Anda di halaman 1dari 34

KONSEP DASAR SEPSIS

A. Definisi
Sepsis neonatorum atau
septicemia neonatorum
merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh
bakteri dalam darah di seluruh
tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0

28 hari pertama (Maryunani
dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu
infeksi sistemik pada neonatus
yang disebabkan
oleh bakteri, jamur dan virus
(Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah
infeksi bakteri pada aliran
darah neonatus
selama bulan pertama
kehidupan. Sepsis bakterial
pada neonatus adalah
sindrom klinis dengan gejala
infeksi sistemik dan diikuti
dengan bakteremia
pada bulan pertama kehidupan
(usia 0 sampai 28 hari) (Stoll,
2017).
Dari beberapa definisi di atas
maka penulis menyimpulkan
definisi Sepsi
Neonatrum adalah infeksi
darah yang terjadi pada bayi
yang baru lahir. Infeksi
ini bisa menyebabkan
kerusakan di berbagai organ
tubuh bayi disebabkan oleh
bakteri, jamur dan virus
KONSEP DASAR SEPSIS
A. Definisi
Sepsis neonatorum atau
septicemia neonatorum
merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh
bakteri dalam darah di seluruh
tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0

28 hari pertama (Maryunani
dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu
infeksi sistemik pada neonatus
yang disebabkan
oleh bakteri, jamur dan virus
(Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah
infeksi bakteri pada aliran
darah neonatus
selama bulan pertama
kehidupan. Sepsis bakterial
pada neonatus adalah
sindrom klinis dengan gejala
infeksi sistemik dan diikuti
dengan bakteremia
pada bulan pertama kehidupan
(usia 0 sampai 28 hari) (Stoll,
2017).
Dari beberapa definisi di atas
maka penulis menyimpulkan
definisi Sepsi
Neonatrum adalah infeksi
darah yang terjadi pada bayi
yang baru lahir. Infeksi
ini bisa menyebabkan
kerusakan di berbagai organ
tubuh bayi disebabkan oleh
bakteri, jamur dan virus
KONSEP DASAR SEPSIS
A. Definisi
Sepsis neonatorum atau
septicemia neonatorum
merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh
bakteri dalam darah di seluruh
tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0

28 hari pertama (Maryunani
dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu
infeksi sistemik pada neonatus
yang disebabkan
oleh bakteri, jamur dan virus
(Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah
infeksi bakteri pada aliran
darah neonatus
selama bulan pertama
kehidupan. Sepsis bakterial
pada neonatus adalah
sindrom klinis dengan gejala
infeksi sistemik dan diikuti
dengan bakteremia
pada bulan pertama kehidupan
(usia 0 sampai 28 hari) (Stoll,
2017).
Dari beberapa definisi di atas
maka penulis menyimpulkan
definisi Sepsi
Neonatrum adalah infeksi
darah yang terjadi pada bayi
yang baru lahir. Infeksi
ini bisa menyebabkan
kerusakan di berbagai organ
tubuh bayi disebabkan oleh
bakteri, jamur dan virus.
B. Klasifikasi
1.
Sepsis Awitan Dini (EOS-
early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal
yang terjadi segera dalam
periode
setelah lahir (kurang dari 72
jam) dan biasanya diperoleh
pada saat
proses kelahiran atau in
utero. Karakteristiknya yaitu
sumber organisme
pada saluran genetalia ibu
dan atau cairan amnion,
biasanya
fulminan
dengan
angka
mortalitas
tinggi. Jenis
kuman
yang sering
ditemukan
adalah streptokokus group B,
Escherichia Coli, Haemophilus
Influenzae, Listeria
Monocytogenesis, batang
gram negatif (Maryunani
dan Nurhayati, 2019).
2. Sepsis Awitan Lambat
(SAL) / Sepsis Lanjutan /
Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah
lahir (lebih dari 72 jam)
yangdiperoleh
dari lingkungan sekitar
atau rumah sakit (infeksi
nosokomial).
Karakteristiknya yaitu didapat
dari bentuk langsung atau
tidak langs
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

SEPSIS NEONATORUM

DI RUANG NICU RSUP Dr. KARIADI


Disusun oleh:

Untari Tri Widayati, Amd. Kep.

RS JIH YOGYAKARTA

Pembimbing:

Ns, Dian Vertiyana S.Kep.

PELATIHAN PERAWATAN PERINA DAN NICU BAGI PERAWAT


RSUP DR. KARIADI SEMARANG
TAHUN 2023

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena
dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka kematian bayi
tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (wordpress.com , 2011).

Berdasarkan data world Health 0rganization (WHO) terdapat 10 juta kematian


neonatus dari 130 juta bayi yang lahir setiap tahunnya. Secara global lima juta
neonatus meninggal setiap tahunnya, 98% diantaranya terjadi di negara sedang
berkembang. Angka kematian bayi 50% terjadi pada periode neonatus dan 50%
terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi dkk, 2012).Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengestimasi angka kematian neonatus
(AKN) di Indonesia sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2007 sepsis menjadi salah
satu penyebab utama kematian. Tingginya angka kematian neonatus yaitu sebesar
12%, disamping penyebab-penyebab lain seperti gangguan/kelainan pernapasan
(37%) dan prematuritas (34%).

Sepsis neonatorum merupakan masalah kesehatan yang belum dapat


ditanggulangi dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Sampai saat ini,
sepsis neonatorum merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi
baru lahir. Pada bulan pertama kehidupan, infeksi yang terjadi berhubungan dengan
angka kematian yang tinggi, yaitu 13%-15% (Hartanto et al., 2016).Di negara
berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai masalah
yang berkaitan dengan sepsis. Hal yang sama juga ditemukan di negara maju pada
bayi yang dirawat di unit perawatan intensif bayi baru lahir. Di samping morbiditas,
mortalitas yang tinggi ditemukan pula pada bayi baru lahir yang menderita sepsis
(Effendi & Indrasanto, 2018).

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
tentang konsep dasar tentang Sepsis Neonatorum dan asuhan keperawatan pada bayi
yang benar dengan Sepsis Neonatorum.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar tentang Sepsis
Neonatorum yang meliputi definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan
pathways, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada bayi dengan
Sepsis Neonatorum yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
perencanaan keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP DASAR SEPSIS

A. Definisi

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan


dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadipada
bayi baru lahir 0 — 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang disebabkanoleh
bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah
neonatusselama bulan pertama kehidupan. Sepsis bakterial pada neonatus
adalahsindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan
bakteremiapada bulan pertama kehidupan (usia 0 sampai 28 hari) (Stoll, 2017).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi Sepsis
Neonatrum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Infeksi ini bisa
menyebabkan kerusakan di berbagai organ tubuh bayi disebabkan oleh bakteri, jamur
dan virus
B. Klasifikasi
1. Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah
lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran
atau in utero. Karakteristiknya yaitu sumber organisme pada saluran genetalia
ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.
Jenis kuman yang sering ditemukan adalah streptokokus group B, Escherichia
Coli, HaemophilusInfluenzae, Listeria Monocytogenesis, batang gram negatif
(Maryunanidan Nurhayati, 2019).
2. Sepsis Awitan Lambat (SAL) / Sepsis Lanjutan / Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Karakteristiknya
yaitu didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi sering mengalami komplikasi
(Maryunani dan Nurhayati, 2019).

C. Etiologi
Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri
asi, bakteri aerobik,anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus . Bakteri
gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp.
Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp. Bakteri gram negative
mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila
dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,endotoksin dapat menyebabkan
berbagai perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan
mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya shock sepsis.
Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus,
streptococcus dan pneumococcus. Organisme gram anime gram positif
melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan
cara yang sama dengan yang sama dengan endotoksin.

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal


dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu
(kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Kurangnya perawatan prenatal.
d. Ketuban pecah dini (KPD)
e. Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram)
merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas
bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester
ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun,menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga
melemahkan pertahanan kulit.
b. Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilusinfluenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hamper tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya
hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B
tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan
penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan
a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan
tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin
terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bias menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering
akibat kontak tangan.
d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh
E.colli.
e. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara, yaitu :
a) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk dalam tubuh bayi
melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman
yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes,
sitomegalo, koksaki,hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat
melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
b) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi
dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktusrespiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut
di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpesgenetalis,
Candida albican,dan N.gonorrea.
c) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosocomial dari lingkungan di
luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang
endotrakhea, infus, selangnasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat
atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya
infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus
(AsriningS.,2003)

lin
D. Patofisiologi
1. Selama dalam Kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput
amnion, khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion,
janin selama dalam kandungan sebenarnya relatif aman terhadap kontaminasi.
Namun,terdapat beberapa kemungkinan kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melalui aliran
darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi.
b. Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan factor antiseptic
misalnya pada saat pengambilan contoh darah janin.
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan
berperan dalam infeksi janin
2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena antara lain
hal-hal berikut ini :
a. Infeksi silang
b. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
c. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
d. Kurang memperhatikan tindakan aseptic
e. Rawat inap terlalu lama
f. Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat (Maryunani dan Nurhayati, 2019)
E. Pathway

Sepsis pada bayi baru lahir disebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli, Listeria
Monocytogene, NeisseriaMeningitidis, Streptokokus Pneumonia, Haemophilus
Influenza tipe B, Salmonella, Strepkokus Grup B
SEPSIS NEONATORUM

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam kelompok, antara lain
1. Gejala umum : Tampak sakit, Tidak mau minum, Suhu naik turun, Sklerema
2. Gejala gastrointestinal : Muntah, Diare, Hepatomegali, Perut kembung
3. Gejala saluran nafas : Dispneu, Takipneu, Sianosis
4. Gejala kardiovaskuler : Takikardi, Edema, Dehidrasi
5. Gejala syaraf pusat: Letargi, Iritabel, Kejang
6. Gejala hematomegali: Ikterus, Splenomegali, Pteki/perdarahan, Lekopenia

G. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/ atau leukomalasia periventrikular.
Komplikasi acuterespiratory distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat
dijumpai pada pasien sepsisneonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan
dengan penggunaan aminoglikosida,seperti tuli dan/ atau toksisitas pada ginjal,
komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental bahkan sampai
menimbulkan kematian (Depkes, 2017)

H. Pemeriksaan Penunjang
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan hematologic
a. Trombosit : < 100.000/µL
b. Leukosit : dapat meningkat atau menurun
c. Pemeriksaan kadar D-Dimer Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ
tubuh seperti hati dan ginjal(Maryunani dan Nurhayati, 2019).

I. Pemeriksaan Penunjang
J. Gejala sepsis sering
kali tidak khas pada
bayi. Maka diperlukan
pemeriksaan
K.laboratorium untuk
menegakkan diagnosis
sepsis, hal ini meliputi
beberapa hal sebagai
L. berikut :
M. 1. Pemeriksaan
hematologi
N.a.
O.Trombosit : < 100.000/µL
P. b. Leukosit : dapat
meningkat atau menurun
Q.c. Pemeriksaan kadar D-
Dimer
R.Tes darah lainnya dapat
memeriksa fungsi organ
tubuh seperti hati dan
ginjal
S. (Maryunani dan
Nurhayati, 2019).
2. Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah
(Putra,2012).
3. Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine di
bawahmikroskop, dan kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri
(Putra,2012).
4. Fungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang)
untukmengetahui bayi terkena meningitis (Putra, 2012)
a. .Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih dari
20/mm3 sel darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3 (5x10 9/L)
neutrofil.
b. Protein — pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c. Glukosa — kurang dari 30% gula darah.
d. Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram tanpa ada sel
darah putih yang muncul (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
5. Rontgen terutama paru-paru untuk memastikan ada atau tidaknya
pneumonia(Putra, 2012)
6. Jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti infus
atau kateter, maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan diperiksa ada
atau tidaknya tanda-tanda infeksi (Putra, 2012)
7. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan protein
yang disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan
jaringan(Maryunani dan Nurhayati, 2019).
8. Lokasi infeksi-pertimbangkan aspirasi jarum atau biopsi untuk pemeriksaan
gramdan mikroskopi direk(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
9. Aspirat trakea bila menggunakan ventilasi mekanik (Fanaroff dan Lissauer,
2013).
10. Kultur vagina ibu (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
11. Kultur jaringan plasenta dan histopatologi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
12. Skrining antigen cepat (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
13. Gas darah (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
14. Skrining koagulasi (Fanaroff dan Lissauer, 2013)

H. Penatalaksanaan.
1. Terapi suportif jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway,
breathing,circulation). Periksa gula darah.
2. Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah
mengambil kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
3. Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
a. Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis). Mencakup organisme gram positif
dangram negatif, contoh : penicillin / amoxcillin + aminoglikosida
(misalnya gentamisin / tobramisin).
b. Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis). Perlu juga mencakup stafilokokus
dan enterokokkus koagulase negatif, contoh : methicillin
/flucloxacillin + gentamisin atau sefalosporin / gentamisin + vancomysin.

2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

A. Menurut hidayat
(2004:98), pengkajian
merupakan langkah pertama
dari proses keperawatan
B. dengan mengumpulkan
data-data yang akurat dari
klien sehingga akan
diketahui berbagai
C. permasalahan yang
ada. Adapun pengkajian
pada klien dengan
Diagnosa Medis Sepsis
D. Neonatrumadalah :
Menurut hidayat (2004:98), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatandengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagaipermasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien dengan
Diagnosa Medis SepsisNeonatrumadalah :

1..Identitas Pasien

Menggunakan identitas menurut Matondang dkk, (2013) antara lain :

 Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.


 Umur bayi : Untuk memberikan asuhan yang sesuaipada bayi.
 Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui umur bayi
 Jenis Kelamin : Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,misalnya
insidenseks, penyakit-penyakit seks (seks linked).
 No,RM :untuk mengetahui rekam medis pasien
 Diagnosa medis saat pasien masuk: untuk mengetahui diagnose medis
waktu pasien dating
2 Penanggung Jawab pasien
 Nama penanggung jawab pasien : Untuk mengetahui identitas orang tua
bayi/ penanggung jawab.
 Umur : Untuk mengetahui umur orang tua bayi.
 Agama : Untuk memberikan support kepada keluarga sesuai agamanya.-
Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawa ras.
 Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk memberikan KIE
 Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga.
 Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien
3. Keluhan Utama : masalah /keluhan pasien saai ini
4. Riwayat penyakit sekarang :
5. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat penyakit saat hamil. Untuk mengetahui
berbagai penyakit yang pernahdialami oleh klien pada saat hamil (Evania, 2013).
seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian
atas (Tresnawati, 2012).
6. Riwayat penyakit keluarga: Meliputi ada keluarga yang menderita
penyakityang sama atau tidak, ada jenis penyakit herediter atau tidak dalam
keluarga
7. Riwayat penyakit psikososial : apakah ada masalah psikososial, . Kaji keadaan
psikis klien saat ini, hubungan klien dengan keluarga dan tetangga, bagaimana
kehamilannya saat ini diharapkan atau tidak. Jika kehamilan diharapkan, jenis
kelamin yang diinginkan laki-laki atau perempuan, kebiasaan minum jamu selama
hamil, pantangan makanan bagi ibu dan adat budaya yang mengikat (Saminem,
2018).
8. Riwayat antenatal : Ante Natal Care yaitu pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba dkk, 2012). Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak
hamil berapa minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Saifuddin, 2016).
9. Riwayat natal ; Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan,
jenis kelamin anak,keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
Hal ini perlu dikaji untukmengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak (Anggraini,2011).
10. Riwayat post natal : kaji apgar score, BB lahir, panjang badan, lingkar kepala,
lingkar dada, anus,adanya kelainan
11. Pola pengkajian
a. Pola pernafasan
b. Pola kebutuhan cairan dan nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan istirahat
e. Latar belakang social dan budaya
f. Hubungan psikologis
g. Persepsi-kognitif
12. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Untuk mengkaji ubun-ubun besar, ubun-ubunkecil, adakah
mesochepal atau mekrochepal serta adakah kelainan cephal hematoma caput
succedaneum, hidrochepalus
b. Muka : Adakah tanda-tanda paralisis (kelumpuhanotot wajah) antara lain :
wajahasimetris, peningkatan air mata, gerakan kelopak mata lambat
(Muttaqin, 2012).
c. Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warnakuning di sklera dan warna putih
pucat di konjungtiva.
d. Telinga: Adakah serumen atau cairan simetris atautidak.e) Mulut: Adakah
sianosis dan bibir kering, adakahkelainan seperti labioskizis, atau labio
palatoskizis.
e. Hidung : Adakah nafas cuping,kotoran yang menyumbat jalan nafas.g)Leher :
Adakah pembesaran kelenjer thyroid
f. Dada : Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan.
g. Abdomen : Bentuk, dinding perut dan adanya benjolan,penonjolan sekitar tali
pusat, perdarahan tali pusat, adakah pembesaran hati, dan limpa.
h. Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun padaskrotum,
perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora.
i. Ekstremitas : Adakah oedema, tanpa sianosis, akral dingin,apakah kuku
sudahmelebihi jari-jari, apakah ada kelainan polidaktili atau sindaktili.
j. Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.
k. Reflek :
• Reflek moro : respon tiba tiba pada bayi baru lahir yang
terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan
• Reflek sucking (menghisap) : bayi akan melakukan gerakan
menghisap ketika anda menyentuhkan putting susu ke mulut bayi
• Reflek Grasping (menggenggam) : reflek gerakan jari-jari tangan
mencengkeram, benda benda yang disentuhkan ke bayi
• Reflek babinski (sentuhan telapak kaki) : reflek primitive pada bayi
berupa gerakan jari-jari mencengkeran ketika bagian bawah kaki diusap,
indikasi saraf berkembang dengan normal
• Reflek menelan
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hasil laboratorium dan radiologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi (D.0005 halaman 26)
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam nafas
(D.0149.halaman 18)
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
(D.0008.halaman 34)
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130 halaman 284)
5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih
(D.0149 halaman 96)
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019
halaman 56)
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan(D.0056 halaman 128)
8. Risiko syok berhubungan dengan sepsis (D.0039 halaman 92)

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa SKLI SDKI


1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan MENEJEMEN JALAN NAPAS (I.
berhubungan dengan intervesi keperawatan 01011)
penurunan energi selama 3x24 jam, maka Observasi :
(d.0005 hal 26) pola nafas membaik - Monitor pola napas (frekuensi,
dengan kriteria hasil : kedalaman, usaha napas)
-dyspenea menurun - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
- penggunaan otot bantu Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
nafas menurun ( skala 4) kering)- Monitor sputum (jumlah,
-ventilasi permenit warna, aroma)
menurun ( skala 5) Terapeutik
-Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical
-Posisikan semi-Fowler atau Fowler-
Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada, jika perlu-
Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
-Lakukan hiperoksigenasi sebelum
-Penghisapan endotrakeal-Keluarkan
sumbatan benda padat dengan Forsep
McGill
-Berikan oksigen, jika perluEdukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektifKolaborasiKolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
tidak efektif intervesi keperawatan Observasi :
berhubungan dengan selama 3x24 jam, maka - Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
benda asing dalam bersihan jalan nafas dan upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
nafas (D.0144.hal 18 meningkat dengan
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
kriteria hasil : - Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
Mekonium jalan - Monitor kemampuan batuk efekti-
nafascukup menurun Monitor adanya produksi sputu
( skala 4)- Dispenea - Monitor adanya sumbatan jalan napas-
cukup menurun ( skala Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4)- Frekuensi nafas - Auskultasi bunyi napas- Monitor
membaik ( skala 5) saturasi oksigen- Monitor nilai AGD-
Monitor hasil x-ray torak

Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauanEdukasiJelaskan tujuan dan
prosedur pemantauanInformasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda/gejala primer
Jantungberhubungan keperawatan 1x8 jam di penurunan curah jantung
dengan perubahan harapkan masalah 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder
frekuensi jantung keperawatan Penurunan penurunan curah jantung
(D.0008. Halaman 34). Curah Jantungdapat 3. Monitor tekanan darah
teratasi dengan kriteria 4. Monitor intake dan output cairan
hasil : 5. Monitor berat badan setiap waktu pada
1.Kekuatan nadi perifer waktu yang sama
meningkat (5) 6. Monitor saturasi oksigen
2.Ejection Fraction (EF) 7. Monitor EKS 12 sadapan
meningkat (5) 8. Monitor aritmia
3.Left Venrricular Stroke 9. Monitor nilai laboratoruim jantung
Work Index (LVSWI) 10. Monitor fungsi alat pacu jantung
meningkat (5) 11. Periksa tekanan darah dan dan
4.Stroke Volume Index frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
(SVI) meningkat (5)
12. Periksa tekanan darah dan dan
5.Palpitasi menurun (5)
frekuensi nadi sebelum dan sesudah
6.Bradikardia menurun (5) pemberian obat
7.Gambaran EKG aritmia 13. Posisikan pasien Semi-fowler atau
menurun (5) Fowler dengan kaki ke bawah atau
8.Lelah menurun (5) posisi nyaman
9. Edema menurun (5) 14. Gunakan stocking elastis atau
10. Distensi vena jugularis pneumatic intermiten,sesuai indikasi
menurun (5) 15. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
11.Dipsnea menurun (5) memodifikasi gaya hidup sehat
12.Oliguria menurun (5) 16. Berikan oksigen untuk
13.Pucat/sianosis menurun mempertahankan saturasi oksigen
(5) >94%
14.Ortopnea menurun (5) 17. Ajarkan pasien dan keluarga
15.Batuk menurun (5) mengukur berat badan harian
16.Murmur jantung Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
menurun (5) intake dan output cairan harian
17.Sistemic vascular 18. Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
resistence menurun (5)
19. Rujuk ke program rehabilitasi
18.Tekanan darah
jantung
membaik (5)
19.Capitari Refill Time
(CRT) membaik (5)
20. Pulmonary Artery
Wedge Pressure (PAWP)
membaik (5)

4 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi penyebab


berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam di hipertermia (mis. Dehidrasi,
proses penyakit harapkan masalah terpapar lingkungan panas,
(infeksi) (halaman 284, keperawatan Hipertermia penggunaan inkubator)
D.0130). dapat teratasi dengan 2. Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Mengigil menurun 4. Monitor haluaran urine
(5) 5. Monitor komplikasi akibat
2. Kulit merah hipertermia
menurun (5) 6. Sediakan lingkungan yang dingin
3. Kejang menurun (5) 7. Longgarkan atau lepas pakaian
4. Akrosiasis menurun 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
(5) 9. Berikan cairan oral
5. Konsumsi oksigen 10. Ganti linen setiap hari atau
menurun (5) lebih sering jika mengalami
6. Piloreksi menurun hyperhidrosis (keringat berlebih)
(5) 11. Lakukan pendinginan eksternal
7. Vasokonstriksi (mis. Selimut hipotermia atau
perifer menurun (5) kompres dingin pada dahi, leher,
8. Kutis memorata dada, abdomen, aksila)
menurun (5)
12. Hindari pemberian antipiretik atau
9. Pucat menurun (5)
aspirin
10. Takikardi menurun
(5) 13. Berikan oksigen, jika perl
11. Takipnea menurun 14. Kolaborasi pemberian cairan
(5) elektrolit intravena, jika perlu
12. Bradikardi menurun
(5)
13. Dasar kuku sianotik
menurun (5)
14. Hipoksia menurun
(5)
15. Suhu tubuh
membaik (5)
16. Suhu kulit membaik
(5)
17. Kadar glukosa darah
membaik (5)
18. Pengisian kapiler
membaik (5)
19. Ventilasi membaik
(5)
Tekanan darah membaik
(5)
5 Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
Urine berhubungan keperawatan 1x8 atau inkontinensia urine
dengan penuruna 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
kapasitas kandung jam di harapkan retensi atauIdentifikasi tanda dan
kemih (halaman 96, masalah keperawatan gejala retensi atau inkontinensia
D.0149). gangguan eliminasi
urine dapat teratasi Urine
dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang menyebabkan
retensi atauinkontinensia urine
1. Sensasi berkemih
4. Monitor eliminasi urine (mis.
meningkat (5)
Frekuensi, konsistensi, aroma,
2. Desakan berkemih
volume, dan warna)
(urgensi) menurun (5) 5. Catat waktu — waktu dan haluaran
3. Distensi kandung berkemih
kemih menurun (5) 6. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Berkemih tidak 7. Ambil sampel urine tengah
tuntas (hesitancy) (midstream) atau kultur
menurun (5) 8. Anjurkan minum yang cukup,
5. Volume residu urine jika tidak ada kontraindikasi
menurun (5) 9. Kolaborasi pemberian asupan obat
6. Urine menetes supostoria, jika perlu
(dribbling) menurun 10. inkontinensia urine
(5) 11. Monitor eliminasi urine (mis.
7. Nokturia menurun (5) Frekuensi, konsistensi, aroma,
8. Mengompol menurun volume, dan warna)
(5) 12. Catat waktu — waktu dan haluaran
9. Enuresis menurun (5) berkemih
10. Disuria menurun (5)
13. Batasi asupan cairan, jika perlu
14. Ambil sampel urine tengah
11. Anuria menurun (5)
(midstream) atau kultur
12. Frekuensi BAK 15. Anjurkan minum yang cukup,
membaik (5) jika tidak ada
13. Karakteristik urine kontraindikasi
membaik (5 16. Kolaborasi pemberian asupan obat
supostoria, jika perlu

6 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi status nutrisi


berhubungan dengan keperawatan 1x8 jam di 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
peningkatan kebutuhan harapkan masalah makanan
metabolisme(halaman keperawatan Defisit 3. Identifikasi makanan yang di sukai
56, D.0019). Nutrisi dapat teratasi 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan kriteria hasil : nutrien
1. Porsi makan 5. Identifikasi perlunya penggunaan
yang di selang nasogastric
habiskan meningkat 6. Monitor asupan maknan
2. Kekuatan otot 7. Monitor berat badan
pengunyah meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan
3. Kekuatan otot laboratorium
menelan meningkat 9. Lakukan oral hygiene sebelum
4. Serum albumin makan, jika perlu
meningkat 10. Sajikan makan secara menarik dan
5. Verbalisasi suhu yang sesuai
keinginan 11. Berikan makanan tinggi serat
untuk meningkatkan untuk mencegah konstipasi
nutrisi meningkat 12. Berikan makanan tinggi kalori dan
6. Pengetahuan tentang tinggi protein
pilihan makanan yang 13. Berikan suplemen makan, jika perlu
sehat meningkat 14. Hentikan pemberian
7. Pilihan tentang makanan melalui selang
pilihan minuman nasogastric jika asupan oral bisa di
yang sehat meningkat toleransi
8. Pengetahuan tentang 15. Kolaborasi pemberian medikasi
standar asupan nutrisi sebelum makan (mis. Pereda
yang tepat meningkat nyeri, antiemetic), jika perlu
9. Penyiapan dan 16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
penyimpanan makan menentukan jumlah kalori dam
yang aman meningkat jenis nutrient yang di butuhkan,
10. Penyiapan dan jika perlu
penyimpanan
minuman yang aman
meningkat
11. Sikap terhadap
makanan/minuman
sesuai dengan tujuan
kesehatan Penyiapan
dan penyimpanan
makan yang aman
meningkat
12. Perasaan cepat
kenyang menurun
13. Nyeri abdomen
menurun

7 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi gangguan fungsi


keperawatan selama 1x 8 tubuh yang mengakibatkan
berhubungan dengan
jam diharapkan masalah kelelahan
kelemahan(D.0056 keperawatan intoleransi 2. Monitor kelelahan fisik dan
aktivitas dapat teratasi emosional
halaman 128)
dengan kriteria hasil:
3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi
4. Monitor lokasi dan
meningkat (5)
2. Saturasi oksigen ketidaknyamanan melakukan
meningkat (5) aktivitas
3. Kemudahan 5. Sediakan lingkungan nyaman dan
dalam melakukan rendah stimulus ( misalnya
aktifitas sehari- cahaya, suara dan kunjungan )
hari meningkat (5) 6. Lakukan rentang gerak psif dan/
4. Kecepatan atau aktif
berjalan 7. Berikan aktifitas distraksi yang
meningkat (5) menenangkan
5. Jarak berjalan 8. Kolaborasi dengan gizi tentang
meningkat (5)
meningkatkan asupan makanan
6. Kekuatan tubuh
bagian atas
meningkat (5)
7. Kekuatan tubuh
bagian bawah
meningkat (5)
8. Toleransi dalam
menaiki tangga
meningkat (5)
9. Keluhan lelah
menurun (5)
10. Dipsnea menurun
(5)
11. Dipsnea setelah
aktifitas menurun
(5)
12. Perasaan lemah
menurun (5)
13. Aritmia saat
aktifitas
menurun(5)
14. Aritmia setelah
aktifitas
menurun(5)
15. Sianosis menurun
(5)
16. Warna kulit
membaik (5)
17. Tekanan darah
membaik (5)
18. Frkuensi nafas
membaik (5)
8 Risiko syok Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status kardiopulmonal
keperawatan selama 1x 8 2. Monitor status oksigenasi
berhubungan dengan
jam diharapkan masalah 3. Monitor status cairan
sepsis (D.0039 halaman keperawatan risiko syok 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
dapat teratasi dengan pupil
92)
kriteria hasil:
5. Periksa riwayat alergi
1. Kekuatan ndi
6. Berikan oksigen untuk
meningkat (5)
2. Output urine mempertahankan saurasi oksigen
meningkat (5) >94%
3. Tingkat kesadaran 7. Persiapkan intubasi dan ventilasi
meningkat (5) mekanis, jika perlu
4. Saturasi oksigen 8. Pasang jalur IV , jika perlu
meningkat (5) 9. Pasang kateter urine untuk menilai
5. Akral dingin produksi urine, jika perlu
menurun (5) 10. Lakukan skint test untuk mencegah
6. Pucat menurun (5) reaksi alergi
7. Haus menurun (5) 11. Kolaborasi IV, jika perlu
8. Konfusi menurun
12. Kolaborasi pemberian tranfusi darah,
(5)
jika perlu
9. Letargi menurun (5)
10. Asidosis metabolic 13. Kolaborasi pemberian antiinflamasi ,
menurun (5) jika perlu
11. Mean arterial
pressure membaik
(5)
12. Tekanan darah
sistolik membaik (5)
13. Tekanan darah
diastolic membaik
(5)
14. Tekanan nadi
mambaik (5)
15. Pengisisn kapiler
membaik (5)
16. Frekuensi nadi
membaik (5)
17. Frekuensi nafa
membaik (5)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana tindakan
(klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan)
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, D.M. 2014. Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Sepsis Neonatorum di
Ruang KBRT RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. STIKes Kusuma Husada.Karya
Tulis Ilmiah
Kristiyanasari, weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatusdan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Marmi, Raharjdjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak
Prasekolah.Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. Edisi 2.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitin Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta
Selatan: Salemba Medika. Edisi 3.
Putra, R.S. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidann. Yogjakarta: D-Medika
https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-mitra-keluarga/
keperawatan-kritis/lp-sepsis-di-nicu-2022-1/38672980
https://www.academia.edu/41775034/ASKEP_SEPSIS_NEONATUS

Anda mungkin juga menyukai