Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

“SEPSIS NEONATORUM”

Dosen Pembimbing :

Dwi Yuliawati, SST, M.Keb

Disusun Oleh:

Arum Hastuti Dwi Sofiati (201802007)

Riska Amaliya Sova (201802044)

Santi Kumala Sari (201802046)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

Jl . Soekarno Hatta No. 7, Kotak pos 153, Telp. (0354) 391866 Fax. (0354) 391866 Pare

TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT . Karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun makalah ini dapat kami selesaikan . Makalah ini merupakan salah satu syarat
dalam ketuntasan mata kuliah “Asuhan Kebidanan Komunitas”.

Kami selaku penulis dan penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak
membantu dalam penyusunannya, mungkin makalah ini tidak terselesaikan. Oleh karena itu kami
selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
khususnya dosen pembimbing kami yang telah memberi arahan dalam penyusunan makalah ini.

Sangat kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan , namun kami telah
berusaha semampu kami untuk memberikan yang terbaik. Dan kami sadari selaku manusia tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar- besarnya jika ada kesalahan dan
kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Kediri, 27 Maret 2020

Penysun

iii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 1

C. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Sepsis Neonatorum........................................................................... 3

B. Patofisiologis.................................................................................................. 4

C. Mikroorganisme Penyebab Sepsis.................................................................. 4

D. Faktor Resiko................................................................................................. 5

E. Manifestasi Klinik........................................................................................... 5

F. Diagnosis....................................................................................................... 6

G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 7

H. Penatalaksanaan............................................................................................ 8

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 11

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................... 17

B. Saran............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. iv

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan
dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian
besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama
ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping
morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadipada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal
adalah1-10 per 1000 kelahiran hidup. Sepsis neonatal dapat terjadi secara dini, yaitu pada 5-7
hari pertama dengan organisme penyebab didapat dari intrapartum atau melalui salurangenital
ibu. Sepsis neonatal dapat terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih yangdisebut sepsis
lambat, yang mudah menjadi berat dan sering menjadi meningitis. Sepsisnosokomial terutama
terjadi pada bayi berat lahir sangat rendah atau bayi kurang bulandengan angka kematian
yang sangat tinggi. Karena masih tingginya angka kematiansepsis neonatal, tatalaksana
yang utama adalah upaya pencegahan dengan pemakaianproteksi di setiap tindakan
terhadap neonatus, termasuk pemakaian sarung tangan,masker, baju dan kacamata debu
serta mencuci segera tangan dan kulit yang terkenadarah atau cairan tubuh lainnya.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi sepsis neonatorum.
2. Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum.
3. Mengetahui diagnosis dari sepsis neonatorum.
4. Mengetahui cara penanganan dari sepsis neonatorum.
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi sepsis neonatorum
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum
3. Untuk mengetahui diafnosis dari sepsis neonatorum
4. Untuk mengetahui cara penanganan dari sepsis neonatorum

1
BAB II
TINJAUAN MATERI

A. Definisi Sepsis Neonatorum

2
Sepsis onset-dini (early-onset sepsis, EOS): <72 jam setelah kelahiran. Definisi ini
berkisar dari 24 jam sampai 6 hari, namun paling banyak terjadi dalam 72 jam setelah
kelahiran. Kondisi ini disebabkan oleh pajajanan vertikal kejumlah bakteri yang tinggi selama
kelahiran dan jumlah antibody perlindungan yang sedikit.
Sepsis onset-lambat : >72 jam setelah kelahiran. Organisme biasanya didapat melalui
transmisinosokominal dari orang-orang. (Lissauer & Fanaroff, 2006)
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan.
Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27
per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%,
terutama pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus
dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah,
merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan.

Bayi dengan sepsis neonatorum

B. Patofisiologi
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan dalam,
Sepsis dini : terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok,
organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada
keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme
penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta
secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan.

3
Dengan pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen
lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin
atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya
vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi
dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit,
nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat
proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang
berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok
septik 0,10,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf. Umumnya terjadi
setelah bayi berumur 7 hari atau lebih.
Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab
sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital
ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal
memegang peran. Insiden sepsis lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun
pada bayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama
dan imunitas yang imatur.
C. Mikroorganisme Penyebab Sepsis
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial. Sepsis primer
biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman usus Gram negatif, terutama
Escherisia coli, Listeria monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab sepsis
nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus epidermidis), kuman Gram negatif
(Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.

D. Faktor Resiko
a. Potensil Infeksi misalnya : Ketuban Pecah Dini (KPD), Infeksi saat hamil, Amnionitis,
Prematuritas, Persalinan tidak steril.
b. Sesudah Lahir : Resusitasi tidak steril, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Ruang
Perawatan, Infeksi lokal seperti jika lecet, stomatitis.

Infeksi onset-dini :

a. Preterm (kurang bulan)


b. Ketuban Pecah lama (>18 jam)
c. Demam pada ibu saat persalinan (>380 C)
d. Korioamnionitis

4
e. Bayi sebelumnya yang terinfeksi

Infeksi onset-lambat :

a. Preterm
b. Penggunaan kateter vena atau arterial atau selang trakea
c. Antibiotik dalam jangka panjang
d. Kerusakan pada kulit akibat perekat, probe kulit dan sebagainya.
E. Manifestasi Klinik
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi diberikan tanpa
menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal tidak spesifik dengan diagnosis
banding yang sangat luas, termasuk gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit
hematologik, penyakit susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi
lainnya (misalnya infeksi TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes). Bayi
yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala:
► Letargi, iritabel,
► Tampak sakit,
► Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-
bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
► Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
► Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik,
► Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih, napas cuping
hidung, retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau
hipotensi (biasanya timbul lambat),
► Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung dengan
atau tanpa adanya bowel loop.
► Berkurangnya pergerkan anggota gerak pada tulang atau sendi
► Pada meningitis (tanda-tanda lanjut) :
1) Frontanel yang tegang atau menonjol
2) Retaksi kepala (opistotonus)
F. Diagnosis
a) Faktor resiko
b) Gangguan fungsi organ
c) Perubahan parameter darah
d) Semua yang ada tanda-tanda diatas curiga kearah sepsis

Variabel Virus Bakteri


Petekie Ada Ada
Purpura Jarang Jarang

5
Leukositosis Jarang* Sering ditemukan
Shif to the left (-blends) Jarang Sering ditemukan
Neutropenia Mungkin Mengarah infeksi berat
-LED Jarang Sering ditemukan
-CRP Jarang* Sering ditemukan
-TNF, IL-1, PAF Jarang Sering ditemukan
Meningitis (pleositosis) Limfositik + Neotrofilik
Tanda meningeal posistif * Ada Ada

*Adenovirus dan herpes simplek dapat menyebabkan leukositosis dan peningkatan


LED ; virus Epstein-Barr dapat menyebabkan petekie dan peningkatan LED.
+Meningitis virus dini (enterovirus, arbovirus) pada awalnya dapat terdapat pleositosis
neutrofilik.
+Kuku kuduk, ubun-ubun besar menonjol, tanda Kernig, tanda Brudzinski.
CRP, C-reactive protein; LED, laju endap darah; IL interleukin ; PAF, Platelet activating
factor ; TNF ; Tumor necrosis factor.

Tabel Perbedaan Infeksi Virus dan Infeksi Bakteri


Sumber : Berhman, et all, 2012
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk sepsis :
a. Darah perifer lengkap (DPL), hitung jenis, trombosit.
b. Protein C-reaktif
c. Kultur darah
d. Urin-mikroskopis dan kultur
e. Cairan serebrospinal (CSS), jika terdapat indikasi.
f. Rentogen dada, jika terdapat indikasi.
g. Lokasi infeksi-pertimbangan aspirasi jarum atau biopsi untuk pewarnaan gram dan
mikroskopi direk.
h. Aspirattrakea jika diventilasi.
Pertimbangkan :
a. Kultur vagina ibu
b. Jaringan plasenta (Listeria monocytogenes)
c. Skrining antigen cepat
d. Gas darah
e. Skriningkoagulasi
Pemeriksaan laboratorium
► Hematologi Darah rutin, termasuk kadar hemoglobin Hb, hematokrit Ht, leukosit dan
hitung jenis, trombosit. Pada umumnya terdapat neutropeni PMN <1800/µl,

6
trombositopeni <150.000/µl (spesifisitas tinggi, sensitivitas rendah), neutrofil muda
meningkat >1500/µl, rasio neutrofil imatur : total >0,2. Adanya reaktan fase akut yaitu
CRP (konsentrasi tertinggi dilaporkan pada infeksi bakteri, kenaikan sedang didapatkan
pada kondisi infeksi kronik), LED, GCSF (granulocyte colonystimulating factor), sitokin
IL-1ß, IL-6 dan TNF (tumour necrosis factor).
► Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
pelaksanaan pungsi lumbal masih kontroversi, dianjurkan dilakukan pada bayi yang
menderita kejang, kesadaran menurun, klinis sakit tampak makin berat dan kultur darah
positip.
► Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
► Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
► Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi, dan ginjal.
Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan atas indikasi.

Pemeriksaan Penunjang Lain

Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis, yang
merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.

H. Penatalaksanaan
a. Rawat Inap perawatan umum.
b. Antiseptik : sabun dan air mengalir.
c. Thermoregulasi, jalan nafas bebas oksigen cukup, perawatan tali pusat, cairan dan
elektrolit pemberian nutrisi.
d. Pemebrian antibiotika secara empiris secara cepat diberikan untuk menghindarkan
berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian antibiotika empiris tersebut harus
memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan di klinik tadi. Selain pola
kuman hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman. Segera setelah didapatkan hasil
kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola
resistensinya.
e. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang
bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme panthogen yang mungkin diderita
pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mampunyai sensitifitas yang baik
terhadap kuman Gram positif atau Gram negatif. Tergantung pola dan resistensi kuman

7
masing-masing rumah sakit biasanya antibiotik yang dipilih golongan
antisilin/kloksasilin/vankomisin dan golongan aminoglikosid/ sefalosporin.
f. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman Gram positif, pemberian antibiotik
dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan penderita Gram negatif pengobatan dapat
diteruskan sampai 2-3 minggu.
g. Pengobatan tambahan atau dengan terapi inkonvensional. Beberapa terapi inkonvensional
yang sering diberikan, yaitu :
1) Pemberian immunoglobulin secara intravena (Intravena Immunoglobulin – IVIG).
Pemberian immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan antibodi
tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih.
2) Pemberian Fresh frozen plasma (FFP)
Pemulihan hematologic dan gangguan koagulasi ditemukan pula pada perjalanan
penyakit sepsis neonatal. Pemberian FFP diharapkan dapat mengatasi gangguan
koagulasi yang diderita pasien. Salah satu gangguan koagulasi yang mungkin
ditemukan antara lain Pemberian intravaskuler menyeluruh (Disseminated
Intravaskular Coagulation-DIC). Di samping faktor koagulasi, FFP juga mengandung
antibody, komplemen, dan protein lain seperti C-reactive protein dan fibrinogen.
Walaupun FFP mengandung antibodi protektif tertentu namun pemberian FFP dengan
meningkatkan kadar proteksi bayi. Pemberian IVIG ini akan jauh lebih aman dalam
menghindarkan efek samping pemberian FFP.
3) Tindakan tranfusi tukar
Tindakan ini merupakan terapi tambahan yang tidak jarang dilakukan pada beberapa
klinik dalam menanggulangi sepsis neonatal. Tindakan ini bertujuan untuk :
a) Mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-
mediator penyebab sepsis.
b) Memperbaiki perpusi perifer dan pulmonal dengen meningkatkan kapastian
oksigen dalam darah.
c) Memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahan netrofil dan berbagai
antibodi yang mungkin terkandung dalam darah donor.
4) Imunisasi dan profilaksis
Imunisasi
Imunisasi pada masa anak-anak telah berhasil mengurangi dampak akibat berbagai
penyakit menular utama secara bermakna. Imunisasi aktif menginduksi kekebalan
tubuh dengan vaksinasi baik dengan pemberian vaksinatautoksoid (toksin yang
diinaktifkan). Sedangkan imunisasi pasif mencakup transfer antibody, baik dalam
bentuk immunoglobulin ataupun antibody monoklonal

8
Profilaksis
Pemberian profilaksis dapat berupa antibiotik, immunoglobulin, antibody
monoklonal, vaksin atau kombinasinya, dapat diberikan baik pada pasca pajanan,
pajanan perinatal dan perpajanan bagi orang dengan resiko tinggi untuk terkena suatu
penyakit infeksi. Profilaksis primer diberikan untuk mencegah infeksi sebelum
timbulnya penyakit yang pertama kali diderita. Profilaksis sekunder diberikan untuk
mencegah kekambuhan setelah episode pertama.

BAB III

9
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN SEPSIS di RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN

Pengkajian pada tanggal : 15 Maret 2016


Jam : 09.00 WIB
PENGKAJIAN DATA
1. Identitas
Nama : An Ny. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat, tgl lahir : Probolinggo, 09 Maret 2016
Umur : 6 hari
Anak ke :1
Nama Ayah : Tn. S
Nama Ibu : Ny. H
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pajarakan, Probolinggo
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum tampak gelisah sejak satu hari yang lalu dan mengalami
muntah sebnayak 3 kali dirumah.
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 9 kali teratur dibidan
Trimester I : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 2 dan 3 bulan, mengatakan merasakan mual
muntah.
Trimester II : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4,5 dan 6 bulan, mengatakan tidak ada
keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 7,8 dan 2 kali pada 9 bulan mengatakan
sering BAK
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet FE dan gizi ibu hamil
b. Riwayat Natal
Ibu mengatakan bayinya lahir secara spontan ditolong oleh bidan di BPS tanggal 9 Maret 2016
jam 16.45 WIB, berat 2800 gram panjang badan 40 cm
c. Riwayat Post Natal

10
Ibu mengatakan menjalani masa nifas secara normal tetapi pada hari ke 5 bayinya malas minum,
tampak gelisah dan mengalami muntah sebnayak 3 kali dirumah.
d. Riwayat Alergi
Ibu mengatakan selama ini tidak memiliki riwayat alergi
e. Riwayat tumbuh kembang
Ibu mengatakan berat badan bayi baru lahir 2800 gr dan saat ini 3100 gr panjang badan bayi baru
lahir 40 cm dan saat ini 43 cm
f. Riwayat Imunisasi
Sudah diimunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuscular di paha kanan anterolateral diberikan satu jam
setelah pemberian vitamin K pada saat bayi baru lahir.
g. Riwayat Status Gizi
Ibu mengatakan bayi hanya diberi ASI eksklusif
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarganya dan keluarga suaminya tidak ada keturunan (Diabetes,
hipertensi, paru-paru), penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS), penyakit menahun (jantung) serta
tidak memiliki keturunan kembar baik dari pihak ibu maupun suami.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi (ASI/PASI)
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya hanya minum ASI 10-12x/hari
Selama sakit : Ibu mengatakan bayinya malas minum ASI
b. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan bayinya BAB 2x warna kuning lembek berupa mekonium, BAK
5-6x/hari
Selama Sakit : Ibu mengatakan bayinya BAB 4-6x berupa ampas dan lendir warna kuning, BAK
ganti pempers 3x dengan 100 cc/tiap pampers
c. Istirahat tidur
Sebelum sakit : Ibu mengatakan sebagian besar waktu bayinya untuk tidur dan hanya terbangun
saat BAB atau BAK dan waktunya minum
Selama sakit : Tidur bayi tergannggu dan rewel
d. Aktifitas dan Latihan
Ibu mengatakan sebagian besar aktifitas bayinya untuk tidur
6. Pemeriksaan Fisik Persistem
 Keadaan umum : Sedang
 Tanda-tanda vital :
a. Suhu : 35,20C
b. Pernafasan : 62x/mnt
c. Nadi : 142x/mnt

11
 Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
 Kepala : bentuk Mesochepal, tidak ada Chepal hematoma dan Caput Succedaneum
 Muka : simetris, tidak ada oedema
 Mata : simetris ka/ki, konjugtiva merah muda ka/ki, sklera putih ka/ki
 Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan
 Telinga : simetris ka/ki, bersih tidak ada serumen ka/ki
 Mulut : bibir warna merah muda, mukosa basah, tidak ada labia skisis, dan labiapalat
skisis
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Dada : simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak bising
 Perut : normal, bulat, tidak ada benjolan, dan tidak ada disekitar tali pusat
 Tali pusat : tidak berbau, tidak ada perdarahan
 Punggung : tidak ada spina bifida
 Ekstremitas : ektremitas bawah atas simetris ka/ki, kedua kaki sama panjang, jumlah jari
lengkap, kuku merah muda, tidak oedema
 Genetalia : testis sudah turun dalam skrotum
 Anus : berlubang
b. Palpasi
 Ubun-ubun : berdenyut
 Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena jugularis
c. Auskultasi
Thorax : tidak terdengar wezing,ronchi, dan rolles
d. Perkusi
Refleks patella : tidak terkaji

7. Pemeriksaan reflek
a. Reflek Moro baik, saat bayi dikejutkan oleh suara atau gerakan maka kedua tangan serta
kakinya akan merentang atau membuka dan menutup lagi
b. Reflek Rooting baik, saat bayi disentuh sudut mulutnya dengan jari atau puting susu maka
bayi akan memiringkan kepalanya kearah datangnya sentuhan dengan mulut terbuka
c. Reflek Walking baik, saat bayi dipegang lengannya sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh
permukaan yang rata dan keras, maka bayi menggerakkan tungkainya dalam suatu gerakkan
berjalan atau mealngkah

12
d. Reflek Grafis/Plantar baik, saat telapak tangan bayi disentuh dengan jari telunjuk, maka
secara otomatis tangan bayi akan mengenggam
e. Reflek Suching jelek, karena bayi malas minum. Saat bayi diberi puting susu bayi tidak
membuka mulutnya dan tidak menghisap
f. Reflek Tonic neck baik, bayi mengangkat leher kekanan dan kekiri pada saat diletakkan pada
posisi tengkurap
8. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Laboratorium
Tidak dilakukan

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu hari yang lalu dan mengalami
muntah sebanyak 3 kali dirumah
B. DATA OBJEKTIF
 Keadaan umum : Sedang
 Tanda-tanda vital :
a. a. Suhu : 35,20C
b. Pernafasan : 62x/mnt
c. c. Nadi : 142x/mnt
 Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
 Kepala : bentuk Mesochepal, tidak ada Chepal hematoma dan Caput Succedaneum
 Muka : simetris, tidak ada oedema
 Mata : simetris ka/ki, konjugtiva merah muda ka/ki, sklera putih ka/ki
 Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan
 Telinga : simetris ka/ki, bersih tidak ada serumen ka/ki
 Mulut : bibir warna merah muda, mukosa basah, tidak ada labia skisis, dan labiapalat
skisis
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
 Dada : simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak bising
 Perut : normal, bulat, tidak ada benjolan, dan tidak ada disekitar tali pusat
 Tali pusat : tidak berbau, tidak ada perdarahan
 Punggung : tidak ada spina bifida
 Ekstremitas : ektremitas bawah atas simetris ka/ki, kedua kaki sama panjang, jumlah jari
lengkap, kuku merah muda, tidak oedema

13
 Genetalia : testis sudah turun dalam skrotum
 Anus : berlubang
b. Palpasi
 Ubun-ubun : berdenyut
 Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena jugularis
c. Auskultasi
Thorax : tidak terdengar wezing,ronchi, dan rolles
d. Perkusi
Refleks patella : tidak terkaji
C. ANALISA DATA
An. Ny. H umur 6 hari dengan sepis neonatorum
D. PENATALAKSANAAN
1. Observasi keadaan umum vital sign bayi tiap 3 jam intake output cairan.
E/ Observasi telah dilakukan keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign Nadi 148x/mnt,
suhu 35,20C, pernapasan 62x/mnt, san BAB 10 cc, BAK 50 cc
2. Beri tindakan sesuai advis dokter :
a. Pasang oksigen nasal dengan kecepatan 21/mnt
E/Oksigen telah terpasang 21/mnt
b. Pasang infus
E/Infus telah terpasang 12 tetes/mnt
c. Puasakan bayi sementara dengan OGT terbuka selama 37 jam
E/Bayi sudah dipuasakan
d. Beri nutrisi trombosit 150 cc
E/Transfusi tromsoit sudah diberikan
e. Beri injeksi ampicilin 175 mg/ 12 jamdan Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV
E/Program injeksi ampicilin 175 mg/12 jam dan gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
3. Jaga kehangatan bayi dengan merawatnya dalam incubator dengan suhu 34 0C dan ganti
pempers bayi ketika BAK atau BAB
E/Kehangatan bayi sudah dijaga dengan dirawat didalam inkubator dengan suhu 34 0C dan
mengganti pempers bayi setiap BAK atau BAB

14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi baru lahir mendapat kekebalan yang berasal dari ibunya (transplasenta), namun sesudah
lahir bayi bisa saja terpapar oleh kuman yang berasal dari lingkungan. Infeksi pada bayi baru
lahir cepat menjalar menjadi infeksi umum. Diagnosis dini dapat ditegakkan apabila petugas
kesehatan cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku yang ditunjukkan bayi seperti malas
minum, lateragis, gelisah, frekuensi nafas meningkat, berat badan turun, muntah dan diare.
Bisa juga terdapat edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali
dan kejang, suhu tubuh yang tidak stabil bisa naik atau pun turun.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik isi
maupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

15
demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Hernawati Erni, dkk.2017. Buku Ajar Bidan “Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”. Jakarta : Trans
Info Media
Triana Arni, dkk.2015. Buku Ajar Kebidanan “Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”. Yogyakarta :
Deepublish

16

Anda mungkin juga menyukai