PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus disetiap program
kesehatan, karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya setiap saat
menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya. Ancaman tersebut
seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan (Argadiredja,
2003).
Kematian bayi merupakan indikator utama dalam pembangunan kesehatan. Di
seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama (Wantania,
2011). Dua periga dari yang meninggal pada bulan pertama, meninggal pada
minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama
meninggal pada hari pertama.
Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir
rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di Negara berkembang dan
sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenlan dini dan pengobatan
yang tepat. Kematian Neonatal Dini (KND) adalah kematian bayi baru lahir
sampai dengan umur tujuh hari. Salah satu usaha untuk menurunkan Angka
Kematian Neonatal Dini adalah dengan mengenal faktor risiko diantaranya yang
berasal dari ibu (maternal), faktor dari bayi, serta faktor kehamilan dan persalinan.
Neonatal sepsis adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis
neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000
kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%,
terutama pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan
neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir
sangat rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah
5 hari kehidupan.
fungsi
tubuh,
yaitu sebagai
bagian
dari berbagai
aspek
metabolisme dan sistem imun. Penurunan kadar seng dalam tubuh dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam maupun luar tubuh neonatus itu
sendiri. Pada neonatus respon imun belum sempurna, sehingga sangat rentan
terhadap infeksi. Sepsis merupakan salah satu penyebab tersering morbiditas
dan mortalitas pada neonatus.
Berdasarkan
serum
diasumsikan
infeksi, demikian
berdampak
atas yaitu
pada
penurunan kadar
neonatus
mudah
seng
menderita
hubungannya
di Indonesia.
dengan
melakukan
penelitian
mengenai kadar seng serum pada neonatus sepsis apakah dapat menjadi indikator
prognosis keluaran sepsis pada neonatus. Keluaran sepsis dimaksud pada saat
perawatan hari ke-4 yaitu saat akhir respon
kultur
darah
hasil
resisten.
seng
serum
saat
diagnosis
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari neotal sepsis
antara
kadar seng
serum
saat diagnosis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
berat didefinisikan
sebagai
sepsis
yang
disertai
komplikasi
1000
kelahiran
hidup
dengan
angka
kematian
20-30%,
sedangkan di negara maju 1-10 / 1000 kelahiran hidup, dengan angka kematian
sebesar 13 %.14,15
kematian
neonatus
Jakarta
(2005)
Penyakit
infeksi
merupakan
di negara berkembang.
kejadian
penyebab
utama
Di Indonesia di RSCM
Kardiovaskuler
Respiratorik
Saluran pencernaan
Hematologik
perdarahan,jaundice ,
Kulit
ruam, purpura
Pada
International
Concensus
on Pediatric
Sepsis di San
respons
syndrome
(SIRS),
Multi
Organ
Antonio
systemic
Dysfungtion
Usia 07hari
Suhu
> 38,50C/
Laju Nadi
Laju Nafas
Jumlah leukosit X
Permenit
Permenit
103/mm3
> 50
> 34
< 360C
Usia730 hari
> 38,50C/
> 40
< 360C
Catatan : definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria
dalam tabel (salah satu di antaranya adanya kelainan suhu atau leukosit).
Tabel 2.3. Kriteria infeksi, sepsis, sepsis berat, syok sepsis*
Infeksi
Sepsis
SepsisBerat
Syok Sepsis
Paparan
infeksi
yang
terjadi
saat
kehamilan, proses
persalin,
yang
lingkungan
udara pernapasan,
saluran
Bakteri
cerna,
kelahiran
masuk
atau
ke
melalui
biasanya
dalam
kulit
berasal
tubuh
yang
dari
melalui
terinfeksi.
Bentuk sepsis semacam ini dikenal dengan sepsis paparan lambat (late
onset of neonatal epsis). Selain perbedaan dalam waktu paparan kuman, kedua
bentuk infeksi ini
(early
onset)
sering
berbeda
dalam
jenis
kuman
klinik,
dan
penyebab infeksi.
tata
laksana
Walaupun
demikian
patogenesis,
gejala
berbeda.
Faktor risiko terjadinya sepsis pada neonatus dapat berasal dari faktor ibu, bayi
dan faktor lain
Faktor risiko ibu :
1. Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban pecah
lebih dari 24 jam maka kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila
disertai korioamnionitis maka kejadian sepsis meningkat menjadi 4 kali.
2.
Infeksi dan demam (> 38C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis,
yang
tidak
benar
pada
tenaga
kesehatan
maupun
anggota
keluarga pasien.
2.2 Metabolisme Seng
Mekanisme seng memasuki sel-sel mukosa belum jelas benar. Konsensus secara
umum
mengatakan
melibatkan
dua
carrier-mediated
bahwa
proses
absorbsi
kinetik,
yaitu
seng
suatu
komponen
pembawa (a
Peningkatan efisiensi absorbsi seng yang terjadi saat asupan seng rendah lebih
disebabkan
karena peningkatan
kecepatan
metabolisme seluler.
Thimidinkinase, RNA
selama
dalam
pembelahan
sel.
albumin dan asam amino, fraksi ini bertanggung jawab pada transport seng dari
hati ke jaringan.
Semua seng
yang
diabsorbsi
diangkut
dari
plasma
ke
jaringan,
pertukaran seng dari plasma ke dalam jaringan sangat cepat untuk memelihara
konsentrasi plasma seng relatif konstan. Sebagian besar seng dalam tubuh berada
dalam hati, pankreas, ginjal, otot,
mengandung
seng adalah
rambut,
kuku.
dan
dan
tulang.
mata, kelenjar
Seng
Jaringan
yang
prostat, spermatozoa,
dikeluarkan tubuh
melalui
urin,
banyak
kulit,
feses,
jaringan kulit, rambut, sel-sel mukosa sel dinding usus, cairan haid, dan
mani. Jalur utama eksresi seng adalah melalui tinja (lebih dari
itu sekitar 0,5 sampai
0,8 mg/hari
90%).Sementara
dan
mg / hari.
2.3 Faktor Penyebab Neonatal Sepsis
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang.
Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak
diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit
hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD).
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram).
Prematurius merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus
masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi
adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui
jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat persalinan.
Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu
saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi
dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati
jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan
lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3. Infeksi paska atau sesudah persalinan.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial
dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang
endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau
profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilicus.
2.4 Cara Mencegah Neonatal Sepsis
a.
Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih,
setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara
steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan
menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi.
Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan
baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional,
sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur. Studi
literatur dilakukan dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur berupa
buku, laporan, jurnal, informasi dari internet dan tulisan yang berhubungan
dengan neonatal sepsis.
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam makalah ini adalah data
skunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
berupa publikasi. Dalam penulisan makalah ini data sekunder diperoleh dari
skripsi, buku-buku, dan jurnal.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Definisi Neonatal Sepsis
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Neonatal Sepsis adalah infeksi darah yang
terjadi pada bayi yang berumur kurang dari 90 hari. Infeksi disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli (E.coli) atau Listeria. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
analisis Receiver
ditegakkan didapatkan
dapat digunakan
sebagai indikator prognosis keluaran sepsis neonatorum oleh karena luas area di
bawah kurva ROC > 0,7.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri Escherichia coli (E.coli) atau Listeria dalam darah
infeksi berat karena bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama
kehidupan dan dapat menyebabkan kematian.
Kadar seng serum mempunyai hubungan dengan stadium dan proses infeksi yang
sedang berlangsung, sensitifitas
untuk
5.2 Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih memperhatikan dan
meneliti secara akurat kejadian kejadian yang ada di lingkungan sekitar terutama
bayi, yang masih sangat rentan terhadap infeksi utamanya bakteri. Adanya suat
penyuluhan dan aksi sosial tentang pentingnya menjaga kesehatan adalah salah
satu upaya pencegahan yang paling penting untuk dilakukan.