PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi
di masyarakat. Sepsis menjadi salah satu dari sepuluh penyebab kematian
terbesar di dunia. Diagnosis awal sepsis seringkali sulit ditegakkan, karena
klinis sepsis yang muncul sangat beragam. Jika sepsis tidak segera
ditangani dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ yang dapat berujung
pada kematian. Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dari penyakit
sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang terjadi
pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan protozoa (Martua, 2021)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, memperkirakan
bahwa dari 5,9 juta kematian anak tahun 2015, di dapatkan beberapa
penyebab utama kematian diantaranya pneumonia (17 %), preterm birth
complications (16 %), intrapartum neonatal-related complications (11 %),
diarrhoea (8 %), neonatal sepsis (7 %),dan malaria (5 %). Dari data tersebut
didapatkan 413.000 anak dari 5,9 juta anak secara globalterdiagnosa
mengalami sepsis, dan dinyatakan meninggal dunia pada tahun 2015. Angka
kematian neonatus berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 sebanyak 15 per 1000 kelahiran. Didapatkan
bahwa sepsis menempati urutan ke tiga dalam penyebab kematian neonatal
dini setelah asfiksia neonatorum (37%) dan Berat Bayi Baru Lahir dan
prematuritas (34%) (Kemenkes RI 2019).
Risiko dari sepsis neonatal multifaktorial dan berhubungan dengan
belum matangnya sistem humoral, fagosit dan imunitas seluler (biasanya
terjadi pada bayi prematur dan berat bayi lahir rendah), hipoksia, asidosis
dan gangguan metabolisme. Insiden sepsis neonatal juga dipengaruhi oleh
status ekonomi, proses persalinan, ras, jenis kelamin (laki-laki 4 kali lebih
mudah terinfeksi dari pada perempuan), dan standar perawatan bayi.
Sepsis neonatus dibagi menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) dan
sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL). SNAD timbul dalam 72 jam
pertama kehidupan dan ditularkan perinatal dari ibunya, sedangkan SNAL
timbul setelah 72 jam dan didapatkan pascanatal dari lingkungan, biasanya
sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif BBL, BKB yang
lama dirawat, nutrisi parenteral yang berlarut-larut, infeksi dari alat
perawatan bayi, infeksi nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari
tenaga medis yang merawat. Berhubungan dengan proses persalinan bahwa
insiden sepsis neonatal lebih banyak pada kasus bayi yang lahir melalui
seksio sesarea dibandingkan dengan lahir secara spontan (Lihawa,.dkk,
2020).
Faktor risiko sepsis neonatorum adalah faktor ibu (persalinan dan
kelahiran yang kurang bulan (preterm), terjadinya ketuban pecah lebih dari
18 –24 jam, adanya infeksi saluran kemih pada ibu. Faktor sosial ekonomi
dan gizi ibu) dan faktor bayi seperti asfiksia perinatal, bayi berat lahir rendah,
bayi kurang bulan, prosedur invasif, kelainan bawaan juga meningkatkan
risiko. Pencegahan sepsis neonatorum dimulai pada saat maternal dengan
cara persiapan yang baik. Pendekatan multidimensi sangat dibutuhkan
dalam mencegah insidensi sepsis neonatorum. Pusat-pusat pelayanan
medis harus melakukan penapisan infeksi karena bakteri penyebab Penyakit
Menular Seksual dan segera mengobat nya ketika terdiagnosis (Martua,
2021). Dari Penelitian yang dilakukan oleh (Lihawa, 2020) di RSUP Prof. DR.
R.D. Kandou Manado, didapatkan dari 4659 kelahiran hidup terdapat 215
(4,61%) bayi lahir yang terdiagnosa sepsis neonatorum. Peneliti menunjukan
3 faktor yang berhubungan dengan terjadinya sepsis neonatorum yaitu
ketuban pecah dini, berat bayi lahir rendah, prematur.
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada
bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup. Menurut waktu
terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk
yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis). pertama setelah
lahir dengan manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala
sistemik yang berat, terutama mengenai system saluran pernafasan,
progresif dan akhirnya syok. Kuman tersering yang ditemukan pada kasus
SAD adalah Streptokokus Grup B (SGB) [(>40% kasus)], Escherichia coli,
Haemophilus influenza, dan Listeria monocytogenes. Late Onset (lambat) :
timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering disertai adanya
kelainan system susunan saraf pusat. Kuman tersering yang ditemukan
pada kasus SAL adalah mikroorganisme batang Gram negatif (E. coli,
Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa) Apabila suhu tinggi lakukan
kompres dingin, berikan ASI perlahanlahan sedikit demi sedikit, apabila bayi
muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke
kanan, mengatur posis tidur/semi fowler agar sesak berkurang, apabila ada
diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan, dan rujuk
segera ke rumah sakit, jelaskan pada keluarga untuk inform consent.
(Bobak, 2015 dalam Hidayati, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di
Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi Asuhan Keperawatan sepsis
pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada bayi
baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang muncul
keperawatan pada keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU
Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
c. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan
keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
d. Mahasiswa mampu menganalisis tindakan keperawatan keperawatan
pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada
keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penelitian ini asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menjadi landasan
pengembangan ilmu keperawatan komunitas.
2. Praktis
a. Profesi Keperawatan
Hasil karya ilmiah ini dapat meningkatkan informasi dan dapat
meningkatkan kajian dalam ilmu keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo. dan dapat meningkatkan perkembangan
kesehatan pada depatermen anak.
b. Institusi
Memberikan informasi bagi institusi mengenai tentang Asuhan
Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo. sehingga mahasiswa dapat melakukan
upaya-upaya peningkatan kesehatan mental pada bayi baru lahir
serta orang tua dan hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi
peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel yang lain yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir pada sepsis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sepsis Neonatorum
1. Definisi
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terdapat mikroorganisme
maupun toksin penyebab infeksi dalam darah atau jaringan tubuh,
bersamaan dengan munculnya manifestasi sistemik dari infeksi tersebut
(Dellinger et al., 2013).
Kliegman et al., (2016) mengutarakan, bahwa neonatus adalah bayi
baru lahir hingga berusia 28 hari setelah lahir yang dibagi lagi menjadi dua
kategori, yaitu very early dengan usia <24 jam setelah lahir, early dengan
usia <7 hari setelah lahir, dan late dengan usia 7-28 hari setelah lahir.
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus
dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali
tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48 jam (Hidayati, 2016)
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis yang terjadi pada 28 hari
awal kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri
patogen dalam aliran darah.14 Secara umum sepsis neonatorum
diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya menjadi sepsis neonatorum
awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan
lambat (late-onset neonatal sepsis). Angka mortalitas sepsis neonatorum
awitan lambat lebih rendah 10-20% dibanding dengan sepsis neonatorum
awitan dini. (Martua, 2021)
2. Klasifikasi
Sepsis neonatorum menjadi tiga kategori, yatu sepsis awitan dini
atau early onset sepsis (EOS), sepsis awitan lambat atau late onset sepsis
(LOS), dan sepsis nosokomial (IDAI, 2019).
Marcdante et al., (2011), sepsis awitan dini adalah sepsis yang terjadi
dalam kurun waktu ≤72 jam setelah lahir, sering disebabkan oleh penularan
infeksi genitourinarius ibu dan dimulai sejak dalam kandungan. Selain itu
juga dijelaskan bahwa manifestasi yang paling menonjol pada EOS adalah
gangguan pernapasan, terutama pada kasus berat, dan pada bayi EOS yang
prematur, tahap awalnya sering sulit dibedakan dengan sindrom gawat
napas.
LOS adalah sepsis yang terjadi >72 jam setelah kelahiran, biasanya
terjadi pada bayi usia cukup bulan yang pulang dalam keadaan sehat dan
yang menjadi penyebab utama adalah infeksi nosokomial (hospital-
acquired), yaitu didapat dari ruang perawatan atau infeksi community-
acquired, yaitu didapat dari lingkungan.
3. Etiologi
Berbicara mengenai infeksi, maka penyebabnya merupakan
mikroorganisme seperti virus, jamur, atau bakteri. Terdapat berbagai
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan sepsis, Effendi (2013)
menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara mempengaruhi jenis
organisme dan pola kepekaan terhadap infeksi, pada negara maju penyebab
EOS tertinggi adalah group B Streptococcus (GBS) dan E. coli dan pada
LOS yaitu Coagulase Negative Staphylococci (CONS), GBS, dan
Staphylococci aureus, sementara di negara berkembang keseluruhan
penyebab adalah organisme gram negatif, seperti Klebsiella, E. coli, dan
Pseudomonas dan gram positif, seperti Streptococcus pneumoniae dan
Streptococcus pyogenes.
Sementara itu, Kliegman et al., (2016) membagi mikroorganisme
penyebab sepsis neonatorum berdasarkan patogenesisnya, pada infeksi
intrauterin penyebab infeksi tertinggi adalah sifilis, rubela, CMV,
toksoplasmosis, parvovirus B19, dan varisela. Sementara, pada masa
intrapartum yang tertinggi adalah HSV, HIV, hepatitis B virus, C virus, dan
tuberkulosis (TB), dan pada infeksi postpartum yang paling tinggi adalah TB
yang biasanya tertular oleh tenaga medis dan HIV yang umumnya tertular
oleh Ibu dengan HIV melalui ASI. Infeksi intrapartum dan postpartum
biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang berkoloni di organ
genitourinaria atau traktus gastrointestinal bagian bawah, bakteri yang paling
sering adalah GBS dan E. coli serta virus CMV, HSV, enterovirus, dan HIV.
Semua mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan sepsis melalui ketiga
jalur infeksi, namun belum tentu menjadi penyebab utama.
Infeksi jamur, baik Candida albicans dan non-albicans, lebih sering
terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500 gram dan
berhubungan dengan pemberian nutrisi parenteral, kateter sentral, operasi
abdomen, steroid atau antibiotic spectrum luas, baik Candida albicans dan
non-albicans akan terisolasi. LOS berbeda dengan EOS yang umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor pada masa intrauterin. Pada beberapa
penelitian dan referensi, sepsis dibagis menjadi dua kategori besar yaitu
EOS dan LOS, dimana sepsis nosokomial masuk kedalam kategori LOS,
namun IDAI (2019), sepsis nosokomial merupakan kategori terpisah dan
merupakan kategori sepsis ketiga. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sepsis
nosokomial adalah infeksi yang umumnya terjadi pada neonatus dengan
intervensi medis, sedang menjalani perawatan, dan perawatan dan
intervensi yang berhubungan dengan monitor invasif dan berbagai teknik
yang digunakan di ruang gawat intensif.
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum secara garis besar dibagi
menjadi tiga, yaitu infeksi antenatal atau intrauterin, infeksi intranatal, dan
infeksi pascanatal.
Jalur antenatal terjadi karena ibu sedang menderita suatu penyakit
infeksi dari mikroorganisme patogen seperti rubela, poliomyelitis, coxsackie,
variola, vaccinia, bakteri treponema palidum, E. coli, dan listeria
monositogen, yang berada dalam sirkulasi ibu kemudian melewati plasenta
dan masuk ke dalam sirkulasi janin dan menyebabkan sepsis, dengan atau
tanpa menyebabkan korioamnionitis, yaitu infeksi pada plasenta dan cairan
amnion. Pada dasarnya, janin atau neonatus baru akan terpapar
mikroorganisme patogen ketika membran plasenta telah ruptur dan melalui
jalan lahir atau lingkungan ekstrauterin. Jalan lahir ibu dengan kolonisasi
organisme aerob dan anaerob memiliki kemungkinan terpapar pada janin
dan terjadi infeksi asenden, yaitu naiknya mikroorganism menuju plasenta
dan menyebabkan amnionitis (Kliegman et al., 2016).
Infeksi pascanatal, merupakan jalur yang sebagaian besar dapat
dicegah kejadiannya, terjadi setelah bayi dilahirkan dengan lengkap,
biasanya terjadi karena diluar faktor ibu seperti kontaminasi penggunaan
alat, perawatan yang tidak terjaga kesterilnnya, atau tertular oleh orang lain,
dan pada neonatus sering terjadi diruang perawatan atau rumah sakit. Jalur
ini sebagian besar dapat dicegah (Kosim, 2014 dalam Bere, 2019).
5. Manifestasi Klinis
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal
tidak spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk
gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi
(misalnya infeksi TORCH = Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus,
Herpes) (Kosim, 2014 dalam Bere, 2019).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium neonatus tersangka sepsis awitan dari
darah perifer lengkap, hitung jenis, dan biakan darah. Pada umumnya
ditemukan peningkatan leukosit yang didominasi oleh sel PMN, penurunan
leukosit (<5000/μL), leukositosis (>30.000/μL), trombositopenia
(<100.000/μL), dan neutropenia absolut (PMN <1500).Saat ini beberapa
peneliti berpendapat bahwa adanya satu tanda klinis yang sesuai dengan
infeksi disertai nilai CRP >10 mg/dl cukup untuk menegakkan diagnosis
sepsis awitan dini dan sepsis awitan lambat pada sepsis neonatorum.
Sebaliknya, untuk menentukan kriteria standar yang seragam pada sepsis,
beberapa peneliti menggabungkan antara nilai CRP>10 mg/dl dengan rasio
neutrofil imatur terhadap netrofil total (IT ratio) ≥0,25 sebagai kriteria untuk
pemberian antibiotic meskipun belum ditemukan gejala sepsis (Kosim, 2014
dalam Bere, 2019).
7. Penatalaksanaan
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis
neonatal. Pemberian antibiotika empiris harus memperhatikan pola kuman
penyebab tersering ditemukan diklinik tadi. Selain pola kuman hendaknya
diperhatikan pula resistensi kuman. Segera setelah didapatkan hasil kultur
darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab
dan pola resistensinya (Kosim, 2014).
Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik
kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme
patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik
tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif
ataupun gram negative (Kosim, 2014).
A. Pendekatan
Jenis penulisan ini merupakan deskriptif dengan bentuk pendekatan
studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan dengan
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit. Unit
tunggal yaitu satu orang atau lebih dengan suatu masalah yang sama
(Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus in untuk mengeksplorasi masalah “Asuhan Keperawatan
sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.”
dengan pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, dan evaluasi. (Nursalam, 2015)
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian digunakan dalam penelitian keperawatan adalah :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang akan diteliti. Kriteria inklusi yang dapat
digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Bayi baru lahir dengan diagnosa medis diare tanpa dehidrasi
b. Bayi baru lahir yang bersedia menjadi response
c. Bayi baru lahir berusia 1-28 hari
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria untuk menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang mempengaruhi kriteria inklusi dari studi
karena berbagai sebab, sehingga tidak dapat diikuti sertakan dalam
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Bayi baru lahir yang mengalami penurunan kesadaran
b. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan pendengaran
c. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan mental
d. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan berbicara (Bisu)
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional )
1. Sepsis
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis penyakit sistemik yang
disebabkan oleh mikroorganisme penyebab infeksi seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa, pada satu bulan pertama setelah lahir (IDAI, 2019
dalam Matua, 2021)
2. Asuhan Keperawatan anak pada diare
Asuhan keperawatan pasien bayi baru lahir dengan merupakan
suatu proses tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat secara
langsung kepada pasien dalam tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien bayi baru lahir dengan sepsis.
D. Unit Analisis
Unit analisi merupakan suatu penelitian yang biasanya menjadi unit
observasi, dalam hal ini unit observasi dapat menggambarkan singkat
tentang keseluruhan satuan dan menjelaskan perbedaan antara satuan
analisis. Sacara jelas dan tegas hal ini menjelaskan tentang unit analisis
yang tidak jelas akan mengakibatkan penelitian tidak dapat menentukab
siapa atau apa ang akan di amati (Dina, 2020). Unit analsiis merupakan
suatu komponen dari penelitian kualitatif, unit analisis merupakan satuan
yang di teliti yang berkaitan dengan individu, kelompok, sebagai subjek
penelitian. (Aletheia Rabbani, 2020)
Berdasarkan pengertian unit analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
unit analisis dalam penelitian ini adalah subjek yang akan di teliiti. Unit
analsiis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Studi Kasus yaitu
Asuhan Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu
Penelitian akan dilakukan selama 2 minggu
2. Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada anak Di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam studi kasus ini. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Pada studi kasus ini, sumber data
diperoleh dari hasil wawancara terhadap keluarga klien.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung kepada responden untuk
mencari perubahan atau hal hal yang akan diteliti
3. Instrumen
Studi Kasus Instrument pengumpulan data yang digunakan
adalah menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan dengan
format pengkajian Stuart.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan
keperawatan pada klien dan dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan
F. Uji Keabsahan Data
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data
hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil
3. Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang
independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan
aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
G. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan peneliti di lapangan dan berlangsung
selama pengumpulan data sampai semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara menyajikan fakta-fakta, kemudian
membandingkannya dengan teori-teori, konsep yang ada, dan kemudian
menuangkannya ke dalam diskusi opini. Teknik analisis yang digunakan
melalui observasi peneliti dan studi literatur yang menggunakan data untuk
diinterpretasikan lebih lanjut oleh peneliti, dibandingkan dengan teori-teori
yang ada, sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi intervensi. (Satria,
2020)
H. Etik Penelitian
Studi kasus merupakan upaya untuk mencari kebenaran tentang
suatu fenomena yang terjadi dilingkungan secara sistematis dan objektif
menyangkut kehidupan manusia (Notoatmodjo, 2012). Subjek penelitian ini
adalah anak dengan diagnosa medis diare. Dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan permohonan ijin kepeda panitia etik. Penekanan
masalah etika penelitian ini adalah:
1. Informed consent
Lembar persetujuan menjadi responden diberikan pada
responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Dalam lembar
persetujuan memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
serta dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Bila keluarga
yang dijadikan responden diminta menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden, dan apabila menolak maka peneliti tidak dapat
memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti akan
memberikan nomor kode tertentu pada masing-masing lembar
pengumpulan data.
3. Justice and veracity (keadilan dan kejujuran)
Prinsip keadilan mengandung makna bahwa peneliti dapat
memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan responden.prinsip kejujuran memenuhi
keterbukaan yaitu penelitian dilakukan dengan jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan, dan lain sebagainya.
4. Kerahasiaan
Peneliti akan menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh,
data hanya akan disajikan dalam kelompok tertentu yang berhubungan
dengan penelitian sehingga rahasia subyek penelitian benar-benar
terjamin.
5. Manfaat dan kegunaan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap peneliatan harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek
penelitian. Penelitian hendaknya meminimalkan dampak yang akan
merugikan bagi responden.
DAFTAR PUSTAKA
Aletheia rabbani, 2020. Penyajian data, tujuan, fungsi, dan caranya.
Url:https://www.sosial79.com/2020/12/pengertian-penyajian-datatujuan-
fungsi.html
Anita lochkart rn. Msn, dr. Lyndon saputra. (2014). Asuhan kebidanan, neonatus
normal dan patologis. Tangerang: binarupa aksara
Behrman, 2015). Behrman, r.e. 2015. Nelson ilmu kesehatan anak ed.15th. .
Jakarta:egc
Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al.
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of
Severe Sepsis and Septic Shock, 2012. Crit Care Med. 2013 Feb; 41:580–
637.
Dina, 2020. Populasi, sample & unit analisis penelitian – kja ved.
Https://kjaved.com/2020/03/25/populasi-sample-penelitian/
Kliegman et al., (2016) kliegman, r., stanton, b., st. Geme, j., schor, n. And
nelson, w. (2016). Nelson textbook of pediatrics. 20th ed, philadelphia, pa:
elsevier, pp 217-222.
Legawati. (2018). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Malang : wineka media
Lihawa,.dkk, 2020. Hubungan jenis persalinan dengan kejadian sepsis
neonatorum di rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado
Satria, rio agung dkk. 2020 pengantar data. Wageindicator data academy dalam
https://wageindicator-data-academy.org diakses 22 mei 2022.