Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi
di masyarakat. Sepsis menjadi salah satu dari sepuluh penyebab kematian
terbesar di dunia. Diagnosis awal sepsis seringkali sulit ditegakkan, karena
klinis sepsis yang muncul sangat beragam. Jika sepsis tidak segera
ditangani dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ yang dapat berujung
pada kematian. Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dari penyakit
sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang terjadi
pada bayi dalam 28 hari pertama setelah kelahiran yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan protozoa (Martua, 2021)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, memperkirakan
bahwa dari 5,9 juta kematian anak tahun 2015, di dapatkan beberapa
penyebab utama kematian diantaranya pneumonia (17 %), preterm birth
complications (16 %), intrapartum neonatal-related complications (11 %),
diarrhoea (8 %), neonatal sepsis (7 %),dan malaria (5 %). Dari data tersebut
didapatkan 413.000 anak dari 5,9 juta anak secara globalterdiagnosa
mengalami sepsis, dan dinyatakan meninggal dunia pada tahun 2015. Angka
kematian neonatus berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 sebanyak 15 per 1000 kelahiran. Didapatkan
bahwa sepsis menempati urutan ke tiga dalam penyebab kematian neonatal
dini setelah asfiksia neonatorum (37%) dan Berat Bayi Baru Lahir dan
prematuritas (34%) (Kemenkes RI 2019).
Risiko dari sepsis neonatal multifaktorial dan berhubungan dengan
belum matangnya sistem humoral, fagosit dan imunitas seluler (biasanya
terjadi pada bayi prematur dan berat bayi lahir rendah), hipoksia, asidosis
dan gangguan metabolisme. Insiden sepsis neonatal juga dipengaruhi oleh
status ekonomi, proses persalinan, ras, jenis kelamin (laki-laki 4 kali lebih
mudah terinfeksi dari pada perempuan), dan standar perawatan bayi.
Sepsis neonatus dibagi menjadi sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) dan
sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL). SNAD timbul dalam 72 jam
pertama kehidupan dan ditularkan perinatal dari ibunya, sedangkan SNAL
timbul setelah 72 jam dan didapatkan pascanatal dari lingkungan, biasanya
sering ditemukan pada bayi yang dirawat di ruang intensif BBL, BKB yang
lama dirawat, nutrisi parenteral yang berlarut-larut, infeksi dari alat
perawatan bayi, infeksi nosokomial atau infeksi silang dari bayi lain atau dari
tenaga medis yang merawat. Berhubungan dengan proses persalinan bahwa
insiden sepsis neonatal lebih banyak pada kasus bayi yang lahir melalui
seksio sesarea dibandingkan dengan lahir secara spontan (Lihawa,.dkk,
2020).
Faktor risiko sepsis neonatorum adalah faktor ibu (persalinan dan
kelahiran yang kurang bulan (preterm), terjadinya ketuban pecah lebih dari
18 –24 jam, adanya infeksi saluran kemih pada ibu. Faktor sosial ekonomi
dan gizi ibu) dan faktor bayi seperti asfiksia perinatal, bayi berat lahir rendah,
bayi kurang bulan, prosedur invasif, kelainan bawaan juga meningkatkan
risiko. Pencegahan sepsis neonatorum dimulai pada saat maternal dengan
cara persiapan yang baik. Pendekatan multidimensi sangat dibutuhkan
dalam mencegah insidensi sepsis neonatorum. Pusat-pusat pelayanan
medis harus melakukan penapisan infeksi karena bakteri penyebab Penyakit
Menular Seksual dan segera mengobat nya ketika terdiagnosis (Martua,
2021). Dari Penelitian yang dilakukan oleh (Lihawa, 2020) di RSUP Prof. DR.
R.D. Kandou Manado, didapatkan dari 4659 kelahiran hidup terdapat 215
(4,61%) bayi lahir yang terdiagnosa sepsis neonatorum. Peneliti menunjukan
3 faktor yang berhubungan dengan terjadinya sepsis neonatorum yaitu
ketuban pecah dini, berat bayi lahir rendah, prematur.
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada
bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup. Menurut waktu
terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk
yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis). pertama setelah
lahir dengan manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala
sistemik yang berat, terutama mengenai system saluran pernafasan,
progresif dan akhirnya syok. Kuman tersering yang ditemukan pada kasus
SAD adalah Streptokokus Grup B (SGB) [(>40% kasus)], Escherichia coli,
Haemophilus influenza, dan Listeria monocytogenes. Late Onset (lambat) :
timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering disertai adanya
kelainan system susunan saraf pusat. Kuman tersering yang ditemukan
pada kasus SAL adalah mikroorganisme batang Gram negatif (E. coli,
Klebsiella, dan Pseudomonas aeruginosa) Apabila suhu tinggi lakukan
kompres dingin, berikan ASI perlahanlahan sedikit demi sedikit, apabila bayi
muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke
kanan, mengatur posis tidur/semi fowler agar sesak berkurang, apabila ada
diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan, dan rujuk
segera ke rumah sakit, jelaskan pada keluarga untuk inform consent.
(Bobak, 2015 dalam Hidayati, 2016).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di
Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi Asuhan Keperawatan sepsis
pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada bayi
baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang muncul
keperawatan pada keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU
Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
c. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan
keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
d. Mahasiswa mampu menganalisis tindakan keperawatan keperawatan
pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada
keperawatan pada bayi baru lahir di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
D. Manfaat
1. Teoritis
Hasil penelitian ini asuhan keperawatan pada bayi baru lahir dapat
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menjadi landasan
pengembangan ilmu keperawatan komunitas.
2. Praktis
a. Profesi Keperawatan
Hasil karya ilmiah ini dapat meningkatkan informasi dan dapat
meningkatkan kajian dalam ilmu keperawatan tentang Asuhan
Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo. dan dapat meningkatkan perkembangan
kesehatan pada depatermen anak.
b. Institusi
Memberikan informasi bagi institusi mengenai tentang Asuhan
Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo. sehingga mahasiswa dapat melakukan
upaya-upaya peningkatan kesehatan mental pada bayi baru lahir
serta orang tua dan hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi
peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel yang lain yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir pada sepsis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sepsis Neonatorum
1. Definisi
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terdapat mikroorganisme
maupun toksin penyebab infeksi dalam darah atau jaringan tubuh,
bersamaan dengan munculnya manifestasi sistemik dari infeksi tersebut
(Dellinger et al., 2013).
Kliegman et al., (2016) mengutarakan, bahwa neonatus adalah bayi
baru lahir hingga berusia 28 hari setelah lahir yang dibagi lagi menjadi dua
kategori, yaitu very early dengan usia <24 jam setelah lahir, early dengan
usia <7 hari setelah lahir, dan late dengan usia 7-28 hari setelah lahir.
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus
dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan
penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali
tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48 jam (Hidayati, 2016)
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis yang terjadi pada 28 hari
awal kehidupan, dengan manifestasi infeksi sistemik dan atau isolasi bakteri
patogen dalam aliran darah.14 Secara umum sepsis neonatorum
diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya menjadi sepsis neonatorum
awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan
lambat (late-onset neonatal sepsis). Angka mortalitas sepsis neonatorum
awitan lambat lebih rendah 10-20% dibanding dengan sepsis neonatorum
awitan dini. (Martua, 2021)
2. Klasifikasi
Sepsis neonatorum menjadi tiga kategori, yatu sepsis awitan dini
atau early onset sepsis (EOS), sepsis awitan lambat atau late onset sepsis
(LOS), dan sepsis nosokomial (IDAI, 2019).
Marcdante et al., (2011), sepsis awitan dini adalah sepsis yang terjadi
dalam kurun waktu ≤72 jam setelah lahir, sering disebabkan oleh penularan
infeksi genitourinarius ibu dan dimulai sejak dalam kandungan. Selain itu
juga dijelaskan bahwa manifestasi yang paling menonjol pada EOS adalah
gangguan pernapasan, terutama pada kasus berat, dan pada bayi EOS yang
prematur, tahap awalnya sering sulit dibedakan dengan sindrom gawat
napas.
LOS adalah sepsis yang terjadi >72 jam setelah kelahiran, biasanya
terjadi pada bayi usia cukup bulan yang pulang dalam keadaan sehat dan
yang menjadi penyebab utama adalah infeksi nosokomial (hospital-
acquired), yaitu didapat dari ruang perawatan atau infeksi community-
acquired, yaitu didapat dari lingkungan.
3. Etiologi
Berbicara mengenai infeksi, maka penyebabnya merupakan
mikroorganisme seperti virus, jamur, atau bakteri. Terdapat berbagai
mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan sepsis, Effendi (2013)
menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan suatu negara mempengaruhi jenis
organisme dan pola kepekaan terhadap infeksi, pada negara maju penyebab
EOS tertinggi adalah group B Streptococcus (GBS) dan E. coli dan pada
LOS yaitu Coagulase Negative Staphylococci (CONS), GBS, dan
Staphylococci aureus, sementara di negara berkembang keseluruhan
penyebab adalah organisme gram negatif, seperti Klebsiella, E. coli, dan
Pseudomonas dan gram positif, seperti Streptococcus pneumoniae dan
Streptococcus pyogenes.
Sementara itu, Kliegman et al., (2016) membagi mikroorganisme
penyebab sepsis neonatorum berdasarkan patogenesisnya, pada infeksi
intrauterin penyebab infeksi tertinggi adalah sifilis, rubela, CMV,
toksoplasmosis, parvovirus B19, dan varisela. Sementara, pada masa
intrapartum yang tertinggi adalah HSV, HIV, hepatitis B virus, C virus, dan
tuberkulosis (TB), dan pada infeksi postpartum yang paling tinggi adalah TB
yang biasanya tertular oleh tenaga medis dan HIV yang umumnya tertular
oleh Ibu dengan HIV melalui ASI. Infeksi intrapartum dan postpartum
biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang berkoloni di organ
genitourinaria atau traktus gastrointestinal bagian bawah, bakteri yang paling
sering adalah GBS dan E. coli serta virus CMV, HSV, enterovirus, dan HIV.
Semua mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan sepsis melalui ketiga
jalur infeksi, namun belum tentu menjadi penyebab utama.
Infeksi jamur, baik Candida albicans dan non-albicans, lebih sering
terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500 gram dan
berhubungan dengan pemberian nutrisi parenteral, kateter sentral, operasi
abdomen, steroid atau antibiotic spectrum luas, baik Candida albicans dan
non-albicans akan terisolasi. LOS berbeda dengan EOS yang umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor pada masa intrauterin. Pada beberapa
penelitian dan referensi, sepsis dibagis menjadi dua kategori besar yaitu
EOS dan LOS, dimana sepsis nosokomial masuk kedalam kategori LOS,
namun IDAI (2019), sepsis nosokomial merupakan kategori terpisah dan
merupakan kategori sepsis ketiga. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sepsis
nosokomial adalah infeksi yang umumnya terjadi pada neonatus dengan
intervensi medis, sedang menjalani perawatan, dan perawatan dan
intervensi yang berhubungan dengan monitor invasif dan berbagai teknik
yang digunakan di ruang gawat intensif.
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum secara garis besar dibagi
menjadi tiga, yaitu infeksi antenatal atau intrauterin, infeksi intranatal, dan
infeksi pascanatal.
Jalur antenatal terjadi karena ibu sedang menderita suatu penyakit
infeksi dari mikroorganisme patogen seperti rubela, poliomyelitis, coxsackie,
variola, vaccinia, bakteri treponema palidum, E. coli, dan listeria
monositogen, yang berada dalam sirkulasi ibu kemudian melewati plasenta
dan masuk ke dalam sirkulasi janin dan menyebabkan sepsis, dengan atau
tanpa menyebabkan korioamnionitis, yaitu infeksi pada plasenta dan cairan
amnion. Pada dasarnya, janin atau neonatus baru akan terpapar
mikroorganisme patogen ketika membran plasenta telah ruptur dan melalui
jalan lahir atau lingkungan ekstrauterin. Jalan lahir ibu dengan kolonisasi
organisme aerob dan anaerob memiliki kemungkinan terpapar pada janin
dan terjadi infeksi asenden, yaitu naiknya mikroorganism menuju plasenta
dan menyebabkan amnionitis (Kliegman et al., 2016).
Infeksi pascanatal, merupakan jalur yang sebagaian besar dapat
dicegah kejadiannya, terjadi setelah bayi dilahirkan dengan lengkap,
biasanya terjadi karena diluar faktor ibu seperti kontaminasi penggunaan
alat, perawatan yang tidak terjaga kesterilnnya, atau tertular oleh orang lain,
dan pada neonatus sering terjadi diruang perawatan atau rumah sakit. Jalur
ini sebagian besar dapat dicegah (Kosim, 2014 dalam Bere, 2019).
5. Manifestasi Klinis
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal
tidak spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk
gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi
(misalnya infeksi TORCH = Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus,
Herpes) (Kosim, 2014 dalam Bere, 2019).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium neonatus tersangka sepsis awitan dari
darah perifer lengkap, hitung jenis, dan biakan darah. Pada umumnya
ditemukan peningkatan leukosit yang didominasi oleh sel PMN, penurunan
leukosit (<5000/μL), leukositosis (>30.000/μL), trombositopenia
(<100.000/μL), dan neutropenia absolut (PMN <1500).Saat ini beberapa
peneliti berpendapat bahwa adanya satu tanda klinis yang sesuai dengan
infeksi disertai nilai CRP >10 mg/dl cukup untuk menegakkan diagnosis
sepsis awitan dini dan sepsis awitan lambat pada sepsis neonatorum.
Sebaliknya, untuk menentukan kriteria standar yang seragam pada sepsis,
beberapa peneliti menggabungkan antara nilai CRP>10 mg/dl dengan rasio
neutrofil imatur terhadap netrofil total (IT ratio) ≥0,25 sebagai kriteria untuk
pemberian antibiotic meskipun belum ditemukan gejala sepsis (Kosim, 2014
dalam Bere, 2019).
7. Penatalaksanaan
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis
neonatal. Pemberian antibiotika empiris harus memperhatikan pola kuman
penyebab tersering ditemukan diklinik tadi. Selain pola kuman hendaknya
diperhatikan pula resistensi kuman. Segera setelah didapatkan hasil kultur
darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab
dan pola resistensinya (Kosim, 2014).
Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik
kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme
patogen yang mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik
tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif
ataupun gram negative (Kosim, 2014).

8. Pencegahan Sepsis pada bayi baru lahir


Penatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai
menderita korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan, persalinan
yang cepat bagi bayi baru lahir, dan kemoprofilaksis intrapartum selektif
nampak dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada infeksi
bayi baru lahir. Pencegahan infeksi nosokomial neonatus ini kompleks dan
meliputi mencuci tangan 2 menit sebelum memasuki ruangan perawatan, 15
detik mencuci tangan selang setiap penderita, memastikan pakaian perawat
dan residen bersih. Jumlah staf perawat yang cukup, penghindaran keadaan
penuh sesak (Behrman, 2015). Kontrol wabah tergantung pada patogen dan
epidemiologi. Ukuran-ukuran yang biasa digunakan termasuk penelitian
perluasan kolonisasi pada bayi dan perawat, pencarian sumber-sumber
umum atau reservoir, pengelompokkan bayi dan perawat, penggantian
cairan pencuci tangan dan protokolnya, dan profilaksis antimikroba.
Perawatan tali pusat, sterilisasi peralatan, dan pencucian tangan adalah hal
yang sangat penting, sedang jas praktek tidak secara konsisten selalu
menunjukkan efektivitasnya (Behrman, 2015).

B. Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram dan tanpa tanda – tanda asfiksia dan penyakit penyerta
lainnya (Noordiati, 2018 dalam Bere, 2019).
Menurut Saifuddin (2014) bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu
keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamnilan 37- 42 minggu,
lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa
gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan teratur, berat badan
antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi ovum dan spermatozoon
dengan masa gestasi memungkinkan hidup di luar kandungan. Tahapan
bayi baru lahir yaitu umur 0 sampai 7 hari disebut neonatal dini dan umur 8
sampai 28 hari disebut neonatal lanut (Maternity., dkk, 2018).
2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Maternity, Anjany dan Evrianasari (2018), ciri-ciri bayi baru
lahir normal antara lain:
a. Berat badan: 2500 – 4000 gram.
b. Panjang badan lahir: 48 – 52 cm.
c. Lingkar kepala: 33 – 35 cm.
d. Lingkar dada : 30 – 38 cm.
e. Bunyi jantung: 120-160 x/menit.
f. Pernafasan: 40-60 x/menit.
g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.
h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan lepas.
j. Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika
laki-laki testis telah turun, skrotum sudah ada.
k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l. Refleks morrrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
m. Refleks graps atau menggemgam sudah baik.
n. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam.
Mekonium berwarna hitam kecoklatan.
3. Adaptasi Pada BBL dari Intrauterin ke Ekstrauterin
a. Adaptasi Fisik
1) Perubahan Pada Sistem Pernafasan
Perkembangan sistem pulmonar pada bayi yaitu pada umur
24 hari bakal paru-paru sudah terbentuk, 26 sampai 28 hari bakal
bronchi membesar, 6 minggu dibentuk segmen bronchus, 12 minggu
diferensiasi lobus, 24 minggu dibentuk alveolus, 28 minggu dibentuk
surfaktan, 34 sapai 36 minggu surfaktan matang. Struktur matang
ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah lahir pertukaran gasmelalui paru–paru bayi
(Armini, Sriasih, Marhaeni, 2017).
2) Rangsangan Untuk Gerak Pernafasan
Menurut Legawati (2018) Rangsangan gerakan pertama
terjadi karena beberapa hal berikut:
a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di
dalam uterus (stimulasi sensorik).
d) Reflek deflasi hering
3) Upaya Pernafasan Bayi Pertama
Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk megeluarkan
cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru untuk
pertama kali. Untuk mendapatkan fungsi alveol harus terdapat
surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui paru. Surfaktan
megurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding
alveoli pada akhir persalinan sehingga tidak kolaps (Noordiati, 2018
dalam Bere, 2019).
4) Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler
Setelah bayi lahir paru akan berkembang menyebabkan
tekanan arteriol dalam paru berkurang. Tekanan dalam jantung
kanan turunsehingga tekanan jantung kiri lebih besar yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Oleh
karena itu tekanan dala paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan karena rangsangan biokimia duktus arterious
berobliterasi ini terjadi pada hari pertama (Armini, Sriasih, Marhaeni,
2017).
5) Perubahan Pada Sistem Termoregulasi
Noordiati (2018) menjelaskan ketika bayi baru lahir, bayi
berasa pada suhu lingkungan yang  rendah dari suhu di dalam
rahim. Menurut Noordiati (2018) menjelaskan empat kemungkinan
mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan
panas tubuhnya.
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contohnya
menimbang bayi tanpa alas timbanga, tangan penolong yang
dingin langsung memegang BBL, meggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan BBL.
b) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Contohnya tidak
segera mengeringkan bayi setelah lahir, tidak mengeringkan bayi
setelah mandi.
c) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada
kecepatan dan suhu udara). Contohnya membiarkan bayi dekat
jendela, membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas
angin.
d) Radiasi
Panas dipncarkan dari BBL keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek
yang mempunyai suhu berbeda). Contohnya membiarkan bayi di
ruangan yang memiliki AC.
6) Perubahan Pada Sistem Renal
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasya
kecil hingga setelah lahir. Urine bayi encer, berwarna kekuning-
kuningan dan tidak berbau. Warna cokelat disebabkan oleh lendir
bekas membrane mukusa dan udara asam akan hilang setelah bayi
banyak minum. Urine pertama kali di buang saat lahir dan dalam 24
jam dan akan semakin sering dengan banyak cairan (Noordiati, 2018
dalam Bere, 2019).
7) Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan
makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung belum
sempurna, sehingga mudah gumoh tertama bayi baru lahir dan bayi
muda. Kapasitas lambung terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi
cukup bulan. Usus masih belum matang sehingga tidak mampu
melindungi diri dari zat berbahaya, kolon bayi baru lahir kurang
efisien dalam mempertahankan air sehingga bahaya diare menjadi
serius pada bayi baru lahir (Noordiati, 2018 dalam Bere, 2019).
8) Perubahan Pada Sistem Hepar
Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak
serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun
memakan waktu agak lama (Armini, Sriasih, Marhaeni, 2017).
9) Perubahan Pada Sistem Imunitas
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang sehingga
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas matang
meyebabkan kekebalan alami dan buatan. Kekebalan alami terdiri
dari struktur tubuh yang mencegah dan meminimalkan infeksi
misalnya perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saringan
saluran gas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus dan
perlindungan kimia oleh asam lambung (Noordiati, 2018 dalam Bere,
2019).
10) Perubahan Pada Sistem Integumen
Lailiyana., dkk, 2016 dalam Bere, 2019menjelaskan bahwa
semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saaat lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan
sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfungsi dengan epidermis dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan
mudah mengalami kerusakan. Bayi cukup bulan mempunyai kulit
kemerahan (merah daging) beberapa setelah lahir, setelah itu warna
kulit memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat berbecak,
terutama didaerah sekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat
sedikit sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianois, disebabkan
ketidakstabilan vasomotor, stasis kapiler, dan kadar hemoglobin yang
tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara, dan bertahan selama
7 sampai 10 hari, terutama bila terpajan udara dingin.
11) Perubahan Pada Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi pada bayi laki-laki akan terlihat
rugae (garis-garis lipatan yang meonjol) pada skrotum, kedua belah
testis sudah mengalami desensus ke dalam skrotum, meatus uretra
pada ujung penis normal, preputium melekat pada glanspenis,
panjang penis sekitar 2cm, refleks kremaster di temukan (MSN &
Saputra, 2014).
12) Perubahan Pada Sistem Skeletal
Lailiyana., dkk, 2016 dalam Bere, 2019 menjelaskan pada
bayi baru lahir arah pertumbuhan sefalokaudal pada pertumbuhan
tubuh terjadi secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran
seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada
tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium
dapat mengalami distorsi akibat molase (pembentukan kepala janin
akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala). Ada dua kurvatura pada
kolumna vertebralis, yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi mulai dapat
mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk di daerah
servikal. Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki
dilluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat
agak melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihat lengkungan pada
telapak kaki. Ekstremitas harus simetris. Harus terdapat kuku jari
tangan dan jari kaki. Garis-garis telapak tangan sudah terlihat.
Terlihat juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan.
13) Perubahan Pada Sistem Neuromuskuler
Menurut Anita Lochkart RN. MSN, Dr. Lyndon Saputra.
(2014).ada beberapa refleks pada bayi baru lahir yaitu :
a. Reflek menghisap (sucking reflex)
Gerakan meghisap dimulai ketika putting susu ibu di
tempatkan di dalam mulut neonatus.
b. Reflek menelan (Swallowing Reflex)
Neonatus akan melakukan gerakan menelan ketika pada
bagian posterior lidahnya di teteskan cairan, gerakan ini
harusterkoordinasi dengan gerakan pada reflek menghisap
c. Reflek morrow
Ketika neonatus diangkat dari boks bayi dan secara tiba-
tiba diturunkan tungkainya akan memperlihatkan gerakan
ekstensi yang simetris dan diikuti oleh gerakan abduksi.
d. Reflek mencari (rooting reflex)
Reflek mencari sumber rangsangan, gerakan
neonatusmenoleh ke arah sentuhan yang dilakukan pada
pipinya.
e. Refleks leher yang tonic (tonic neck reflex)
Sementara neonatus dibaringkan dalam posisi telentang
dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi, maka ekstremitas
pada sisi homolateral akan melakukan gerakan ekstensi
sementara ekstremmitas pada sisi kontralateral melakukan
gerakan fleksi.
f. Refleks babinski
Goresan pada bagian lateral telapak kaki di sisi jari
kelingking ke arah dan menyilang bagian tumit telapak kaki dan
akan membuat jari-jari kaki bergerak mengembang ke arah atas.
g. Palmar graps
Penempatan jari tangan kita pada telapak tangan neonatus
akan membuatnya menggenggam jari tangan tersebut dengan
cukup kuat sehingga dapat menarik neonatus ke dalam posisi
duduk.
h. Stepping Refleks
Tindakan mengangkat neonatus dalam posisi tubuh yang
tegak dengan kedua kaki menyentuh permukaan yang rataakan
memicu gerakan seperti menari.
i. Reflek terkejut
Bunyi yang keras seperti bunyi tepukan tangan akan
menimbulkan gerakan abduksi lengan dan fleksi siku.
j. Tubuh melengkung (trunk incurvature)
Ketika sebuah jari tangan pemeriksa menelusuri bagian
punggung neonatus di sebelah lateral tulang belakang maka
badan neonatus akan melakukan gerakan fleksi dan pelvis
berayun ke arah sisi rangsangan.
b. Adaptasi Psikologis
1) Reaktivitas 1 (The First Period Reactivity)
Dimulai pada masa persalinan dan berakhir 30 menit setelah
bayi lahir. Selama periode ini detak jantung cepat dan pulsasi tali
pusat jelas. Selama periode ini setiap usaha harus dibuat untuk
mudahkan kontak bayi degan ibu (Armini, Sriasih, Marhaei, 2017).
2) Fase Tidur (The Period of Unresponsive Sleep)
Fase ini berlangsung selama 30 menit sapai 2 jam persalinan.
Tingkat pernapasan menjadi lebih labat. Bayi dala keadaan tidur,
suara usus muncul tapi berkurang. Jika mungkin, bayi tidak diganggu
untuk pengujian utama dan jangan memandikannya. Selama masa
tidur memberikan kesempatan pada bayi untuk memulihkan diri dari
proses persalinan dan periode transisi ke kehidupan di luar uterine
(Armini, Sriasih, Marhaeni, 2017).
3) Reaktivitas 2 (The Second Periode Of Reactivity)
Periode berlangsung selama 2 sampai 6 jam setelah
persalinan. Jantung bayi labil dan terjadi perubahan warna kulit yang
berhubungan dengan stimulus lingkungan. Pemberian makan awal
penting dalam pencegahan hipoglikemia dan stimulasi pengeluaran
kotoran dan pencegahan penyakit kuning. Pemberian makan awal
juga menyediakan kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan
pembentukan vitamin k oleh traktusintestinal (Armini, Sriasih,
Marhaeni, 2017).
c. Kebutuhan Fisik BBL
1) Nutrisi
Legawati (2018) menganjurkan berikan ASI sesering mungkin
sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih
berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi
setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara
payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai
permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.
2) Cairan dan Elektrolit
Menurut Legawati (2018) air merupakan nutrien yang
berfungsi menjadi medium untuk nutrien yang lainnya. Air merupakan
kebutuhan nutrisi yang sangat penting mengingat kebutuhan air pada
bayi relatif tinggi 75-80 % dari berat badan dibandingkan dengan
orang dewasa yang hanya 55-60%. Bayi baru lahir memenuhi
kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala kebutuhan nutrisi dan
cairan didapat dari ASI.
3) Personal Higiene
Menurut Legawati (2018) menjelaskan memandikan bayi baru
lahir merupakan tantangan tersendiri bagi ibu baru. Ajari ibu, jika ibu
masih ragu untuk memandikan bayi di bak mandi karena tali
pusatnya belum pupus, maka bisa memandikan bayi dengan melap
seluruh badan dengan menggunakan waslap saja. Yang penting
siapkan air hangat- hangat kuku dan tempatkan bayi didalam
ruangan yang hangat tidak berangin. Lap wajah, terutama area mata
dan sekujur tubuh dengan lembut. Jika mau menggunakan sabun
sebaiknya pilih sabun yang 2 in 1, bisa untuk keramas sekaligus
sabun mandi. Keringkan bayi dengan cara membungkusnya dengan
handuk kering.
d. Kebutuhan Kesehatan Dasar
1) Pakaian
Pakaikan baju ukuran bayi baru lahir yang berbahan katun
agar mudah menyerap keringat. Sebaiknya bunda memilih pakaian
berkancing depan untuk memudahkan pemasangan pakaian. Jika
suhu ruangan kurang dari 25ºC beri bayi pakaian dobel agar tidak
kedinginan. Tubuh bayi baru lahir biasanya sering terasa dingin, oleh
karena itu usahakan suhu ruangan tempat bayi baru lahir berada di
27ºC. Tapi biasanya sesudah sekitar satu minggu bayi baru lahir
akan merespon terhadap suhu lingkungan sekitarnya dan mulai bisa
berkeringat (Noordiati,2018).
2) Sanitasi Lingkungan
Bayi masih memerlukan bantuan orang tua dalam mengontrol
kebutuhan sanitasitasinya seperti kebersihan air yang digunakan
untuk memandikan bayi, kebersihan udara yang segar dan sehat
untuk asupan oksigen yang maksimal (Noordiati,2018).
3) Perumahan
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus
di dapat bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi
bayi itu sendiri. Saat dingin bayi akan mendapatkan kehangatan dari
rumah yang terpunuhi kebutuhannya. Kebersihan rumah juga tidak
kalah terpenting. Bayi harus terbiasa dengan sinar matahari namun
hindari dengan pancaran langsung sinar matahari dipandangan
matanya. Yang paling utama keadaan rumah bisa di jadikan sebagai
tempat bermain yang aman dan menyenangkan untuk anak
(Legawati,2018).
e. Kebutuhan Psikososial
1) Kasih Sayang ( Bounding Attachmet )
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa
kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin
kuat.Bounding merupakan suatu hubungan yang berawal dari saling
mengikat diantara orangtua dan anak, ketika pertama kali bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat
satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan
kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap
saat untuk mempercepat rasa kekeluargaan. Kontak dini antara ibu,
ayah dan bayi disebut Bounding Attachment melalui touch/sentuhan
(Legawati,2018).
2) Rasa Aman
Rasa aman anak masih dipantau oleh orang tua secara
intensif dan dengan kasih sayang yang diberikan, anak merasa aman
(Noordiati,2018).
a) Harga Diri
Dipengaruhi oleh orang sekitar dimana pemberian kasih
sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini bergantung
pada pola asuh, terutama pola asuh demokratis dan kecerdasan
emosional (Noordiati,2018).
b) Rasa Memiliki
Didapatkan dari dorongan orang di sekelilingnya
(Noordiati,2018).
BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan
Jenis penulisan ini merupakan deskriptif dengan bentuk pendekatan
studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan dengan
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit. Unit
tunggal yaitu satu orang atau lebih dengan suatu masalah yang sama
(Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus in untuk mengeksplorasi masalah “Asuhan Keperawatan
sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah Sakit Daerah Sidoarjo.”
dengan pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan asuhan
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, dan evaluasi. (Nursalam, 2015)
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian digunakan dalam penelitian keperawatan adalah :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang akan diteliti. Kriteria inklusi yang dapat
digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Bayi baru lahir dengan diagnosa medis diare tanpa dehidrasi
b. Bayi baru lahir yang bersedia menjadi response
c. Bayi baru lahir berusia 1-28 hari
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria untuk menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang mempengaruhi kriteria inklusi dari studi
karena berbagai sebab, sehingga tidak dapat diikuti sertakan dalam
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Bayi baru lahir yang mengalami penurunan kesadaran
b. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan pendengaran
c. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan mental
d. Bayi baru lahir yang mengalami gangguan berbicara (Bisu)
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional )
1. Sepsis
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis penyakit sistemik yang
disebabkan oleh mikroorganisme penyebab infeksi seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa, pada satu bulan pertama setelah lahir (IDAI, 2019
dalam Matua, 2021)
2. Asuhan Keperawatan anak pada diare
Asuhan keperawatan pasien bayi baru lahir dengan merupakan
suatu proses tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat secara
langsung kepada pasien dalam tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien bayi baru lahir dengan sepsis.
D. Unit Analisis
Unit analisi merupakan suatu penelitian yang biasanya menjadi unit
observasi, dalam hal ini unit observasi dapat menggambarkan singkat
tentang keseluruhan satuan dan menjelaskan perbedaan antara satuan
analisis. Sacara jelas dan tegas hal ini menjelaskan tentang unit analisis
yang tidak jelas akan mengakibatkan penelitian tidak dapat menentukab
siapa atau apa ang akan di amati (Dina, 2020). Unit analsiis merupakan
suatu komponen dari penelitian kualitatif, unit analisis merupakan satuan
yang di teliti yang berkaitan dengan individu, kelompok, sebagai subjek
penelitian. (Aletheia Rabbani, 2020)
Berdasarkan pengertian unit analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
unit analisis dalam penelitian ini adalah subjek yang akan di teliiti. Unit
analsiis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Studi Kasus yaitu
Asuhan Keperawatan sepsis pada bayi baru lahir Di Ruang PICU Rumah
Sakit Daerah Sidoarjo.
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu
Penelitian akan dilakukan selama 2 minggu
2. Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada anak Di Ruang PICU Rumah Sakit
Daerah Sidoarjo.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam studi kasus ini. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Pada studi kasus ini, sumber data
diperoleh dari hasil wawancara terhadap keluarga klien.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung kepada responden untuk
mencari perubahan atau hal hal yang akan diteliti
3. Instrumen
Studi Kasus Instrument pengumpulan data yang digunakan
adalah menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan dengan
format pengkajian Stuart.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setiap hari setelah melakukan asuhan
keperawatan pada klien dan dilakukan dengan menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan
F. Uji Keabsahan Data
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan
sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji
keabsahan data yang dapat dilaksanakan.
1. Credibility
Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data
hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang
dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.
2. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut
diambil
3. Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang
independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan
aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan
data, dan waktu.
G. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan peneliti di lapangan dan berlangsung
selama pengumpulan data sampai semua data terkumpul. Analisis data
dilakukan dengan cara menyajikan fakta-fakta, kemudian
membandingkannya dengan teori-teori, konsep yang ada, dan kemudian
menuangkannya ke dalam diskusi opini. Teknik analisis yang digunakan
melalui observasi peneliti dan studi literatur yang menggunakan data untuk
diinterpretasikan lebih lanjut oleh peneliti, dibandingkan dengan teori-teori
yang ada, sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi intervensi. (Satria,
2020)
H. Etik Penelitian
Studi kasus merupakan upaya untuk mencari kebenaran tentang
suatu fenomena yang terjadi dilingkungan secara sistematis dan objektif
menyangkut kehidupan manusia (Notoatmodjo, 2012). Subjek penelitian ini
adalah anak dengan diagnosa medis diare. Dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan permohonan ijin kepeda panitia etik. Penekanan
masalah etika penelitian ini adalah:
1. Informed consent
Lembar persetujuan menjadi responden diberikan pada
responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Dalam lembar
persetujuan memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
serta dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Bila keluarga
yang dijadikan responden diminta menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden, dan apabila menolak maka peneliti tidak dapat
memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti akan
memberikan nomor kode tertentu pada masing-masing lembar
pengumpulan data.
3. Justice and veracity (keadilan dan kejujuran)
Prinsip keadilan mengandung makna bahwa peneliti dapat
memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan responden.prinsip kejujuran memenuhi
keterbukaan yaitu penelitian dilakukan dengan jujur, hati-hati,
profesional, berperikemanusiaan, dan lain sebagainya.
4. Kerahasiaan
Peneliti akan menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh,
data hanya akan disajikan dalam kelompok tertentu yang berhubungan
dengan penelitian sehingga rahasia subyek penelitian benar-benar
terjamin.
5. Manfaat dan kegunaan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap peneliatan harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek
penelitian. Penelitian hendaknya meminimalkan dampak yang akan
merugikan bagi responden.
DAFTAR PUSTAKA
Aletheia rabbani, 2020. Penyajian data, tujuan, fungsi, dan caranya.
Url:https://www.sosial79.com/2020/12/pengertian-penyajian-datatujuan-
fungsi.html

Anita lochkart rn. Msn, dr. Lyndon saputra. (2014). Asuhan kebidanan, neonatus
normal dan patologis. Tangerang: binarupa aksara

Behrman, 2015). Behrman, r.e. 2015. Nelson ilmu kesehatan anak ed.15th. .
Jakarta:egc

Bere, 2019. Asuhan kebidanan berkelanjutan pada ny. R.r di puskesmas


bakunase kelurahan bakunase kecamatan kota raja periode tanggal 18
februari sampai 18 mei 2019

Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A, Annane D, Gerlach H, Opal SM, et al.
Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of
Severe Sepsis and Septic Shock, 2012. Crit Care Med. 2013 Feb; 41:580–
637.

Dina, 2020. Populasi, sample & unit analisis penelitian – kja ved.
Https://kjaved.com/2020/03/25/populasi-sample-penelitian/

Hidayati, 2016. Hubungan riwayat bblr dengan kejadian sepsis neonatorum


Kemenkes ri. (2019). Data informasi profil kesehatan indonesia 2018. Journal of
chemicalinformation, 53(9), 1689–1699.
Https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil_kesehatan_2018_1.pdf

Kliegman et al., (2016) kliegman, r., stanton, b., st. Geme, j., schor, n. And
nelson, w. (2016). Nelson textbook of pediatrics. 20th ed, philadelphia, pa:
elsevier, pp 217-222.

Legawati. (2018). Asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Malang : wineka media
Lihawa,.dkk, 2020. Hubungan jenis persalinan dengan kejadian sepsis
neonatorum di rsup prof. Dr. R. D. Kandou manado

Marcdante et al., (2011),


Maternity, dkk. 2018. Asuhan kebidanan neonatus, bayi balita dan anak
prasekolah. Yogyakarta.
Matua, 2021. Analisis faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian sepsis
neonatorum di rsud taluk kuantan

Notoamodjo, s. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta

Notoatmodjo, s. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka cipta.


Notoatmodjo, s. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: rineka
cipta.

nursalam. (2015). Metodologi penelitian ilmu keperawatan : pendekatan praktis


Saifuddin. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta: p.t. Bina pustaka
sarwono prawirohardjo

Satria, rio agung dkk. 2020 pengantar data. Wageindicator data academy dalam
https://wageindicator-data-academy.org diakses 22 mei 2022.

World health organization (who) tahun 2016 World Health Statistics.

Anda mungkin juga menyukai