SEPSIS NEONATORUM
LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP DASAR
A.DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu
pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran
hidup (Wayan, 2015).
Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama
satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi
baru lahir. (DEPKES 2010).
B. ETIOLOGI
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hamper selalu disebabkan oleh bakteri :
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
7. Entererobacter sp
8. Pseudemonas aeruginosa
9. Proteus sp
10.Organisme anaerobic
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya
infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun
atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak
terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari
pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a. ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif,
dan memerlukan waktu perawatan di sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun
nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan pada neonatus yang
melebihi resiko penggunaan antibiotic spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum
luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal
dari petugas ( infeksi nosokomial),paling sering akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat
mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa
neonatus yang menderita sepsis.’
1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan >60x/menit,
cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena
adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga, ekstensor
kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi sistem saraf
pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan organisme tertentu.
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi dalam
menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari ketidakstabilan sistem
saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi yang tidak
menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali di saluran
pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus.
6. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
7. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardia.
8. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas
minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
D. PATOFISIOLOGI
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang
tibatiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler
coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonates melalui beberapa cara
(Surasmi, 2013), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab
infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo,
koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria,
sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada
pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat:
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat
atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
Pathway
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah rutin hb, leuko, trombosit, CT, BT, LED, SGOT,SGPT)
2. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab
3. Analisis kultur urine
4. DPL menunjukkan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil
immature yang menyebabkan adanya infeksi
5. Laju rendah darah dan protein reaktif –c akan meningkat menandakan adanya perubahan
inflamasi
F. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk menstabilkan status
kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan
perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit meliputi sebagai berikut :
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus dirawat di
lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek, maka saline
normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali
selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose(10%) 2 ml
per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam
sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distress pernapasan atau sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut kembung.
Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi nasigastric,
pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau
sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.
Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis
untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida)dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang
lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Identitas klien
- Pasien
- Orang tua/ wali
b) Keluhan utama
c) Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Prenatal
Pada saat prenatal dilakukan pengkajian diantaranya berapa kali kunjungan ANC
dilakukan, dimana melakukan kunjungan ANC,apa saja edukasi yang diperoleh saat
kunjungan, HPHT, kenaikan BB saaat hamil, komplikasi kehamilan, komplikasi obat-
obatan, riwayat penyakit menular, serta apakah selamakehamilan dan saat persalinan
pernah menderita penyakit infeksi.
- Natal
Kaji awal persalinan, lama persalinan, komplikasi persalinan, cara melahirkan, tempat
persalinan, ada atau tidaknya ketuban pecah dini, partus lama atau sangat cepat, riwayat
persalinan di kamar bersalin,ruang operasi atau tempat lain.
- Postnatal
Hal yang dikaji yaitu usaha nafas bayi, kebutuhan resusitasi cairan,skor APGAR,obat-
obatan yang diberikan pada neonates, interaksi orang tua dan bayi, trauma lahir
keluarnya urine dan BAB.
d) Riwayat keluarga
e) Genogram
f) Riwayat sosial
g) Keadaan kesehatan saaat ini
h) Data objektif
Pemeriksaan fisik
:
- Letargi (khususnya adalah 24 jam pertama), tidak mau minum atau reflek menghisap
lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat, hipotermi atau hipertemi, sianosis, dehidrasi,
penghisapan kembali kapiler lambat, BB bayi dibawah normal <2500 gram.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan apnea
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan penyakit
3. Hipertermia berhubungan dengan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
1. Tidak ada edema
2. Haluaran urin
dalam batas normal
3. Kulit pada
ektremitas hangat dan
dingin
4. Pengisian ulang
kapiler (jari tangan dan
jari
kaki) 2-3 detik
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I.Jakarta : Gaya Baru. 15 April 2013
Darsana, Wayan. Laporan Pendahuluan Sepsis Neonatorum. 18 September 2015
Marshall H. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi Edisi 4.Kajarta:EGC. 16 April
2014
Maryunani, Anik. 2012. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit Buku
Kesehatan: Jakarta
NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media ihardy:Yogyakarta