Anda di halaman 1dari 9

PPAM PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI TANGGAP DARURAT

BENCANA)

“ASUHAN PASCA KEGUGURAN PADA KRISIS KESEHATAN (SITUASI


TANGGAP DARURAT BENCANA)”

Dosen Pengampuh : Neng Kurniati , S.ST.,S.,KM M.Tr.Keb

Disusun Oleh Kelompok 1

Nama Angota

1. Lara Angraini (F0G021086)


2. Riski Endah Aprillia (F0G021089)
3. Nabilah Zahra (F0G021088)
4. Ketrin Agustina Ningsi (F0G021095)
5. Bella Chintia Margaretha (F0G021096)
6. Nurul Uzlifatil Jannah L (F0G021102)
7. Ridha Ramadhanty (F0G021110)
8. Della Sentia (F0G021113)
9. Amelda Nuraisyah (F0G021119)

TINGKAT 2 C PRODI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Pasca Keguguran pada Krisis
Kesehatan (Situasi Tanggap Darurat Bencana). Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Bunda Neng Kurniati, S.ST., S.KM., M.Tr.Keb., selaku
dosen mata kuliah PPAM. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
kebidanan dan pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1.  Latar Belakang .........................................................................................
1.2.  Rumusan Masalah ....................................................................................
1.3. Manfaat.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
2.1.....................................................................................................................
2.2.....................................................................................................................
2.3.....................................................................................................................
2.4.....................................................................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
3.1.  Kesimpulan ..............................................................................................
3.2.  Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Manfaat

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konseling, Informed Consent dan Penilaian Klinis

Penyedia layanan harus menyadari bahwa perempuan paska keguguran


mungkin mengalami stres emosional yang berat atau ketidaknyamanan fisik.
Mereka harus memastikan privasi, kerahasiaan dan adanya ijin untuk pemberian
asuhan. Konseling yang baik memberikan perempuan tersebut dukungan
emosional dan meningkatkan keefektifan asuhan paska keguguran.

Inform Consent yang dibuat berdasarkan informasi yang diberikan secara


sukarela baik yang didapat secara lisan atau tertulis memastikan bahwa
perempuan tersebut memahami manfaat dan menyetujui asuhan paska keguguran.
Persetujuan ini berarti bahwa perempuan tersebut telah mengambil keputusan
secara bebas tanpa tekanan atau paksaan apapun. Penyedia layanan dapat
mendokumentasikan dengan meminta tanda tangan pada formulir persetujuan.

Penilaian Klinis

Penyedia layanan harus melakukan penilaian klinis yang menyeluruh


meliputi: riwayat kesehatan reproduksi yang teliti (termasuk riwayat kekerasan
seksual), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya bila tersedia dan
penilaian psikososial. Perempuan yang datang untuk perawatan aborsi yang tidak
lengkap atau komplikasi aborsi (perawatan paska aborsi) harus dilakukan
penilaian dengan hati-hati sekali, karena mungkin mengalami komplikasi yang
mengancam keselamatan jiwa.

2.2. Pencegahan Infeksi, Mengatasi Rasa Nyeri dan Penatalaksanaan

Resiko infeksi selalu ada dalam setiap tindakan, sehingga prosedur standar
dalam pencegahan infeksi harus sangat diperhatikan dalam setiap tahapan
pemberian Asuhan Paska Keguguran pada Krisis Kesehatan. Ketersediaan
antibiotik harus dicadangkan jumlahnya untuk kasus-kasus dimana pasien tersebut
menunjukkan tanda-tanda dan gejala infeksi.

2
Mengatasi rasa nyeri

Tujuan dari rencana mengatasi rasa nyeri adalah membantu klien untuk
merasa senyaman mungkin. Sebelum tindakan asuhan paska keguguran berikan
obat obatan yang mengandung sedative golongan rendah (seperti Diazepam dan
katalar) serta pemberian analgetik oral seperti asam mefenamat dan paracetamol
setelah dilakukan paska aspirasi vakum manual.

2.3. Mencegah Tetanus serta Mengatasi Kompliksi

Perempuan yang menjalani asuhan paska keguguran tidak aman dengan


alat yang tidak steril beresiko terkena tetanus. Apabila terdapat perempuan paska
keguguran terkena tetanus berikan profilaksis tetanus, dan rujuk pasien ke rumah
sakit bila profilaksis tidak dapat diberikan. Suntikan booster tetanus toksoid (TT)
harus diberikan kepada pasien yang sebelumnya pernah divaksinasi.

Tetanus immunoglobulin (TIG) dan TT harus diberikan kepada pasien


yang belum divaksinasi atau yang dosis terakhir diberikan lebih dari lima tahun
yang lalu. Jika terdapat keraguan mengenai riwayat vaksinasi pasien, maka baik
TIG dan TT harus diberikan

Mengatasi komplikasi

Walaupun jarang terjadi, komplikasi dapat terjadi dan harus ditangani


secepatnya oleh petugas yang mempunyai keterampilan. Pastikan klien
mempunyai akses ke fasilitas gawat darurat selama masa paska keguguran. Jika
klien membutuhkan perawatan yang melebihi kemampuan fasilitas dimana ia
dirawat maka stabilkan kondisinya sebelum ia dipindahkan ke pelayanan rujukan
yang lebih tinggi.

2.4. Konseling Pasca Keguguran dan Tindak Lanjut

Tanda-tanda pemulihan yang normal serta gejala komplikasi yang mungkin


terjadi dan harus segera ditangani. Informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi
setelah aborsi dan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS).

3
- Melakukan kunjungan ulang dalam 10-14 hari kemudian

- Akses keluarga berencana (KB) tetap disediakan pada krisis kesehatan

Perempuan dan remaja perempuan yang menerima asuhan paska keguguran


minimal harus memahami :

- Ovulasi dapat terjadi 10 hari setelah keguguran, sehingga dapat


mengakibatkan kehamilan bahkan sebelum menstruasi berikutnya terjadi.

- Kontrasepsi IUD atau metode hormonal dapat segera dimulai setelah


pengosongan uterus

- Hubungan seksual harus dihindari selama beberapa hari setelah perdarahan


berhenti untuk menghindari komplikasi infeksi.

- Metode kontrasepsi yang aman untuk mencegah terjadinya kehamilan.

4
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai