Oleh :
Septia Rifki Ariani 2020620105
Fenta Nur Lailiana 2020620096
Riya Autavani 2020610102
Fany Hardiati Amalia 2020620095
Gaudensia Regina 2020620097
Sari Eka Putri 2020620103
Mainarik Patunisak 2020620100
Meldawati 2020620101
Yurika Febriyani 2020620110
Suammah Nur H 2020620107
Lailathul Fitria N R 2020620098
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal” dengan baik. meskipun banyak kekurangan di dalamnya kami
sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita
. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Novi Budi, M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2. Teman-teman mahasiswa kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan di hati pembaca.
Malang, 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Patofisiologi 3
2.4 Pengkajian Data Subyektif dan Obyektif
2.5 Diagnosa, Prognosa Dan Prioritas Masalah
2.6 Pengkajian Awal
2.7 Rujukan Dengan Identifikasi Kasus
2.8 Stabilisasi Penderita Dan Pemberian Obat
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terdapat mikroorganisme maupun toksin
penyebab infeksi dalam darah atau jaringan tubuh, bersamaan dengan munculnya
manifestasi sistemik dari infeksi tersebut (Dellinger et al., 2013)
Sepsis Neonatorom adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonates selama
bulan pertama kehidupan. Sepsis bakterial pada neonates adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama
kehidupan (usia 0 sampai 28 hari). Terdapat beberapa perkembangan baru mengenai
definisi sepsis dalam sepuluh tahun terakhir (Stoll, 2007). Sepsis merupakan suatu
proses berkelanjutan mulaidari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/ syok
septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Depkes, 2007).
2.2 Klasifikasi
Sepsis neonatorum diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya menjadi dua
bentuk, yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis
neonatorum awitan lambat (late-onset neonatal sepsis) (Depkes,2007; Gomella
dkk,2009).
Sepsis neonatorum awitan (SNAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi
segera dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero. Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) merupakan infeksi
postnatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit
(infeksi nosokomial). Proses infeksi ini disebut juga infeksi dengan transmisi
horizontal (Depkes, 2007).
2.3 Etiologi
Berbicara mengenai infeksi, maka penyebabnya merupakan mikroorganisme
seperti virus, jamur, atau bakteri. Terdapat berbagai mikroorganisme patogen yang
dapat menyebabkan sepsis, Effendi (2013) menjelaskan bahwa tingkat kesejahteraan
suatu negara mempengaruhi jenis organisme dan pola kepekaan terhadap infeksi, pada
negara maju penyebab EOS tertinggi adalah group B Streptococcus (GBS) dan E. coli
dan pada LOS yaitu Coagulase Negative Staphylococci (CONS), GBS, dan
Staphylococci aureus, sementara di negara berkembang keseluruhan penyebab adalah
organisme gram negatif, seperti Klebsiella, E. coli, dan Pseudomonas dan gram
positif, seperti Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus pyogenes.
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis. Berbagai macam patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada sepsis neonatorum. Pola
kuman penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke
waktu. Bakteri gram negatif merupakan penyebab terbanyak kejadian sepsis
neonatorum di negara berkembang (Firmansyah, 2008).
2.4 Patofisiologi
Janin relatif aman selama dalam kandungan terhadap kontaminasi kuman karena
terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, korion, dan
beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Kemungkinan kontaminasi kuman
bagaimanapun juga masih dapat terjadi melalui tiga jalan (Depkes, 2007).
Pertama, yaitu pada masa antenatal atau sebelum lahir, kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus, masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kedua, yaitu pada masa intranatal atau saat persalinan. Ketiga, yaitu pada saat
ketuban pecah. Paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih berperan dalam
infeksi janin. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan
meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam (Depkes, 2007).
Infeksi setelah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi yang diperoleh (acquired
infection), yaitu infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim, misalnya melalui
alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, dan botol minuman.
Bayi yang mendapat prosedur neonatal invasive seperti kateterisasi umbilikus, bayi
dalam ventilator, kurang memperhatikan tindakan antisepsis, rawat inap yang terlalu
lama, dan hunian terlalu padat juga mudah mendapat infeksi nosokomial (Depkes,
2007).
2.5 Diagnosis
Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk menyusun
kriterian sepsis neonatorum, baik berdasarkan anamnesis (termasuk adanya faktor
resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis, dan pemeriksaan
penunjang. Kriteria sepsis berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya
(Rohsiswantmo, 2005).
Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor resiko pada ibu dan
neonatus. Faktor- faktor ini dikelompokkan menjadi faktor resiko mayor dan faktor
resiko minor yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. neonatus dikatakan
mempunyai faktor resiko (faktor resiko positif) bila didapatkan satu faktor resiko
mayor atau dua faktor resiko minor (pedoman pelayanan medis IKA FK Unud, 2011),
pendekatan diagnosis dilakukan secara aktif pada neonatus yang mempunyai faktor
resiko dengan melakukan pemeriksaan penunjang (septic work up) sesegera
mungkin. Pendekatan khusus ini diharapkan dapat meningkatkan identifikasi pasien
secara dini dan penatalaksanaan lebih efisien, sehingga mortalitas dan moroditas
pasien dapat membaik (Pusponegoro dkk.,2004).
Tabel 2.1
Faktor resiko sepsis neonatorum
2.6 Prognosis
Prognosis pasien adalah lebih baik bila diagnosis dilakukan lebih dini dan terapi
yang diberikan tepat. Angkat kematian dapat meningkat bila tanda dan gejala awal
serta faktor risiko sepsis neonatorum tidak dapat dikenali dengan baik. Rasio
kematian pada sepsis neonatorum dua sampai empat kali lebih tinggi pada bayi
kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan (Depkes, 2007).
2.7 Patogenesis
Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum secara garis besar dibagi menjadi tiga,
yaitu infeksi antenatal atau intrauterin, infeksi intranatal, dan infeksi pascanatal.
Jalur antenatal terjadi karena ibu sedang menderita suatu penyakit infeksi dari
mikroorganisme patogen seperti rubela, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,
bakteri treponema palidum, E. coli, dan listeria monositogen, yang berada dalam
sirkulasi ibu kemudian melewati plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi janin dan
menyebabkan sepsis, dengan atau tanpa menyebabkan korioamnionitis, yaitu infeksi
pada plasenta dan cairan amnion. Pada dasarnya, janin atau neonatus baru akan
terpapar mikroorganisme patogen ketika membran plasenta telah ruptur dan melalui
jalan lahir atau lingkungan ekstrauterin. Jalan lahir ibu dengan kolonisasi organisme
aerob dan anaerob memiliki kemungkinan terpapar pada janin dan terjadi infeksi
asenden, yaitu naiknya mikroorganism menuju plasenta dan menyebabkan amnionitis
(Kliegman et al., 2016).
Infeksi pascanatal, merupakan jalur yang sebagaian besar dapat dicegah
kejadiannya, terjadi setelah bayi dilahirkan dengan lengkap, biasanya terjadi karena
diluar faktor ibu seperti kontaminasi penggunaan alat, perawatan yang tidak terjaga
kesterilnnya, atau tertular oleh orang lain, dan pada neonatus sering terjadi diruang
perawatan atau rumah sakit. Jalur ini sebagian besar dapat dicegah (Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UI, 2007).
Infeksi bukan merupakan keadaan yang statis. Adanya patogen di dalam darah
(bakteremia, viremia) dapat menimbulkan keadaan yang berkelanjutan dari infeksi ke
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, syok septik,
kegagalan multi organ, dan akhirnya kematian (Gambar 2.1) (Depkes,2007)
Tabel 2.2
Perjalanan penyakit pada neonatus
2. Pemeriksaan Umum
a. Suhu : 35,2ºC
b. Pernafasan : 62 kali/menit
c. Nadi : 142 kali/menit
3. Pemeriksaan Fisik Sistematis
a. Kepala : bentuk Mesochepal, tidak ada Chepal hematom,
Caput succedaneum.
b. Ubun-ubun : berdenyut
c. Muka : simetris, tidak ada oedema
d. Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen.
f. Mulut : bibir warna merah muda, mukosa basah,
tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis.
g. Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid.
i. Dada : simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak bising.
j. Perut : normal, bulat, tidak ada benjolan, dan tidak ada
penonjolan disekitar tali pusat.
k. Tali pusat : tidak berbau, tidak ada perdarahan.
l. Punggung : tidak ada spina bifida
m. Ekstremitas :
- Ekstermitas atas : simetris, kedua tangan sama panjang,
jumlah jari lengkap, kuku merah muda.
- Ekstermitas bawah:simetris, kedua kaki sama panjang, jumlah
jari lengkap, kuku merah muda, tidak oedema.
n. Genetalia : testis sudah turun dalam skrotum.
o. Anus : berlubang.
4. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Moro
baik, saat bayi dikejutkan oleh suara atau gerakan maka kedua
tangan serta kakinya akan merentang atau membuka dan menutup
lagi.
b. Reflek Rooting
baik, saat bayi disentuh sudut mulutnya dengan jari atau puting
susu maka bayi akan memiringkan kepalanya kearah datangnya
sentuhan dengan mulut terbuka.
c. Reflek Walking
baik, saat bayi dipegang lengannya sedangkan kakinya dibiarkan
menyentuh permukaan yang rata dan keras, maka bayi
menggerakkan tungkainya dalam suatu gerakan berjalan atau
melangkah
d. Reflek Grafis / Plantar
baik, saat telapak tangan bayi disentuh dengan jari telunjuk,
maka secara otomatis tangan bayi akan menggenggam.
e. Reflek Suching
jelek, karena bayi malas minum. Saat bayi diberi puting susu,
bayi tidak membuka mulutnya dan tidak menghisap.
f. Reflek Tonic neck
baik, bayi mengangkat leher kekanan dan kekiri pada saat
diletakkan pada posisi tengkurap.
5. Pemeriksaan Antropometri
a. Lingkar Kepala : 32 cm
b. Lingkar Dada : 31 cm
c. LLA : 11 cm
d. BB/PB : 3400 gram/51 cm
6. Eliminasi
a. Urine : sudah, 1 kali warna kuning
b. Meconium : sudah, 1 kali warna hitam
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium : pukul 15.05 WIB sudah dilakukan
jenis pemeriksaan darah lengkap, C- Reaktif Protein, kultur darah dan
hasil belum diketahui.
b. Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan
II. Pengkajian Data Obyektif
Tanggal :02 Maret 2021
Pukul : 15.10 WIB
DIAGNOSA KEBIDANAN
By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum
Data Dasar : Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak
satu hari yang lalu dan muntah 3 kali di rumah.
DO :
a. Keadaan umum : sedang
b. Vital sign : Respirasi : 62 kali/menit
Nadi : 142 kali/menit
Suhu : 35,2ºC
c. Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
d. Mulut : bibir merah muda, mukosa basah.
e. Ektremitas : kuku kaki dan tangan merah muda
f. Masalah : Gangguan pemenuhan nutrisi
g. Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terdapat mikroorganisme maupun toksin
penyebab infeksi dalam darah atau jaringan tubuh, bersamaan dengan munculnya
manifestasi sistemik dari infeksi tersebut (Dellinger et al., 2013). Terjadinya sepsis
neonatorum dipengaruhi oleh faktor resiko pada ibu dan neonatus.
DAFTAR PUSTAKA