Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH GAWAT DARURAT MATERNAL NEONATAL

“SEPSIS NEONATORUM“

DOSEN PENGAMPUH: Sri Ningsih Destrianti, S.ST., M.Keb


DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9
NAMA ANGGOTA:

1. Nabilah Zahra (F0G021088)


2. Ketrin Agustina Ningsi (F0G021095)
3. Bella Chintia Margaretha (F0G021096)

TINGKAT 2 C PRODI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sepsis neonatorum.Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Sri Nengsi Destriani, S.ST.,M.Keb., selaku
dosen mata kuliah Asuhan Kegawataran Maternal Neonatl . Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk pengembangan ilmu kebidanan dan pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, 25 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.  Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.  Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II TEORI ............................................................................................... 2
2.1. Pengertian Sepsis neonatorum................................................................... 2
2.2. Penyebab Sepsis neonatorum.................................................................... 3
2.3. Tanda Gejala Sepsis neonatorum............................................................... 4
BAB III SOAP ................................................................................................ 8
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. 11
4.1 Data Subjektif............................................................................................. 11
4.2 Data Objektif ............................................................................................. 11
4.3 Analisa ...................................................................................................... 13
4.4 Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
4.5 Evaluasi ..................................................................................................... 13
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 14
5.1  Kesimpulan ............................................................................................... 14
5.2   Saran ........................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi pada neonatus sering terjadi dan menjadi penyebab tersering morbiditas
dan mortalitas. Sepsis neonatal didefinisikan sebagai sindrom respon inflmasi
sistemik terhadap kecurigaan ataupun bukti fokus infeksi pada neonatus. Infeksi bisa
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa. Sepsis neonatus mencakup berbagai
variasi infeksi sistemik bayi baru lahir seperti septicemia, meningitis, pneumonia,
arthritis, osteomyelitis dan lain lain.
Sepsis bertanggung jawab terhadap 30-50% kematian total neonatus di negara
berkembang. Insiden sepsis neonatorum bervariasi dari 9 kasus per 1000 kelahiran
hidup tapi lebih tinggi kejadiannya pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Sepsis
merupakan penyebab kematian penting pada mortalitas neonatum. WHO
memperkirakan hampir 5 juta neonatus meninngal pertahun dimnan 98% terjadi pada
negara berkembang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu sepsis neonatorum?
2. Apa Penyebab sepsis neonatorum?
3. Apa tanda gejala sepsis neonatorum?
4. Apa itu Partofisiologis sepsis neonatorum?
5. Apa Penatalaksanaan sepsis neonatorum?
6. Apa komplikasi sepsis neonatorum?

1.3. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi
dengan sepsis neonatorum.

1
BAB II
TEORI
2.1 Pengertian Sepsis neonatorum
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dengan gejala infeksi
sitemik dan diikuti dengan bakteremia yang terjadi pada bulan pertama
kehidupan. Sepsis neonatal merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas baik pada bayi aterm maupun bayi preterm, infeksi aliran
darah bersifat invasif dan ditandai ditemukannya bakteri dalam cairan
tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Keadaan ini
sering terjadi pada bayi berisiko, misalnya pada berat bayi lahir rendah
(BBLR), bayi dengan sindrom gangguan nafas atau bayi lahir dari ibu
berisiko. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,
SIRS, sepsis, sepsis berat, syok septik, disfungsi multiorgan, dan
akhirnya kematian.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang
terjadi pada bayi baru lahir 0-28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati,
2019). Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus
selama bulan pertama kehidupan. Sepsis bakterial pada neonatus adalah
sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan
bakteremia pada bulan pertama kehidupan (usia 0 sampai 28 hari) (Stoll,
2017).

2
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan
37 minggu. Permasalahan bayi prematur ini sangat banyak dengan
tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi. Diantaranya t ingkat
mortalitas bayi setelah lahir, dengan sepsis, malnutrisi, BBLR dan
prematurisme yang sangat dipengaruhi oleh banyak factor seperti
sering merokok baik sebelum maupun saat hamil, kekurangan atau
kelebihan berat badan sebelum hamil, persiapan kehamilan yang
kurang baik atau kurang nutrisi, gangguan kesehatan seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes, mengonsumsi alkohol atau
menggunakan narkoba selama masa kehamilan, mengandung bayi
kembar dua, tiga, atau kelipatannya, jeda kehamilan yang sangat
singkat dari kehamilan sebelumnya, pernah melahirkan prematur,
keguguran, atau melakukan aborsi, stres akibat banyak pikiran,
memiliki masalah pada rahim, serviks, atau plasenta, mengalami
infeksi cairan ketuban atau sistem reproduksi dan kehamilan
melalui vitro fertilization(pembuahan di luarrahim). (Prawirohardjo,
2014; 43) Sepsis neonatorum merupakan salah satu masalah yang
dapat menyebabkan kematian pada bayi. (Prawirohardjo, 2015)

2.2 Penyebab Sepsis neonatorum


penyebabnya merupakan mikroorganisme seperti virus, jamur, atau
bakteri protozoa. Terdapat berbagai mikroorganisme patogen yang dapat
menyebabkan sepsis, Effendi (2013) menjelaskan bahwa tingkat
kesejahteraan suatu negara mempengaruhi jenis organisme dan pola
kepekaan terhadap infeksi, pada negara maju penyebab EOS tertinggi
adalah group B Streptococcus (GBS) dan E. coli dan pada LOS yaitu
Coagulase Negative Staphylococci (CONS), GBS, dan Staphylococci
aureus, sementara di negara berkembang keseluruhan penyebab adalah
organisme gram negatif, seperti Klebsiella, E. coli, dan Pseudomonas dan
gram positif, seperti Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus
pyogenes.
Sementara itu, Kliegman et al., (2016) membagi mikroorganisme
penyebab sepsis neonatorum berdasarkan patogenesisnya, pada infeksi
intrauterin penyebab infeksi tertinggi adalah sifilis, rubela, CMV,
3
toksoplasmosis, parvovirus B19, dan varisela. Sementara, pada masa
intrapartum yang tertinggi adalah HSV, HIV, hepatitis B virus, C virus,
dan tuberkulosis (TB), dan pada infeksi postpartum yang paling tinggi
adalah TB yang biasanya tertular oleh tenaga medis dan HIV yang
umumnya tertular oleh Ibu dengan HIV melalui ASI. Infeksi intrapartum
dan postpartum biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang berkoloni
di organ genitourinaria atau traktus gastrointestinal bagian bawah, bakteri
yang paling sering adalah GBS dan E. coli serta virus CMV, HSV,
enterovirus, dan HIV.
Semua mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan sepsis melalui
ketiga jalur infeksi, namun belum tentu menjadi penyebab utama. Infeksi
jamur, baik Candida albicans dan non-albicans, lebih sering terjadi pada
bayi dengan berat lahir kurang dari 1.500 gram dan berhubungan dengan
pemberian nutrisi parenteral, kateter sentral, operasi abdomen, steroid
atau antibiotic spectrum luas, baik Candida albicans dan non-albicans
akan terisolasi (Bansal, Agrawal, & Sukumaran, 2013).

2.3 Tanda Sepsis neonatorum


1. Gejala umum
a. Tampak sakit
b. Tidak mau minum
c. Suhu naik turun
d. Sklerema
2. Gejala gastrointestinal
a. Muntah
b. Diare
c. Hepatomegali
d. Perut kembung
3. Gejala saluran nafas
a. Dispneu
b. Takipneu
c. Sianosis
4
4. Gejala kardiovaskuler
a. Takikardi
b. Edema
c. Dehidrasi
5. Gejala syaraf pusat
a. Letargi
b. Iritabel
c. Kejang
6. Gejala hematomegali
a. Ikterus
b. Splenomegali
c. Pleki/perdarahan
d. Lekopenia (Fauziah dan Sudarti, 2013).
Gejala klinis neonatus yang memiliki EOS dan LOS tidak spesifik
dan biasanya ketidak teraturan suhu, gangguan pernafasan, apneu, susah
menyusu dan-lain lain. Secara umum diagnosa sepsis neonatus diambil
dari pemeriksaan darah, cairan serebrospinal, dan kultur urin. Hari ini
metode diagnostik lainnya seperti pemeriksaan darah kengkap, C-reaktif
protein, procalcitonin, mannose binding lectin, profil cytokine, dan
antigen permukaan sel merupakan biomarker non-spesifik dalam
menidiagnosus neonatal sepsis. Lebih terbaru pemeriksaan molekular
dilakukan untuk mendiagnosa sepsis neonatus. Diagnosis sepsis neonatus
bisa susah ditegakkan akibat kultur yang negatif. Untuk alasan ini istilah
sepsis klinis ditegakkan melalui gejala yang ditemukan pada neonatus.
Partofisiologis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi
mikroorganisme karena telah terlindungi oleh berbagai organ tubuh
seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa faktor anti
infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian kemungkinan
kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan yaitu salah
satunya pada ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina
akan lebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman
vagina masuk ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi
kuman melalui saluran pernafasan ataupun saluran cerna. Kejadian
5
kontaminasi kuman pada bayi yang belum lahir akan meningkat
apabila ketuban pecah lebih dari 18-24 jam (Kosim, 2014).
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat
dikategorikan dalam (Kardana, 2011):
a. Sepsis dini: terjadi pada 0-3 hari pertama, tanda distres
pernapasan lebih mencolok, organisme penyebab penyakit
didapat dari intra partum, atau melalui saluran genital ibu. Pada
keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal.
Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti Treponema, Virus,
Listeria dan Candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara
hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat
melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban,
mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asendens dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini
memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion
yang telah terinfeksi kemudian teraspirasi oleh janin atau
neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan
pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran
alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat
terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi
terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses
infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak
dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis
dengan angka kematian tinggi. Insiden syok septik 0,1-0,4%
dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.
b. Sepsis lambat: umumnya terjadi setelah bayi berumur 4 hari atau
lebih mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis.
Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul
sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar
manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi
horizontal memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-
25%, sedangkan mortalitas 10-20%namun pada bayi kurang

6
bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan
penyakit utama dan imunitas yang imatur.
Penatalaksanaan
Terapi terhadap kecurigaan sepsis ditentukan oleh pola penyakit
dan organisme sesua dengan umur neonatus dan flora yang ada di
bangsal. Ketika hasil kultur sudah diperoleh pemberian terapi
antibiotik harus segera dilakukan baik secara intravena maupun
intramuskular (jarang). Terapi empirik awal untuk early onset of
sepsis adalah ampisilin dan aminoglikosida (biasanya gentamisin),
dimana efektif melawan patogen seperti GBS, bakteri gram negatif
dan listeria.
Infeksi nosokomial yang didapat di NICU lebih sering
disebabkan oleh stafilokokus, berbagai macam enterokokus, spesies
pseudomonas, spesies kandida. Oleh karena itu obat antistafilokokus
(oxacillin atau nafcillin untuk S. Aureus atau lebih sering vankomisisn
untuk stafilokokus koagulase negatif atau metisilin resistent S
aureous) harus menggantikan ampisilim.
Beberapa ahli menyatakan bahwa pemberian terapi antifungal
profilaksis dengan flukonazol untuk BBL resiko tinggi yaitu BBLSR
(<1000gram) atau umur kehamilan kurang bulan (<27 minggu).
Ketika hasil kultur sudah dan sensitifity test sudah didapatkan,
terapi antbiotik disesuaikan. Untuk hampir bakteri enterik gram
negatif ampisilin dan aminoglikosida atau sephalosporin generasi ke
tiga (cefotaxime atau ceftazidime) harus digunakan. Enterokokus
harus diterapi dengan penisilin (ampisilin atau piperasilin) dan
aminoglikosida. Klindamisin atau metrodinazole unuk antibiotik
anaerob.
Terapi dilanjutkan sampai hari ke 7 atau ke 10 atau paling sedikit
5 sampai 7 hari setelah didapatkan respon klinis. Kemudian kultur
darah 24-48 jam setelah terapi inisial harus dilakukan. Biasanya
hasilnya akan negatif, jika hasil kultur darah tetap positif
kemungkinan kateter yang terinfeksi, endokarditis. adanya trombus
infeksi, abses yang tersumbat, level antibiotik subterapioutik, atau
terjadinya resistent.
7
Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum akbiat bakteri anatar lain
endokarditis. emboli septik, pembentukan abses, septik join dengan
disability residual dan osteomielitis serta penghancuran tulang.
Kandidinemia bisa memicu vaskulitis. endokarditis, endoftalmitis dan
abses pada ginjal, hepar, paru, dan otak. Sekuele dari sepsis dihasilkan
dari syok septik, DIC, organ failure Mortality rate untuk keseluruhan
sepsis adalah 10%.

8
BAB III
SOAP
“ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.Y G1P0A0 USIA 23 TAHUN
DENGAN SEPSIS NEONATORUM
DI PMB MELATI S.ST KOTA BENGKULU

Hari/Tanggal : Selasa, 18 januari 2022


Jam Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Melati S.ST
Pengkaji : Kelompok 9

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.Y Nama Suami : Tn.F
Umur : 23 th Umur :26 th
Agama : Islam Agama : : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI
Alamat : Padang harapan Alamat :Padang harapan
Identitas bayi
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anak nya sesak nafas sejak 1 hari yang lalu
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini kehamilan pertama nya
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmetis
c. TTV :
TD : P : 60x/Menit
N : 142x/Menit S : 37.3c

2. Pemeriksaan antropometri

9
a. BB :1205gram
b. PB :33cm
c. LK :26cm
d. LD :19cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Bersih, nyeri tekan (-), Ada vernik caseosa
b. Wajah : Pucat, Simetris, tidak ada oedema
c. Mata : Simetris, congjungtiva ananemis, sclera anikterik
d. Telinga : Simetris, serumen (-)
e. Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pucat
f. Leher : Pembekakan Kelenjar tyroid (-), Pembesaran vena
jugularis (-), kelenjar limfe (-)
g. kulit : Kemerahan
h. Dada : Normal
i. Tali pusat : Tali pusat belum terlepas,dengan tampak
sedikit darah,daerah tali pusat berwarna kehitaman
j. Abdomen : Normal ,simetris
k. Ekstremitas : Simetris,jari jari lengkap
l. Genetalia : Normal
m. Anus : Normal
3. Refleks:
a. ReflekMoro: lemah
b. Reflek Rooting: lemah
c. Reflek Socking: lemah
d. Reflek Swallowing: lemah
e. ReflekWalking:baik
f. Reflek Grafis Plantar: baik
g. Reflek Suching: lemah
h. Reflek Tonicneck: kurang baik
C. ANALISA
Bayi Ny Y umur 1 hari dengan Sepsis neonatorum.

D. PENATALAKSANAAN

10
PENATALAKSAAN KEBIDANAN
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Melakukan pemberian
IVFD D5 NS 16 cc/jam
Ampicilin Sulbaktam 3x100 mg IV
Gentamisin 1 x 10 mg IV
Paracetamol 3 x 20 mg IV
Pemasangan ventilator
3. Mendampingi dan memberi dukungan pada ibu dan keluarga
PENATALAKSANAAN UMUM
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan
teknik 6 langkah dan pakai APD (alat pelindung diri)
2. Memantau berat badan bayi
3. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi
menggunakan kain bersih dan hangat
4. Mengobservasi TTV setiap 4 jam; Mencegah kehilangan panas
dengan mengganti popok bila basah setiap selesai BAB/BAK
5. Mengobservasi intake dan output; Memberikan obat sesuai
petunjuk tim dokter; Menjaga ruang perawatan bayi tetap bersih
dan kering;
6. Membatasi ruangan jangan terlalu penuh atau padat; Menggunakan
alat pelindungan diri (APD) saat melakukansemua prosedur

BAB IV

11
PEMBAHASAN
4.1 Data Subjektif
Data subjektif yang didapatkan dari anamnesa yang di lakukan yaitu By
Ny ‘’Y’’ baru selesai melahirkan anak pertama nya, lalu bayi ny mengalami
sesak napas sejak 1 hari yang lalu, di karnakan bayi Ny.’’Y’’ belum cukup
bulan. Prematur adalah suatu keadaan yang belum matang, di temukan
pada bayi yang lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37
minggu. (Wiknjosastro, 2010). Dan dari soap kami di dapatkan By. Ny.
”Y” usia 1 hari lemah, sesak, retraksi, tidak ada pernapasan cuping
hidung, suhu badan rendah, berat badan rendah. Pada riwayat kesehatan
didapatkan By. Ny. “Y” Dengan Bayi lahir spontan ditolong oleh bidan,
tonus otot lemah, tidak menanggis, bernapas lemah atau tidak teratur
dilakukan resusitasi dan hasil A-S : 5-6, dengan berat badan : 1020
gram, PB : 33, UK : 27/28 mimggu. Dari data subyektif menunjukkan
tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori karena pada
bayi didapatkan data BB : 1020 gram, AS : 5-6 dan reflek lemah.
4.2 Data Objektif
Data obyektif yang di dapatkan dari hasil pemeriksaan adalah melalui
pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi auskultasi dan perksi.
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam
kelompok,antalain :tampak sakit, tidak mau minum, suhu naik turun,
sklerema, muntah,diare, hepatomegali, perut kembung, dispneu (sesak),
takipneu, sianosis, takikardi, edema, dehidrasi, letargi, iritabel, kejang,
ikterus, splenomegali (pembesaran limpa), pteki/perdarahan dan lekopenia
(Fauziah dan Sudarti,2013). Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi.
Maka diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis
sepsis,hal ini meliputi beberapa hal sebagai berikut: Pemeriksaan hematologi
yang meliputi trombosit:<100.000/μL,leukosit:
dapat meningkat atau menurun,pemeriksaan kadar DDimer.Tes darah lainnya
dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan ginjal(MaryunanidanNur
hayati,2009).Kultur darah untuk menentukan ada atau tidak nya bakteri di
dalam darah. Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine
dibawah. mikroskop,dan kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya
bakteri. Dari data obyektif menunjukkan tidak ada kesenjangan antara
12
tinjauan kasus dan tinjauan teori karena tanda-tanda bayi sepsis adalah BB
: 1205 gram, PB : 33 cm dan reflek lemah.
4.3 Analisa
Pada tinjauan pustaka didapatkan prematur adalah suatu keadaan yang
belum matang, yang di temukan pada bayi yang lahir pada saat usia
kehamilan belum mencapai 37 minggu (Wiknjosastro, 2010). Sepsis
neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi
pada bayi baru lahir 0 –28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati,
2009). Pada tinjauan kasus didapatkan By. Ny. ”Y” umur 1 hari telah lahir
dengan umur kehamilan 27/28minggu. Jadi analisa dapat ditegakkan By.
Ny. “Y” umur 1 hari dengan sepsis neonatorum. Jadi pada analisa tidak
terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus dimana
pada tinjauan pustaka didapatkan bayi prematur UK < 37 minggu dengan
BB < 2500 gram.
4.4 Pentalaksanaan
adapun penatalaksanaan yang dilakukan pada tinjauan kasus yaitu
: Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan teknik 6
langkah dan pakai APD (alat pelindung diri); Memantau berat badan bayi;
Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi
menggunakan kain bersih dan hangat; Mengobservasi TTV setiap 4
jam; Mencegah kehilangan panas dengan mengganti popok bila basah
setiap selesai BAB/BAK; Mengobservasi intake dan output; Memberikan
obat sesuai petunjuk tim dokter; Menjaga ruang perawatan bayi tetap
bersih dan kering; Membatasi ruangan jangan terlalu penuh atau padat;
Menggunakan alat pelindungan diri (APD) saat melakukansemua prosedur.
Pada penatalaksanaan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus.
4.5 Evaluasi
Evaluasi yang di lakukan dengan terus melakukan pemantuan dan
mengobservasi TTV setiap 4 jam.

BAB V
13
KESIMPULAN

Dari hasil asuhan kebidanan yang dilaksanakan pada By. Ny. “Y”
Umur 1 Hari Dengan Sepsis Neonatorum dicatat di dalam bentuk SOAP
sebagai berikut Pada data subyektif didapatkan By. Ny. ”Y” usia 1 hari
lemah, sesak, retraksi, tidak ada pernapasan cuping hidung, suhu badan
rendah, berat badan rendah. Pada riwayat kesehatan sekarang didapatkan
By. Ny. “Y” umur 1 Hari. Bayi lahir spontan ditolong oleh bidan, tonus
otot lemah, tidak menanggis, bernapas lemah atau tidak teratur dilakukan
resusitasi dan hasil A-S : 5-6, dengan berat badan : 1020 gram, PB : 33,
UK : 27/28 mimggu (Wiknjosastro, 2010). . Pada data obyektif didapatkan
keadaan umum : lemah, kesadaran : compomentis, TTV (nadi :
142x/menit, suhu : 36,4 C, RR : 36x/menit), BB sekarang : 1205 gram,
PB : 33 cm, LD : 19 cm, LK : 26 cm, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kepala : terdapat vernik caseosa, terpasang infus di dahi. Hidung :
terpasang selang oksigen (O2). Dada : ada tarikan intrakosta. Mulut :
terpasang selang OGT. Ekstrimitas atas : terdapat oedem luka
pada tangan sebelah kiri. Integunem : warna agak pucat. Pemeriksaan
reflek : Refleks Refleks socking : lemah, Refkles swallowing : lemah,
Refleks babynski : kurang baik, Tonick neck refleks : kurang baik,
Refleks graphs : kurang baik. Pada analisa didapatkan diagnosa By. Ny.
“Y” umur 1 hari dengan sepsis neonatorum Pada penatalaksanaan yang
dilakukan pada tinjauan kasus yaitu : Mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi dengan teknik 6langkahdan pakai APD (alat
pelindung diri); Memantau berat badan bayi; Menjaga kehangatan tubuh
bayi dengan membungkus tubuh bayi menggunakan kain bersih dan
hangat; Mengobservasi TTV setiap 4jam; Mencegah kehilangan panas
dengan mengganti popok bila basah setiap selesai BAB/BAK;
Mengobservasi intake dan output; Memberikanobat sesuai petunjuk tim
dokter; Menjaga ruang perawatan bayi tetap bersih dan kering; Membatasi
ruangan jangan terlalu penuh atau padat; Menggunakan alat pelindung
diri (APD) saat melakukan semua prosedur. (FanaroffdanLissauer,2013).

BAB VI
14
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang
terjadi pada bayi baru lahir 0-28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati,
2019). Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).

5.2. Saran
Penulis sangat menyadari banyaknya kesalahan dan kekurangan
dalam makalah ini. Maka dari itu kami sangat menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik
dan bermanfaat dalm menambah metode pembelajaran.

15
DAFTAR PUSAKA
Behrman, R.E., Geme J.W, Schor, N., Stanton B., Kliegman R. Nelson Textbook of
pediatrics 19" 2011. Elsavier
Gebremedin D, Berhe H., Gebrekirston. Risk Factors for Neonatal Sepsis in Public
Hospitals of Mekelle City, North Ethiopia 2015: Unmatched Case Control
Study. 2015. PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0154798 May 10,
2016
Shah B.A., Padbury J. Neonatal sepsis An old problem with new insights. 2014.
Virulence 5:1, 170-178; January 1, 2014; c 2014 Landes Bioscience
Verma et al. Neonatal sepsis: epidemiology, clinical spectrum, recent antimicrobial
agents and their antibiotic susceptibility pattern. 2015. Verma P et al. Int J
Contemp Pediatr. 2015 Aug;2(3):176-180

16

Anda mungkin juga menyukai