Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

KASUS SEPSIS NEONATORUM


Dosen Pembimbing: Ns. Budiyati, Skep, Mkep, SKepAn

Disusun oleh :
Stefani Belinda S (P1337420117060)

Kelas 2 A2
PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018/2019

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat
dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara
berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai
kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang
dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi
ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi,
BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis
neonatorum merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan kematian
pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000
kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara
20%-30%.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai
48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi,
2003)
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan
dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis
neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi,
dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sepsis neonattorum
2. Mengetahui etiologi dari sepsis nenatorum
3. Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum
3

4. Mengetahui patofisiologi dari sepsis neonatorum


5. Mengetahui pathway dari sepsis neonatorum
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita sepsis neonatorum
7. Mengetahui penatalaksaan pada penderita sepsis neonatorum
8. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatarum
9. Mengetahui pencegahan dari sepsis neonatorum
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,

2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri

pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis

adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan.

(Mary E. Muscari, 2005).

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.

Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja

(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat

sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan

dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau

jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua,

antara lain:

1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada

saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka

mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat

dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak

langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,

sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)


5

B. Etiologi

Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti

septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun

dan ketidakmampuan neonatus untuk melokalisasi infeksi. Penyebab neonatus

sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,

atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

1. Bakteri escherichia koli

2. Streptococus group B

3. Stophylococus aureus

4. Enterococus

5. Listeria monocytogenes

6. Klepsiella

7. Entererobacter sp

8. Pseudemonas aeruginosa

9. Proteus sp

10. Organisme anaerobik

Berdasarkan mulai timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48

jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan

amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada

early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.

2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa

kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial)

sering terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusat.


6

C. Manifestasi Klinis

Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala

lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut

kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,

opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan

atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

(Asrining, 2007).
7

D. Patofisiologi

Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).

Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang

mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,

ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan

alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah

mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas

(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih

dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur

selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi

kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.

Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.

Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun sehingga

menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG

spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak

melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah

sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga

mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,

seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
8

antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga

menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap

epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),

paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan

E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya

didominasi oleh E.colli.


9

E. Pathway

Infeksi pada ibu

Masuk ke dalam tubuh janin

Terjadi infeksi awal

Infeksi menyebar ke seluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ Pernafasan Sistem Gastrointestinal

Eritrosit banyak Lisis Muntah, diare


Menghasilkan panas Fungsi tidak optimal
tubuh
Hiperbilirunemia Malas Menghisap
Bayi akan sesak
Hipertermi
Jaundice (ikterik)
Defisit
Gangguan Volume
Pola Nafas Cairan &
Ke otak Elektrolit

Ensepalopati

Kemit Ikterik (Kejang)


10

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika

diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.

2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara

menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.

3. Leukositosis (>34.000×109/L)

4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)

5. Netrofil muda 10%

6. Perbandingan netrofil immature (stab) dibanding total (stb+segmen) atau I/T ratio

>0,2

7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)

8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

G. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
11

4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli

b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan

intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya

memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah

diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah

ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain

sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012).

H. Komplikasi
1. Asidosis metabolik dan jaundice
Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik
dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau
tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh
dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu
banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh
organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan
disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang
kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..
12

3. Hiperbilirubinemia dan anemia


Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah
merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat
hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah
mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu
tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang
mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh,
sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi
akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui
aliran darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini
akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada
mikrovaskular.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya


sepsis pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
13

I. Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa
pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003)
Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-
benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,
setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara
steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.
Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan
baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono,
2004)
14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu
dikaji yaitu:
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat perawatan antenatal
5. Adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus)
6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain
7. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)
8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi
(mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis)
9. Mengkaji status sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi:

1. Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)

2. Tidak mau minum atau refleks mengisap lemah

3. Regurgitasi

4. Peka rangsang

5. Pucat

6. Berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis

7. Hipertermi/hipotermi

8. Tampak ikterus

Data lain yang mungkin ditemukan yaitu:

1. Hipertermia
15

2. Pernapasan mendengkur

3. Takipnea, atau apnea

4. Kulit lembab dan dingin

5. Pucat

6. Pengisian kembali kapiler lambat

7. Hipotensi

8. Dehidrasi

9. Sianosis

10. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu

b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi

atau inflamasi

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat

demam.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Kriteria hasil:
- Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara
nafas yang bersih
- Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada
suara nafas abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat memaksimalkan ventilasi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya Suara napas tambahan dapat menjadi tanda jalan
16

suara napas tambahan napas yang tidak adekuat


3. Monitor respirasi dan status O2,TTV Pada sepsis terjadinya gangguan respirasi dan
status O2 sering ditemukan yang menyebabkan
TTV tidak dalam rentan normal
4. Bila perlu lakukan suction,pustural Untuk mengeluarkan sekret pada saluran napas
drainage untuk menciptakan jalan napas yang paten

2. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi


atau inflamasi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan
jam dan pantau warna kulit mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme
dalam tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan
kejang yang akan semakin memperburuk kondisi
pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan
banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke
dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air hangat Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat
pada aksila, leher dan lipatan paha, pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan
hindari penggunaan alkohol untuk membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol
kompres. tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan
dan peningkatan panas secara drastis.
Kolaborasi: Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk
4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan menurunkan panas dengan segera.
jika panas tidak turun.
17

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat


demam
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
- Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-
180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
- Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan
setiap dua jam dan pantau warna mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam
kulit tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang
kejang dan dehidrasi. akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi
yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak dibawah
terjadi hipertermi, dan usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
pertimbangkan untuk langkah secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk
kolaborasi dengan memberikan tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik diperlukan
antipiretik. untuk segera menurunkan panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk mencegah
dengan jumlah pemberian yang bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.
telah ditentukan
18
19

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik


akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan
protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)
2. Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman
seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu
disebabkan oleh bakteri.
3. Proses patofisiologi sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi
sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium perubahan ambilan dan penggunaan oksigen terhambatnya fungsi
mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-
tiba dan berat, complemen cascade menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminatedintravaskular
coagulation (DIC) dan kematian.( Bobak, 2004).
4. Pemeriksaan penujang meliputi: pemeriksaan darah tepi, Kultur darah, analisa
kultur urine, DPL, CPR.
5. Pada umumnya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 10–40% dan
pada meningitis 15–50%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari
waktu timbulnya penyakit penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya
penyakit dan tempat perawatannya.
6. Dehidrasi, Asidosis metabolic, Hipoglikemia, Anemia, Hiperbilirubinemia,
Meningnitis, DIC.
7. Penatalaksanaan:
a. Diberikan kombinasi antibiotika
b. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan
c. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama
pemberian antibiotika 10-14 hari.
20

8. Pencegahan:
a. Pada masa antenatal: Perawatan antenatal: meliputi pemeriksaan
kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit
infeksi yang di derita ibu.
b. Pada masa antenatal: Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan
ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang
di derita ibu.
c. Sesudah persalinan: Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat
gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan
lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan
tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril.
9. Konsep Asuhan Keperawatan: pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan,
NCP, implenentasi, evaluasi.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun
untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan umumnya untuk lebih dalam
asuhan keperawatan dalam kasus sepsis neonatorum.
21

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.2008. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.

Bobak. 2004. Keperawatn Maternitas, edisi 4.Jakarta: EGC.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di


http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/NET.
http://samsulrohman55.blogspot.com/2017/04/askep-sepsis-neonatorum.html

Anda mungkin juga menyukai