Disusun oleh :
Stefani Belinda S (P1337420117060)
Kelas 2 A2
PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018/2019
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat
dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara
berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai
kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang
dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi
ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi,
BBLR dan prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis
neonatorum merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan kematian
pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000
kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara
20%-30%.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai
48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab
kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi.
Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi,
2003)
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan
dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis
neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi,
dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sepsis neonattorum
2. Mengetahui etiologi dari sepsis nenatorum
3. Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,
2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri
pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis
adalah infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan.
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi hanya pada satu organ saja
(seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat
sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan
dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau
jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua,
antara lain:
1. Sepsis dini: terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada
saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi.
dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi,
B. Etiologi
Sepsis yang terjadi pada neonatus biasanya menimbulkan manifestasi klinis seperti
septikemia, pneumonia dan miningitis berhubungan dengan imaturitas dari sistem imun
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit,
atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
7. Entererobacter sp
8. Pseudemonas aeruginosa
9. Proteus sp
1. Early Onset : gejala mulai tampak pada hari-hari pertama kehibupan (rata-rata 48
jam), biasanya infeksi berkaitan dengan faktor ibu (infeksi transplasenta, dari cairan
amnion terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll). Berkembangnya gejala pada
early onset pada umumnya sangat cepat dan meningkat menuju septik shock.
2. Late Onset : Timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan neonatus tanpa
kelainan perinatal, infeksi didapat dari lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Arief, 2008 tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare
(Asrining, 2007).
7
D. Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada neonatus (bayi).
Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang
mempengaruhi sepsis, antara lain faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,
ras, dan latar belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas
(wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 30 tahun. Kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur
selama persalinan. Faktor Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayi
kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.
kulit. Kemudian adanya defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG
spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak
melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Faktor Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung mudah
sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga
mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,
seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
8
paling sering akibat kontak tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan
E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
E. Pathway
Ensepalopati
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih, jika
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur urin.
3. Leukositosis (>34.000×109/L)
6. Perbandingan netrofil immature (stab) dibanding total (stb+segmen) atau I/T ratio
>0,2
G. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit (Datta,
2007) meliputi sebagai berikut:
1) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus
dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus
menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
3) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
11
4) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
6) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
H. Komplikasi
1. Asidosis metabolik dan jaundice
Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik
dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau
tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh
dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu
banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh
organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan
disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang
kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia..
12
I. Pencegahan
Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada neonatus, tanpa
pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003)
Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila
diperlukan.
2. Pada saat persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptic, yang artinya
dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-
benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses
persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,
setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara
steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.
Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan
baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono,
2004)
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu
dikaji yaitu:
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat perawatan antenatal
5. Adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus)
6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain
7. Ada atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll)
8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi
(mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis)
9. Mengkaji status sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi:
3. Regurgitasi
4. Peka rangsang
5. Pucat
7. Hipertermi/hipotermi
8. Tampak ikterus
1. Hipertermia
15
2. Pernapasan mendengkur
5. Pucat
7. Hipotensi
8. Dehidrasi
9. Sianosis
10. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
B. Diagnosa Keperawatan
atau inflamasi
demam.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan
setiap dua jam dan pantau warna mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam
kulit tubuh.
2. Observasi adanya hipertermi, Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang
kejang dan dehidrasi. akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi
yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat jika Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak dibawah
terjadi hipertermi, dan usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi
pertimbangkan untuk langkah secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk
kolaborasi dengan memberikan tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik diperlukan
antipiretik. untuk segera menurunkan panas, misal dengan asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk mencegah
dengan jumlah pemberian yang bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.
telah ditentukan
18
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
8. Pencegahan:
a. Pada masa antenatal: Perawatan antenatal: meliputi pemeriksaan
kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit
infeksi yang di derita ibu.
b. Pada masa antenatal: Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan
ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang
di derita ibu.
c. Sesudah persalinan: Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat
gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan
lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan
tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril.
9. Konsep Asuhan Keperawatan: pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan,
NCP, implenentasi, evaluasi.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun
untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan umumnya untuk lebih dalam
asuhan keperawatan dalam kasus sepsis neonatorum.
21
DAFTAR PUSTAKA
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum/NET.