Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepsis Neonatorum adalah infeksi yang masuk ke dalam tubuh


secara langsung, yang dapat menimbulkan gejala klinis yang berat.
Penyebab Sepsis Neonatorum adalah bakteri gram positif dan gra, negatif,
virus infeksi, dapat masuk secara hemotogen, atau infeksi asenden.
(Chandranita, 2006)

Sepsis Neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus


dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanaan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering kali
tidak terpantau, tanpa pengobatan yang menandai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2002)

Angka kejadian sepsis neonatrum masih cukup tinggi dn


merupakan penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini karena
neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang
tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositisis dan leukosit imunitas masih
redah. Imunoglobulin yang kurang efsien dan luka umbilikus yang belum
sembuh. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) kondisinya lebih berat,
sehingga sepsis lebih sering ditemukan pada BBLR. Selain itu, infeksi
lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakt, ini dapat terjadi
karena bayi tidak memiliki imunitas terhadap kuman tersebut. Tindakan
invesif yang dialami neonatus juga meningkatkan risiko terjadinya sepsis,
karena tindakan invasif meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomal.
(Surasmi, 2002)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimakasud dengan pengertian Sepsis Neonatorum dan


Etiologi Sepsis Neonatorum?
2. Bagaimana Patofisologi dan Manifestasi klinik Sepsis Neonatorum?
3. Klasifikasi dari Sepsis Neonatorum?
4. Bagaimna Penatalaksanaan dari Sepsis Neonatorum?
5. Bagaimana bentuk Konsep Keperawatan dari Sepsis Neonatorum?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui apa itu Sepsis Neonatorum baik itu dari segi
Pengertian, Sepsis Neonatorum Etiologi, Manifestasi Klinik, Patofisiologi,
, Klasifikasi, Penatalaksanaan dan mengetahui Konsep Keperawatan pada
Sepsis Neonatorum.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Sepsis Neonatorum merupakan respon neonatus terhadap infeksi


pada bulan pertama, kehidupan sepsis neonatorum merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas neonatus di negara berkembang, namun
dapat disembuhkan terdiagnosis dan di tata laksana secara cepat dan tepat.
4 juta bayi meninggal setiap tahunnya pada priode neonatus dan 99%
kasus terdapat dinegara berkembang. Surpey demograpi dan kesehatan
indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa angka kematian neonatus akibat
sepsis neonatorum adalah 19 per 1000 kelahiran hidup. (Nurizzati, 2018)

Insedensi sepsis nenonatorum meningkat pada bayi berat badan


lahir sangat rendah (< dari 1000 gram) yaitu 26 per 1000 kelahiran hidup,
dan 8-9 per 1000 kelahiran hidup pada bayi berat badan lahir rendah
(1000-2000 gram). Baik kulit hitam dan laki-laki lebih beresiko terhadap
sepsis neonatorum. (Nurizzati, 2018)

Sepsis neonatorum dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu psesis


awitan dini (early onsep sepsis) dan sepsi awitan lambat (late onse sepsis).
Sepsis awitan dini terjadi <72 jam segera pasca natal dan berhubungan
dengan demam intrapartum, amneonitis, ketuban pecah dini, dan bayi
preterm, dengan tanda distress pernafasan yang lebih mencolok penyebab
terbanyak sepsis adalah bakteri. Bakterimia adalah dapat menimbulkan
keadaan yang berlanjut mulai dari infeksi menjadi SIRS, kemudian terjadi
sepsis berar, sok sepsis, dan akhirnya dapat menyebabkan multi tipel organ
dysfunction syndrome. (Nurizzati, 2018)

B. ETIOLOGI

Faktor predisposisi

Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari


ibu maupun bayi sehingga dapat dilaukan tindakan antisipasi terhadap
kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi tersebut ialah

a. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.


b. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
c. Ibu mendertita eklampsia, diabetes melitus.
d. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan.
f. Adanya trauma lahir, aksfisia neonatus, tindakan invasi pada
neonatus.
g. Tidak menerapkan rawat gabung
h. Sarana perawatan yang tidak baik bangsal yang penuh sesak.
i. Ketuban pecah dini amnium hijau kental dan berbau
j. Pemberian minum menggunakan botol dan pemberian minum buatan.
(Chandranita, 2006)

C. MENIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ.berikut ini adalah
tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada neonatus yang menderita
sepsis. Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi atau
bahkan normal,aktifitas lemah atau tidak ada dan tampak sakit,berat badan
menurun tiba-tiba.tanda dan gejala pada saluran pernafasan meliputi
dyspnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernafasan, merintih,
mengorok, dan pernafasan cuping hidung. Tanda dan gejala pada sistem
kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit lembab, pucat dan sianosis. Tanda
dan gejala pada saraf pusat meliputi refleks moro abnormal, iritabilitas,
kejang, hiporefefleksi, fontanel, anterior menonjol, pernafasan tidak
teratur.tanda dan gejala hematologi mencakup tampak pucat, icterus,
petekie, purpura, pendarahan, splenomegali. (Surasmi, 2002)

Pemeriksaan laboratorium perlu dilakuakan untuk menunjang


penetapan diagnosis. Selain itu hasil pemeriksaan tes resistensi dapat
digunakan untuk menemtukan pilihan antibiotic yang tepat. Pada hasil
pemeriksaan darah tepi , umumnnya ditemukan anemia, laju endap darah
mikro tinggi, dan trombombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu
positif walaupun secara klinis tanda sepsis sudah jelas.biakan perlu
dilakukan terhadap darah darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus,
lubang hidung likus, lubanh hidung lesi, pus dari konjungtiva, cairan
drainase atau hasil isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian
adannya sepsis,setelah dua atau tiga kali biakan darah sebaiknnya diambil
sebelum bayi diberi terapi antibotika.pemeriksaan lain yang perlu
dilakukan ,antara lain pemeriksaan protein reaktif c,igM, pewarnaan
Gram. Pemeriksaan yang sudah sebutkan ,seorang dokter mungkin akan
merekomendasikan pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai kondisi bayi.
(Surasmi, 2002)

D. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisme atau kuman penyebeb infeksi dapat menvapai


neonatus melalui beberapa cara,yaitu:

Pada masa antenatal atau sebelum lahir.pada masa antenatal kuman


dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebeb infeksi adalah kuman
yang dapat membantu plasenta, antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui jalur ini,antara lain malaria,sifilis,dan tosoplasma. (Surasmi, 2002)

Pada masa intranatal atau saat sesudah persalinan.infeksi yang


terjadi sesudah kelahiran umumnnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan di luar Rahim ( mis.melalui alat-alat: pengisap lender,selang
endotrakea,infus,selang nasogastric,botol minuman atau dot).perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinnya
infeksi nosokomial.infeksi juga dapat terjadi melalui lika umbilicus.
(Surasmi, 2002)
E. PENETALAKSANAAN

1. Perawatan umum
a. Tindakan aseptik dengan cuci hama
b. Pertahankan suhu tubuh sekitar 36,5◦C - 37◦C
c. Jalan napas harus bersih, artinya jangan sampai ada gangguan
napas.
d. Cairan diberikan dengan infus
e. Lakukan perawatan bayi dan tali pusat dengan baik
2. Medika mentosa
a. Beri antibiotik kombinasi
b. Evaluasi hasilnya 3-5 hari bila tidak berhasi, ganti antibiotik
c. Uji sensitivitas kuman sehingga antibiotik diberikan dengan tepat
d. Antibiotik diberikan perpanjangan selama 7 hari setelah perbaikan
secara klinis
3. Simtomatik : Pengobatan simtomatik diberikan sesuai dengan gejala
klinisnya (obat penurun panas, obat antikejang). Transfusi darah
sehingga Hb 11 g%
Pemantauan terhadap perawatan pasien adalah sebagai perikut:
1. perhatikan keadaan tanda-tanda vitalnya
2. perhatikan keseimbangan nutrisi dan cairan
3. evaluasi gambaran darahnya
4. persiapan alat darurat
Kriteria sembuh keadaan umum yang baik, gejala penyakit
menghilang, dan didkung pemeriksaan laboratorium. (Chandranita,
2006)

F. KLASIFIKASI

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat


diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yaitu, sepsis neonatorum awitan dini
(early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-
onset neonatal sepsis). (Aminullah, 2007)

Sepsis awitan dini (SAD) Merupakan infeksi perinatal yang terjadi


segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya
diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Di Negara maju, kuman
tersering yang ditemukan pada kasus SAD adalah streptokokus Grub B
(SGB) [(> 40% kasus)], Escherichia coli, haemopilus influenza, dan
listeria monocytogenes, sedangkan dinegara berkemabnag termasuk
Indonesia, mikroorganisme penyebabnya adalah batang gramnegatif.
Sepsis neonatorum awitan dini memiliki kekerapan 3,5 kasus per 1000
kelahiran hidup dengan angka nortalitas sebesar 15-50%. (Aminullah,
2007)

Sepsis awitan lambat (SAL) merupakan infeksi postnatal (lebih


dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkngan sekitar, atau Rumah Sakit
(infeksi nosokomial). Proses infeksi psien semacam ini disebut dengan
transmisi horizontal. Angka moratlitas SAL lebih rendah daripada SAD
yaitu kira-kira 10-20%. Di Negara maju, coagulase-negative stephilococci
(CoNS) dan candida albicans merupakan penyebaba utama SAL,
sedangkan dinegara berkembang didominasi oleh mikroorganisme batang
gramnegatif (E Coli, klebsiella, dan pseudomonas aeruginosa). Table
dibawah ini mencoba menggambarkan klasifikasi sepsis berdasarkan
awitan dan sumber infeksi.

Dini Lambat
Awitan <72 jam >72 jam

Di Negara berkembang pembagian SAD dan SAL tidak jelas


karena sebagian besar bayi tidak dilahirkan dirumah sakit. Oleh karena itu,
penyebab infeksi tidak dapat diketahui apakah berasal dari jalan lahir
(SAD) atau diperoleh dari lingkungan sekitar (SAL). (Aminullah, 2007)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Kaji riwayat perawatan antenatal


2. Kaji riwayat penyakit seksual menular
3. Kaji riwayat penyakit infeksi selam kehamilan dan persalinan
(toksoplasma, rubeola, toksemia, dan amnionitis)
4. Lakukan pemeriksaan fisik

B. DIANGNOSA

1. Indikasi faktor resiko infeksi yang diagnosa tersangkan infeksi


2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks menghisap pada bayi kurang.

C. INTERVENSI

1. Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi


2. Anak tidak mengalami hipertermia
3. Anak tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan volume cairan

D. IMPLEMENTASI

1. Mencegah infeksi
1) Berikan isolasi dan pantau pantau pengunjung sesuai indikasi.
Isolasi luka linen untuk menangani luka, sedangkan pembatasan
pengunjung dilakukan untuk mengurangi kemungkinan infeksi
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukaan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi kontaminasi
ulang
3) Dorong penggantian posisi, pantau napas dalam/batuk untuk
bersihan paruyang baik untuk mencegah pneumonia
4) Batasi penggunaan alat/prosedur invaif jika memugkinkan untuk
mencegah penyebaran infeksi melalui udara
5) Pantau kecenderungan suhu tubuh anak
2. Mencegah hipertemia
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan apabila anak
menggigil. Peningkatan suhu yang drastic menunjukan penyakit
infeksi akut.
2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen pada tempat tidur
sesuai indikasi
3) Berikan kompres hangat untuk membantu mengurangi demam.
3. Meningkatkan status hidrasi
1) Monitor intakedan output
2) Berikan cairan perparenteral dan cairan per oral.
3) Monitor serum elektrolit
4) Kaji tanda-tanda dehidrasi
5) Monitor berat jenis urine dan observasi output urine.
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Anamnesa (Data Subjek)

C. Pemeriksaan Fisik

D. Pemeriksaan Diagnostik

E. Analisis Data

F. Diagnosa Keperawatan

1. Indikasi faktor resiko infeksi yang diagnosa tersangkan infeksi.


2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks menghisap pada bayi kurang.

G. Intervensi Keperawatan

No Diangnosis Intervensi Keperawatan


Keperawatan Noc Nic
1 Indikasi faktor resiko  Keparahan infeksi  Menajemen
infeks yang didiagnosa  Keparahan Imunisasi/Vaksin :
tersangka infeksi infeksi:baru lahir 1. Ajarkan orang tua
imunisasi yang
direkomendasikan
bagi anak, cara
imunisasinya, alasan
dan kegunaan dari
imunisasi, efek
samping dan reaksi
yang mungkin terjadi.
2. Sediakan dan
perbaruhi catatan
terkait tanggal dan
tipe imunisasi
3. Identifikasi teknik
pemberian imunisasi
yang tepat, termasuk
pemberian yang
simultan
4. Identifikasi
rekomendasi terbaru
terkait penggunaan
imunisasi
5. Gunakan prinsip 5
benar dalam
pemberian obat.
 Kontrorl Infeksi :
1. Bersihkan lingkungan
dengan baik setelah
digunakan untuk
setiap pasien
2. Ganti peralatan
perawatan per pasien
sesuai protokol
institusi
3. Isolasi orang yang
terkena penyakit
menular
4. Pertahankan teknik
isolasi yang sesuai
5. Batasi jumlah
pengujung
 Perlindungan Infeksi :
1. Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Batasi jumlah
pengunjung yang
sesuai
3. Periksa kulit dan
selaput lendir untuk
adanya kemerahan
kehangatan ekstrim,
atau drainase
4. Pantau adanya tingkat
energi atau malasie
5. Tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
2 Nutrisi:  Status nutrisi bayi  Manajemen
Ketidakseimbangan,  Ststus nutrisi: Gangguan Makan :
kurang dari asupan makanan dan 1. Kolaborasi dengan
kebutuhan cairan tim kesehatan lain
 Status nutrisi:asupan untuk
nutrisi mengembangkan
perawatan dengan
melibatkan klien dan
orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
2. tentukan pencapaian
berat bdan harian
sesuai keinginan
3. ajarkan dan dukung
konsep nutrisi yang
baik dengan klien
(dan orang terdekat
klien dengan tepat)
4. dorong klien untuk
mendiskusikan
makanan yang
disukai bersama
dengan ahli gizi
5. timbang berat badan
klien secara rutin
(pada hari yang
sama dan setelah
BAB atau BAK)

 Manajemen Nutrisi:
1. Tentukan status gizi
pasien dari kempuan
(pasien) untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
2. Tentukan apa yang
menjadi referensi
makanan bagi pasien
3. Intruksikan pasien
mengenai kebutuhan
nutrisi
(yaitu:membahas
pedoman diet dan
piramida makanan)
4. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
5. Melakukan atau
bantu pasien terkait
dengan perawatan
mulutsebelum
makan.
 Bantuan Peningkatan
Berat Badan :
1. tentukan keinginan
pasien dan motivasi
untuk mengurangi
berat badan atau
lemak tubuh
2. tentukan bersama
pasien jumlah
penurunan berat
badan yang
diinginkan
3. timbang berat badan
mingguan pasien
4. kaji penyebab mual
muntah dan tangani
dengan tepat.
5. Monitor asupan
kalori hari

H. Implementasi Keperawatan

I. Evaluasi Keperawatan
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

Anda mungkin juga menyukai