CRT >2 detik, konjungtiva terlihat anemis,

mukosa kering, warna bibir kebiruan. Dalam pemeriksaan penunjang adanya reaktan

fase akut yaitu CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri)

A. PENGKAJIAN

I. BIODATA IDENTITAS BAYI

Nama : By. A

No. Register : 156789

Umur : 25 hari

Jenis Kelamin : Laki-laki


Alamat : Losari, Grabag Magelang

Tanggal Lahir :1 Juni 2019

Tgl MRS :25 Juni 2019

Tanggal Pengkajian : 26 juni 2019

Diagnosa Medis : Sepsis

II. BIODATA PENANGGUNG

IDENTITAS BAPAK

Nama : Tn. X

Umur : 40 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Losari, Grabag Magelang

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. KELUHAN UTAMA/ALASAN KUNJUNGAN

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam


2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Ny.X datang ke rumah sakit dengan keluhan anak laki-lakinya yang berusia

25 hari demam sudah 2 hari. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir

membiru, demam, menangis kurang dan daya menghisap lemahBayinya hanya

minum 50 cc ASI/24 jam. BAK 2 kali dalam sehari, BAB kurang lebih 1 kali dalam

sehari, konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kuning.

3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Ibu pasien mengatakan saat persalinan di tolong oleh bidan.

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ibu pasien mengatakan tidak ada dikeluarganya yang bayinya mengalami

keadaaan seperti ini.

5. RIWAYAT KEHAMILAN

1) Kenaikan BB selama hamil : 12 kg

2) Penyakit yang diderita ibu saat hamil : tidak memiliki riwayat penyakit selama

hamil.

3) Keluhan saat hamil: mengalami mual dan muntah pada trimester I

4) Obat-obatan/vitamin yang dikonsumsi : ibu mengatakan saat hamil tidak

mengkonsumsi obat-obatan atau vitamin.


6. RIWAYAT KELAHIRAN

1) Lama persalinan : 1 jam

2) Komplikasi persalinan : tidak ada

3) Cara persalinan : normal spontan

4) Tempat melahirkan: bidan

5) Penolong persalinan : bidan

6) Usia gestasi : 40 minggu

7) Kondisi air ketuban : jernih

7. RIWAYAT POST NATAL

1) Pernapasan/usaha bernapas (dengan/tanpa bantuan) : tanpa bantuan

2) Tonus otot : aktif

3) Skor APGAR : 8-9

4) Kebutuhan resusitasi (Jenis dan lamanya) : tidak ada

C. POLA PENGKAJIAN

a. Nutrisi :

Saat di kaji bayi tidak mau menetek


b. Eliminasi :

BAK 2 kali dalam sehari

BAB kurang lebih 1 kali dalam sehari, konsistensi BAB bayinya lembek,

berwarna kuning

c. Aktifitas latihan :

Kekauan otot, lemah, sering menangis

d. Istirahat tidur :

Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat sakit berkurang tidur

hanya 10-12 jam/hari

f. Psikososial :

Saat dikaji bayi merasa rewel

D. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

n) Keadaan Umum

RR: 50 x/menit

Suhu : 38o c

Nadi : 150x/menit (normalnya 120-160x/menit)

Keadaan bayi somnolen (GCS= E, V, M) E2 V4 M2


o) Kepala dan rambut

Kebersihan : bersih

Keadaan rambut : jarang

Keadaan kulit kepala : bersih

Caput succedanum cefalohematom (-)

Sutura sagitalis tepat/terpisah/menjauh : tepat

Distribusi rambut merata/tidak merata : merata

p) Mata

I (inspeksi) : Konjungtiva Ikterik, simetris kanan dan kiri

P (palpasi) : TIO tidak ada peningkatan

P (perkusi)= --

A (auskultasi)= --

q) Hidung

Pernapasan cuping hidung : tidak ada

Sekresi : tidak ada

r) Telinga

Kebersihan : bersih

Sekresi : tidak ada

Struktur : normal

s) Mulut dan Tenggorokan

Jamur (stomatitis, moniliasis) : tidak ada

Kelainan bibir dan rongga mulut (gnato/labio/palate skizis) : tidak ada

Problem menelan : reflek menelan lemah


Warna bibir : kebiru-biruan

t) Leher

Vena jugularis : tidak ada pembesaran

Arteri karotis : tidak ada pembesaran

Pembesaran tiroid/limfe : tidak ada pembesaran

u) Dada/Thorak (jantung dan Paru)

Inspeksi = bentuk dada simetris, RR, IC tidak tampak

Palpasi = fremitus vocal sama kedua sisi, IC tidak teraba

Perkusi = sonor ICS 1- ICS V, pekak dari ICS IV - ICS V lateral sinistra

Auskultasi = Vesikuler, tidak ada bunyi tambahan

v) Ekstremitas atas

Tonus otot: lemah 3-3

3 3

3 3

Trauma, deformitas (tidak ada)

Kelainan struktur : tidak ada

CRT: lebih dari 2

w) Perut

Bising usus : normal

Ascites : tidak ada

Massa : tidak teraba massa

Turgor kulit : lebih dari 2 detik


Vena : tidak ada pembesaran , tidak ada nyeri tekan

Hepar : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan

Lien : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan

Distensi : tidak ada

x) Punggung

Spina bifida : tidak ada

Deformitas : tidak ada

Kelainan struktur : tidak ada

y) Genetalian dan Anus

Inspeksi : tampak bersih

Palpasi: tidak terdapat tanda-tanda atresia ani

Perkusi: vesika urinari teraba penuh

Auskultasi : --

z) Ekstremitas bawah

Tonus otot : lemah 3-3

3 3

3 3

Trauma: tidak ada

Deformitas : tidak ada

Kelainan struktur : tidak ada

aa) Integumen
Warna kulit: ikterik

Kelembaban : sedikit kering

Lesi : tidak ada

E. PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Berat badan : 3,0 kg

Panjang badan : 54 cm

Lingkar kepala : 34cm

Lingkar dada : 35 cm

Lingkar lengan atas : 9 cm

F. REFLEKS PRIMITIF

a. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif

b. Reflek menghisap: kuat, lemah

c. Reflek menjejak: baik, buruk

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN BILIRUBIN : 7,0 MG/dL

Glukosa 69mg/dL

Hemoglobin 13,5 g/dL

Eritrosit 3,72
H. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. DS: Penyakit infeksi Hipertermia

Ibu mengatakan anaknya yang diderita ibu

sudah demam selama 2 hari

DO: Bakteri dan virus

RR: 50 x/menit

suhu : 38o c Masuk ke dalam

nadi 150x/menit tubuh bayi

keadaan bayi somnolen

Sepsis

Instabilitas

Termoregulasi

Hipertermia

2. DS: Penyakit infeksi Ketidakefektifan

Ibu pasien mengatakan bibir yang diderita ibu perfusi jaringan

bayi berwarna kebiru-biruan perifer

DO: BELUM KUAT Bakteri dan virus

Bayi terlihat mengalami


sianosis Masuk ke dalam

tubuh bayi

Sepsis

sistem

kardiovaskuler

Hipotensi kulit

lembab dan sianosis

3 DS: Penyakit infeksi Defisit volume

Ibu pasien mengatakan bayi yang diderita ibu cairan

tidak mau minum

Ibu mengatakan bayinya Bakteri dan virus

hanya minum 50 cc ASI/24

jam Masuk ke dalam

Ibu mengatakan bahwa tubuh bayi

konsistensi BAB bayinya

lembek, berwarna kuning Sepsis

KONDISI PERUT / UBUN

UBUN system pencernaan

DO: menyusu buruk


Konjungtiva tampak

anemis,mukosa bibir kering Dehidrasi

Keadaan bayi tampak lemah

Defisit Volume

Cairan

I. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


infeksi atau inflamasi ditandai dengan ibu mengatakan anaknya sudah demam

selama 2 hari, pemeriksaan tanda- tanda vital RR: 50 x/menit, suhu : 38o c

,nadi 150x/menit

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


volume bersirkulasi akibat dehidrasi di tandai dengan Ibu pasien mengatakan

bibir bayi berwarna kebiru-biruan

6. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang ditandai


dengan ibu mengatakan bayinya tidak mau minum hanya minm asi 50 cc

ASI/24 jam

J. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

Keperawatan (ONEC)

1 Hipertermia Setelah dilakukan Observasi suhu Suhu tubuh diatas

berhubungan tindakan dan TTV normal

dengan keperawatan menandakan

kerusakan control selama 2x24 jam Nursing proses penyakit

suhu sekunder diharapkan tidak treatment infeksi akut.

akibat infeksi terjadi (Dorong

atau inflamasi peningkatan suhu konsumsi cairan ) Konsumsi cairan

tubuh dengan agar kebutuhan

kriteria hasil : Edukasikan cairan terpenuhi.

suhu tubuh kepada keluarga

pasien dalam mengenai Mengedukasikan

batas normal (36- tindakan-tindakan keluarga agar

37,2) untuk mencegah panas turun.

kondisi sakit

berhubungan Mengkolaboasikan

dengan panas ( agar mengurangi

hindari pakaian demam

yang terlalu tebal,

berwarna gelap

dan gunakan
pakain yang

mudah menyerap

keringat)

Kolaborasi

dengan dokter

pemberian obat

penurun panas

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Perawatan Meningkatkan

perfusi jaringan tindakan sirkulasi sirkulasi vena dan

perifer keperawatan (misalnya periksa arteri

berhubungan selama 2x24 jam nadi

dengan diharapkan : perifer,edema, Mengetahui

penurunan tercapai pengisian perifer, sensasi perifer,

volume keseimbangan air warna, dan suhu kemungkinan

bersirkulasi dalam ruang ekstremitas).

akibat dehidrasi interselular dan Parestesia

ekstraselular Pantau perbedaan Mengetahui

ketajaman/tumpul keseimbangan

Keadekuatan dan panas/dingin. antara asupan

kontraksi otot dan haluaran

untuk pergerakan Pantau status


cairan

Tingkat

pengaliran darah

melalui

pembuluh kecil

ekstermitas dan

memelihara

fungsi jaringan

3 Defisit volume Setelah dilakukan Observasi Hipovolemia atau

cairan tindakan membran mukosa cairan ruang

berhubungan keperawatan kering , turgor ketiga akan

dengan asupan selama 2x24 jam kulit yang kurang memperkuat tanda

cairan kurang diharapkan defisit baik. tanda dehidrasi

volume cairan

dapat teratasi Observasi Untuk mengetahui

dengan kriteria keadaan umum tanda tanda umum

hasil : dan tanda-tanda dan tanda tanda

Konjungtiva vital pasien. vital pasien seperti

tidak anemis, tekanan darah,

mukosa bibir Berikan suku , nadi , RR.

lembab, dan pengetahuan

keadaan bayi tntang pentingnya Agar keluarga


tidak lemah cairan untuk pasien mengetahui

mempertahankan dan memahami

keseimbangan akan pentingnya

volume cairan cairan untuk

adekuat kepada mempertahankan

keluarga pasien. keseimbangan

volume cairan

Kolaborasi yang adekuat

dengan tim medis sehingga dapat

lainnya untuk membantu daya

pemberian IV dan upaya

pemeriksaan penembuhan

labolatorium pasien.

Pemberian cairan

dapat mengatasi

hipovolemia selain

itu pemeriksaan

labolatorium

untuk

mengevaluasi

perubahan
didalam hidrasi

atau viskositas

darah dan

elektrolit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik
dan terdapat bakteri dalam darah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok
septik. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga
sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48 jam.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk
kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan umumnya untuk lebih dalam asuhan
keperawatan dalam kasus sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA

Surasmi,asrining. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi.Jakarta: penerbit buku

kedokteran EGC

Bobak. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta : EGC

Aminullah A. 2010. Ikterus, hiperbilirubinemia dan Sepsis pada neonatus.Buku ajar

Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI

Maryunani, A, Nurhayati.2009.Asuhan kegawatdaruratan dan penyakit pada

Neonatus.Jakarta. CV Trans Info Media

Fauziah, A, Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan

Kegawatdaruratan. Yogyakarta: Nuha Medika

McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott

Williams & Wilkins: USA

Anda mungkin juga menyukai